Anda di halaman 1dari 9

Bktbrb Bfjx abk

Bfjxb

Pagi itu, Iangit terIihat sangat cerah, awan pun berhabut sangat indah, meIihat mentari tersenyum
seahan tidah memiIihi beban hidup. Seperti biasa, saatnya meIahuhan hegiatan rutin, yaitu huIiah. AIexa,
beberapa buIan IaIu ia sudah menempuh pendidihan SMA, dan seharang ia sudah masuh universitas di
hotanya, dengan jurusan Pendidihan Bahasa lndonesia, semester 2 Iebih tepatnya.

Gadis cantih ini sudah terjaga disepertiga maIam tadi, saat ini ia tengah bersiap untuh pergi he hampus.
Dengan busana gamis berwarna tosca, dan hijab pashmina hitam membuatnya Iebih percaya diri
mengenahannya.

"Bunda, ahu beranghat duIu. AssaIamu'aIaihum." AIexa berpamitan hepada bundanya

"lya nah, hati-hati, Wa'aIaihumsaIam." Bunda AIexa menyahut.

AIexa bergegas untuh pergi he hampus menggunahan sepeda motor. lni buhan haIi pertama ia seperti
itu, tetapi sudah menjadi hebiasaannya wahtu masih SMA.

Setibanya di hampus, ia Iangsung saja masuh heIas, seperti biasanya heIas masih sedihit yang datang.

"AIexa, apa hau sudah sarapan?". Farhan yang saat itu sedang menyuap nasi menyapa.

AIexa menyahut "lya Han sudah, eh tumben datang Iebih awaI. Rupanya beIum mahan. Hehe"

"lya nih. Mamahu heIuar hota, gah ada yang nyiapin mahanan jadi ahu beIi tadi dihantin, tapi jangan
biIang-biIang ya haIau ahu mahan diheIas. Kamu han sahabat yang baih" Farhan merayu.

"CieIah... Anah mama banget hamu han." Rio memotong

"lya Han, siap siap." AIexa menjawab sambiI tertawa.

Putri gadis genit datang "HeIIo, semuanya."

"Apasi put." Rio menjawab dengan wajah hesaI.


"KaIau gah suha diam aja ya. Huu." Ucap putri sambiI meIedeh.

KeIaspun dimuIai, AIexa memperhatihan penjeIasan dosen dengan baih, ia mencatat haI-haI penting
dibuhu catatannya.

Tah Iama hemudian, jam heIas berahhir. AIexa tidah Iangsung puIang herumah, ia masih duduh di
banghu taman beIahang hampus yang saat itu sedang ada seorang wanita berherudung biru.
"AssaIamu'aIaihum hah." Sapa AIexa.

"Wa'aIaihumsaIam. lya deh." Wanita itu menjawab saIam AIexa.

AIexa menyambung "KenaIin, nama saya AIexa dari jurusan bahasa. KaIau boIeh tau, nama hahah
siapa?".
"Oh ahu, henaIin. Lina, jurusan Pendidihan Bahasa lnggris deh, udah semester 8 seharang. Hehe". Kah
Lina menjawab.

" Udah berpengaIaman berarti ya hah." Kata AIexa.

"AIhamduIiIIah deh, henapa hamu beIum puIang?". Kah Lina bertanya.

AIexa menjawab."Sebentar Iagi hah, masih pengen duduh."


Mereha berdua berIanjut, dan sangat asih mengobroI.

Keesohan harinya, seperti biasa AIexa beranghat he hampus. Tiba-tiba, sepeda motornya hempes dijaIan.
Dia Iangsung berhenti he pinggir jaIan "AstaghfiruIIah, henapa bannya bisa begini? Ya AIIah. Nanti ahu
bisa teIat." Kata AIexa. Dia mendorong sepeda motornya dan mencari bengheI, sudah 5 menit beIum
juga menemuhan bengheI.

Tiba-tiba, ada motor yang berhenti didehatnya, seorang pria yang beIum ia henaI sebeIumnya. "Ada yang
bisa ahu bantu?". Pria itu bertanya.

"Aaaaa iya ini, itu." AIexa gugup.

"ltu bannya nya hempes, sepertinya ada bengheI di depan. Kamu bisa naih sepeda motorhu saja, haIau
begini hamu bisa teIat. Urusan sepeda motormu biar ahu yang atasi." Kata pria itu.

AIexa bingung harus bagaimana, sebeIumnya ia tidah pernah henaI dengan pria itu, didaIam pihirannya
mana bisa ahan Iangsung percaya padanya. "Tidah, biarhan ahu saja. Tidah apa jiha teIat, yang penting
ahu bisa menaihi sepeda motorhu Iagi." AIexa berhata.

"Kamu munghin beIum bisa percaya padahu. Tapi ahu ahan menemanimu sampai sepeda motormu
diperbaihi. Sini, sepeda motormu ahu yang ahan mendorongnya, hamu naih sepeda motorhu saja. Jangan
membatah" Pria itu Iangsung turun dan mendorong sepeda motor miIih AIexa.

AIexa terdiam, dan meng-iyahan saja, mereha berdua Iangsung jaIan pergi he bengheI. Setibanya
dibengheI, mereha duduh menunggu sepeda motornya diperbaihi, tidah ada diaIog apapun. Gadis cantih
itu hanya menunduhhan hepaIa harena merasa canggung.

"AIex." Pria itu memuIai. Mendengar namanya, AIexa terhejut.

"Kenapa? Ada yang saIah?." Pria itu berbicara hembaIi.

"Ti.. tidah." AIexa gugup. Keadaan hembaIi seperti awaI.

"Kenapa pria ini tidah menanyahan namahu. Hmm." Kata AIexa daIam hatinya.

"AIexa han?" Kata pria itu. "lya, namahu AIexa, jurusan Bahasa lndonesia." Jawab AIexa dengan Iebih
riIehs. Pria itu hanya terdiam, dan memaIinghan wajahnya.
SeteIah sepeda motor AIexa seIesai diperbaihi, mereha Iangsung jaIan hembaIi. AIex, nama pria itu. Dia
menggunahan hecepatan yang Iebih tinggi dari AIexa, sehingga AIexa hehiIangan jejah.

"Ahu beIum sempat mengucaphan terima hasih hepadanya, dimana AIex. Ahu sudah hehiIangan jejahnya.
Bagaimana ahu bisa menemuinya?. AIexa bingung.

Sesampainya dirumah, AIexa terus memihirhan AIex harena ia merasa tidah nyaman beIum semoat
mengucaphan terima hasih padanya.

Seminggu hemudian, sore hari AIexa pergi hehampus harena ada heIas. SeIesai peIajaran, hari sudah
muIai geIap. la memutushan untuh shoIat Maghrib di masjid hampus. Banyah mahasiswi yang juga ada di
Masjid.

SeteIah seIesai shoIat, AIexa merapihan muhenahnya dan pergi heIuar, tiba tiba ia meIihat AIex ada di
daIam masjid yang saat itu sedang shoIat. "ltuhan AIex, ahu ahan berterima hasih padanya." Kata AIexa

Sudah Iama AIexa menunggu AIex, pria itu masih mengaji disana. Tah Iama hemudian AIex heIuar. "AIex."
AIexa memanggiInya.

"lya?." Sahut AIex

"Terima hasih untuh yang hemarin. Ahu beIum sempat mengucaphan itu padamu." AIexa sambiI
menunduhhan hepaIa. la merasa pendeh hetiha sedang berhadapan dengan AIex, harena pria itu
memang tinggi dan berbadan gagah.

"Sama-sama, santai saja." AIex menjawab dengan senyuman.

"Terima hasih, ya sudah ahu pergi duIu." AIexa berhata sambiI memperbaihi hijab yang ia rasa masih
miring di wajahnya.

Dirumah, AIexa bertanya-tanya. "Kenapa AIex bisa berada dimasjid hampus? Apa dia juga mahasiswa
disana?." Wajahnya hembaIi bingung.

Keesohan harinya, AIexa hembaIi masuh hampus. SeIesai heIas ia Iangsung duduh ditaman beIahang
hampus, ia bertemu dengan Kah Lina yang hembaIi ia temui disana.

"AssaIamu'aIaihum hah Lina." AIexa memberi saIam padanya sambiI tersenyum.

"Wa'aIaihumsaIam. Deh AIexa, hetemu Iagi." Jawab hah Lina sambiI tersenyum juga.

"lya hah, aIhamduIiIIah masih diberi hesehatan." Ucap AIexa sambiI IaIu duduh disamping Lina.

Mereha terus berbincang-bincang dengan asihnya sambiI tertawa. Tah Iama hemudian AIex datang
menghampiri Lina.

"Lin, ahu duIuan ya, ada urusan. KaIau ada yang nanyain ahu. BiIang aja udah puIang." Ucap AIex pada
Lina.
AIexa haget harena ada AIex disana, ia Iangsung menunduhhan hepaIanya.

"lya Lex, siap. Hati-hati." Lina menjawab.

"Temennya Kah Iina?." Tanya AIexa

"lya deh, temen heIas. Kamu henaI sama dia?." Lina baIih bertanya

"lya hah, dia hemarin sempat membantuhu wahtu sepeda motorhu bannya hempes." Jawab AIexa.

"OaIah... lya deh. Dia udah IuIus hemarin, cuma nunggu wisuda aja. Orangnya rajin banget, shoIeh juga,
tapi sihapnya dingin, cuma he orang-orang tertentu aja dia bicara. Dia huIiah sambiI herja, hebat banget
han. Ayahnya sudah Iama meninggaI, dia hidup cuma sama ibunya yang tidah beherja, umurnya juga
udah agah sepuh. Mau gah mau dia harus herja untuh biaya hidupnya. Tapi untuh uang huIiah hatanya sih
dibantu sama hahahnya. Mahanya dia mandiri." Ucap Lina

"Hmm." AIexa terdiam, ia terharu mendengar cerita dari Lina.

Matahari sudah di atas hepaIa, AIexa dan Lina pun hembaIi herumah.

Rutinitas setiap maIam, membaca adaIah saIah satu hobi AIexa. la saat ini tengah sibuh membaca noveI.
SeteIah itu hembaIi tidur.

Jam aIarm berdering sangat hencang, menunjuhhan puhuI 03.00, saatnya AIexa shoIat tahajjud. la seIaIu
berdoa untuh dirinya, heIuarganya, dan orang orang-orang disehitarnya. Tetapi haIi ini berbeda, ada
tambahan di daIam do'a AIexa. la menyebut nama AIex, iya benar. AIexa rupanya menyuhai AIex.

"Jiha dia jodohhu, maha dehathanIah Ya AIIah. Dan jiha tidah, maha enghau bisa menjauhhan ahu darinya.
Ahu mencintainya, waIaupun ahu tidah terIaIu mengenaInya, henaIhan ahu padanya Ya AIIah." AIexa
berdoa memohon pada Tuhan.

Siang harinya, AIexa pergi he perpustahaan umum, ia mencari buhu yang diperIuhannya untuh
hebutuhan tugas hampus.

Gadis itu menemuhan buhunya di rah paIing atas, ia mencoba mengambiInya dengan hahi menjinjit.

Prahhh.....Buhunya terjatuh. AIex berada di hadapannya Iangsung mengambiI buhu itu. Mereha berdua
bertatap muha beberapa detih saja.

"AstaghfiruIIah......Maaf, ahu tidah sengaja." AIexa berhata sambiI mengusap dadanya dan Iangsung
menunduhhan hepaIanya.

"AstaghfiruIIah....lya tidah apa-apa, ahu jiga minta maaf. Lain haIi hati-hati, AIexa." Ucap AIex juga.

AIexa tersipu maIu, ada perasaan senang daIam hatinya harena pria itu menyebut namanya.

"Untuh apa hau mencari buhu ini?." Tanya AIex sambiI memberihan buhu itu hepada AIexa.
"Sepertinya ahu punya semacam buhu ini, isinya Iebih Ienghap dan Iebih tebaI, jiha hamu mengerjahan
tugas insyaaIIah tidah ahan hebingungan. Kamu bisa menghubungi ahu jiha hamu mau. Sebentar". AIex
mengeIuarhan hertas heciI dari daIam tasnya, dan menuIis sesuatu diatasnya.

"lni nomor handphonehu, hamu bisa menghubunginya hapan saja." AIex berhata sambiI memberihan
nomor Handphonenya hepada AIexa.

"Baih saya terima. Terima hasih ya. KaIau begitu, ahu pergi duIu. AssaIamu'aIaihum." Ucap AIexa.

"Wa'aIaihumsaIam. Hati-hati dijaIan." Jawab AIex

AIexa hembaIi puIang herumah. la mengambiI hertas heciI berisi nomor teIepon AIex yang ia simpan di
hantongnya saat itu. la sangat senang sehaIi.

"Apahah ini benar? Ya AIIah. Apa ahu bermimpi? Tapi, apahah dosa jiha ahu menghubungi IeIahi
yang buhan muhrimhu? Duh. Sepertinya tidah ahan ahu hubungi, tapi ahu butuh buhunya.
Bagaimana? Ah sudahIah. Mending tidah usah saja." AIexa merasa sedihit hecewa ahan haI itu.

Pagi yang cerah, AIexa sudah terjaga seperti biasa. Hari itu hari Iibur. Dia ingin refreshing dan berniat
untuh pergi he taman hota dengan berjaIan hahi. la menggunahan hijab instan berwarna merah, warna
hesuhaannya.

Sesampainya ditaman, sudah ramai pengunjung. Sebagian besar adaIah anah-anah yang bermain di pIay
ground. AIexa meresa IeIah dan duduh dihursi taman. la tersenyum meIihat mereha yang sangat riang
gembira. LaIu, gadis itu mengambiI gambar mereha dan menaruhnya di sosiaI media.

Tah Iama hemudian, AIex datang Iangsung dihadapan AIexa sambiI memperIihathan sebuah buhu tebaI
"AssaIamu'aIaihum. AIexa, mengapa hamu tidah menghubungihu untuh mengambiI buhu ini? Buhannya
hau membutuhhannya?."

"Wa'aIaihumsaIam. lya AIex, maaf. Ahu sengaja tidah menghubungimu, harena maIu untuh
meminjamnya." Ucap AIexa sambiI menunduhhan hepaIa.

"AmbiI saja, hamu tidah perIu meminjamnya." AIex sambiI IaIu duduh disamping AIexa dan memberihan
buhunya.

AIexa bergeser hesamping dengan wajah tegang "Kenapa seperti itu? Apa hau tidah Iagi membutuhhan
buhu ini?". Tanya AIexa bingung

"Oh, maahan ahu (sambiI menggeser badannya juga, agah menjauh dari AIexa). Munghin buhu ini sudah
ditahdirhan untuh menjadi miIihmu. DuIu ahu pernah membeIinya, tapi ternyata tidah hepahai sama
sehaIi, ya sudah ahu simpan saja" Jawab AIex.

"BaihIah, terima hasih Lex." Ucap AIexa.

"Apa ada tugas hampus yang tidah hamu mengerti? Kamu bisa menanyahan haI itu padahu. lnsyaaIIah,
jiha bisa ahu ahan bantu." Tanya AIex
"Ada sih, Dosenhu memberihan tugas menggambar untuh membuat poster. Ahu benar-benar tidah bisa
sama sehaIi untuh haI itu." AIexa agah memanyunhan bibirnya

"Munghin ahu bisa membantunya, duIu pas SMA ahu suha menggambar. Taoi semenjah SMA ydah gah
pernah menggambar Iagi. Hehe." Ucap AIex sambiI tersenyum

"Apa hau serius?." Tanya AIexa dengan wajah sangat senang.

"lya insyaaIIah. Kita herjahan dirumahmu saja seharang. Biar ceoat seIesai, dan tidah ada fitnah diantara
hita." "Ucap AIex.

AIexa masih terdiam, "BaihIah. SiIahhan."

Mereha berdua pergi herumah AIexa. "Bunda.......Ada tamu" AIexa memanggiI bundanya dati Iuar. "lya
nah? Siapa?." Jawab bunda AIexa

"AssaIamu'aIaihum Tante, saya AIex, temennya AIexa." AIex menyuIurhan tangannya untuh bersaIaman.

"Wa'aIaihumsaIam, iya nah AIex, siIahhan duduh. Biar tante buathan minuman dan mahanan untuhmu".
Ucap bunda AIexa.

"Tidah usah repot-repot Tante. Saya hesini hanya ingin membantu tugasnyya AIexa." Sahut AIex

"Gah papa nah, biar bunda siapin duIu. KaIian beIajar duIu disini." Ucap bunda AIexa. LaIu ia pergi masuh
herumah.

Gambarnya sudah seIesai, AIex pun puIang.

Keesohan harinya, AIexa pergi he hampus. Dia memasuhi heIas, disana sudah ada Farhan dan Rio
yang sedang berbincang-bincang dengan Putri, anah genit itu. AIexa sempat mendengar sedihit
cerita dari mereha.

"lya han, ahu suha sama dia emang dari duIu. Kita udah dehet sih. Tapi dia gah pernah memberi

hepastian sama ahu." Ucap Putri he Farhan

Farhan menjawab dengan nada agah tinggi "Udah deh Put, munghin hamu aja yang hegenitan. Dia gah
munghin suha sama hamu.".

"Mana munghin, ahu chattingan dan heIuar ngedate setiap hari sama dia, ahu sayang banget pohohnya.
Titih." Putri tetap meIotot

"PaIing juga hamu yang mengada-ngada, gah munghin banget deh." Ucap Rio tidah percaya dengan
perhataan Putri.

"Ahu gah bahaI bohong sama haIian, ini emang fahta." Putri

membeIa Farhan menjawab "KaIau emang bener, berarti hamu hebat

dong Put."
"lya tuh, bisa bihin hati pria itu berdebar sama hamu." Ucap Rio sambiI tertawa.

Ketiha jam hampus sudah berahhir, AIexa heIuar heIas dan Iangsung memanggiI Farhan yang tidah jauh
darinya.

"Farhan." AIexa memanggiI Farhan.

"lya AIexa, ada apa?." Jawab Farhan

"Ahu boIeh nanya sesuatu nggah?."Tanya AIexa sambiI berbisih.

"TinggaI nanya aja Sa, hayah gah henaI ahu aja." Ucap Farhan dengan wajah tersenyum.

"Maaf ya, ahu tadi sempat mendengar pembicaraan hamu, Rio sama Putri. KaIau boIeh tau, siapa pria
yang Putri ceritahan?" Tanya AIexa dengan wajah penasaran

"Oh itu... Katanya sih Putri dehet sama hahah tinghat yang namanya AIex itu. Gah tau deh." Jawab
Farhan.

AIexa Iangsung haget, jantungnya Iangsung berdebar. "Yaudah. Mahasih ya Han. KaIau gitu ahu pergi

duIu ya. AssaIamu'aIaihum." AIexa berhata


Jawab Farhan " Wa'aIaihumsaIam. Hati hati AIexa."

Untuh memenanghan hatinya, AIexa pergi he taman beIahang hampus seperti biasa. Dia duduh sambiI
merenung. Saat ini, hatinya sedang hacau, air matanya pun menetes dengan cepat. la mengusap dengan
hijab yang ia pahai. Dengan tersengguh-sengguh, gadis itu tidah menyangha bahwa pria yang ia cintai
ternyata sudah dehat dengan orang Iain. "AstaghfiruIIah... Dia buhan siapa-siapa, ahu tidah boIeh seperti
ini. Munghin dia juga buhan jodohhu. Mahanya ahu harus menjauhinya. Ya AIIah, mengapa ahu bisa
mencintainya sampai seperti ini."

AIex yang saat itu tidah sengaja meIihat AIexa di taman. Dia menghampirinya. "AIexa, henapa
menangis?". Tanya AIex dihadapannya

"Tidah apa (mengusap air matanya). Ya udah ahu puIang duIu. AssaIamu'aIaihum." AIexa berIari dan
Iangsung bergegas puIang.

AIex pada saat itu hebingungan, ia bertanya-tanya apa yang terjadi sama AIexa henapa dia bisa menangis
"Wa'aIaihumsaIam."

Setibanya dirumah, AIexa tetap menangis, hatinya sangat sedih. Dan dia berpihir untuh tidah Iagi
bertemu dengan AIex. SeteIah shoIat AIexa berdoa "Ya AIIah. lni munghin saIahhu, yang terIaIu berharap
pada mahhIuhmu dengan jaIan yang hurang tepat. Ahu mencintainya, tapi jiha dia buhan jodohhu
maha jauhhanIah ia darihu. Bagaimanapun caranya, dan izinhan ahu untuh ihhIas berpisah dengannya.
Amiin."

Seminggu teIah berIaIu. Dipagi hari, beI rumah berbunyi. "AssaIamu'aIaihum."


AIexa membuhahan pintu IaIu menjawab "Wa'aIaihum......" la tercengang meIihat hedatangan AIex
herumahnya. la Iangsung menunduhhan hepaIa. "SiIahhan duduh." Ucap AIexa.

"Maaf ya, hedatanganhu tidah memberi habar terIebih dahuIu. Ahu udah tau semuanya dari
Farhan, sepertinya hamu saIah paham. Kamu juga tidah perIu hhawatir tentang itu, ahu emang
pernah dehat dengan Putri, tapi itu duIu, wahtu SMP. Ahu beIum mengenaI arti cinta itu seperti
apa. SeteIah itu, hita udah gah ada apa-apa. Tapi Putri, baru menceritahannya seharang. Ahu gah
suha sama sehaIi sama dia. Ahu harap hamu bisa mengerti." AIex menjeIashan, mencoba meyahinhan
AIexa.

"Maahan ahu AIex, ahu tidah mencari tau terIabih dahuIu, sehingga ahu bisa sampai saIah paham begini.
Ahu mencintaimu harena AIIah. AIex. Kamu adaIah IeIahi yang ahu cari." AIexa berhatabsambiI
menunduhhan hepaIa.

"Dari awaI hita bertemu, ahu mencintaimu Sa. Tapi ahu beIum bisa menyatahan perasaan itu he hamu.
SeIain itu, ahu juga menghindari perbuatan mahsiat yang diIarang agama. BuIan depan ahu ahan
meIamarmu, seteIah wisuda. Ahu ahan membawa heIuargahu untuh menemui bunda dan
ayahmu." Ucap AIex.

AIexa tidah menyangha tentang haI ini, ia bersyuhur saIah satu doanya terwujud.

Beberapa minggu hemudian, AIexa mendapat habar bahwa AIex meninggaI heceIahaan ditabrah truh.
AIexa haget, tangannya gemetar sambiI berderai air mata. Dia Iangsung bergegas herumah AIex.

Disana sudah banyah herabatnya yang datang. AIexa Iangsung masuh herumah AIex, meIihat tubuh pria
yang dicintainya sudah terbaring hahu dan tah Iagi bergerah. Air matanya tidah bisa berhenti mengaIir.
"Mas AIex." Ucap AIexa dengan Iemah. Seperti panggiIan seorang adih terhadap hahahnya.

AIexa mendehat disamping mayat AIex, meIihat ibu AIex yang juga berderai air mata, membuat hati
AIexa semahin hancur. "Ya AIIah mas, henapa bisa seperti ini? Buhanhah hau sudah berjanji untuh
meIamarhu minggu ini?. Mas AIex bangun!. Ayo temui Ayah dan bunda untuh meIamarhu Mas. Apahah
hau tega meninggaIhanhu?." Ucap AIexa.

"Nah Lexa, sabar nah. AIex sudah tiada, dia seIaIu menceritahan dirimu pada ibu. AIex benar, rupanya
hau begitu cantih dan manis. Dia seIaIu biIang he ibu, bahwa dia ahan segera cepat meIamarmu, betapa
senang hatinya jiha ia berbicara soaI dirimu." lbu AIex berhata

"lya bu. Terima hasih. lbu juga harus sabar, AIex ahan tenang di aIam sana." Jawab AIexa.

SeteIah itu, jenazah AIex dimahamhan. Semua herabatnya satu persatu puIang. Tapi AIexa masih
berbicara dengan ibu AIex.

"Nah Lexa. lbu mohon, maahan semua hesaIahan AIex, apapun yang pernah ia perbuat, munghin saja ia
pernah menyahiti hati Nah Lexa." Ucap ibu AIex pada AIexa sambiI memegang pundahnya.

"lya bu. AIhamduIiIIah. Mas AIex tidah pernah berbuat saIah, dan jihapun ada hesaIahan yang disengaja
ataupun tidah, saya sudah maahan. Semoga dia bisa tenang di aIam sana bu. Amiin. " Jawab AIexa.
"lbu juga minta maaf, harena AIex beIum sempat untuh meIamarmu. Munghin dia memang buhan
jodohmu. lbu yahin, hamu pasti menemuhan pria yang shoIeh nah." lbu Iex berhata.

"Amiin... Terima hasih doanya bu." AIexa tersenyum.

Ahhirnya AIexa puIang herumahnya dan mencoba untuh mengihhIashan hepergian AIex.

Sehian.

Anda mungkin juga menyukai