Anda di halaman 1dari 24

PENALARAN

Alvi Puspita

pengertian

Penalaran adalah proses


berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian.
Didasari sejumlah proposisi
(pernyataan/fakta) yang
diketahui atau dianggap benar
(pengamatan),
Proses seorang menyimpulkan

Menurut Tim Balai Pustaka (dalam


Shofiah, 2007 :14), istilah penalaran
mengandung tiga pengertian,
diantaranya :
1.Cara menggunakan nalar,
pemikiran atau cara berfikir logis.
2.Hal mengembangkan atau
mengendalikan sesuatu dengan nalar
dan bukan dengan perasaan atau
pengalaman.
3.Proses proses mental dalam
mengembangkan atau mengendalikan
pikiran dari beberapa fakta atau
prinsip

Dua bagian dalam penalaran,


yaitu :
proposisi yang dijadikan
dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens)
hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi
(consequence).
Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi
Penalaran dikelompokkan
menjadi dua yaitu penalaran

PENALARAN INDUKTIF

Penalaran induktif adalah cara


berpikir dengan menarik kesimpulan
umum dari pengamatan atas gejalagejala yang bersifat khusus.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Jika dipanaskan, logam memuai.

3 (tiga) macam PENALARAN INDUKTIF

1. Generalisasi adalah suatu proses


penalaran
yang
bertolak
dari
sejumlah fenomenal individual untuk
menurunkan suatu inferensi yang
bersifat umum yang mencakup
semua fenomena.
peristiwa-peristiwa
khusus
untuk
mengambil
kesimpulan
secara
umum.
dari segi bentuknya
dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu : loncatan
induktif dan yang bukan loncatan
induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45).

2 (dua) macam generalisasi

1. Generalisasi
Tanpa
Loncatan
Induktif
(Generalisasi
tidak
sempurna)
adalah
sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang
diberikan
cukup
banyak
dan
menyakinkan,
sehingga
tidak
terdapat
peluang
untuk
menyerang kembali.
2. Generalisasi
dengan
Loncatan
Induktif (Generalisasi sempurna)
adalah sebuah generalisasi bila
fakta-fakta
yang
digunakan
tersebut dianggap sudah mewakili

3 (tiga) macam PENALARAN INDUKTIF

2. Analogi yaitu proses membandingkan


dari dua hal yang berlainan
berdasarkan kesamaannya kemudian
berdasarkan kesamaannya itu ditarik
suatu kesimpulan.
Kesimpulan yang diambil dengan
analogi, yaitu kesimpulan dari
pendapat khusus dengan beberapa
pendapat khusus yang lain, dengan
cara membandingkan kondisinya.
Tujuan analogi adalah meramalkan
kesamaan, menyingkap kekeliruan
dan menyusun sebuah klasifikasi.

3 (tiga) macam PENALARAN INDUKTIF

3. Kausal

adalah paragraph yang dimulai dengan


mengemukakan fakta khusus yang menjadi
sebab, dan sampai pada simpulan yang
menjadi akibat.
Setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta merupakan hal-hal yang
diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan
sanggahan.
Hubungan kausal yang berlangsung dalam
tiga pola, yaitu : sebab akibat, akibat-sebab,
akibat-akibat.

PENALARAN deduktif

Penalaran deduktif adalah suatu


penalaran yang berpangkal pada
suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan
teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan
operasionalisasi.

PENALARAN deduktif

Jenis penalaran deduktif yaitu:


1.Silogisme Kategorial = Silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi.
2.Silogisme Hipotesis = Silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.
3.Silogisme Akternatif = Silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif.
4.Entimen = Silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.

PENALARAN deduktif

Penarikan kesimpulan deduktif


dibagi menjadi dua, yaitu penarikan
langsung dan tidak langsung.
Simpulan secara langsung adalah
penarikan simpulan yang ditarik
dari satu premis
simpulan secara adalah penarikan
simpulan dari dua premis Premis
yang pertama adalah premis yang
bersifat umum dan premis yang
kedua adalah premis yang bersifat
khusus.

Merupakan
gagasan,
pikiran,
kepercayaan,
atau
simpulan yang salah, keliru,
atau cacat.

1.
2.
3.

Deduksi yang salah


Generalisasi terlalu luas, dan
Pemilihan terbatas pada dua
alternatif

Salah nalar yang disebabkan oleh deduksi yang


salah merupakan salah nalar yang amat sering
dilakukan orang.
Contoh :
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah
disini karena dia miskin.

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh


jumlahpremisyang mendukung generalisasitidak
seimbang
dengan
besarnyageneralisasitersebut
sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah.
Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan
kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi,
sikap
menggampangkan,
malas
untuk
mengumpulkan dan menguji data secara memadai,
atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan
yang terbatas.
Contoh :
Anak-anak tidak boleh
memegang barang Anak-anak
tidak boleh memegang barang
orselen karena barang itu cepat

Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat
generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang
sangat sedikit.
Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
1.

Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan
generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum
diuji kebenaran atau kesalahannya.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi.
2.

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif


yang tidak tepat dengan pemilihan itu atau ini.
Contoh :
Engkau harus mengikuti kehendak ayah, atau
engkau harus berangkat kerumah ini.

1.
2.
3.
4.

Analogi yang salah


Argumentasi bidik
orang
Meniru-niru yang
sudah ada, dan
Penyamarataan para
ahli

Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan


sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan
salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain.

Contoh:
Sumini, seorang alumni
Universitas Indonesia, dapat
mengerjakan tugasnya dengan
baik. Oleh sebab itu, Tata,
seorang alumni Universitas
Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap


menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang
diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu
dihubungkan dengan orangnya.

Contoh:
Peserta penataran boeh
pulang sebelum waktunya
karena para undangan yang
mengahadiri acara
pembukaan pun sudah
pulang semua.

Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang


berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu
itu dapat kita lakukan kalau atasan kita
melakukan hal itu.

Contoh:
Peserta penataran boleh
pulang sebelum waktu nya
karna para undangan yang
menghadiri acara
pembukaan pun sudah
pulang semua.

Salah nalar ini disebapkan oleh anggapan orang tentang


berbagai ilmu dengan pandangan yang sama. Hal ini
akan mengakibatkan kekeliruan mengambil simpulan.

Contoh:
Perkembangan sistem
pelayanan kita dapat
dibahas secara panjang
lebar oleh Amad Panu,
seorang kayu yang terkenal
itu.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai