Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit akibat peningkatan tekanan darah dalam arteri


dengan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih atau samadengan 140 dan
90mmHg. Krisis hipertensi ialah keadaan klinik yang gawat yang disebabkan
karena tekanan darah yang meningkat, biasanya tekanan diastolic 140mmHg atau
lebih, disertai kegagalan/kerusakan target organ.

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh ke dalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun.
Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah
normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat
mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %. Krisis Hipertensi
adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan tekanan darah
yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik lebih atau
sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan gangguan
fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III ± IV menurutKeith-
Wagner (KW).

B. Tujuan

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
BAB 11

TINJAUN TEORI

A. KONSEP MEDIS
1. REVIEW ANATOMI FISIOLOGI
2. PEGERTIAN
Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan darah
yang disertai kerusakan atau yang mengancam kerusakan terget organ dan
memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan atau keparahan
target organ. The Fifth Report of the Joint National Comitte on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7, 2004).
Krisis hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang mana dapat
menyebabkan stroke dengan tekanan sistolik mencapai 180mmHg dan diastolic
mencapai 120mmHg, sehingga merusak pembuluh darah ( De Caro, 2010).

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Krisis hipertensi ditandai dengan peningkatan akut tekanan darah sistolik >
180/120 mmHg. JNC 7 membagi krisis hipertensi berdasarkan ada atau tidaknya
bukti kerusakan organ sasaran yang progresif (hipertensi emergensi dan
hipertensi urgensi). Bukti kerusakan organ sasaran yang dimaksud antara lain
ensefalopati hipertensif, infark miokard akut, gagal jantung kiri disertai edema
paru, diseksi aneurisma aorta, dan eklamsia. Klasifikasi ini berdampak pada tata
laksana pasien. Upaya penurunan tekanan darah pada kasus hipertensi emergensi
harus dilakukan segera (< 1 jam) sedangkan pada kasus hipertensi urgensi dapat
dilakukan dalam beberapa kurun waktu beberapa jam hingga beberapa hari
(Chobanian, 2003; Schiffrin, 2004).
3. MANOFESTASI KLINIS
Menurut Alspach (2013) tanda gejala yang muncul pada penderita krisis
hipertensi dapat dilihat dari 2 kriteria, yaitu:
1. Riwayat
- Hipertensi kronik
- Keluarga memiliki riwayat hipertensi
- Riwayat CAD dengan kerusakan ginjal

2. Gambaran klinis hipertensi enselopati

- Tekanan darah mencapai 250/150mmHg

- Retinopati

- Papilledema
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
- Sakit kepala hebat

- Muntah

- Peningkatan MAP

- Tanda gejala kegagalan hepar

Gejala dan tanda-tanda hipertensi krisis bervariasi dari satu pasien ke pasien. Sakit
kepala, mengubah tingkat kesadaran, dan/atau tanda-tanda neurologis fokus
terlihat di pasien dengan ensefalopati hipertensi. Pada pemeriksaan fisik pasien ini
mungkin memiliki retinopati dengan perubahan yang arteriolar, perdarahan dan
getah pohon, serta papilledema. Pada pasien lain, manifestasi kardiovaskular
krisis hipertensi mungkin mendominasi, dengan angina, infark miokard akut atau
gagal akut ventrikel kiri . Pada beberapa pasien, cedera parah ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal akut dengan oliguria sering terjadi pada dan/atau
hematuria (Hickler, 2003;

Garcia, 2007).

Pada pasien hamil, ketinggian akut tekanan darah dapat berkisar dari ringan untuk
proses penyakit yang mengancam jiwa. Fitur klinis bervariasi tetapi mungkin
termasuk bidang visual Cacat, sakit kepala parah, kejang, mengubah status
mental, akut peristiwa serebrovaskular kecelakaan, parah kuadran kanan atas sakit
perut, jantung kongestif dan oliguria sering terjadi pada. Dalam sebagian besar
kasus, proses ini hanya dapat diakhiri oleh pengiriman. Keputusan untuk

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
melanjutkan kehamilan atau memberikan harus dilakukan setelah konsultasi
antara personil medis dan kebidanan (Varon & Marik, 2003).

4. PATOFISOLOGI DAN PATWAY


Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol. Karena ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat
antihipertensi menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga memungkinkan
seseorang terserang hipertensi yang semakin berat ( Krisis hipertensi ). Stres juga
dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi
sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya mengandung hormon
estrogen serta progesteron yang menyebabkan tekanan pembuluh darah
meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah pada hipertensi,
kalau tekanan darah semakin meningkat, maka besar kemungkinan terjadi krisis
hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke otak
sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan gangguan
perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga terjadi gangguan
mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak akan terjadi gangguan
perfusi jaringan. Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
miokardium miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi
penurunan kontraktilitas yang berakibat penurunan COP. Paru-paru juga akan
terjadi peningkatan volum darah paru yang menyababkan penurunan ekspansi
paru sehingga terjadi dipsnea dan penurunan oksigenasi yang menyebabkan
kelemahan. Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga
terjadi diplopia bisa menyebabkan injury.
5. PENATALAKSANAAN
1. Cara mengantisipasi pasien dengan penurunan tekanan darah sangat peting
dalam pencegahan dan meminimalisir kerusakan organ, dengan cara sebagai
berikut (Feldstein, 2007).
a. Nutrisi
- Mendapatkan asupan akurat dan pengukuran output, bersama dengan berat
badan setiap hari
- Diet sodium dibatasi
- Diet berkonsultasi: untuk pendidikan pada kontrol berat badan, pembatasan
natrium
b. Discharge planning: pendidikan pasien tentang berikut.
- Pentingnya kontrol tekanan darah: berisiko tinggi untuk ginjal, otak, masalah
koroner dengan hipertensi yang tidak terkontrol
- Perlu untuk ditindaklanjuti untuk menilai efektivitas obat-obatan dan untuk
memeriksa efek samping potensial dari terapi

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
- Modifikasi gaya hidup: pembatasan asupan natrium, berhenti merokok,
moderasi dalam penggunaan alkohol, berjalan program pengendalian berat
badan
c. Farmakologi
Pada hipertensi emergensi dan disertai kerusakan organ sasaran maka penderita
dirawat diruang intensive care unit (ICU) dan diberikan salah satu dan obat anti
hipertensi intravena
1) Sodium nitropusside : merupakan vasodilator direkuat baik arterial maupun
vena . Secara intra vena mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1-2
dosis 1 – 6 ug / kg / menit
2) Nitroglyserine : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah, tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagia vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2-5
menit, duration of action 3 – 5 menit, Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus
I.V Efek samping : sakit kepala, mual, muntah , hipotensi
3) Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara I.
V bolus. Onset of action 1 -2 menit, efek puncak pada 3 - % menit, duration
of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan
25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping :
hipotensi dan syok, mual, muntah, distensi abdomen, hiperurizemia dan
aritmia
4) Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri Onset of action : oral 0,5 – 1
jam, I.V : 10 – 20 menitduration of action: 6-12 jam. Dosis : 10-20 mg I.V,
10-40 mg I.M . Penggunaanya bersama alfa agonist central ataupun beta
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
blocker untuk mengurangi reflek takikardi dan diuretik untuk mengurangi
volume intravaskular. Efek samping : refleks takikardi, meningkatkan stroke
volume dan cardiac output, eksaserbasi angina, MCI akut, dll
5) Enalapriat : merupakan vasodilator golongan ACE inhibitor. Onset on action
15 – 60 menit. Dosis : 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam I.V.
6) Phentolamine (regitine) : termasuk golongan alpha adrenergik bloker.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelainan kethekolamin. Dosis 5-20
mg secara I.V atau I.M
7) Trimethapan camsylate : termasuk golongan blocking agent dan menginbisi
sistem simpatis dan parasimpatis Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus I.V
Onset of action : 1 – 5 menit Duration of action : 10 menit Efek samping :
opstipasi, ileus, retensi urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut
kering
8) Dan Labetalol ; termasuk golongan alpha dan beta blocking aggents. Dosis:
20-80 mmHg secara I.V bolus setiap 10 menit : 2 mg / menit secara I.V Onset
of action : 5 – 10 menit. Efek samping : hipotensi orthotastik, somnolen,
hoyong, sakit kepala,bradikardi Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset
of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi ,
respons unpredictable dan komplikasi lebih sering di jumpai
9) Methyldopa ; termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus / jam Onset of action ; 30 –
60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Karena onset of actionya bisa

8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
tak terduga dan khasiatnya tidak konsisten, obat ini tidak disukai untuk terapi
awal
10) Clonidine : termasuk golongan alpha agonist central. Dosis : 0,15 mg I.V
pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau I.M 150 ug dalam 100cc
dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action ; 5 – 10 menit dan mencapai
maksimal setelh 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk ,
sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada karotis. Bila dihentikan secar
atiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat
6. KOMPLIKASI
1. Iskemia atau Infark Miokard.
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada
berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan
adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan resistensi
sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang dapat dipakai
adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif.
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan
gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan bersama-sama dengan
oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan karena dapat
menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga dapat menurunkan
preload dan afterload merupakan obat pilihan yang lain.
3. Diseksi Aorta Akut.
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah
yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut. Untuk
menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera diturunkan.
Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100 mmHg, atau lebih
rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target. Obat pilihan adalah
vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama penghambat reseptor b.
Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal.
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan
darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian tekanan darah
dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok, siklosporin,
kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli. Penatalaksanaan
adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular sistemik tanpa
mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti nikardipin dapat
dipakai pada keadaan ini.
5. Eklampsia.
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang pada
kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan
melahirkan bayi atau mengeluarkan janin. Hidralazin digunakan untuk
menurunkan tekanan darah karena tidak mengganggu aliran darah uterus.
Labetalol juga dapat dipakai pada keadaan ini.
6. Krisis Katekolamin.

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis kokain.
Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan infark
miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis katekolamin, meski
labetalol juga terbukti efektif.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
1. Pengkajian
a) Identitas.
Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama,
Bangsa. Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
b) Pengkajian Primer.
a. Airway
Bersihan jalan nafas.
Adanya/ tidaknya jalan nafas.
Distres pernafasan.
Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring.
b. Breathing
Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada.
Suara nafas melalui hidung atau mulut.
Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
c. Circulation
Denyut nadi karotis.
Tekanan darah.
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
Warna kulit, kelembapan kulit.
Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal.
d. Disability
Tingkat kesadaran.
Gerakan ekstremitas.
GCS ( Glasgow Coma Scale ).
Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
e. Eksposure
Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 ).
2. Dasar Data Pengkajian.
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor stress
multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
d. Eliminasi.
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e. Makanan/Cairan.
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
f.Neurosensori.
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optic.
g. Nyeri/ketidaknyamanan.
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen.
h. Pernapasan.
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis.
i.Keamanan.
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan. Tanda : episode parestesia unilateral
transien, hipotensi postura.
j.Pembelajaran/Penyuluhan.
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.

BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita
yangmemerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang
ketat
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

Anda mungkin juga menyukai