Tanpa sadar kita sering melakukan kekeliruan dalam proses berpikir. Kesalahan penalaran
adalah argumen yang sepertinya tampak benar, tapi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan,
ternyata tidak benar.
Argumen yang premisnya tidak mendukung kesimpulan adalah salah satu kesimpulan yang
bisa salah bahkan jika semua premisnya benar. Dalam kasus semacam ini, penalaran yang
dilakukan buruk, dan argumen yang dipakai bisa dikatakan keliru. Sebuah kesalahan adalah
suatu kesesatan dalam berpikir. Setiap kesalahan adalah jenis argumen yang salah.
Empat jenis utama kesalahan penalaran, yaitu: kesalahan relevansi, kesalahan karena induksi
yang lemah, kesalahan praduga, dan kesalahan ambiguitas.
B. KESALAHAN RELEVANSI
Kesalahan relevansi terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan
kesimpulan. Misalnya, bukti, peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau
tidak menunjang sebuah kesimpulan. Jadi perlu hati-hati, ketika sebuah argumen bergantung
pada premis yang tidak relevan dengan kesimpulan, maka tidak mungkin dibangun
kebenarannya.
Dalam kesalahan relevansi, argumen bergantung pada tempat yang mungkin tampak relevan,
namun, pada kenyataannya tidak. Argumen seperti ini kesalahan karena mereka mengalihkan
perhatian dari fakta yang relevan dan berusaha untuk membuktikan kebenaran kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak relevan. Kesesatan ini timbul apabila seseorang menarik
kesimpulan yang tidak relevan dengan premis yang ada. Dari sisi logika dapat dikatakan,
kesimpulan yang ditarik tidak merupakan implikasi dari premisnya. Jadi, tidak ada sama
sekali hubungan logis antara premis dan kesimpulannya.
Beberapa macam kesalahan penalaran yang termasuk dalam kesalahan relevansi adalah:
1. Menampilkan emosi: Argumentum Ad Populum
Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis tidak
perlu. Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya terbakar
dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya terdapat
pada pidato politik, demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya.
Contoh: Kalau cinta tanah air, beli produk tanah air.
2. Menampilkan rasa kasihan: Argumentum Ad Misericordiam
Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditujukan
untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima. Argumen ini
biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan.
Contoh: Seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri karena
lapar dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit, oleh karena itu
ia meminta hakim membebaskannya.
3. Menampilkan kekuasaan/power: Argumentum Ad Baculum
Penunjukkan kekuasaan, untuk penerimaan kesimpulan, menujukkan adalah kesesatan
pikir yang sejak awal tidak memerlukan untuk didiskusikan sama sekali. Tujuannya adalah
menekan dan memenakut- nakuti.
Argumentum ad baculum banyak digunakan oleh orang tua agar anaknya menurut pada
apa yang diperintahkan, contoh menakut-nakuti anak kecil: Bila tidak mau mandi nanti
didatangi oleh wewe gombel (sejenis hantu yang mengerikan).
Contoh:
·Bila anda tidak percaya kepada Tuhan, maka akan masuk neraka dan disiksa secara
mengerikan sekali selama-lamanya.
·Apabila anda tidak mengakui bahwa pendapat saya adalah benar, maka anda adalah
seorang pengkhianat.
2. Argumentum Ad Verecundiam
Kesalahan penalaran jenis argument ad verecundiam terjadi ketika meminta penjelasan
dari orang yang terkemuka namun tidak memiliki legitimasi atau yang kompeten di
bidangnya. Jadi, kesesatan ini disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak
berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena disebabkan oleh orang yang
mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang pakar. Secara
logis tentu dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada orang yang
dianggap pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan
penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, “Tantum valet auctoritas, quantum valet
argumentation”; yang maknanya, „Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai argumentasinya‟.
Contoh: Meminta Picasso untuk menjelaskan mengapa perekonomian kita merosot.
Kesalahan kategori kedua ini mengandung kekeliruan praduga yang meragukan atau tidak
benar yang dianggap benar. Kita harus dapat melihat mengapa asumsi-asumsi dibuat, dan
bagaimana menghindari membuat kesalahan atau terpengaruh oleh kesalahan jenis ini.
1. Kesesatan Aksidensi
Adalah kesesatan penalaran yang dilakukan oleh seseorang bila ia memaksakan aturan-
aturan/ cara- cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat
aksidental; yaitu situasi yang bersifat kebetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak.
Contoh:
·Gula baik karena gula adalah sumber energi, maka gula juga baik untuk penderita
diabetes.
E. FALLACIES OF AMBIGUITY
Dalam kesalahan ambiguitas, penalaran menjadi salah karena kata atau frase dalam argumen
menyesatkan. Faktor bahasa dapat menjadi satu sumber kekeliruan. Makna kata yang jamak
dan kesalahan penempatan kata dalam sebuah kalimat, menyebabkan makna kalimat
bersangkutan menjadi bercabang atau membingungkan (ambiguitas).
1. Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu kata mempunyai lebih
dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama,
maka terjadilah kesesatan penalaran. Ada dua jenis kesesatan ekuivokasi, verbal dan non
verbal.
a. Kesesatan Ekuivokasi verbal
Adalah kesesatan ekuivokasi yang terjadi pada pembicaraan dimana bunyi yang sama disalah
artikan menjadi dua maksud yang berbeda.
Contoh:
·Bisa (dapat) dan bisa (racun ular)
·Menjilat (es krim) dan menjilat (ungkapan yang dikenakan pada seseorang yang memuji
berlebihan dengan tujuan tertentu)
b. Kesesatan Ekuivokasi non-verbal
Contoh:
·Menggunakan kain/ pakaian putih-putih berarti orang suci. Di India wanita yang
menggunakan kain sari putih-putih umumnya adalah janda
·Bergandengan sesama jenis pasti homo
2.Kesesatan Amfiboli
Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat
sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak sebuah kata atau
3.Kesesatan Aksentuasi
Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus
diberi tekanan. Perubahan dalam tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan
arti. Karena itu kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat menimbulkan perbedaan
arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.
a. Kesesatan aksentuasi verbal
Contoh:
·Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran)
·Apel (buah) dan apel bendera (menghadiri upacara bendera)
·Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting)
·Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu) b. Kesesatan aksentuasi non-
verbal
Contoh sebuah iklan:
"Dengan 2,5 juta bisa membawa motor"
Mengapa bahasa dalam iklan ini termasuk kesesatan aksentuasi non-verbal (contoh kasus):
Karena motor ternyata baru bisa dibawa (pulang) tidak hanya dengan uang 2,5 juta tetapi juga
dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP, rekening listrik terakhir dan
keterangan surat kepemilikan rumah, termasuk masih ada angsuran yang harus dibayar.