Anda di halaman 1dari 6

KESALAHAN / FALLACIES PENALARAN

A. APAKAH KESALAHAN PENALARAN ITU?

Tanpa sadar kita sering melakukan kekeliruan dalam proses berpikir. Kesalahan penalaran
adalah argumen yang sepertinya tampak benar, tapi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan,
ternyata tidak benar.
Argumen yang premisnya tidak mendukung kesimpulan adalah salah satu kesimpulan yang
bisa salah bahkan jika semua premisnya benar. Dalam kasus semacam ini, penalaran yang
dilakukan buruk, dan argumen yang dipakai bisa dikatakan keliru. Sebuah kesalahan adalah
suatu kesesatan dalam berpikir. Setiap kesalahan adalah jenis argumen yang salah.
Empat jenis utama kesalahan penalaran, yaitu: kesalahan relevansi, kesalahan karena induksi
yang lemah, kesalahan praduga, dan kesalahan ambiguitas.

B. KESALAHAN RELEVANSI

Kesalahan relevansi terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan
kesimpulan. Misalnya, bukti, peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau
tidak menunjang sebuah kesimpulan. Jadi perlu hati-hati, ketika sebuah argumen bergantung
pada premis yang tidak relevan dengan kesimpulan, maka tidak mungkin dibangun
kebenarannya.
Dalam kesalahan relevansi, argumen bergantung pada tempat yang mungkin tampak relevan,
namun, pada kenyataannya tidak. Argumen seperti ini kesalahan karena mereka mengalihkan
perhatian dari fakta yang relevan dan berusaha untuk membuktikan kebenaran kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak relevan. Kesesatan ini timbul apabila seseorang menarik
kesimpulan yang tidak relevan dengan premis yang ada. Dari sisi logika dapat dikatakan,
kesimpulan yang ditarik tidak merupakan implikasi dari premisnya. Jadi, tidak ada sama
sekali hubungan logis antara premis dan kesimpulannya.
Beberapa macam kesalahan penalaran yang termasuk dalam kesalahan relevansi adalah:
1. Menampilkan emosi: Argumentum Ad Populum
Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis tidak
perlu. Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya terbakar
dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya terdapat
pada pidato politik, demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya.
Contoh: Kalau cinta tanah air, beli produk tanah air.
2. Menampilkan rasa kasihan: Argumentum Ad Misericordiam
Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditujukan
untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima. Argumen ini
biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan.
Contoh: Seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri karena
lapar dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit, oleh karena itu
ia meminta hakim membebaskannya.
3. Menampilkan kekuasaan/power: Argumentum Ad Baculum
Penunjukkan kekuasaan, untuk penerimaan kesimpulan, menujukkan adalah kesesatan
pikir yang sejak awal tidak memerlukan untuk didiskusikan sama sekali. Tujuannya adalah
menekan dan memenakut- nakuti.
Argumentum ad baculum banyak digunakan oleh orang tua agar anaknya menurut pada
apa yang diperintahkan, contoh menakut-nakuti anak kecil: Bila tidak mau mandi nanti
didatangi oleh wewe gombel (sejenis hantu yang mengerikan).
Contoh:
·Bila anda tidak percaya kepada Tuhan, maka akan masuk neraka dan disiksa secara
mengerikan sekali selama-lamanya.
·Apabila anda tidak mengakui bahwa pendapat saya adalah benar, maka anda adalah
seorang pengkhianat.

MK Berpikir Kritis_ Kesalahan Penalaran Page 1


4.Argumentum Ad Hominem
Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak sesuatu
usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan
dengan kepentingan si pembuat usul. Jadi sebuah kesesatan penalaran yang berupa
menyerang pribadi dari orang yang menyampaikan pendapat, bukan pada pendapat itu
sendiri.
Contoh:
·Hati-hati bergaul dengan Anton. Ayahnya seorang mantan tapol.
·Jangan banyak bertanya, kamu masih anak ingusan.

Ada dua jenis argumentum ad hominem, yaitu:


a. Abusif,
yaitu serangan terhadap pribadi atau personal abuse. Argumentum ad Hominem tipe
pertama ini adalah argumen yang diarahkan untuk menyerang manusianya secara
langsung. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap
pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen. Hal ini keliru karena ukuran logika
dihubungkan dengan kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang yang
sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya. Argumen ini
juga dapat menggambarkan aspek penilaian psikologis terhadap pribadi seseorang atau
karakteristik personal yang melibatkan gender, fisik atau sifat.
b. Circumstantial,
yaitu serangan yang menitikberatkan pada keyakinan seseorang dan lingkungan
hidupnya. Pada umumnya ad hominem tipe ini menunjukkan pola pikir yang diarahkan
pada pengutamaan kepentingan pribadi, suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan
kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA. Sebagai contoh: Saya tidak setuju
dengan apa yang Pembicara S katakan karena ia bukan orang Islam. Demikian juga
ketika ada dua orang yang terlibat dalam sebuah konflik atau perdebatan, ada
kemungkinan masing-masing pihak tidak dapat menemukan titik temu dikarenakan
mereka tidak mengetahui apakah argumen masing- masing itu benar atau keliru. Hal ini
terjadi ketika masing-masing pihak beragumen atas dasar titik tolak dari ruang lingkup
yang berbeda satu sama lain.
Kedua tipe Argumentum ad hominem adalah argumentasi-argumentasi yang mengarah
kepada hal-hal negatif dan biasanya melibatkan emosi.

5. Kesimpulan tidak sesuai: Ignoratio Elenchi


Ignoratio elenchi adalah kesesatan yang terjadi saat seseorang menarik kesimpulan yang
tidak relevan dengan premisnya. Loncatan dari premis ke kesimpulan semacam ini umum
dilatarbelakangi prasangka, emosi, dan perasaan subyektif. Ignoratio elenchi juga dikenal
sebagai kesesatan "red herring".
Contoh:
·Kasus pembunuhan umat minoritas difokuskan pada agamanya, bukan pada tindak
kekerasannya.
·Seorang pejabat berbuat dermawan; sudah pasti dia tidak tulus/mencari muka.
·Saya tidak percaya aktivis mahasiswa yang naik mobil pribadi ke kampus.
·Sia-sia bicara politik kalau mengurus keluarga saja tidak becus.

C. KESESATAN KARENA INDUKSI YANG LEMAH/CACAT

1. Argumentum ad Ignorantiam (argumen dari ketidaktahuan)


Kesalahan terjadi ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar
bahwa belum terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
Contoh:
·Karena tidak ada yang berdemonstrasi, saya anggap semua masyarakat setuju kenaikan
BBM.
·Saya belum pernah lihat Tuhan, setan, dan hantu; sudah pasti mereka tidak ada.

MK Berpikir Kritis_ Kesalahan Penalaran Page 2


Sanggahan atas Galileo adalah contoh nyata kesesatan pikir. Pihak pemerintah yang
merasa dirinya ahli dan tidak mungkin salah sampai akhirnya memutuskan untuk
menghukum mati Galileo. Galileo adalah orang pertama yang melaporkan adanya gunung
dan lembah di bulan, kesimpulan yang diambil melihat dari pola bayangan yang ada di
permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu "kasar dan tidak rata,
seperti permukaan bumi sendiri", tidak seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan
bulan adalah bola sempurna yang diikuti oleh para teolog jaman itu.

2. Argumentum Ad Verecundiam
Kesalahan penalaran jenis argument ad verecundiam terjadi ketika meminta penjelasan
dari orang yang terkemuka namun tidak memiliki legitimasi atau yang kompeten di
bidangnya. Jadi, kesesatan ini disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak
berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena disebabkan oleh orang yang
mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang pakar. Secara
logis tentu dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada orang yang
dianggap pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan
penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, “Tantum valet auctoritas, quantum valet
argumentation”; yang maknanya, „Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai argumentasinya‟.
Contoh: Meminta Picasso untuk menjelaskan mengapa perekonomian kita merosot.

3. Kesesatan non causa pro causa (False Cause)


Kesesatan yang dilakukan karena penarikan penyimpulan sebab-akibat dari apa yang
terjadi sebelumnya adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berdasarkan dua
peristiwa yang terjadi secara berurutan. Orang lalu cenderung berkesimpulan bahwa
peristiwa pertama merupakan penyeab bagi peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah
akiat dari peristiwa pertama - padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya
menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Kesesatan ini dikenal pula dengan nama kesesatan post-hoc ergo propter hoc (sesudahnya
maka karenanya)
Contoh:
Seorang pemuda setelah diketahui baru putus cinta dengan pacarnya, esoknya sakit.
Tetangganya menyimpulkan bahwa sang pemuda sakit karena baru putus cinta.
Kesesatan: Padahal diagnosa dokter adalah si pemuda terkena radang paru-paru karena
kebiasaannya merokok tanpa henti sejak sepuluh tahun yang lalu.

4. Hasty Generalization (Generalisasi yang tergesa-gesa)


Kesalahan pikir karena generalisasi yang terlalu cepat. Misalnya, sudah langsung
menggeneralisir bahwa semua DPR adalah pejabat yang suka korupsi. Dengan
mengatakan anggota DPR adalah koruptor,
merupakan sebuah kesesatan pikir, sebab pasti ada juga anggota DPR yang bersih. Namun
kesan yang ada adalah seluruh DPR itu koruptor.

D. FALLACIES OF PRESUMPTION / KESALAHAN PRADUGA

Kesalahan kategori kedua ini mengandung kekeliruan praduga yang meragukan atau tidak
benar yang dianggap benar. Kita harus dapat melihat mengapa asumsi-asumsi dibuat, dan
bagaimana menghindari membuat kesalahan atau terpengaruh oleh kesalahan jenis ini.
1. Kesesatan Aksidensi
Adalah kesesatan penalaran yang dilakukan oleh seseorang bila ia memaksakan aturan-
aturan/ cara- cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat
aksidental; yaitu situasi yang bersifat kebetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak.
Contoh:
·Gula baik karena gula adalah sumber energi, maka gula juga baik untuk penderita
diabetes.

MK Berpikir Kritis_ Kesalahan Penalaran Page 3


·Orang yang makan banyak daging akan menjadi kuat dan sehat, karena itu vegetarian
juga seharusnya makan banyak daging supaya sehat.

2.Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks


Kesesatan ini bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa
sehingga sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana, namun sebetulnya bersifat
kompleks.
Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maksud dari kesesatan ini adalah karena
pertanyaan yang diajukan sangat kompleks, bukan hanya pertanyaan yang memerlukan
jawaban ya atau tidak.
Contoh:
·Apakah kamu yang mengambil majalahku? Jawab ya atau tidak.
·Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh penyidik kepada calon tersangka atau
saksi.

3.Begging the Question: Petitio Principii


Mengajukan pertanyaan dengan mengasumsikan kebenaran dari apa yang berusaha untuk
dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya. Kesesatan petitio principii juga dikenal
karena pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
Kesesatan terjadi dalam kesimpulan atau pernyataan pembenaran di mana premis
digunakan sebagai kesimpulan dan sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Sehingga
meskipun rumusan (teks/kalimat) yang digunakan berbeda, sebetulnya sama maknanya.
Contoh:·Belajar logika berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam berpikir
tepat ada logika.
·"Anda tahu kan kantor masuknya jam 8, kenapa baru masuk jam 9?" "Ya karena saya
telat, pak."

E. FALLACIES OF AMBIGUITY

Dalam kesalahan ambiguitas, penalaran menjadi salah karena kata atau frase dalam argumen
menyesatkan. Faktor bahasa dapat menjadi satu sumber kekeliruan. Makna kata yang jamak
dan kesalahan penempatan kata dalam sebuah kalimat, menyebabkan makna kalimat
bersangkutan menjadi bercabang atau membingungkan (ambiguitas).

1. Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu kata mempunyai lebih
dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama,
maka terjadilah kesesatan penalaran. Ada dua jenis kesesatan ekuivokasi, verbal dan non
verbal.
a. Kesesatan Ekuivokasi verbal
Adalah kesesatan ekuivokasi yang terjadi pada pembicaraan dimana bunyi yang sama disalah
artikan menjadi dua maksud yang berbeda.
Contoh:
·Bisa (dapat) dan bisa (racun ular)
·Menjilat (es krim) dan menjilat (ungkapan yang dikenakan pada seseorang yang memuji
berlebihan dengan tujuan tertentu)
b. Kesesatan Ekuivokasi non-verbal
Contoh:
·Menggunakan kain/ pakaian putih-putih berarti orang suci. Di India wanita yang
menggunakan kain sari putih-putih umumnya adalah janda
·Bergandengan sesama jenis pasti homo

2.Kesesatan Amfiboli
Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat
sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak sebuah kata atau

MK Berpikir Kritis_ Kesalahan Penalaran Page 4


term tertentu dalam konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih dari satu penafsiran
mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja makna yang benar sementara makna yang
lain pasti salah.
Contoh: Dijual kursi bayi tanpa lengan.
·Arti 1: Dijual sebuah kursi untuk seorang bayi tanpa lengan.
·Arti 2: Dijual sebuah kursi tanpa dudukan lengan khusus untuk bayi.
Penulisan yang benar adalah: Dijual kursi bayi, tanpa lengan kursi.
Contoh lain: Kucing makan tikus mati.
·Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
·Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati
·Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati.

3.Kesesatan Aksentuasi
Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus
diberi tekanan. Perubahan dalam tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan
arti. Karena itu kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat menimbulkan perbedaan
arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.
a. Kesesatan aksentuasi verbal
Contoh:
·Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran)
·Apel (buah) dan apel bendera (menghadiri upacara bendera)
·Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting)
·Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu) b. Kesesatan aksentuasi non-
verbal
Contoh sebuah iklan:
"Dengan 2,5 juta bisa membawa motor"
Mengapa bahasa dalam iklan ini termasuk kesesatan aksentuasi non-verbal (contoh kasus):
Karena motor ternyata baru bisa dibawa (pulang) tidak hanya dengan uang 2,5 juta tetapi juga
dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP, rekening listrik terakhir dan
keterangan surat kepemilikan rumah, termasuk masih ada angsuran yang harus dibayar.

4. Kesesatan karena komposisi


Kesesatan karena komposisi terjadi bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang
benar (berlaku) bagi individu atau beberapa individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga
benar (berlaku) bagi seluruh kelompok secara kolektif.
Contoh: Badu ditilang oleh polisi lalu lintas di sekitar jalan Sudirman dan Thamrin dan polisi
itu meminta uang sebesar Rp. 100.000 bila Badu tidak ingin ditilang, maka semua polisi lalu
lintas di sekitar jalan sudirman dan thamrin adalah pasti pelaku pemalakan.

5. Kesesatan karena divisi


Kesesatan karena divisi terjadi bila seseorang beranggapan bahwa apa yang benar (berlaku)
bagi seluruh kelompok secara kolektif pasti juga benar (berlaku) bagi individu-individu
dalam kelompok tersebut.
Contoh:
·Umumnya pasangan artis-artis yang baru menikah pasti lalu bercerai. Dona Agnesia dan
Darius adalah pasangan artis yang baru menikah, pasti sebentar lagi mereka bercerai.
·Banyak pejabat pemerintahan korupsi. Budi adalah anggota DPR, maka Budi juga korupsi.

MK Berpikir Kritis_ Kesalahan Penalaran Page 5


Coba Anda perhatikan contoh di bawah ini.
(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena jalannya macet
(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada waktu.
Kalimat di atas merupakan bagian surat yang sering kita lihat pada surat pemberitahuan. Jika
dilihat selintas memang kalimat di atas tampak efektif karena mudah kita pahami. Akan tetapi, kalimat
tersebut sebenarnya tidak efektif karena salah nalar. Pada kalimat (a) terdapat frasa jalannya macet.
Di dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI, 1994: 611) kata macet berarti terhenti atau tidak
lancar. Kata terhenti atau frasa
tidak lancar hanya boleh mengikuti kata yang bermakna ’gerak.’ Sedangkan kata jalan tidak
mengandung makna ’gerak.’ Oleh karena itu, frasa jalanya macet mengalamai salah nalar, karena
kata jalan pada konteks kalimat tersebut memang tidak pernah bergerak.
Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada kalimat (b). Tuhan telah memberikan waktu kepada kita
24 jam dalam satu hari dan satu malam. Jadi kalau ia tidak bisa arisan karena tidak ada waktu, berarti
terjadi salah nalar. Kemungkinan yang tidak ada adalah kesempatan, karena setiap orang memiliki
kesempatan yang berbeda-beda.
Dua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena lala lintas macet
(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada kesempatan untuk datang.
Masih banyak contoh kalimat lain yang salah nalar, misalnya:
(a) Mobil Pak Sanusi mau dijual.
(b) Waktu dan tempat kami persilakan kepada Bapak Rustamaji.
(c) Bola berhasil masuk ke gawang lawan.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(a) Mobil Pak Sanusi akan dijual.
(b) Bapak Rustamji kami persilakan.
(c) Ronaldo berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.

MK Berpikir Kritis_ Kesalahan Penalaran Page 6

Anda mungkin juga menyukai