Anda di halaman 1dari 27

BAB 3

PEMBAHASAN
KORUPSI DI HONGKONG
IACC Hong Kong Independent Commision Againts Corruption merupakan lembaga seperti KPK
di Hong Kong. Lembaga ini berdiri sejak Februari 1974 untuk memberantas kasus-kasus korupsi
yang bergejolak ketika itu. Sektor pembangunan mengalami perkembangan pesat pada 1960-an
hingga 1970-an. Selain berdampak positif, ada juga yang memanfaatkannya untuk mencari
"ladang tambahan" bagi kepentingan pribadi. Selain itu, muncul stigma di masyarakat bahwa
pelayanan baik dan cepat baru bisa didapat setelah memberikan uang kepada oknum aparat
pemerintah. Akibatnya, suap dan praktik korupsi berkembang di Hong Kong. Tak hanya itu,
Kepolisian Hong Kong juga terindikasi melindungi pelaku perjudian, prostitusi, dan bandar
narkoba. Ini membuat praktik korupsi di negara itu semakin liar. IIACC pun dibentuk untuk
membereskan masalah tersebut. Lembaga ini memiliki tiga strategi untuk memberantas korupsi,
yakni pencegahan, penindakan dan pendidikan.
Hongkong termasuk salah satu negara unik di dunia karena bentuknya sebagai negara
kota. Memaparkan lebih jauh tentang korupsi di Hongkong, tentunya tidak dapat dipisahkan dari
dua negara besar lainnya. Dimana perkembangan sosial dan politik Hongkong dipengaruhi oleh
Inggris dan China.Inggris yang menjadikan Hongkong sebagai koloninya cenderung
menguasai perpolitikannya dan Cina menguasai perekonomiannya
.Ditelaah lebih lanjut, Hongkong sebagai negara koloni Inggris sedikit berbeda dengan
jenis koloni lainnya karena digunakan sebagai gerbang diplomasi Asia dan sebagai tempat
pelabuhan terbuka bagi negara Inggris.
Hongkong menjadi koloni pemerintah Inggris selama 155 tahun yakni dari 1842 hingga 1997,
namun hanya sedikit pergeseran yang terjadi dalam perkembangan tujuan dan fungsi negara
Hongkong. Pemerintahan kolonial Inggris di Hongkong mengadopsi sistem aturan hukum
common law,
persis seperti di Inggris. Sehingga dalam perkembangan masalah korupsi dan pemberantasannya
di Hongkong, pemerintahan kolonial mengacu pada aturan
common law
tersebut, karena aturan khusus tentang korupsi baru muncul pada 1893 atau awal abad ke-19.
Seperti diketahui, masalah korupsi dengan cara penyuapan dan patronase kepada kepolisian terus
dikeluhkan oleh masyarakat Hongkong sejak abad 19 tersebut. Korupsi di Hongkong cenderung
lebih merugikan kelas sosial bawah, karena tindakan suap untuk melindungi usaha ilegal seperti
perjudian-pelacuran, hingga suap pada petugas perbatasan untuk penyelundupan barang. Tidak
hanya itu, terjadi penyelewengan kekuasaan oleh orang perwakilan dari pemerintah kolonial
yang memanfaatkan kekuasaanya untuk mengambil dari rakyat kelas bawah. Tahun 1960-1970
menjadi masa kritis bagi berbagai kasus korupsi du Hongkong. Hal ini dikarenakan,
ketidakadilan terhadap rakyat hongkong dan mulai memudarnya legitimasi pemerintah kolonial
Hongkong akibat masuknya pengaruh komunis. Pada Mei 1971 dewan legislatif Hongkong
mengeluarkan aturan anti korupsi bernama
Prevention of Bribery Ordinance
yang mana aturan ini lebih kuat dalam mengatur ancaman hukuman korupsi serta kewenangan
untuk menyelidiki dugaan korupsi
. Menjelang tahun 1970-an, pemerintah kolonial Inggris terus mendapat tekanan, salah satunya
akibat penurunan ekonomi yang bersumber dari berakhirnya Perang Dunia II. Kolonialisme di
berbagai negara Asia mulai berakhir, oleh karena itu Inggris pun mendapat tekanan untuk
mengakhiri imperialismenya melalui kolonialisme di Hongkong. Berbagai perlawanan
untuk mengakhiri kolonialisme ini pun dilakukan rakyat seperti aksi kerusuhan yang terpengaruh
arus dari revolusi budaya di Cina hingga aksi demonstrasi akibat kekasaran polisi dalam
menangani aksi kerusuhan.Hingga akhirnya pada Februari 1974, Badan anti korupsi ICAC
(Independent Commission Against Corruption) dibentuk dan dipimpin oleh Sir Jack Cater, yang
mana berpedoman padaPrevention of Bribery Ordinancetahun 1971.
STRATEGI ICAC HONGKONG
1.Strategi Pemberantasan Korupsi
Strategi ini terlihat dari struktur organisasinya yang dibagi kedalam tiga departemen
yakni operations department, corruption prevention department dan community relations
department.
Gambar. 1 Struktur Organisasi ICAC

Sumber : Diunduh dari website resmi ICAC (http://www.icac.org.hk)


Lewat ketiga departemen ini, ICACmenerapkan strateginya dalam menghadapi korupsi.
Departemen pertama ICAC yakni
Operations department
bertugas melakukan penegakan hukum melalui peneyelidikan dan penyidikan. Departemen ini
bertujuan untuk membuat tindakan korupsi sebagai tindakan kriminal beresiko
tinggi.Kemudian departemen kedua,
Corruption prevention department
bertugas melakukan pencegahan sebelum terjadinya korupsi. Departemen ini bertujuan untuk
membuat kesempatan dan peluang melakukan korupsi semakin sulit. Departemen ketiga ICAC
yakni
Community relations department
bertugas dalam strategi pencegahan yakni dengan pendidikan dan propaganda kehebatan ICAC.
Departemen ini bertujuan untuk mempertahankan suasana sosial dan opini publik di masyarakat
agar terus menjauhi perbuatan korupsi dan menjaga citra ICAC.
2.Strategi Detektif dan Represif ICAC
Departemen terpenting dalam ICAC adalah operations department, karena melaksanakan
tugas utama ICAC dalam mengatasi korupsi. Fungsi-fungsi umum dari departemen ini ialah ;
(1) Menerima dan mempertimbangkan laporan tanpa bukti tindakan korupsi.
(2) Menyelidiki dugaan pelanggaran atas tindakan korupsi berdasarkan dua aturan yaitu ICAC
Ordinance dan Prevention of Bribery Ordinance.
(3) Menyelidiki setiap pejabat yang dilaporkan melakukan tindakan pemerasan.
(4) Menyelidiki tindakan setiap pejabat yang terkait dengan tindakan korupsi atau kondusif
melakukan korupsi.
3.Strategi Pencegahan ICAC
ICAC memiliki strategi pencegahan baik di bidang swasta maupun publik dan
mengedukasi rakyat Hongkong tentang permasalahan korupsi. Strategi ini terdapat dalam
community relations department.Anggota departemen ini cukup berbeda dengan operations
department karena bercampur antara orang Inggris dan orang Hongkong keturunan Cina.
Menurut Manion dalam Febari (2015), terdapat 4 tujuan pendidikan kepada public mengenai
korupsi oleh departemen ini, yaitu :
(1) Mendidik masyarakat Hongkong mengenai korupsi lewat pendekatan hokum atau
legal.
(2) Memobilisasi warga negara biasa dan pejabat-pejabat public untuk bekerja sama dalam
bidang penegekan hukum, setidaknya agar bersedia melapor pada ICAC.
(3) Meningkatkan biaya psikologis dan ketidaksetujuan sosial terhadap aktivitas
Korupsi.
(4) Melakukan propaganda peran ICAC dan menampilkannya sebagai lembaga anti korupsi yang
dapat dipercaya.
Salah satu wujud pertama dalam usaha propaganda ICAC yakni dengan membentuk unit
Press Information Office. Dimana unit ini berusaha mempengaruhi persepsi publik dengan
propaganda tentang berbagai keberhasilan dari ICAC dalam memberantas korupsi. Unit ini rutin
mengeluarkan berita berita tentang keberhasilan operations department
ICAC dengan cara yang cukup didramatisir. Departemen ini juga melakukan setting
agenda dengan hanya mengakomodiir kasus-kasus tertentu untuk di ekspose dan kasus tertentu
untuk diselidiki tertutup dari publik. Penutupan informasi oleh ICAC ini dimungkinkan dalam
Prevention of Bribery Ordinance,
sections 30 yang mengatur bahwa ICAC berhak menutup arus informaso dari media massa dan
apabila ada yang membongkarnya maka ICAC berhak menuntutnya di pengadilan. Departemen
ini melakukan propaganda menggunakan media komunikasi beragam seperti talk show radio,
iklan layanan public di televisi hingga bekerja sama membuat film layar lebar tentang ICAC
yang diputar bioskop seperti serial drama TV pertama yang ditayangkan pada 1975 berjudul
“The Quiet Revolution
Selanjutnya departemen in ijuga bertugas mendidik masyarakat Hongkong
mengenai konsep korupsi dengan pendekatan hukum atau legal. ICAC menyebarkan pamflet
tentang aturan korupsi sesuai dengan bahasa local sehari-hari. Tidak hanya itu, terkait dengan
meningkatnya korupsi Hongkong disektor swasta atau bisnis sejak pertangahan 1980an,
departemen ini mulai bekerja sama dengan Hong Kong Management Association untuk
mengadakan program rutin konferensi pengenalan etika bisnis
Selanjutnya dalam memobilisasi warga dan pejabat publik agar bersedia bekerja sama
dalam penegakan hukum dan melaporkan tindakan korupsi ke ICAC. Caranya ialah dengan
mempublikasikan layanan hotline di berbagai tempat dari poster jalanan hingga transportasi
publik.

KORUPSI DI CHINA

a. Era Dinasti
Dalam sejarahnya, korupsi yang berlangsung di China telah berakar sejak ribuan tahun yang
lalu. Diperkirakan sudah ada sejak zaman Dinasti Zhou (1027-771 SM). Kasus-kasus korupsi
banyak ditemukan dalam berbagai catatan sejarah dinasti di China.
Awal sebuah dinasti dimulai dengan sebuah periode kepahlawanan yaitu munculnya
pahlawan yang berhasil menumbangkan rezim sebelumnya yang menyengsarakan rakyat.
Dinasti baru ini kemudian mampu membawa kekaisarannya mencapai puncak kejayaannya.
Periode berikutnya adalah periode kemerosotan dinasti dan akhirnya periode keruntuhan.
Pada umumnya penguasa terakhir muncul dalam kemewahan dan intrik-intrik istana yang
membuat kekuasaan melemah, misalnya korupsi-korupsi di kalangan pengumpul pajak atau
praktek suap di bagian kepegawaian.
Salah satunya pada masa-masa akhir kekuasaan Dinasti Ming (1368-1644), dalam kekaisaran
sendiri terjadi pertikaian karena kekuasaan kasim semakin besar. Para sarjana mantan pejabat
menekankan pentingnya integritas moral dan mencela para pemegang kekuasaan. Salah satu
tokoh anti korupsi yang sangat terkemuka adalah Hai Rui, seorang guru konfusian muslim
yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Ming. Ia banyak menyerukan tentang
ketidakadilan dan korupsi yang marak terjadi di jajaran pemerintahan. Salah satunya adalah
korupsi yang dilakukan oleh kasim Wei Zhongxian selain berbagai kasus kejahatan lain yang
dilakukannya. Tetapi kasim tersebut berhasil menyingkirkannya sehingga ia dipecat dari
jabatannya sebagai seorang pejabat dan dihukum. Namun demikian degradasi moral terus
terjadi dalam rezim Ming.
Pada zaman Dinasti Qing (1644-1911), pada era Kaisar Qianlong (1735-1796) pemerintahan
Dinasti Qing tercemar oleh praktek korupsi pejabat-pejabatnya, salah satunya oleh menteri
kesayangannya, Heshen. Di tengah keadaan masyarakat Dinasti Qing yang sedang terpuruk
oleh bencana meluapnya sungai kuning, tingginya pungutan pajak dan naiknya harga
kebutuhan pokok masyarakat, Henshen bersama pejabat-pejabat lainnya menggelapkan uang
pajak masyarakat yang seharusnya digunakan untuk pembangunan kanal-kanal dan
bendungan-bendungan mengantisipasi bencana banjir. Demi menunjukkan baktinya pada
kakeknya kaisar Kangxi, kaisar Qianlong turun tahta sebelum lamanya pemerintahannya
menyamai kaisar Kangxi dan menyerahkan tahta pada putranya yang kelimabelas Pangeran
Jia. Pangeran Jia kemudian menjadi Kaisar Jiaqing. Sepeninggal ayahnya, Kaisar Jiaqing
kemudian mengeksekusi Heshen dengan tuduhan korupsi dan menyita kekayaannya. Korupsi
yang mulai merajalela dalam pemerintahan pada masa akhir kaisar Qianlong, menandakan
mulai melemahnya dinasti Qing.

b. Era Republik Cina (1912-1949)


Setelah melalui periode revolusi nasional akhirnya Republik China yang nasionalis berdiri
pada tahun 1912, mengakhiri era kekaisaran di China yang telah berlangsung ribuan tahun.
Namun China kembali memasuki periode kekacauan yang ditandai dengan munculnya era
warlordisme sejak wafatnya Yuan Shikai (1916)sampai dengan dapat dipersatukannya
kembali oleh Chiang Kai Shek (1928). Sejak itu Republik China kembali ke tangan kaum
nasionalis (Kuomintang) di bawah pimpinan Chiang.
Pada masa ini pun korupsi terus berlangsung, dan bahkan telah menjadi epidemi pada masa
pemerintahan nasionalis. Korupsi merajalela di mana-mana, memaksa Chiang Kai Shek
membentuk badan khusus untuk memeranginya. Tetapi kemudian ternyata badan itu justru
dijadikan sebagai alat oleh mereka yang benar-benar mempunyai kekuasaan untuk memeras
uang dari orang-orang kaya.
Bentuk-bentuk korupsi yang umumnya terjadi di kalangan masyarakat, di antaranya adalah
pemerasan secara terang-terangan. Apabila permintaan tersebut ditolak maka dianggap
sebagai penentang Kuomintang dan akan langsung dituduh sebagai komunis, dan hal itu
berarti ditangkap dan disiksa. Para petani enggan menjual hasil bumi ke kota karena mereka
harus melewati pos-pos pemeriksaan Kuomintang dan dipaksa membayar uang sogokan atau
menyerahkan barang dagangan.
Bahkan Chiang Kai Shek dan keluarganya terlibat erat dalam korupsi, demikian pula pejabat
dari tingkat pusat hingga daerah dan para jenderalnya. Korupsi ditengarai menjadi salah satu
penyebab jatuhnya Kuomintang, antara lain dana-dana bantuan milliter dari Amerika Serikat
yang diselewengkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

c. Era Republik Rakyat Cina (1949-1998)


Pada era pemerintahan Mao Tse Tung (1949-1976) kasus-kasus korupsi tidak menghilang
begitu saja. Tidak lama setelah merebut kekuasaan, Komunis menghadapi krisis. Mereka
berhasil menarik simpati dan mendapat dukungan jutaan rakyat dengan menjanjikan
pemerintahan yang bersih, tetapi beberapa pejabat mulai menerima suap atau mendahulukan
kepentingan kerabat dan teman-teman mereka. Beberapa pejabat mulai suka
menyelenggarakan pesta mewah, sebagai suatu kebiasaan yang mendarah daging dalam
tradisi China dan merupakan cara untuk menyenang-nyenangkan orang lain sambil pamer,
atas biaya dan atas nama negara Banyak pejabat melakukan penggelapan besar-besaran,
sementara pemerintah sedang berusaha memperbaiki kondisi ekonomi yang carut-marut.
Pada era reformasi yang dimulai sejak pemerintahan Deng Xiaoping, korupsi justru semakin
meluas. Slogan yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Deng Xiaoping bahwa getting
rich is glorious atau menjadi kaya itu mulia, berpengaruh bagi masyarakat China dalam
mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Masyarakat didorong untuk mengejar
kemakmuran pribadi. Seruan Deng itu telah memberi rakyat China ruang terbuka yang luas
untuk memaksimalkan upaya menjadi kaya. Dalam kenyataannya, di banyak kasus seruan
“menjadi kaya itu mulia” dimaknai dan diterapkan secara negatif sehingga korupsi di China
semakin meluas.
Beberapa kasus korupsi yang terjadi pada masa ini antara lain:
1. Wang Shouxin
Kader tingkat menengah dari Partai Komunis China yang menjadi terkenal karena skandal
korupsi terbesar RRC yang pernah terjadi pada tahun 1979. Wang Shouxin Bekerja di
provinsi Heilongjiang, dia menggelapkan setidaknya 536.000 yuan uang milik negara.
Kasusnya diselidiki oleh Liu Binyan dan diterbitkan dalam sebuah artikel berjudul
mengekspos orang atau monster yang diterbitkan dalam Sastra Rakyat pada bulan
September 1979.

2. Kasus Penyeludupan Xiamen (Xiamen Smuggling Case) (1996-1998)


Lai Changxing, kepala kelompok penyelundupan di Xiamen, Cina Timur, Provinsi Fujian,
menjalankan operasi penyelundupan bernilai miliaran dolar di Cina antara tahun 1996 dan
semester pertama tahun 1999. Dibutuhkan dua tahun bagi pemeriksa untuk benar-benar
membongkar kasus tersebut dan menghukum para pelakunya.
Penyelidikan terhadap kasus ini menunjukkan bahwa selama periode 1996-1999, Lai dan
tersangka lainnya menyeludupkan lebih dari 4,5 juta ton minyak olahan, 450.000 ton minyak
nabati, tiga juta bungkus rokok, 3.588 mobil dan sejumlah besar obat-obatan dari barat,
bahan kimia, bahan baku tekstil, dan barang-barang elektro-mekanis, dengan total nilai 53
miliar yuan ($ 6.380.000.000), menghindari pajak sebesar 30 miliar yuan ($ 3.600.000.000).
Lebih dari 600 orang terlibat dalam kegiatan ilegal ini. Sekitar 200 tersangka yang melarikan
diri dari daerah tersebut ditangkap dan ditahan. Pengadilan setempat telah mengadili hampir
300 tersangka sampai saat ini.
Dari sisi pemerintah sendiri, kepala Bea Cukai Xiamen, Yang Qianxian, ditetapkan bersalah
karena menerima suap sebesar 160 juta Yuan dari Lai Changxing agar menutup mata dan
membiarkan kegiatan penyeludupannya tetap berjalan. Yang Qianxian akhirnya dijatuhi
hukuman mati oleh pengadilan Cina.
Lai Changxing sendiri berhasil melarikan diri ke Kanada. Setelah melalui proses diplomasi
dan perundingan ekstradisi yang sengit Lai Chingxing akhirnya diekstradisi ke Cina pada
tahun 2011 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

3. Kasus Suap Walikota Beijing (1994)


Chen Xitong, yang merupakan Walikota Beijing, dicopot dari kursinya di Komite Sentral
partai dan tempatnya di pembuatan kebijakan Politbiro. Para pemimpin partai juga
dianjurkan menghapus dia dari legislatif. Hal ini dikarenakan keterlibatannya dalam
penggelapan dana sebesar $ 35.000.000,-. Wakil Walikota Beijing, Wang Baosen, bunuh
diri setelah adanya tuduhan tersebut, dan Chen Xitong mengundurkan diri dari jabatannya
tidak lama setelah Wang bunuh diri. Pada tahun 1998 Chen Xitong diadili dan dijatuhi
hukuman 16 tahun penjara oleh pengadilan.

d. Era 1998-Sekarang
Beberapa kasus korupsi besar yang terjadi pada kurun waktu ini, antara lain:
1. Kasus Suap Kepala UFWD (2002-2011)
UFWD (United Front Work Department) adalah badan penghubung antara partai Komunis
yang berkuasa dan organisasi non-komunis lainnya. Zhou Zhenhong, mantan kepala UFWD
di Provinsi Guangdong mengaku menerima suap sebesar 24,6 juta yuan atau sekitar empat
juta dolar (setara dengan 46,6 miliar rupiah) antara tahun 2002 hingga 2011.Ia dihukum mati
dengan masa penangguhan dua tahun, bentuk hukuman yang biasanya akan diringankan
menjadi hukuman seumur hidup.
Zhou juga dinyatakan bersalah karena memiliki aset yang tidak bisa dijelaskan bernilai lebih
dari 37 juta yuan atau sekitar 70 miliar rupiah. Ia dinyatakan menerima suap dari 33 orang
untuk memberi imbalan promosi pekerjaan, kesepakatan bisnis dan terpilih dalam
kedudukan politik tertentu.

2. Kasus Korupsi Walikota Nanjing (2013)


Ji Jianye adalah walikota Nanjing periode 2010 s.d. 2013. Ji diselidiki karena hubungannya
dengan raja konstruksi Jiangsu yang sedang berada dalam tahanan. Ji dikenal memiliki
reputasi dalam mengarahkan kontrak pembangunan pemerintah kepada teman-teman dan
rekan-rekannya dengan menempatkan besaran angka kontrak yang tidak sesuai untuk
keuntungan mereka.
Pada tanggal 16 Oktober 2013 Ji Jianye dipecat, ditangkap dan diselidiki (Shuanggui) oleh
Central Commission for Discipline Inspection of the Communist Party of China karena
korupsi. Pada Januari 2014, ia dikeluarkan dari Partai Komunis.

3. Sichuan School Corruption Scandal (2008)


Skandal ini adalahserangkaian tuduhan korupsi terhadap pejabat yang terlibat dalam
pembangunan sekolah di daerah yang terkena dampak gempa bumi Sichuan 2008.Berbagai
diskusi dan laporan menuduh bahwa pejabat pemerintah dan perusahaan konstruksi lalai
dalam menyempurnakan pembangunan sekolah, dan bahwa mereka mengabaikan standar
teknik sipil dan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan proyeknya demi mendapatkan
keuntungan yang lebih besar
Meskipun pada awalnya Pemerintah Cina terbuka untuk pelaporan independen dan media
asing, pemerintah Cina berusaha mengecilkan masalah dan menekan kritik.Selain itu,
pemerintah daerah Sichuan berusaha untuk memberi kompensasi moneter kepada para orang
tua yang anaknya menjadi korban agar tidak memberi informasi kepada media.
Adanya tuntutan dari masyarakat untuk menindaklanjuti skandal tersebut ditanggapi oleh
Pemerintah Pusat yang berjanji akan segera menangani kasus tersebut. Tapi janji tersebut
tidak diikuti dengan tindakan-tindakan substansial.

4. Skandal Dana Pensiun Shanghai (2006)


Skandal Dana Pensiun Shanghai adalah kasus korupsi di Shanghai, Cina, yang
mengakibatkan pemecatan beberapa pejabat senior Partai Komunis Cina dari 2006 dan
seterusnya. Kasus ini melibatkan penyalahgunaan dan investasi ilegal dana jaminan sosial
Shanghai di berbagai real estate dan jalan proyek.
Pada akhirnya, mantan ketua partai di Shanghai Chen Liangyu yang terlibat dalam skandal
itu dan diberhentikan. Pejabat tinggi lain juga terlibat seperti Zhu Junyi, Qin Yu, Yu Zhifei,
dan Chen Chaoxian. Wakil Perdana Menteri Huang Ju dan istrinya Yu Huiwen juga diyakini
terlibat, tapi tidak pernah secara resmi terkena sebagai bagian dari skandal itu.
Dana jaminan sosial Shanghai mengelola 10 miliar yuan aset. Tuduhan adalah bahwa sekitar
sepertiga dari dana publik tersebut dialihkan ke proyek real estate dan proyek-proyek
investasi jalan.
Chen Liangyu, Kepala Partai Komunis di Shanghai dan anggota Politbiro dipecat dari partai
pada tahun 2006, menjadi anggota partai paling senior yang dipecat dalam satu dekade
terakhir. Ia dituduh menyalahgunakan investasi miliaran yuan uang dana pensiun di real
estate, membantu bisnis ilegal, melindungi rekan korup, dan menyalahgunakan posisinya
untuk menguntungkan anggota keluarga. Pada tanggal 11 April 2008, Chen, dijatuhi
hukuman 18 tahun penjara karena menerima $ 340.000 uang suap dan menyalahgunakan
kekuasaan, khususnya, untuk manipulasi saham, penipuan keuangan dan perannya dalam
skandal dana pensiun Shanghai.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI CHINA


Keseriusan pemerintah China dalam memerangi korupsi mulai terlihat pada masa
kepemimpinan Zhu Rongji (1997-2002) dengan ucapannya yang menyiratkan keseriusan
pemerintah dalam memberantas korupsi, yaitu “Beri saya 100 peti mati, Sembilan puluh
sembilan akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor, dan satu untuk saya kalau saya
melakukan tindakan korupsi.” Zhu Rongji mempopulerkan hukuman mati di China bagi para
pelaku korupsi, meskipun dilakukan oleh pejabat pemerintahan sekalipun. Hukuman berat
yang diterapkan bagi para koruptor tersebut dimaksudkan agar memberikan efek jera dan rasa
takut bagi para koruptor. Namun pemberantasan korupsi di China dimulai sejak zaman
dinasti.

Pemberantasan Korupsi Pada Masa Kekaisaran


Pemberantasan korupsi pada masa kekaisaran dilakukan secara bertingkat oleh pejabat
daerah/provinsi. Para pejabat provinsi ini bekerja sama dengan panglima-panglima militer
(warlord) yang ditugaskan oleh kaisar untuk mengamankan beberapa wilayah. Laporan dari
para panglima militer dilanjutkan kepada kaisar melalui kasim. Kasim adalah pengurus rumah
tangga istana dan pengurus dayang kaisar, namun karena kasim mengetahui rahasia dalam
istana dan menjadi penghubung dunia luar kepada kaisar, maka kekuasaannya menjadi terlalu
besar dan pemberantasan korupsi tidak efektif. Bahkan akhir zaman Dinasti Manchu, yaitu
pada pemerintahan kaisar Pu Yi, Kasim istana pada waktu itu Kasim Ho Shen diduga
memutus banyak informasi dari luar dan memupuk kekayaan untuk dirinya sendiri bersama
dengan para jendral militer, salah satunya Fu Kang An, dengan melakukan korupsi atas dana
militer sehingga disebut sebagai salah satu penyebab gagalnya militer Dinasti Qing dalam
membendung Revolusi Xianhia tahun 1911-1912.
Pemberantasan Korupsi Pada Masa Republik (1912-1949)
Setelah Revolusi Xianhia yang dipimpin oleh dr. Sun Yat Sen, dengan ditandai terbentuknya
Republik Tiongkok dipimpin oleh Partai Kuomintang (KMT), pemerintahan Republik
Tiongkok tidak pernah memposisikan pemberantasan korupsi sebagai fokus utama. Hal
tersebut disebabkan pada masa revolusi tersebut terjadi banyak konflik dan otoritas pusat
pasang surut dalam menanggapi warlordisme (1915-1928), Invasi Jepang (1937-1945), dan
Perang Saudara Tiongkok (1927-1949). Chiang Kai Shek membentuk badan khusus untuk
memeranginya. Badan itu dinamakan “Kelompok Penumpas Harimau‟, karena rakyat
membandingkan para pejabat yang korup dengan harimau yang buas. Badan itu
mempersilakan rakyat untuk mengajukan keluhan. Tetapi kemudian ternyata bahwa
sesungguhnya badan itu justru dijadikan sebagai alat oleh mereka yang benar-benar
mempunyai kekuasaan untuk memeras uang dari orang-orang kaya. Apabila permintaan
tersebut ditolak maka dianggap sebagai penentang Kuomintang dan akan langsung dituduh
sebagai komunis, dan hal itu berarti ditangkap dan disiksa. Pada tahun 1927 partai oposisi

yaitu Partai Komunis China (Communist Party of China/中国共产党) membentuk Central

Control Commission untuk memberantas korupsi pada internal Partai Komunis China.

Pemberantasan Korupsi Pada Masa Republik Rakyat Tiongkok


Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1949, Partai komunis Cina yang mulai
saat itu menguasai pemerintahan, mengubah nama Central Control menjadi Central

Commission for Discipline Inspection of the Communist Party of China (中国共产党中央纪

律检查委员会 ) yang bertugas untuk menginvestigasi dan memberantas korupsi diantara

anggota partai.
China memiliki beberapa peraturan yang mengatur tentang pemberantasan korupsi
ataupun suap, antara lain:
• the PRC Criminal Law atau Hukum Pidana Cina: merupakan peraturan yang menghukum
kasus suap yang paling akut
• PRC Unfair Competition Law atau Undang-undang Persaingan Usaha Tidak Sehat Cina:
merupakan UU yang mengatur kasus suap yang dilakukan secara sengaja oleh pelaku
usaha untuk tujuan bisnis yang dapat dikenakan pidana atau non-pidana.
• Interim Regulations on Prohibition of Commercial Bribery atau Peraturan Sementara
tentang Larangan Suap Komersial dikeluarkan oleh State Administration for Industry and
Commerce.
• Peraturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung atau Lembaga
Negara untuk Industri dan Perdagangan
• Peraturan yang dikeluarkan oleh Partai Komunis Cina, ditujukan untuk pejabat yang tidak
terlibat dalam penyuapan tapi bertindak pasif yaitu tidak mengambil tindakan terhadap
penyuapan dan korupsi yang secara aturan merupakan wewenang mereka.

Ada dua penggerak besar yang berperan dalam pemberantasan korupsi di China, yaitu partai
dan pemerintah. Sebagai negara berpartai tunggal kebijakan pemerintah adalah kebijakan
partai, sehingga tidak mengherankan bila suatu badan yang dibentuk pemerintah di China
bertanggung jawab kepada Partai Komunis China.

Lembaga-Lembaga Yang Bergerak Dalam Bidang Pemberantasan Korupsi

1. Central Commission for Discipline Inspection


Central Commission for Discipline Inspection yang merupakan tingkat kedua dari
Partai Komunis China dapat menindak seluruh petugas pemerintahan. Hal itu karena dalam
pengangkatan PNS dan pejabat di China harus melakukan sumpah setia kepada partai.
Lembaga ini memiliki sistem investigasi yang sangat ditakuti oleh para anggotanya yaitu
Shuanggui.
Shuanggui, diartikan sebagai penuduhan ganda. Tersangka menghadiri sesi tanya
jawab di tempat yang telah ditentukan untuk jangka waktu yang ditunjuk. Tersangka korupsi
yang diinvestigasi oleh lembaga ini akan mengalami suatu tekanan fisik dan batin yang amat
berat hingga mengakui tindakannya. Selain itu Partai Komunis Cina juga menetapkan aturan
yang melarang pejabat daerah untuk memimpin di daerah kelahirannya, sehingga dapat
mengurangi peluang untuk korupsi.

2. Supreme People's Procuratorate (SPP)

The Supreme People's Procuratorate (Chinese: 最高人民检察院; pinyin: Zuìgāo Rénmín

Jiǎncháyuàn) adalah lembaga tertinggi di tingkat nasional bertanggung jawab untuk


penuntutan dan penyidikan. SPP berdiri pada tahun 1949 berdasarkan The Organic Law of
The Central People's Government of The People's Republic of China article 130.
Organisasi ini sempat dibekukan selama 10 tahun saat terjadi “cultural revolution” dan
didirikan kembali pada Maret 1978 berdasarkan The Constitution of the People's Republic of
China article 129. Secara struktur, SPP berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada kongres.
SPP adalah unsur penegak hukum di China yang juga diberikan wewenang melakukan
kegiatan investigasi sekaligus penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Selain itu, SPP juga
melakukan monitoring terhadap seluruh pejabat negara China.
Berikut adalah fungsi dan wewenang dari SPP :
a. Melakukan procuratorial pada kasus pengkhianatan terhadap negara dan tindak pidana
yang membahayakan negara.
b. Melakukan investigasi terhadap kasus korupsi, kelalaian dalam menjalankan tugas
negara, kasus pelanggaran HAM, dan pelanggaran serius seperti penahanan tidak sesuai
hukum, penggeledahan tidak sesuai hukum, dan penangkapan orang yang tidak sesuai
hukum.
c. Mengkaji kasus yang ditangani oleh public security organs and state security agencies
(kepolisian).
d. Menginisiasi dan mendukung penuntutan pada kasus kriminal dan mensupervisi pada
pemeriksaan di pengadilan
e. Mensupervisi putusan dan hukuman dari pengadilan pada kasus kriminal yang sesuai
dengan hukum. Mensupervisi pada kasus dimana ditemukan kesalahan, dengan
mengajukan banding sesuai dengan prosedur.
f. Menjalankan legal supervision pada pemeriksaan di pengadilan.
g. Menjalankan legal supervision pada administrasi pemeriksaan perkara.
h. Memberikan perlindungan hukum kepada warga negara yang mengajukan pengaduan
dan petisi melawan pelanggaran hukum oleh penyelenggara negara, menginvestigasi
pertanggungjawaban hukum terhadap pelanggaran HAM atau hak-hak yang lain,
menerima pengaduan dan melaporkan kesalahan tindakan dan petisi oleh warga negara.
Peraturan perundang-undangan mengenai anti korupsi di China mengenal sistem
pembuktian terbalik, apabila seorang penyelenggara negara yang memiliki penambahan harta
kekayaan (pendapatan – pengeluaran) lebih dari RMB 300.000 atau sekitar Rp.360.000.000
selama setahun maka si penyelenggara negara harus dapat menjelaskan asal-usul harta
kekayaannya tersebut. Jika penyelenggara negara tidak dapat menjelaskan maka akan ditindak
sesuai Undang-undang Anti Korupsi yang berlaku di China.

3. China Anti Money Laundering Monitoring and Analysis Center (CAMLMAC)


CAMLMAC merupakan salah satu unit kerja di bawah People’s Bank of China (Bank
Sentral China) yang bertugas untuk memberantas tindak pidana pencucian uang di China.
Sama seperti halnya kebijakan perbankan di negara-negara lain, CAMLMAC memiliki
database mengenai seluruh Suspicious Transaction Report (STR) dan Large Value
Transaction (LVT) yang terjadi di seluruh Pemberi Jasa Keuangan (PJK). Pada database STR
dan LVT tersebut memuat informasi mengenai para pelaku transaksi, besaran dan nilai
transaksi, waktu dan tempat kejadian transaksi.
Hasil analisis dan diseminasi STR/LVT dari CAMLMAC tersebut akan dibawa dalam
Joint Meeting dengan Biro AML negara lain atau Ministry of Public Security (Kepolisian)
atau lembaga penegak hukum lainnya tergantung kepada major crime-nya.

4. Ministry of Supervision (MoS)

Ministry of Supervision (监察部) atau Kementerian Pengawasan bertanggung jawab

untuk menjaga pemerintahan yang efisien, disiplin, bersih dan jujur, dan mendidik pegawai
negeri tentang tugas dan disiplin mereka. MoS bekerja sama dengan Central Commission for
Discipline Inspection of the Communist Party of China menghimpun laporan aduan
masyarakat pada situs http://www.12388.gov.cn. Pengaduan masyarakat ini dengan
"manajemen problem territorial” pengadu memilih situs yang tepat mencerminkan masalah
yang dilaporkan oleh informan sesuai dengan jenis masalah dan wilayah.
Laporan tersebut dianalisis untuk kemudian dilanjutkan kepada masing-masing
departemen/kementerian atau pemerintah wilayah yang bersangkutan. Apabila laporan
tersebut berkaitan dengan tindak pidana korupsi akan dilanjutkan kepada Central Commission
for Discipline Inspection of the Communist Party of China dan The Supreme People's
Procuratorate. Walaupun pemerintah China menjanjikan imbalan kepada para pengadu
(whistleblower) berupa perlindungan keamanan dan jaminan posisi pada pemerintahan,
mayoritas pengadu tersebut menyembunyikan identitas asli mereka karena dua hal, yaitu:
a. Kesalahan pengaduan dapat mengakibatkan pengadu diterapkan tindak pidana bila
substansi pelaporannya tidak terbukti;
b. Terdapat organisasi kriminal triad yang digerakkan oleh politisi kotor.
Fungsi dan wewenang yang dimiliki MOS ini berlaku di seluruh institusi
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah mulai dari departemen hingga unit
pelayanan teknisnya, badan/komisi, dan pemerintah daerah hingga unit pelayanan teknisnya.
Berikut adalah wewenang yang dimiliki oleh MOS :
a. Wewenang untuk melakukan inspeksi.
Memeriksa jalannya administrasi pemerintahan dan mensupervisi para pegawainya
dalam menjalankan disiplin peraturan dan kebijakan.

b. Wewenang untuk melakukan investigasi


Melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus yang melanggar hukum, peraturan dan
kebijakan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan pegawainya.

c. Wewenang untuk memberikan rekomendasi


Merekomendasikan kepada departemen /institusi pemerintahan yang bersangkutan
untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan dan
meningkatkan efisiensi dalam administrasi pemerintahan. MOS juga dapat
merekomendasikan pemberian penghargaan kepada institusi atau pegawai yang sudah
menjalankan tugasnya dengan baik.

d. Wewenang untuk memberikan hukuman


Sebagai hasil dari temuan-temuan di lapangan, MOS dapat memberikan sanksi berupa
peringatan, penurunan pangkat, pemindahan posisi, hingga pemecatan.

Untuk melaksanakan fungsinya tersebut, MOS menempatkan personilnya di semua


departemen baik di pusat maupun daerah. Jumlah personil yang di tempatkan untuk setiap
departemen berkisar antara 10 – 15 orang. Dalam hal memberikan rekomendasi perbaikan,
institusi yang diberikan rekomendasi wajib menjalankannya.

5. State Administration for Industry and Commerce (SAIC)


SAIC adalah otoritas di Republik Rakyat China bertanggung jawab untuk
mengeksekusi undang-undang tentang administrasi industri dan perdagangan di Republik
Rakyat. Tindak pidana korupsi yang marak dalam perdagangan dan industri adalah
penyuapan.

6. Independent Commission Against Corruption (ICAC)


ICAC adalah lembaga pemberantasan dan anti korupsi di Hong Kong yang didirikan
oleh Gubernur Murray MacLehose pada tanggal 15 Februari 1974, ketika Hong Kong berada
di bawah kekuasaan Inggris. Tujuan utamanya adalah untuk membersihkan korupsi endemik
di banyak departemen Pemerintah Hong Kong melalui penegakan hukum, pencegahan dan
pendidikan masyarakat. Sejak tahun 1997, Komisioner ICAC telah ditunjuk oleh Dewan
Negara Republik Rakyat China, berdasarkan rekomendasi dari Kepala Eksekutif Hong Kong.
Petugas ICAC harus mematuhi kode etik sebagai berikut:
a. Memegang teguh prinsip integritas dan keadilan
b. Menghormati hak-hak semua orang di bawah hukum
c. Menjalankan tugas tanpa rasa takut dan pilih kasih.
d. Beraksi sesuai dengan hukum yang berlaku.
e. Tidak menyalahgunakan kewenangan dan jabatan yang dimiliki.
f. Beraksi sesuai dengan kebutuhan
g. Betanggung jawab terhadap perintah dan pekerjaan
h. Mengutamakan jalur persidangan dan membatasi perilaku dan perkataan
i. Menghargai upaya individu dan profesionalisme

Petugas ICAC harus bekerja sesuai dengan standar berikut ini:


a. Merespon laporan korupsi dalam 48 jam
b. Merespon laporan selain korupsi dalam dua hari kerja
c. Merespon permintaan untuk pencegahan korupsi dalam dua hari kerja
d. Merespon permintaan layanan pendidikan anti korupsi dan informasi dalam dua hari kerja.
Selain Kode Etik dan Standar Kinerja di atas, petugas ICAC dilarang memiliki kartu
diskon dan/atau kartu-kartu fasilitas VIP lain sebagai upaya menekan kebiasaan korupsi.
ICAC diberikan kewenangan untuk melakukan investigasi dan penangkapan dibawah tiga
ordonansi, yaitu:
a. Independent Commision Againts Corruption Ordinance
• Bertugas membentuk dan mendeskripsikan tugas dari ICAC.
• Bertugas membuat batasan-batasan yang bisa dilakukan oleh ICAC dalam investigasi,
prosedur dalam menangani tersangka dan penyitaan asset.
• Memberi ICAC kewenangan untuk melakukan penahanan, pencekalan, juga
kewenangan untuk mencari tersangka sehubungan dengan kewenangannya untuk
menahan dan mencekal.
• Memberi ijin kepada ICAC untuk melakukan analisis forensic
• Memberi kewenangan untuk melakukan investigasi terhadap pejabat public yang
melakukan penyalahgunaan wewenang.

b. The Prevention of Bribery Ordinance


• Mendefinisikan pelanggaran yang termasuk penyuapan baik kepada pegawai sektor
public dan swasta.
• Memberi kewenangan pada ICAC untuk melakukan investigasi dan identifikasi
transaksi dan asset yang disembunyikan oleh koruptor. Seperti melacak rekening bank,
pemeriksaan dokumen bisnis, penghasilan dan pengeluaran.
• Memberi kewenangan ICAC untuk melakukan pencekalan dan penghentian sementara
proses penghapusan asset dalam rangka pencucian uang.
• Memberi ICAC kewenangan untuk memberikan perlindungan pada investigasi

c. The Election(Corrupt and Illegal Conduct) Ordinance


• Memastikan agar pemilu dilakukan dengan adil, terbuka dan jujur, serta bebas dari
korupsi dan tindakan ilegal lainnya.

ICAC, sejak pendiriannya telah mengadopsi strategi unik untuk melawan korupsi. Tiga
pendekatan tersebut yaitu, penegakan hukum, pencegahan dan pendidikan anti korupsi. Tiga
pendekatan tadi terwujud dalam struktur unik ICAC yang terdiri dari Commissioner,
Administration Branch, Operation Departement(Law Enforcement), Corruption Prevention
Department(Prevention), Community Relations Departement(Education).
Tiga pendekatan tadi memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk kesadaran
masyarakat dalam melawan korupsi. Masing-masing department tadi mewakili fungsi sebagai
berikut:
a. Operation Department
Menerima, memeriksa, dan investigasi segala laporan pelanggaran korupsi.
b. Corruption Prevention Department
Memeriksa pelaksanan dan prosedur kantor-kantor pemerintah untuk mengurangi
kesempatan adanya korupsi dan menawarkan koncultasi pencegahan korupsi gratis pada
sektor swasta.

c. Community Relations Department


Mendidik publik melawan korupsi dan memberi suport pada publik dalam memerangi
korupsi.

Pencegahan Korupsi di China


Pada September 2007, pemerintah China mengumumkan pendirian Biro Pencegahan
Korupsi Nasional/ The National Bureau of Corruption Prevention (NBCP) yang akan bertugas
untuk memonitor jalur aset yang mencurigakan serta aktivitas yang dicurigai merupakan hasil
korupsi. Staf NBCP akan mengumpulkan dan menganalisis informasi dari sejumlah sektor
termasuk di antaranya dari perbankan, penggunaan lahan, pengobatan, dan telekomunikasi.
sehingga mampu memonitor alur keuangan masuk dan keluar para pejabat dan mendeteksi
perilaku pihak-pihak yang dicurigai. Biro ini nantinya akan melaporkan langsung temuannya
kepada dewan negara atau kabinet China. Meski demikian, biro tersebut tidak akan terlibat dan
tidak memiliki wewenang dalam penyelidikan kasus perseorangan. NBCP juga bertugas
memberikan arahan pekerjaan anti-korupsi bagi perusahaan, organisasi non-pemerintah,
membantu asosiasi perdagangan untuk menciptakan sistem dan mekanisme disiplin sendiri,
mencegah penyuapan komersial, serta memperluas pencegahan korupsi bagi organisasi pedesaan
seperti halnya masyarakat kota.

Demi meningkatkan kemampuan NBCP, maka dilakukan kerja sama internasional dan
bantuan badan internasional dalam pencegahan korupsi. Biro tersebut, di bawah kerangka kerja
Konvensi Perlawanan Korupsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), juga menawarkan bantuan
bagi negara-negara berkembang dalam pencegahan korupsi serta bekerja untuk dukungan teknis
dan bentuk bantuan lainnya dari negara-negara asing dan organisasi internasional. Selain itu,
juga akan mempelajari pengalaman anti korupsi di negara-negara lain dan meningkatkan
pertukaran informasi dengan organisasi internasional dan negara lain. Biro tersebut juga telah
ditetapkan untuk melaksanakan tugas menjabarkan kemajuan transparansi informasi pemerintah
pada semua tingkatan. NBCP akan mengevaluasi sejumlah celah dalam kebijakan baru yang
dikeluarkan pemerintah yang kemungkinan masih ada cara untuk melakukan korupsi, melakukan
pemeriksaan dan pencegahan korupsi pada semua tingkatan, mengadakan proyek perintis serta
menyiapkan sebuah pembentukan standar untuk menetapkan apakah sebuah departemen atau
seorang pejabat bersih.

Struktur Organisasi
NBCP berada di bawah State Council yang bertanggungjawab dalam pencegahan korupsi di
China. Biro ini sekarang bertempat di Kementerian Pengawasan dan jabatan direktur dipegang
oleh Menteri Pengawasan. Dalam biro ini terdapat dua deputi direktur, satu sebagai Vice
Minister of Supervision (wakil kepala NBCP). Satu lagi Vice Minister level oversees yang
mengerjakan pekerjaan rutin di biro.
Tugas NBCP adalah:
Bertanggung jawab terhadap pengharmonisasian, perencanaan, formulasi kebijakan dan
pengujian serta supervisi dari pemberlakuan anti korupsi di China
Pengkoordinasian dan pengarahan untuk pencegahan kerja di bidang swasta, sektor public,
kelompok sosial, dan organisasi sosial lainnya
Bertanggung jawab untuk kerjasama internasional dalam hal pencegahan korupsi

Biro Nasional Pencegahan Korupsi mendirikan sebuah website untuk mempublikasikan


acara dan posting berita yang berkaitan dengan korupsi. Situs ini juga menyediakan tempat bagi
warga negara untuk langsung mengajukan pengaduan korupsi dan opini yang objektif tentang
kinerja pemerintah.

Pemerintah China telah menetapkan sejumlah kebijakan untuk mencegah perluasan


korupsi di negaranya, seperti menaikkan gaji pegawai negeri (sejak tahun 1989 gaji pegawai
negeri telah naik lima kali), meningkatkan transparansi dalam rekrutmen dan promosi pegawai
negeri, menjalankan reformasi administrasi. Semuanya didukung dengan adanya landasan
hukum yang kuat.
Pada tingkat lokal, langkah pencegahan korupsi misalnya, Walikota Beijing Liu Qi
meluncurkan sunshine policy untuk melawan korupsi. Kebijakan ini mengharuskan para petinggi
partai, pejabat, dan pegawai pemerintah untuk melaporkan hal-hal pribadi seperti membangun
atau membeli rumah, mengirim anak belajar ke luar negeri, upacara pernikahan anak, bahkan
memilih pasangan hidup untuk menjaga stabilitas dan integrasi sistem politik.

3.4. Hasil Pemberantasan Korupsi di China – saat ini


Korupsi di China dianggap sebagai kejahatan besar. Alasan utamanya adalah korupsi bisa
menghancurkan dan meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan di masyarakat dan negara. Daya
rusak korupsi terhitung dahsyat. Bukan hanya menghancurkan moral, tetapi dianggap mampu
membunuh solidaritas hingga merusak infrastruktur. Bahkan bisa pula membunuh banyak orang
atau setidak-tidaknya memarjinalkan warga tertentu, merusak tatanan, hingga memperkokoh
perbedaan kelas. Oleh karena itu, koruptor layak dihukum mati. Adapun hasil dari langkah,
kebijakan, serta kegiatan yang dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi yang dilakukan
oleh China yaitu:

1. Peringkat CPI China


Tahun CPI
2002 3,5
2009 3,6
2010 3,5
2011 3,6
2012 3,9
2013 4

Di tahun 2013, China menduduki peringkat 80 dari 178 negara menurut Transparency
International. Corruption Perceptions Index. (CPI) China dari tahun ke tahun masih stagnan
berada dikisaran angka yang tidak begitu tinggi. Meskipun CPI menurut Transparency
International tidak bersifat mutlak karena didasarkan pada persepsi sektor publik, China
adalah contoh negara yang menerapkan hukuman sangat berat bagi pelaku korupsi, yaitu
hukuman mati, tetapi hasil yang diperoleh tidak berbanding terbalik dengan berkurangnya
jumlah korupsi.

2. Pertumbuhan Ekonomi China


Langkah pemberantasan korupsi dengan pondasi komitmen yang kuat dari Pemerintah China
untuk memberantas korupsi sudah dimulai sejak masa Zhu Rongji (1997-2002) yang
merupakan bagian dari reformasi birokrasi. Langkah positif tersebut memberikan kepastian
hukum sehingga mendorong iklim investasi yang mampu menghimpun dana asing senilai 50
miliar US dollar setiap tahun. Pertumbuhan ekonomilangsung melesat pesat, terlepas dari
kelemahannya, sehingga menempatkan China sebagai negara yang pertama kali keluar dari
resesi finansial global.

Di tahun 1992-2008, meskipun penilaian atas korupsi di China menurut Transparency


International semakin meningkat, pertumbuhan ekonomi di China, khususnya Gross Domestic
Product juga tetap tinggi.

3. Penanganan Kasus Korupsi Sesuai Hukum


Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana China diatur bahwa seseorang atau grup yang
menawarkan dan menerima suap akan dihukum. Bagi penerima suap akan diberlakukan
hukuman mati sedangkan bagi pemberi suap dapat dihukum seumur hidup atau hukuman
ganti rugi. Hukuman mati di China diterapkan pada siapa saja yang terbukti bersalah, dimulai
masyarakat biasa, mantan pejabat tinggi, hingga pejabat tinggi yang sedang berkuasa. Hal ini
dimaksudkan untuk menumbuhkan efek jera dan takut korupsi.
Kekurangan sistem hukum di China yaitu tidak adanya independensi sistem hukum dari CCP
(Chinese Communist Party) yang menjadi hambatan utama bagi terwujudnya pemerintahan
berdasarkan hukum. Sebagian besar kasus korupsi yang melibatkan anggota partai tidak
ditangani oleh jaksa dan polisi, melainkan oleh kader partai. Ketika kasus korupsi kader partai
dilimpahkan ke pengadilan, partai sering merekomendasikan hukuman yang djatuhkan serta
menangani kasus korupsi di luar jalur hukum.Dalam beberapa kasus juga terdapat kesan
selektif (tebang pilih) telah membuat beberapa pejabat korup yang dekat dengan puncak
kekuasaan tidak dijatuhi hukuman yang sesuai. Kekurangan lainnya yaitu pengenaan
hukuman mati dapat menimbulkan efek lain yaitu adanya “tarif” yang dipasang oleh polisi,
jaksa dan hakim atas tersangka yang mereka lindungi.

4. Korupsi pada Anggota Partai dan Sistem Politik


Pada pemerintahan Hu Jintau, sepanjang 2004, pemerintahan Hu menghukum sebanyak
164.831 anggota partai karena menguras uang negara lebih dari 300 juta dollar AS. Sebanyak
15 diantaranya menteri. Sedangkan pada semester pertama 2007, angka resmi menyebutkan
5.000 pejabat korup dijatuhi hukuman. Tahun 2013 lalu, China telah memproses hukum
182.038 pejabatnya yang melakukan korupsi. Otoritas pemberantasan korupsi ini menyidik
sebanyak 172.532 kasus dan menerima 1,95 juta laporan, dari jumlah kasus tersebut didapat
182.038 pejabat yang melakukan korupsi.
Kekurangan sistem politik China adalah tidak terdapatnya mekanisme kontrol terhadap
kekuasaan. Seperti di Indonesia, meski pemerintah China terus melakukan kampanye
antikorupsi dan penangkapan ratusan pejabat, berbagai tindakan korupsi masih terjadi. Hal itu
dimungkinkan karena elite partai di China masih menguasai industri strategis seperti
perbankan, properti dan manufaktur. Berbagai gerakan anti korupsi, kebanyakan mempunyai
motif politis dan bersifat musiman. Seringkali gerakan-gerakan yang dikampanyekan dan
dilakukan hanya berfungsi untuk menyingkirkan lawan politik. Anggota partai yang
berjumlah sekitar 68 juta orang juga mendapat perlakuan istimewa, dimana kejaksaan atau
kepolisian tidak boleh menentukan, apakah orang tersebut boleh diajukan ke pengadilan atau
tidak. Dilaporkan setidaknya 4.000 pejabat korup telah hengkang dari China dalam 20 tahun
terakhir ini dengan merugikan negara setidaknya 50 miliar US dollar

5. Peran Media Massa dan Masyarakat

Komitmen Pemerintah China dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi dapat
dilihat salah satunya pada adanya mekanisme pengawasan oleh rakyat melalui pemilihan
langsung di tingkat desa dan dibolehkannya media secara resmi membuat liputan tentang
korupsi yang dilakukan oleh kader-kader partai sejak tahun 2005. Selain itu, di tahun 2008-
2012, dilaporkan ada 201.000 laporan whistleblowing yang diterima dari pengaduan
masyarakat.Xinhua News Agency melaporkan terdapat sejumlah pengadilan tinggi yang
memiliki websitedan hotline24 jam yang memungkinkan warga untuk melaporkan
pelanggaran peraturan.
Sedangkan dalam The International Herald Tribune, Jim Yardly menyebutnya adanya “boom
in corruption”. Meski berdasarkan CPI yang dikeluarkan Transparency International
menunjukkan China mendapatkan skor yang cukup baik namun dalam praktek korupsi sangat
mungkin keadaannya jauh lebih buruk. Hal tersebut dimungkinkan mengingat survey ini
didasarkan pada persepsi pengusaha yang berada di bawah tekanan rezim komunis serta pers
dan internet yang masih dikendalikan oleh partai.

6. Komitmen China menurut Pergaulan Internasional


Bentuk keseriusan Pemerintah China dalam pemberantasan korupsi salah satunya juga
diwujudkan dengan ikut meratifikasi Konvensi PBB melawan korupsi yang memasukkan suap
kepada pejabat publik sebagai tindak kriminal oleh Kongres Rakyat Nasional pada tahun
2005. China pun kini telah menjadi role model dalam pemberantasan korupsi oleh beberapa
negara termasuk Indonesia, bahkan KPK menjalin kerjasama dengan China untuk
pemberantasan korupsi.
Menurut perkiraan Amnesty International, sekitar 1770 orang dieksekusi di China pada tahun
2005, dan 3900 orang dijatuhi hukuman mati. Beberapa ahli hukum China memperkirakan
bahwa sebetulnya jumlah yang sesungguhnya jauh lebih besar, dan bahkan mungkin
mendekati 8.000 eksekusi per tahun; pihak-pihak lain bahkan menyebutkan angka 10.000.
Tingginya angka hukuman mati membuat hakim tertinggi di China saat itu, Xiao Yang,
mendesak para hakim untuk tidak menjatuhkan hukuman mati apabila masih mungkin
memberi hukuman yang lebih ringan. Mahkamah Agung China menyetujui amandemen
terhadap undang-undang kriminal yang memusatkan kontrol atas eksekusi. Mahkamah Agung
akan kembali memperoleh wewenang memutuskan seluruh hukuman mati. Gerakan ini dilihat
sebagai jawaban terhadap meningkatnya kritik publik terhadap meluasnya praktek hukuman
mati secara sewenang-wenang. Masih menurut Amnesty International, “Di China, tidak
seorang pun yang dijatuhi hukuman mati telah menjalani proses peradilan yang adil dan
sejalan dengan standar internasional.” Sistem hukum China dikritik karena tidak tersedianya
akses yang cepat ke pengacara, tidak adanya asas praduga tak bersalah, adanya campurtangan
politik di peradilan, dan digunakannya keterangan yang diperoleh dengan cara penyiksaan.
Perubahan akhir-akhir ini dalam undang-undang dan diberlakukannya kontrol pusat terhadap
hukuman mati dipandang sebagai gerakan untuk memperoleh kembali kepercayaan publik
terhadap sistem peradilan di China.

7. Aspek Sumber Daya Manusia (Pejabat dan Pegawai Negeri)


Terdapat kebijakan pemerintahan China yang mengharuskan untuk mereview dan
mengevaluasi tindakan dan perilaku antar pejabat. Tetapi melakukan review dan evaluasi
tindakan pejabat senior hampir mustahil dilakukan. Hal ini disebabkan karena di China
pejabat yang levelnya lebih rendah sulit untuk memberikan kritik kepada pejabat yang lebih
senior, sehingga hampir mustahil untuk mereview tindakan mereka.
Pada tahun 2006, State Council’s Development Research Center melakukan survey kepada
4,586 business executivesuntuk melihat tingkat integritas dari pegawai negeri, hasilnya hampir
25% menyatakan pegawai negeri lokal mereka “buruk” dan 12% menyatakan “sangat buruk”.
Sementara itu secara nasional, berdasarkan data CCDI, pada tahun 2013 terdapat lebih dari
180.000 pejabat yang dihukum karena kasus korupsi.

8. Sistem Pemerintahan dengan Kekuasaaan Partai


Bagi pemerintah China komunis, perang melawan korupsi merupakan suatu keharusan yang
wajib dijalankan. China ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ideologi komunisme yang
mereka anut bukan merupakan halangan untuk mencapai kemakmuran ekonomi,
pemerintahan yang bersih, dan masyarakat yang beretos kerja dan berdisiplin tinggi. Dalam
hal ini China menumpukan upaya-upaya pemberantasan korupsi pada Partai Komunis China
(PKC), partai berkuasa di China. China memberikan contoh bagaimana partai politik harus
berperan utama dalam pemberantasan korupsi dengan menanamkan disiplin anti korupsi yang
kuat pada semua anggotanya.
Oleh karena itu China terus menyempurnakan sistem deklarasi aset seluruh pekerja
pemerintah sebagai salah satu cara agar rakyat semakin aktif mengontrol praktek korupsi.
Sebenarnya kewajiban bagi seluruh anggota PKC untuk melaporkan harta kekayaan
keluarganya telah diberlakukan sejak tahun 2006. Sebelumnya kewajiban melaporkan tersebut
hanya diberlakukan kepada mereka yang menjabat di pemerintahan dan pengurus PKC.
Melalui aturan ini setiap anggota PKC harus juga melaporkan kekayaan istri/suami dan anak-
anaknya. Organ disiplin PKC pun akan terus mengatur pengeluaran pemerintah terkait dengan
pembelian kendaraan, resepsi di kantor-kantor pemerintah, dan juga perjalanan-perjalanan
keluar negeri untuk memastikan uang pembayar pajak digunakan dengan bijak.
Hal ini disebabkan karena kondisi kekuasaan yang tidak seimbang pada sistem pemerintahan
Negara China, serta tidak adanya pembagian kekuasaan pada system pemerintahan China.
Dalam empat tahun terakhir berlangsung perkembangan yang menarik dari korupsi di China.
Kerja keras pemerintah dan partai untuk mengatasi persoalan yang sangat penting bagi
legitimasi mereka itu memang telah membuahkan hasil, namun itu tidak cukup untuk
menghentikan korupsi yang meluas di tingkat local dan gejala ‘pertumbuhan kembali’ kasus
korupsi di tingkat pusat.

9. Hongkong dan China


Di Asia Timur, Hong Kong termasuk negara yang mendapat predikat wilayah yang bebas
korupsi. Berdasarkan Transparency International, Hong Kong berada di peringkat 14. Dengan
penyerahan kembali Hong Kong pada China di tahun 1997, semakin banyak interaksi untuk
menciptakan peluang Hong Kong dalam membasmi korupsi di China. Badan Anti Korupsi
Independen Hong Kong (ICAC) juga membantu pemerintah China dalam memberantas
korupsi dengan tidak pandang bulu.

1. KESIMPULAN
Korupsi di China telah terjadi sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Pemerintah China
pun semakin sadar bahwa korupsi dapat meniadakan kemandirian suatu bangsa, oleh karena itu
China segera melakukan reformasi birokrasi. Komitmen kuat pemerintah China untuk
memberantas korupsi pun dimulai sejak masa Zhu Rongji (1997-2002) dengan ucapan yang
sangat terkenal “Beri saya 100 peti mati, 99 akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor,
dan satu untuk saya kalau saya melakukan korupsi”. Tetapi reformasi birokrasi ini juga tidak
menutup terjadinya celah korupsi di China sehingga Pemerintah China semakin berupaya dengan
keras untuk melakukan berbagai tindakan pemberantasan dan pencegahan.
Selama bertahun-tahun upaya pemberantasan dan pencegahan tersebut memang telah
membuahkan hasil namun oleh beberapa pihak dinilai tidak cukup signifikan untuk
menghentikan korupsi yang semakin meluas dan mulai tumbuh kembali. Bahkan dengan
ancaman hukuman mati pun, korupsi di China tidak menimbulkan efek jera, kasus korupsi tetap
tinggi, semakin beragam, serta tidak sedikit melibatkan para pejabat dan petinggi partai.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37789145/Perbandingan_Strategi_Lembaga_Anti_Korupsi_Studi_Per
bandingan_ICAC_Hongkong_dan_KPK_Indonesia_

Anda mungkin juga menyukai