Anda di halaman 1dari 2

Menanamkan Sikap Anti Korupsi Sejak Dini

Pemberantasan korupsi tidak sekadar memenjarakan para koruptor tapi juga


bagaimana membangun masyarakat yang memiliki integritas tinggi. Strategi
pencegahannya melalui keluarga karena keluarga merupakan inti dari pendidikan.
Bagaimana menanamkan sikap antikorupsi kepada anak yaitu dengan menanamkan
nilai-niali integritas seperti jujur, peduli, disiplin, mandiri, tanggung jawab, kerja keras,
berani, adil, dan sederhana. Dengan menanamkan sikap-sikap integritas kepada anak
sejak kecil akan memperkecil tumbuhnya sikap menyukai uang tanpa harus kerja
keras dan cara-cara menyimpang.

Ada 10 karakter yang mendukung perkembangan moral amak menurut Berkowitz


& Gaych (2000):

1. Pengendalian diri: pentingnya membuat anak bisa mengendalikan diri


dilakukan melalui rutinitas yang dilakukan secara konsisten.
2. Empati: banyak berdiskusi dengan situasi di luar sana.
3. Interaksi sosial
4. Kepatuhan
5. Keberhargaan diri
6. Kesadaran akan perilaku baik
7. Penalaran moral
8. Keinginan untuk menolong
9. Kejujuran
10. Kemampuan sosial

Ada 10 metode pengasuhan anak yang bisa diterapkan di rumah yaitu:

1. Pengarahan untuk perilaku baik


2. Pengasuhan yang hangat
3. Tuntutan yang jelas
4. Pemberian contoh
5. Proses demokratis
6. Memfasilitasi pengertian akan situasi
7. Mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan
8. Membangun kepedulian
9. Membantu anak mengendalikan emosi
10. Menghargai anak

Norma yang Harus Ditanamkan Sejak Usia TK sampai Perguruan Tinggi

Ada beberapa norma yang harus ditanamkan sejak usia TK hingga perguruan
tinggi, antara lain adalah:

1. Usia TK anak sudak memahami norma etika apa yang boleh ataupun tidak
boleh. Penerapan yang dapat orang tua ajarkan, sebagai pendidikan
antikorupsi adalah mengajarkan kepada anak kalau “mencuri itu tidak boleh”.

2. Usia SD anak sudah memahami norma agama bagaimana berperilaku “baik”


dan “tidak baik” sehingga guru SD atau kedua orang tua dapat mengajarkan
pada anak kalau korupsi itu tidak baik karena dilarang Tuhan.

3. Usia SMP anak sudah memahami norma hukum bagaimana berperilaku “tidak
melanggar hukum” dan “melanggar hukum” sehingga guru SMP atau kedua
orang tua menekankan kalau korupsi itu melanggar hukum.

4. Usia SMA anak sudah memahami norma psikologis bagaimana perilaku


“menyimpang” dan perilaku “ tidak menyimpang” sehingga dapat ditanamkan
kalau korupsi merupakan perbuatan menyimpang.

5. Usia perguruan tinggi (PT) adalah bentuk manusia dewasa yang sudah
memahami norma sosial bagaimana berperilaku “sesuai norma sosial” dan
“tidak sesuai norma sosial”. Sehingga dapat memahami korupsi merupakan
perbuatan yang dibenci masyarakat dan hanya bisa dilakukan oleh orang-
orang yang antisosial.

Anda mungkin juga menyukai