Anda di halaman 1dari 5

Serba-serbi Implementasi Kurikulum 2013

dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


oleh
Lela Nurlatifah, S.Pd.

Artikel ini disusun berdasarkan hasil rekaman wawancara dengan


narasumber yang bernama Ibu Erni Wardhani, S.Pd., M.Pd. yang dilakukan pada
tanggal 22 Januari 2022 melalui aplikasi Whatsapp. Beliau merupakan salah
seorang guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Cianjur sekaligus seorang
penulis dengan prestasi yang mumpuni dan aktif pada berbagai kepengurusan
organisasi profesi, organisasi sosial, dan komunitas literasi dari tingkat kabupaten
hingga tingkat nasional. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali
pengalaman responden tentang Kurikulum 2013 dan implementasinya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMA/SMK. Hal ini dilakukan dengan
harapan agar pengalaman responden dapat dibagikan kepada para guru, terutama
guru bahasa Indonesia.
Menurut responden terdapat enam perbedaan Kurikulum 2013 dengan
kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2006 (KTSP). Pertama, pada Kurikulum
2013 terdapat adanya keseimbangan antara softskill dan hardskill yang harus
dimiliki oleh siswa, yaitu adanya keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik, sedangkan pada Kurikulum 2006 (KTSP) lebih
menekankan pada aspek pengetahuan. Kedua, standar proses pembelajaran pada
Kurikulum 2013 pada kegiatan inti dimulai dengan aktivitas mengamati,
menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan menciptakan, sementara itu
pada Kurikulum 2006 standar proses pembelajaran pada kegiatan inti hanya
meliputi aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Ketiga, pada Kurikulum
2013, jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak. Namun, jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibandingkan Kurikulum 2006. Sebaliknya, pada
Kurikulum 2006 jumlah jam pelajaran per minggu lebih sedikit, tapi jumlah mata
pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013. Keempat, standar penilaian
Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik, yaitu mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil,
sedangkan pada Kurikulum 2006, penilaian lebih dominan pada aspek
pengetahuan. Kelima, dalam Kurikulum 2013, silabus yang digunakan adalah
silabus dari pusat, sehingga seluruh Indonesia menggunakan silabus yang sama,
sementara itu pada Kurikulum 2006, silabus dibuat oleh masing-masing satuan
pendidikan yang berdasarkan silabus nasional. Keenam, Untuk penilaian terhadap
siswa, Kurikulum 2013 berbasis kemampuan melalui proses dan hasil. Sedangkan
penilaian di Kurikulum 2006 berfokus pada pengetahuan melalui penilaian hasil
akhir.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan Kurikulum 2013 khususnya
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia menurut narasumber, yaitu sebagai
berikut. Kelebihan mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013, di
antaranya materinya berbasis teks dan menggunakan pendekatan tekstual artinya
pembelajaran teks selalu diproses dengan tahapan pembangunan konteks dan
pemodelan teks, kerjasama membangun teks dan kerja mandiri mengembangkan
teks.  Selain itu, kurikulum 2013 melatih siswa untuk lebih mandiri, kreatif, dan
inovatif melalui pendekatan saintifik yang menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran aktif, kolaboratif, bermakna, serta menuntut keterlibatan kognitif
tingkat tinggi (HOTS) dan integrasi empat keterampilan berbahasa. Sementara itu,
kekurangan Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu adanya
penyederhanaan materi yang sebenarnya esensial.
Berdasarkan pengalaman narasumber, mengajarkan materi bahasa Indonesia
dalam Kurikulum 2013 tidaklah mudah. Begitu pula bagi siswa, materi tidak
mudah mereka kuasai. Karena materi berbasis teks, guru dituntut untuk kreatif
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan
menganalisis hasil pembelajaran, serta melakukan tindak lanjut hasil
pembelajaran. Narasumber mengalami kesulitan dalam menyusun instrumen
penilaian dan melaksanakan penilaian pada saat pembelajaran, karena jumlah
penilaian dalam Kurikulum 2013 itu banyak dan rumit, meliputi penilaian
kognitif, psikomotor, dan sikap. Masing-masing penilaian masih dijabarkan lebih
banyak, misalkan penilaian sikap yang terdiri atas penilaian observasi
(kedisiplinan, kejujuran, peduli lingkungan, dsb), penilaian diri, penilaian teman
sejawat, dan penilaian jurnal. Sistem penilaian yang banyak dan rumit tersebut
harus diterapkan guru pada masing-masing siswa, per mata pelajaran, dan per
kompetensi dasar. Belakangan adanya kebijakan RPP satu lembar disambut baik
oleh guru meskipun dalam praktiknya dipahami dan dilaksanakan secara beragam.
Di sisi lain, materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 juga
tidak mudah dikuasai oleh siswa. Selain dituntut untuk menguasai teori
kebahasaan seperti struktur dan kaidah kebahasaan setiap teks, siswa juga harus
memiliki kompetensi untuk membuat teks yang dikomunikasikan secara lisan
maupun tulis.
Implementasi materi bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 bukan tanpa
kendala. Menurut narasumber, materi berbasis teks cenderung membuat siswa
bosan, karena dihadapkan pada teori kebahasaan berupa struktur dan kaidah
kebahasaan teks lalu siswa dituntut untuk dapat membuat teks. Meskipun
pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan prinsip aktif, kolaboratif,
bermakna, dan mengintegrasikan empat keterampilan berbahasa, namun dalam
pelaksanaannya cenderung monoton. Selain itu, karena silabus diseragamkan dan
berlaku untuk seluruh Indonesia, maka guru tidak diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan materi.
Terdapat beberapa solusi untuk mengatasi berbagai kendala dalam
implementasi Kurkulum 2013 khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia seperti
yang dipaparkan narasumber. Menurutnya, untuk mengatasi kebosanan pada
siswa, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas materi dan
melaksanakan proses pembelajaran lebih interaktif dengan menggunakan berbagai
aplikasi, seperti Tik Tok, Mentimeter, Quizziz, Google Workspace for Education,
dan lain-lain. Melalui pembelajaran interaktif, siswa diharapkan lebih aktif dan
senang mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan untuk mengatasi kendala dalam melakukan
sistem penilaian, guru melakukan penilaian satu per satu dan melihat kondisi
penilaian yang memungkinkan dilaksanakan terlebih dahulu di dalam kelas. Jika
tidak memungkinkan memberikan penilaian secara individu, guru akan melakukan
penilaian kelompok berupa penilaian proyek. Penilaian lain seperti observasi atau
jurnal dapat dilaksanakan di luar jam PBM.
Akhirnya, kita tahu bahwa setiap kurikulum dalam konsep dan
pelaksanaannya terdapat kelebihan dan kekurangan. Begitu pula dengan
Kurikulum 2013 yang memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya, yaitu KTSP. Implementasi Kurikulum 2013 dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia pada praktiknya menemukan beberapa kendala
baik di kalangan guru maupun siswa. Namun, berbagai kendala tersebut dapat
diatasi sepanjang guru dapat berperan aktif, kreatif, inovatif, dan berkemauan kuat
untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menganalisis hasil pembelajaran,
serta melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran secara maksimal sehingga siswa
dapat melaksanakan pembelajaran secara bermakna.
Secara teoretis hasil wawancara ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
pewawancara lain yang memiliki kajian serupa atau relevan dengan permasalahan
ini. Selain itu, hasil wawancara tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan dan
pemikiran bagi guru bidang studi bahasa Indonesia dalam mengatasi berbagai
kendala mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Kita tahu bahwa setiap kurikulum memiliki konten, sistematika, dan juga
karakteristik tertentu, sehingga guru harus memahami konsep kurikulum secara
utuh, berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat, serta terus
meningkatkan kompetensi diri dengan mengikuti berbagai pelatihan sehingga
berbagai kendala dalam mengimplementasikan kurikulum dapat diatasi dengan
baik. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman guru mengenai
karakteristik siswa yang beragam agar dapat mewujudkan pembelajaran
berdiferensiasi, baik diferensiasi konten, proses, maupun produk sehingga
pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dengan
demikian, alangkah lebih baiknya jika guru memiliki moto: belajar terus, terus
belajar!
Referensi
https://lampung.tribunnews.com/2014/12/07/ini-perbedaan-kurikulum-2006-
dengan-2013 (diakses pada tanggal 27 Januari 2022 pukul 21.05 WIB)
https://wisatasekolah.com/kekurangan-dan-kelebihan-kurikulum-2013/ (diakses
pada tanggal 30 Januari 2022 pukul 17.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai