Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL KE-1

Kode /Mata Kuliah : ISIP4211/LOGIKA


Nama Mahasiswa : DIMAS PAKSI BAGUS PERMADI
NIM : 044323305

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Yth, Tutor/Dosen Ibu Ucca Arawindha
Mohon izin memberikan tanggapan pada tugas ini

Tulisan tentang
a. Ide, Konsep dan Term
b. Sesat Pikir
Pilih salah satu

Dalam tugas ini saya mengambil tulisan tentang Sesat Pikir

Mohon ma’af, apabila keliru dan masih banyak kekurangan, siap menerima pencerahan dan
bimbingannya.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.


SESAT PIKIR

A. Pengertian Sesat Pikir


Sumaryono (1999:9) memberikan pengertian sesat pikir adalah proses
penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan
menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah yang disebabkan oleh pemaksaan
prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.
Surajiyo (2009:105) mengatakan kesesatan penalaran dapat terjadi pada
siapa saja, bukan karena kesesatan dalam fakta-fakta, tetapi dari bentuk penarikan
kesimpulan yang sesat karena tidak dari premis-premis yang menjadi acuannya.
Sesat pikir dapat terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas dari
dasarnya.
Contoh:
Kucing berkumis.
Ali berkumis.
Jadi, Ali Kucing.

Silogisme di atas, merupakan sesat pikir dalam menyimpulkan, karena Ali


dkatakan kucing. Konklusi ini menyesatkan dan bisa marah yang bersangkutan
kepada yang mengatakannya. Ali yang bersangkutan dikatakan kucing yang bukan
kucing melainkan orang atau manusia yang memiliki martabat, bisa emosi dan
memukul kepada yang menyampaikannya karena merasa diturunkan martabatnya
Bentuk sesat pikir berdasar pembagian, yaitu: musim menurut kegiatannya
dapat dibagi menjadi: musim tanam, musim kemarau, musim menyiangi, musim
hujan, dan musim panen. Dalam pembagian ini ada yang sesat pikir, yaitu musim
kemarau dan musim hujan karena kedua musim itu bukan kegiatan.
Sesat pikir dalam bentuk lain, misalnya Natsir mengatakan Bambang sangat
mencintai istrinya, lalu disambung oleh Dahri dengan kata “dan saya juga”. Ucapan
Dahri mengatakan “dan saya juga” merupakan sesat pikir, yaitu dapat diartikan
bahwa Dahri juga mencintai istrinya Said. Pada hal yang ia maksudkan adalah Dahri
juga mencintai istrinya sendiri.
Dari pengertian dengan tiga contoh sesat pikir yang dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan sesat pikir sebagai proses penalaran atau argumentasi yang tidak
ketemu, atau salah arah pada sasaran yang dimaksudkan. Walaupun proses berpikir
semacam ini menyesatkan, tetap juga hal ini sering dilakukan. Atas dasar inilah maka
dipandang perlu untuk mengetahui lebih lanjut, sumber, jenis-jenis dan latar belakang
terjadinya proses sesat pikir tersebut.
B. Fenomena Sesat Pikir
Sumaryono (1999:9) term “kepalsuan” dapat dipergunakan dalam berbagai
kemungkinan. Yang paling lazim, term tersebut dipergunakan untuk menggambarkan
gagasan yang keliru atau keyakinan yang salah. Dalam logika, term tersebut
dipergunakan dalam arti yang lebih sempit, yaitu palsu berarti keliru dalam menalar
atau dalam berargumen.
Motivasi pokok seseorang menyusun sebuah argumen adalah untuk
membuktikan bahwa kesimpulan yang ia peroleh dalam menalar adalah benar.
Sebuah argumen ada kemungkinan gagal dalam memanuhi tujuan tersebut. Ada dua
kemungkinan kegagalan argumen.
1. Kegagalan dapat terjaddi karena suatu argumen memuat premis yang terbentuk
dari proposisi yang keliru. Jika sebuah argumen memuat satu premis yang keliru,
maka argumen tersebut akan gagal dalam menempatkan kebenaran konklusinya
Contoh:
Premis 1 : ABRI harus menjalankan dwifungsi sipil-militer
Premis 2 : Tentara bayaran tidak memperhatikan fungsi sipil
Konklusi : Jadi, ABRI tanpa dwifungsi akan sama dengan tentara
: bayaran
2. Kegagalan dapat terjadi karfena suatu argumen ternyata memuat premis-premis
yang tidak berhubungan deengan konklusi yang akan dicari. Di sini logika
berperanan penting. Sebuah argumentasi yang premis-premisnya tidak
berhubungan dengan kesimpulannya merupakan argumen yang “sesat”
sekalipun semua premisnya itu mungkin benar. Di dalam jenis kegagalan yang
kedua inilah terdapat apa yang disebut sesat pikir.
Contoh:
Premis 1 : Sifat Tuhan adalah kekal abadi
Premis 2 : Pancasila memuat nilai-nilai yang kekal abadi
Konklusi : Tuhan dan Pancasila adalah identik

Selanjutnya dalam sumber yang sama, Sumaryono mengemukakan ada


banyak jenis kekeliruan yang dilakukan orang dalam melaksanakan penalaran atau
dalam berargumen. Setiap kekeliruan dalam menalar itu merupakan argumen yang
salah.

C. Sumber-Sumber Kesesatan
Surajiyo (2009:107) mengemukakan sumber kesesatan dapat terjadi di dalam
logika deduktif, dan logika induktif. Di dalam logika deduktif, kita dengan mudah
memperoleh kesesatan karena adanya kata-kata yang disebut homonim, yaitu kata
yang memiliki banyak arti yang didalam logika disebut kesalahan semantik atau
bahasa. Kesalahan semantik itu dapat pula disebut ambiguitas. Adapun untuk
menghindari ambiguitas dapat dengan berbagai cara, misalnya menunjukkan
langsung adanya kesesatan semantik dengan mengemukakan konotasi sejati.
Memilih kata-kata yang hanya arti tunggal, menggunakan wilayah pengertian yang
tepat, apakah konotasi subjektif yang berlaku khusus atau objektif yang bersifat
universal atau partikular. Dapat juga dengan konotasi subjektif yang berlaku khusus
atau objektif yang bersifat komprehensif.
Kesesatan di dalam logikan induktif dapat dikemukakan seperti prasangka
pribadi, pengamatan yang tidak lengkapatau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau
penggolongan karena penggolongannya tidak lengkap atau tumpang tindih maupun
masih campur aduk. Kesesatan juga bisa terjadi pada hipotesis karena suatu
hipotesis bersifat meragukan dan bertentangan dengan fakta. Kemudian yang
berkaitan dengan sebab adalah post hoc propler hoc, anteseden yang tidak cukup,
dan analisis yang perbedaannya tidak cukup meyakinkan. Tidak cukupnya
perbedaan itu menjadikan-nya suatu kecenderungan homogen, masihj pula terdapat
kebersamaan yang sifatnya kebetulan. Kesesatan juga terjadi karena generalisasi
yang tergesa-gesa, atau analogi yang keliru.

D. Berbagai Jenis Sesat pikir


Rapart (1996:92) mengemukakan pada umumnya sesat pikir di bagi ke dalam
tiga jenis, yaitu sesat pikir karena semantik (bahasa), sesat pikir formal, dan sesat
pikir material. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Sesat Pikir Karena Bahasa
Sesat pikir karena bahasa dapat terjadi karena kesalahan semantik (bahasa),
sebagai berikut:
a. Menggunakan term ekuivokal
Term ekuivokal adalah term yang memiliki makna ganda, misalnya jarak
dapat berarti ruang sela antara benda atau tempat, tetapi dapat juga berarti
pohon yang sering ditanam sedemikian rupa dan berfungsi sebagai pagar.
Sesat pikir yang disebabkan oleh penggunaan term ekuivokal disebut sesat
pikir ekuivokasi (fallacy of equivocation).
b. Menggunakan term metaforis
Term metaforis adalah kata atau sekelompok kata yang digunakan bukan
dalam arti yang sebenarnya. Misalnya: Pemuda adalah tulang punggung
negara. Sesat pikir yang disebabkan oleh penggunaan term metaforis
disebut sesat pikir metaforisasi (fallacy of metaphorization)
c. Menggunakan aksen yang membedakan arti suatu kata
Ada kata-kata yang apabila aksennya diubah akan memiliki arti yang
berbeda . Misalnya: apel: jika tekanan tgerletak pada huruf “a” artinya ialah
pohon/buah apel, tetapi jika tekanan terletak pada suku kata “pel”, artinya
ialah apel bendera, dan sebagainya. Sesat pikir yang terjadi karena aksen
disebut sesat pikir aksen (fallacy of accent)
d. Menggunakan kontruksi kalimat bermakna ganda
Kalimat yang bermakna ganda disebut amfiboli (amphyboly). Amfiboli terjadi
apabila sebuah kalimat disusun sedemikian rupa sehingga arti kalimat itu
dapat ditafsirkan secara berbeda-beda. Contoh: Ali mencintai kekasihnya
dan demikian pula saya! Kalimat itu bisa berarti :Ali mencintai kekasihnya
dan saya juga mencintai kekasih ali. Atau bisa juga berarti: Ali mencintai
kekasihnya dan saya mencintai kekasih saya

2. Sesat Pikir Formal


Sesat pikir formal terjadi karena melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi bentuk (form) penalaran yang sahih. Jenis-jenis sesat pikir formal adalah
sebagai berikut.
a. Sesat pikir empat term (fallacy of for terms)
Bentuk silogisme yang sahih ialah silogisme yang hanya memiliki tiga term
yang masing-masing disebut dua kali. Apabila dalam sebuah silogisme
terdapat empat term, benntuk silogisme itu tidak sahih. Hal itu melanggar
ketentuan pertama mengenai term-term silogisme (lihat ketentuan mengenai
term-term silogisme)
b. Sesat pikir proses tak sah (fallacy of illicit process)
Sesat pikir yang terjadi karena term premis tidak berdistribusi tetapi term
konklusi berdistribusi. Hal ini melanggar ketentuan keempat mengenai term-
term silogisme (lihat ketentuan mengenai term-term silogisme)
c. Sesat pikir term tengah tak berdistribusi (fallacy of undistributed)
Sesat pikir yang terjadi karena term tengah tiedak berdistribusi, padahal
untuk memeperoleh konklusi yang benar term tengah sekurang-kurang satu
kali berdistribusi. Hal ini melanggar ketentuan ketiga mengenai term-term
silogisme (lihat ketentuan mengenai term-term silogisme)
d. Sesat pikir dua premis negatif (fallacy of two negative premises)
Sesat pikir ini terjadi karena menarik konklusi dari dua buah premis negatif
pada hal dari dua premis negatif tidak dapat ditarik konklusi yang benar. Hal
itu melanggar ketentuan kedua dari ketentuan-ketentuan menganai premis-
premis (lihat ketentuan premis)

3. Sesat Pikir Material


Sesat pikir material ialah sesat pikir yang terjadi bukan karena bahasa atau
bentuk penalaran yang tidak sahih, melainkan yang terjadi pada materi atau isi
penalaran itu sendiri. Surajiyo (2009:111) menyebutnya sebagai kesesatan
relevansi. Sesat pikir macam ini sering kali disengaja guna membangkitkan
emosi atau mengalihkan perhatian seseorang ataupun sekelompok orang dari
masalah yang dipersoalkan. Hal seperti ini sering dipergunakan untuk
memperdayakan lawan bicara. Cara penyajiannya yang sering meyakinkan,
tetapi faktanya justru sangat kabur ataupun bukan yang sedang dibahas. Jadi,
kesesatan relevansi timbul kalau orang menurunkan suatu kesimpulan yang
tidak relevan dengan premisnya, artinya secara logis kesimpulan tidak
terkandung atau tidak merupakan implikasi dari premisnya. Jenis-jenis sesat
pikir material adalah sebagai berikut:
a. Argumen terhadap orangnya (Argumentum ad hominem)
Sesat pikir ini terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada
persoalan yang sesungguhnya, tetapi terarah kepada pribadi orang yang
menjadi lawan bicara
b. Argumen untuk mempermalukan (Argumentum ad verecundiam)
Sesat pikir ini terjadi karena agumentasi yang diberikan memang sengaja
tidak terarah kepada persoalan yang sesungguhnya, tetapi dibuat
sedemikian rupa untuk membangkitkan perasaan malu si lawan bicara.
Contoh: “Jika Anda benar-benar seorang pembeela kebenaran, Aanda pasti
akan membenarkan saya karena apa yang saya katakan selalu benar!” Hal
itu sering pula dilakukan oleh pemasang iklan Misalnya: “Orang yang benar-
benar bijaksana adalah orang yang selalu menggunakan prodduk kami!”
c. Argumen berdasarkan kewibawaan (Argumentum auctoritatis)
Dalam suatu diskusi, tiba-tiba seseorang mengatakan demikian: “Saya yakin
apa yang dikatakan beliau adalah baik dan benar karena beliau adalah
seorang pemimpin yang beliau, seorang tokoh yang sangat dihormati dan
seorang doktor yang jenius!” Jelas terlihat bahwa argumen yang
dikemukakan oleh orang tersebut tidak berdasarkan penalaran sebagaimana
mestinya, tetapi didasarkan pada kewibawaan si pembicara terdahulu. Sesat
pikir seperti itu yang bperlu dihindari.
d. Argumen ancaman (Argumentum ad baculum)
Argumen ancaman mendesak orang untuk menerima suatu konklusi tertentu
dengan alasan bahwa jika menolak akan membawa akibat yang tidak
diinginkan.
e. Argumen belas kasihan (Argumentum ad misericordiam)
Sesat pikir ini sengaja terarah untuk membangkitkan rasa belas kasihan si
lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan
f. Argumen demi rakyat (Argumentum ad populum)
Argumen ini dibuat untuk menghasut massa, rakyat, kelompok untuk
membakar emosi mereka dengan alasan bahwa pemikiran yang
melatarbelakangi suatu usul atau program adalah demi kepentingan rakyat
atau kelompok itu sendiri. Argumen ini bertujuan untuk memperoleh
dukungan aatau membenarkan tindakan si pembicara.

g. Argumen ketidaktahuan (Argumentum ad ignorantiam)


Apabila kita memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak
mengetahu apa pun juga mengenai sesuatu itu, hal itu adalah sesat pikir.
Belum tentu bahwa apa yang tidak diketahui itu benar-benar tidak ada. Sesat
pikir yang demikian disebut argumentum ad ignorantiam

E. Strategi Menghindari Sesat Pikir


Istilah strategi adalah suatu akal pikiran untuk mencapai sesuatu yang
dimaksud. Strategi di sini, diartikan sebagai suatu akal pikiran untuk menghindari
penalaran yang tidak logis atau salah arah, menjadi penalaran untuk mencapai
sesuatu yang dimaksud.
Salah satu strategi menghindari sesat pikir, yaitu dengan menghindari sumber
penyebabnya. Sumaryono (1999:21) dan Surajiyo (2009:115) mendeskripsikan sesat
pikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran kita. Seperti halnya
rambu-rambu lalu lintas dipasang sebagai peringatan bagi para pemakai jalan di
bagian-bagian yang rawan kecelakaan, maka rambu-rambu sesat pikir ditawarkan
kepada kita agar kita jeli dan cermat terhadap kesalahan-kesalahan dalam menalar,
juga agar kita mampu mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan-kesalahan
tersebut sehingga mungkin kita akan selamat dari penalaran palsu Oleh Karena itu,
untuk menghindari kesesatan penalaran dengan berhati-hati terhadap sumber-
sumber sesat pikir misalnya dengan menghindari kesalahan semantik atau bahasa,
senantiasa melakukan penyimpulan sesuai ketentuan silogisme yang benar, dan
bersikap kritis terhadap setiap argumen. Dalam hal ini, peneliti terhadap peranan
bahasa dan penggunaannya merupakan hal yang sangat menolong dan penting.
Realisasi keluwesan dan keanekaragaman penggunaan bahasa dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh konklusi yang benar dari sebuah argumen.
Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi secara sangat “halus”.
Banyak kata yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang
memiliki rasa dan makna yang berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya sesat
pikir tersebut, kita harus mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna
yang tegas dan jelas. Untuk itu kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term
yang dipergunakan.

Sumber :
1. BMP_ISIP4211
2. https://www.ruangguru.com/blog/sesat-pikir
3. http://firman25.blogspot.com/2013/09/sesat-pikir.html

Anda mungkin juga menyukai