LOGIKA
A. DEFINISI LOGIKA SEBAGAI ILMU PENALARAN SISTEMATIS
1. Dari sisi etimologis, “logika” adalah istilah yang dibentuk dari kata yang
berasal dari kata benda , artinya “sesuatu yang diutarakan, sesuatu yang
dipertimbangkan dengan akal (pikiran), kata, percakapan, ungkapan melalui
bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa logika adalah “suatu
pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan melalui kata-kata dan
dinyatakan dalam bahasa.
2. Sebagai ilmu, logika disebut η atau dalam bahasa Latin disebut
logica scientia, yaitu ilmu pengetahuan tentang kecakapan atau ketrampilan
untuk berpikir lurus, tepat, dan teratur.
B. KEGUNAAN LOGIKA
3. Membantu kita berpikir rasional (berdasarkan akal sehat), kritis, lurus, tepat,
tertib, metodis, dan koheren.
4. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
5. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam,
sistematis (terstruktur), dan mandiri (independen)
6. Meningkatkan kecintaan pada kebenaran sekaligus mencegah/menghindarikan
kita dari kekeliruan atau sesat berpikir.
FENOMENA SESAT BERPIKIR
DEFINISI:
Sesat pikir (Latin: fallacia/ Inggr. fallacy) ialah kekeliruan
penlaran yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan
yang tidak valid/sahih dengan melanggar ketentuan-
ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa
serta penekanan kata yang, secara sengaja atau tidak, telah
menyebabkan pertautan gagasan yang tidak tepat.
Jika pelaku sesat pikir tidak menyadari akan sesat pikir
yang dilakukan-nya, disebut paralogisme.
Jika sesat pikir itu dengan sengaja untuk menyesatkan
orang lain, disebut sofisme.
Pada umumnya terdapat tiga jenis sesat pikir: Karena
bahasa, sesat pikir formal, dan sesat pikir material
(kekeliruan argumen).
SESAT BERPIKIR-AMBIGUITAS ARGUMEN
D. KATEGORI berasal dari kata Yunani katηgoria yang pada mulanya berarti penguraian
fakta yang dikemukakan oleh seorang penuntut umum di hadapan mahkamah rakyat
(dikastria) terhadap seorang terdakwa di zaman Yunani Kuno. Dalam perkembangan
kemudian, kategori didefinisikan sebagai penguraian yang dilakukan secermat mungkin
untuk mengenal atau memahami suatu keberadaan, baik bersifat material maupun non-
material.
Terdapat 10 kategori:
1. Substansi: Apakah substansinya? Terkait jenisnya.
2. Kuantitas: Berapa? Jumlah.
3. Kualitas: Bagaimana mutunya? Sifat.
4. Relasi: Apa hubungannya? Keterhubungan.
5. Tempat: Di mana? Tempat.
6. Waktu: Kapan?
7. Aksi: Apa aksi/tindakan?
8. Pasivitas: Semangat atau pasif?
9. Posisi: Bagaimana posisinya?
10. Kondisi: Bagaimana keadaannya?
PERTEMUAN III
BEBERAPA LANDASAN PENALARAN
E. PREDIKABEL
Predikabel adalah pengertian-pengertian yang dinyatakan oleh predikat tentang
subjeknya. Terdapat empat jenis predikabel:
1. Genus (jenis): jenis yang merupakan himpunan benda, perorangan, atau
sesuatu yang lain, yang meliputi kelompok-kelomok terbatas di bawahnya
yang disebut species.
2. Differentia (ciri pembeda): Ciri pembeda yang membedakan sesuatu spesies
dengan spesies lainnya dalam genus yang sama (pembeda manusia dan
monyet adalah akal budi).
3. Proprium (sifat khusus): sifat khusus yang merupakan kelanjutan atau
konsekuensi logis dari differentia: ciri pembeda manusia dari monyet adalah
kemampuan akal budi untuk memecahkan masalah.
4. Accidentia (sifat sampiran): sifat sampiran ini tidak termsuk di dalam
differentia atau proprium. Ia merupakan suatu sifat yang tidak khusus yang
melekat pada genus atau spesies. Dapat berubah namun tidak berpengaruh
pada sifat hakiki (misalnya rambut hitam menjadi uban).
PERTEMUAN IV
BAHASA DAN LOGIKA
A. PENGANTAR
1. PEMBENTUKAN IMAGINASI: Gambaran konseptual tentang sesuatu benda
atau realitas yang dipikirkan yag semua hanyalah angan-angan (perseptual).
Pancaindera menangkap objek tersebut dan pikiran kita mengabstraksi esensi
atau hakikatnya. Pancaindera dan pikiran bekerjasama untuk membentuk ide.
2. DEFINISI IDE ATAU GAGASAN: Gambaran akal budi (rasio) tentang realitas atau
objek tertentu; atau pemahaman pikiran kita tentang sesuatu benda/objek.
Jadi, di sini ada perbedaan antara pengertian dan gagasan: pengertian terkait
dengan pengetahuan tentang sesuatu yang konkret, khusus, dan individual.
Pengertian terarah kepada sebuah objek konkret dan individual sebagaimana
ditangkap dengan pancaindera. Gagasan berhubungan dengan sesuatu yang
abstrak dan universal.
3. TERM (KATA-KATA): Pernyataan verbal tentang suatu gagasan. Term adalah
bunyi yang diartikulasikan dan berfungsi sebagai simbol atau tanda gagasan;
atau sekumpulan gagasan yang dinyatakan dalam wujud kata-kata. MESKIPUN
DEMIKIAN, TIDAK SEMUA KATA DAPAT DISEBUT TERM, sebab ada kata-kata
yang tidak memiliki sesuatu yang menjadi objeknya (jika, dan, oleh, dalam).
PERTEMUAN V
GAGASAN, TERM, DAN TANDA
C. JENIS-JENIS TERM
Term-term dapat dikelompokkan menurut jumlah kuantitas objeknya, asas
perlawananan gagasan dasarnya, ketepatan maknanya, dan kodrat (sifat dasar)
objek pendukungnya. Pengelompokan dimaksud adalah sebagai berikut:
1. MENURUT KUANTITAS OBJEKNYA
Term singular: hanya menyebut satu objek individu (contoh: Ini Partogi).
Term partikular: menyebut sebagaian/sejumlah/sekelompok objek (contoh:
beberapa mahasiswa, tim bola basket SMA 32).
Term Universal: menyebut kelompok objek tertentu sebagai keseluruhan
konsep yang mencakup masing-masing individu objek sebagai anggota atau
bagiannya (contoh: mahasiswa, dosen, polisi).
Term Kolektif: menggambarkan sekelompok/sekumpulan objek sebagai sebuah
unit (contoh: Keluarga, GMKI, GMI). Partikular=Ayah, Ketua, Bishop. Universal:
Kabinet.
PERTEMUAN V
GAGASAN, TERM, DAN TANDA
C. JENIS-JENIS TERM
Term-term dapat dikelompokkan menurut jumlah kuantitas objeknya, asas
perlawananan gagasan dasarnya, ketepatan maknanya, dan kodrat (sifat dasar)
objek pendukungnya. Pengelompokan dimaksud adalah sebagai berikut:
C. JENIS-JENIS TERM
Term-term dapat dikelompokkan menurut jumlah kuantitas objeknya, asas perlawananan
gagasan dasarnya, ketepatan maknanya, dan kodrat (sifat dasar) objek pendukungnya.
Pengelompokan dimaksud adalah sebagai berikut:
C. JENIS-JENIS TERM
Term-term dapat dikelompokkan menurut jumlah kuantitas objeknya, asas perlawananan
gagasan dasarnya, ketepatan maknanya, dan kodrat (sifat dasar) objek pendukungnya.
Pengelompokan dimaksud adalah sebagai berikut:
D. SUPOSISI TERM
Suposisi term adalah ketepatan makna yang dimiliki oleh sebuah term dalam sebuah
proposisi (anggapan) atau pernyataan. Sayangnya, tidak ada satu term yang memiliki
makna yang tepat secara mutlak. Ada enam jenis proposisi.
E. TANDA
Sebuah tanda adalah sesuatu yang membimbing kita kepada pengetahuan tentang
sesuatu yang lain, yang berbeda dari tanda itu sendiri. Secara umum, terdapat tiga jenis
tanda:
1. ALAMIAH: menunjuk kepada sesuatu yang berbeda dari keadaan dan sifat kodratnya.
Contoh: langit mendung, sebentar lagi pasti turun hujan.
3. AKSIDENTAL: mungkin berupa benda, tempat, atau bahkan seorang pribadi yang erat
berhubungan dengan pengalaman masa lampau.
Contoh:
Cincin sebagai tanda ikatan dalam pernikahan
Monumen Yogya Kembali adalah tanda perjuangan rakyat Yogyakarta.
Soekarno adalah Proklamator Kemerdekaan RI
PERTEMUAN VI
DEFINISI, PUTUSAN, DAN PROPOSISI
B. KATEGORI DEFINISI
Kategori definisi selalu dilatarbelakangi oleh adanya perdebatan verbal. Ada dua faktor:
Perbedaan makna terminologis sebuah kata/term karena latar belakang keyakinan/
ideologi.
Misalnya, definisi “HAM” menurut PBB dan Pemerintah RI.
Semata-mata sebagai akibat dari term yang diperdebatkan memiliki makna tunggal.
Misalnya, “Peraturan.” Apakah ia muncul sebagai perintah penguasa dan
dipaksakan, atau sebagai pernyataan kesadaran dan kehendak rakyat sebagai
pedoman bersama.
D. JENIS-JENIS MAKNA
1. Makna DENONATIF ATAU EKSTENSIAL: makna sebuah term yang meliputi satu kelas
objek tertentu yang padanya term tersebut diterapkan. Contoh: “Ibu adalah seorang
perempuan yang telah menikah dan memiliki anak kandung.” Term ibu berlaku untuk
semua perempuan dalam kategori yang sama (menikah, memiliki anak, terutma anak
kandung).
2. Makna KONOTATIF ATAU INTENSI: makna yang menggambarkan atribut atau karakteristik
umum dari objek-objek yang terdapat di dalam suatu kelas atau kumpulan tertentu.
3. Ada tiga jenis makna yang berbeda dalam sebuah konotasi: konotasi subjektif,
konotasi subjektif, dan konotasi konvensional.
Subjektif: jika rangkaian atribut yang pasti terdapat pada objek-objek bervariasi sesuai
interpretasi masing-masing individu dan masa berlakunya. Contoh: Model pakaian entah
kuno atau modis terpergantung pada siapa yang memakai dan kapan ia dipakai.
Objektif: Jika seluruh rangkaian atribut/karakteristik umum dari sebuah objek berlaku
juga bagi objek-objek lain. Contoh: Manusia adaah homo sapiens. Term homo sapiens
adalah hakikat kodrat yang sama untuk semua manusia.
Konvensional: persetujuan atau kesepakatan dalam komunikasi dan pemahaman
bersama atas makna sebuah term dan penggunaannya. Contoh: Jalan: bisa berartti
“sarana menuju ke suatu tempat”; juga, “kondisi yag diharapkan, prosedur, cara”.
PERTEMUAN VI
DEFINISI, PUTUSAN, DAN PROPOSISI
E. HUKUM-HUKUM DEFINISI
1. Definiendum tidak boleh dimasukkan di dalam definiens. Artinya, yang didefiniskan
tidak boleh dimasukkan di dalam jabaran keterangannya. Contoh: Alat tulis adalah alat
untuk menulis.
2. Definiendum harus ekuivalen (sama dan sebangun) dengan definiendum. Artinya,
penjabaran keterangan tidak lebih luas atau lebih sempit pengertiannya daripada yang
didefinisikan. Dengan kata lain, posisi definiens dan definiendum harus dapat dibolak-
balik. Contoh: manusia adalah animal ratinale.
3. Definisi konotatif harus dinyatakan dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan univok.
Definiens harus lebih jelas daripada definiendum; tidak boleh dinayatakan dalam
bahasa yang sumir atau kabur, mataforis (kiasan), dan figuratif (melukiskan
figur/tokoh tertentu). Contoh: Cinta adalah emosi jiwa laksana harumnya bunga mawar.
4. Definisi konotatif harus memberikan penjabaran keterangan atau atribut yang hakiki
dari sesuatu (kata) yang didefinisikan. Contoh: Polisi adalah alat negara yang bertugas
menjaga keamanan rakyat.
5. Definisi tidak boleh dalam bentuk negatif. Tujuan utama sebuah definisi adalah
menyatakan makna hakiki dari sebuah term/kata, bukan sesuatu yang lain yang tidak
dimaksudkan. Contoh: Kebaikan adalah BUKAN perbuatan jahat.
PERTEMUAN VIII
PEMBAGIAN DAN KLASIFIKASI
A. PENGANTAR
Pada dasarnya definisi berhubungan dengan makna/konotasi sebuah term, sedangkan
Pembagian dan klasifikasi (pengelompokan) dengan denotasi sebuah term.
PEMBAGIAN berarti:
Penguraian atas sesuatu ke dalam bagian-bagian yang menjadi komponennya.
Misalnya: Manusia terdiri atas kaki-tangan-badan-kepala-rambut, dsb.
Penguraian atas sesuatu yang sifatnya umum ke dalam sub-sub. Misalnya, judul-sub
judul buku atau skripsi.
Penguraian atas suatu kelompok ke dalam anggota-anggotanya secara individual.
Penguraian atas sesuatu (benda) ke dalam unsur-unsur pembentuknya Misalnya, roti
terbuat dari tepung terigu, gula pasir, ragi, dsb.
B. JENIS-JENIS PEMBAGIAN
D. MANFAAT KLASIFIKASI
1. KLASIFIKASI ADALAH SEBUAH METODE UNIVIKASI (PENYATUAN).
Binatang
Bukan kobra
kobra
LAMPIRAN
BEBERAPA ISTILAH KUNCI DALAM LOGIKA
PREMIS: Dasar pikiran, alasan, asumsi; Sesuatu yang dianggap benar sebagai
landasan bagi kesimpulan; kalimat/proposisi yang menjadi dasar penarikan
kesimpulan.
PREMIS MAYOR: Premis yang berisikan term (kata) yang menjadi predikat
bagi sebuah kesimpulan.
PREMIS MINOR: Premis yang berisikan term (kata) yang menjadi subjek bagi
sebuah kesimpulan.
ANTESEDEN: Sesuatu yang terjadi dahulu; informasi dan ingatan atas suatu
konteks yang ditunjukkan oleh sebuah ungkapan; unsur terdahulu yang
ditunjuk oleh suatu klausa/kalimat (Mis. Ani cantik tapi kelihatannya jelek).
SILOGISME: Gabungan dua premis (mayor dan minor) yang mewujudkan
anteseden.
KOMPREHENSI: Mampu menangkap sesuatu ide/gagasan dengan baik.
KONOTASI/INTENSI: Luas dan lengkap.
DENOTASI/EKSTENSI: Perluasan.
LAMPIRAN
BEBERAPA ISTILAH KUNCI DALAM LOGIKA
PROPOSISI: Ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dapat dibuktikan
benar/tidaknya.
INFERENSI: Suatu proses penarikan kesimpulan dari satu/lebih proposisi.
INVERSI: Penalaran langsung dengan cara menegasikan subjek proposisi premis dan menegasikan
atau tidak menegasikan predikat proposisi premis.
KONVERSI: Jenis penarikan kesimpulan secara langsung dgn. Membalikkan/ mempertukarkan term
predikat menjadi term subjek, dan term subjek menjadi term predikat.
OBVERSI: Penalaran langsung yang kesimpulannya menunjukkan perubahan kualitas proposisi
meskipun maknanya tidak boleh berubah.
KONTRAPOSISI: Penarikan kesimpulan secara langsung dengan jalan menukar posisi subjek dan
predikat yang telah dinegasikan lebih dahulu.
OPOSISI: Penalaran langsung yang posisi konklusinya merupakan oposisi (lawan) dari premis
dengan term predikat dan subjek yang sama.
UNIVOKAL: Kata (term) yang memiliki makna tunggal.
EKUIVOKAL: Kata (term) yang sama namun berbeda makna.
DISFUNGSI HUBUNGAN: Hubungan antara bagian konstruksi yang dipisahkan oleh “atau” dan
“tetapi” yang menunjukkan sebuah kontras atau asosiasi (Contoh: Mereka miskin tetapi selalu
gembira).
KONJUNGSI: Kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrase, antarklausa, dan antarkalimat.
KLAUSA: Satuan gramatika yang mengandung predikat dan berpotensi menjadi sebuah kalimat.