Anda di halaman 1dari 8

Nama : Azharul Wardi

Kelas : 8 EGB
NIM : 0612 4041 1519
Dosen : Yohandri Bow, S. T ., M. T
Mata Kuliah : Etika dan Profesi

TEORI JOHARI WINDOW


Jendela johari adalah “model yang menjelaskan tingkat keterbukaan dan
tingkat kesadaran tentang diri kita. Model ini penting dalam komunikasi antar
pribadi.” Johari window adalah jendela dengan empat bagian yang
menggambarkan bahwa manusia terdiri atas empat self (diri). Namun johari
berasal dari singkatan nama penemunya, yakni Joseph Luft dan Harry Ingham
(1984):
a. The Open Self (Diri yang Terbuka)
Diketahui oleh kita dan orang lain. Informasi, tingkah laku, sikap, perasaan,
hasrat, motivasi, dan ide. Tapi kita terbiasa membuka diri kita kepada beberapa
orang saja, dan kepada orang yang lain kita cenderung menutup diri. Padahal
terbuka itu dibutuhkan dalam komunikasi.
b. The Blind Self (Diri yang Buta)
Seluruh hal mengenai diri kita yang orang lain ketahui namun cenderung kita
abaikan. Mulai dari kebiasaan sepele sampai penting, seperti bagaimana kita
memiliki ekspresi yang meluap-luap, kebiasaan memegang hidung saat marah,
dan sebagainya.
c. The Hidden Self (Diri yang Tersembunyi)
Segala hal yang kita ketahui tentang diri kita namun merupakan rahasia bagi
orang lain. Termasuk segala hal yang tidak ingin kita tunjukkan. Kasus ini
dibedakan :
Bagi para “overdiscloser”, mereka tak sungkan membicarakan problem keluarga,
masalah anak-anak, kesulitan keuangan.
Para “underdiscloser” tak pernah membicarakan problem yang dia hadapi. Mereka
tak masalah untuk membicarakan masalah apapun, kecuali tentang diri mereka
sendiri.
d. The Unknown Self (Diri yang Tidak Dikenal)
Dirinya maupun orang lain tidak mengetahui kebenaran yang ada. Bisa
diketahui dari beberapa sumber, yaitu:
- Hipnotis atau “sensory deprivation” (kehilangan panca indra).
- Mimpi.
- Namun demikian, kebanyakan disebabkan adanya fakta bahwa “Kita
mempelajari sesuatu tentang diri kita sendiri yang kita tidak ketahui
sebelumnya”.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri :
1. Bertanya pada diri sendiri
Who Am I ?’ Mencari tahu kelemahan dan kemampuan diri, mimpi, serta
target perbaikan diri kita.
2. Mendengarkan orang lain
Hal ini mampu mendapatkan feedback dari orang lain, untuk
meningkatkan kesadaran diri.
3. Aktif mencari informasi mengenai diri sendiri
Kita tak dapat memaksa orang lain untuk memberikan pendapat tentang diri
kita, terlebih lagi ada orang yang bersifat negatif terhadap kita. Namun kita dapat
menggunakan peristiwa yang terjadi untuk memperoleh self-information.
4. Melihat sisi diri yang berbeda
Melihat diri dari kacamata orang lain dapat memberi perspektif yang baru dan
bernilai mengenai diri kita.
5. Meningkatkan keterbukaan diri
Kita dapat meningkatkan makna dan keintiman dari sebuah dialog, melalui
interaksi yang kita peroleh.
6. Self Esteem (Penghargaan Diri)
Seberapa besar kita menyukai diri sendiri dan menilai diri kita. Self-
esteem sangat penting, sebab kesuksesan melahirkan kesuksesan berikutnya. Saat
kita merasakan hal yang bagus tentang diri kita, di mana kita mampu untuk
melakukan suatu hal, maka performa kita akan lebih baik. Saat kita berpikir
bahwa kita akan sukses, maka kita akan berbuat layaknya seorang yang sukses.
Saat kita berfikir akan gagal, maka kita akan berbuat layaknya seorang yang
gagal.
Cara meningkatkan penghargaan terhadap diri antara lain:
a. Menyerang kepercayaan diri yang bersifat merusak
Berusaha jujur seutuhnya terhadap diri sendiri, tanyakan pada diri sendiri
pertanyaan-pertanyaan seperti:
 Dorongan untuk menjadi sempurna: Apakah kita terlalu keras berusaha untuk
menonjolkan diri sendiri menjadi seseorang dengan level tinggi dan tidak
menerima adanya kekurangan pada diri sendiri ?
 Dorongan untuk menjadi kuat: kelemahan emosional seperti sedih dan
kesendirian = salah.
 Dorongan untuk menyenangkan pihak lain: Apakah kita selalu tunduk pada
pendapat dan persetujuan pihak lain? Dan jika mereka tidak menyetujui
pendapat kita maka kita merasa tidak berharga?
 Dorongan untuk terburu-buru: Apakah kita melakukan segala sesuatunya
dengan sangat cepat dan berusaha untuk tepat waktu ?
 Dorongan untuk berusaha keras: Apakah kita mengambil tanggung jawab dan
beban melebihi kemampuan kita?
b. Penegasan atau penguatan yang kokoh
Ide dibalik pesan ini adalah cara kita berbicara untuk mempengaruhi cara kita
berpikir tentang diri sendiri (Cottle, 2003). Jika kita berbicara positif tentang diri
sendiri, kita akan merasa positif tentang diri sendiri. Disarankan:
 Saya adalah orang yang berharga
 Saya bertanggung jawab dan dapat diandalkan
 Saya mampu mencintai dan dicintai sepenuh hati
 Saya pantas menerima kebaikan-kebaikan.
 Saya dapat memaafkan diri sendiri untuk kesalahan-kesalahan yang saya
lakukan.

Gambar 1. Bagan Teori Johari Window

1. Daerah Terbuka (Open Area)


Macam informasi : mulai dari nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang
sampai usia, keyakinan politik dan agama. Daerah terbuka masing-masing orang
akan berbeda-beda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini
berkomunikasi. Ada orang yang membuat kita merasa nyaman dan mendukung
kita; terhadap mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar. Terhadap orang yang
lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita.
Besarnya daerah terbuka juga berbeda-beda dari satu orang ke orang lain.
Makin kecil kuadran pertama “kata Luft” (1970) “makin buruk komunikasi”.
Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada kita sendiri.
Jika kita tidak membiarkan orang lain mengenal kita, komunikasi menjadi sangat
sukar. Kita dapat berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal
dan juga mengenal diri sendiri.
Perubahan pada daerah terbuka akan mengakibatkan perubahan pada kuadran
yang lain. Bayangkanlah sebuah jendela yang besarnya tetap. Jika salah satu kotak
menjadi lebih kecil, kotak lain akan menjadi lebih besar. Begitu juga, jika salah
satu kotak menjadi lebih besar, kotak lain pasti menjadi lebih kecil. Daerah-daerah
diri ini, dengan demikian, tidaklah saling terpisah dan berdiri sendiri. Mereka
masing-masing bergantung kepada orang lain.
2. Daerah Buta (Blind Area)
Daerah buta (blind area) berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui
orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaan-
kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila anda
marah atau hal-hal lain yang lebih berarti seperti sikap defensif, atau pengalaman
terpendam.
Sebagian orang mempunyai daerah buta yang luas dan tampaknya tidak
menyadari berbagai kekeliruan yang dibuatnya.
 Kelihatannya sangat cemas jika memiliki sedikit saja daerah buta. Mereka
berusaha melakukan terapi.
 Mengira tahu segalanya tentang mereka sendiri, percaya bahwa mereka telah
menghilangkan daerah buta sampai nol.
 Hanya berpura-pura ingin mengurangi daerah buta. Mereka bersedia
mendengar tentang diri mereka, tetapi baru saja komentar negatif muncul,
mereka bersikap membela diri.
Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila ada daerah
buta, komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini akan selalu ada pada diri
kita masing-masing. Walaupun kita mungkin dapat menciutkan daerah ini,
menghilangkannya sama sekali tidaklah mungkin.
3. Daerah Tertutup (Hidden Area)
Daerah tertutup (hidden area) mengandung semua hal yang manusia ketahui
tentang diri sendiri atau tentang orang lain tetapi ia simpan hanya untuk dirinya
sendiri. Ini adalah daerah tempat manusia menghasilkan segala sesuatu tentang
dirinya sendiri dan tentang orang lain. Pada ujung-ujung ekstrim, terdapat mereka
yang terlalu terbuka (overdiscosers) dan mereka yang terlalu tertutup
(underdisclosers). Mereka yang terlalu terbuka menceritakan segalanya.
Mereka tidak menyimpan rahasia tentang diri sendiri dan tentang orang lain.
Mereka akan menceritakan kepada anda kisah keluarga, masalah seksual, masalah
perkawinan, keadaan keuangan, tujuan, kesuksesan dan kegagalan, pokoknya
segala macam. Masalah dengan mereka yang terlalu terbuka ini adalah bahwa
mereka tidak membedakan antara orang-orang yang boleh dan seharusnya tidak
boleh mendengar pengungkapan ini. Selanjutnya mereka juga tidak membedakan
berbagai informasi yang boleh mereka ungkapkan dan informasi yang seharusnya
mereka rahasiakan.
Mereka yang terlalu tertutup tidak mau mengatakan apa-apa. Selanjutnya
mereka akan berbicara tentang orang lain tetapi tidak tentang mereka sendiri.
Mereka mungkin merasa bahwa mereka takut ditolak; atau mungkin merasa
ditolak karena tidak mau mempercayai orang lain.
Kebanyakan diri kita berada di antara kedua ekstrim ini. Kita merahasiakan hal-
hal tertentu dan kita membuka hal-hal yang lain; kita terbuka kepada orang-orang
tertentu dan kita tidak terbuka kepada orang yang lain. Pada dasarnya, kita adalah
orang-orang terbuka yang selektif. Berikut beberapa faktor daerah tertutup yang
mempengaruhinya:
 Tingkat kemampuan yang dibawah rata-rata atau sedikit mendapat
kesempatan, kepercayaan diri yang minim, dan kurang berlatih. 
 Kemampuan alami, bahwa seseorang tidak menyadarinya. 
 Ketakutan atau menghindari diri bahwa mereka memiliki potensi untuk
terjangkit penyakit yang tidak diketahui. 
 Terkondisikan oleh perilaku atau kebiasaan sedari kecil. Daerah/diri tertutup
ini juga dipengaruhi oleh perasaan terkesan atau perasaan- perasaan tidak
nyaman lainnya yang berakar pada kejadian-kejadian formatif dan
pengalaman pahit pada masa lalu, yang mempengaruhi si individu secara
berkelanjutan. Untuk pekerjaan dan dalam konteks organisasi, Jendela Johari
sebaiknya tidak digunakan pada kasus di atas.
4. Daerah Gelap (Unknown Area)
Daerah gelap (unknown Area) adalah bagian dari diri manusia yang tidak
diketahui baik oleh dirinya maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi yang
tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang lupa dari perhatian. Manusia
memperoleh gambaran mengenai daerah gelap ini dari sejumlah sumber.
Adakalanya daerah ini terungkap melalui perubahan temporer akibat minum obat,
melalui kondisi eksperimen khusus seperti hipnotis atau deprivasi sensori, atau
melalui berbagai tes proyektif atau mimpi. Eksplorasi daerah ini melalui interaksi
yang terbuka, jujur dan empatik dengan rasa percaya dengan orang lain, orangtua,
sahabat, konselor, anak-anak, kekasih merupakan cara efektif untuk mendapatkan
gambaran.
5. Daerah Ideal (Ideal Area)
Idealnya sebuah jendela diri itu bisa dilihat dari tingginya tingkat
kepercayaan dalam kelompok ataupun hubungan dengan individu lain, jika berada
pada jendela ini ukuran arena atau diri terbuka akan meningkat, dikarenakan
tingginya tingkat kepercayaan dalam kelompok sosial. Norma-norma pun
dikembangkan oleh kelompok untuk saling memberi feedback dan difasilitasi
tentunya untuk pertukaran ini.
Arena/daerah/diri terbuka menyarankan kita untuk membuka diri kepada
anggota kelompok lainnya, karena dengan adanya keterbukaan, anggota kelompok
lain tidak akan bersikap intropert (tertutup) atau malah akan lebih memberikan
pengertiannya. Mereka akan mengerti bagaimana sikap dan sifat kita, dan
mengatahui kita bisa dikritik yang pada akhirnya akan memberikan feedback yang
positif pula.
Sedikit tambahan mengenai faktor-faktor yang menghambat individu dalam
memperbaiki jendela dirinya, adalah dari faktor lingkungan dan hubungan dari
individu itu sendiri.
1. Faktor penghambat dari lingkungan
Adalah sistem yang dianut oleh lingkungan sekitar kita, misalnya; ada pihak
yang lebih dominan sehingga menghambat pengembangan diri.
2. Faktor Intern
Merupakan faktor yang menyebabkan kita enggan untuk menelaah diri,
terkadang kita tidak bisa menerima kenyataan, misalnya saja faktor tujuan hidup
dan usia.
- Faktor tujuan hidup yang belum tergambarkan dengan jelas, faktor motivasi
dan keenganan untuk menelaah diri, kadang-kadang manusia takut untuk
menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun kelebihan pada
dirinya. 
- Faktor Usia. Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak melihat
bahwa kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya, mereka cenderung usia
muda lebih hebat karena produktif.

Anda mungkin juga menyukai