Anda di halaman 1dari 13

KETERBUKAAN DIRI MENURUT JOHARI WINDOW SERTA

HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM


PENGEMBANGAN KELOMPOK

KELOMPOK 9

ANGGOTA:

1. Shara Nuzila Ramadhani 101711133192

2. Nadhifah Bin Shef 101711133203

3. Ayu Sekar Pawening 101711133208

4. Nadea Alda Nariswari 101711133228

5. Sophie Rosariyanti 101711133233

6. Muhammad Sholahuddin Afif 101711133238

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018
BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian informasi
tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan dapat mencakup berbagai hal
seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, citacita dan sebagainya (Papu, 2002).
Selanjutnya self disclosure merupakan metode yang paling dapat dikontrol dalam
menjelaskan diri sendiri kepada orang lain. Individu dapat mempresentasikan dirinya sebagai
orang bijak atau orang bodoh tergantung dari cara mengungkapkan perasaan, tingkah laku,
dan kebiasaannya. Pentingnya keterbukaan diri seseorang adalah agar orang lain dapat lebih
mengerti keadaan seseorang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Johnson (dalam
Gainau, 2009), menunjukkan bahwa seorang individu yang mampu membuka diri (self
disclosure) akan dapat mengungkapkan diri dengan tepat; terbukti mampu menyesuaikan diri
terhadap sekitarnya (adaptive), lebih percaya diri, lebih kompeten, dapat diandalkan, lebih
mampu bersikap positif, percaya terhadap orang lain, lebih objektif, dan terbuka. Jika
seseorang kurang memiliki keterbukaan diri pada orang lain maka menjadikan seseorang
kurang percaya diri, tertutup dan menarik diri dari kehidupan sosial maupun hubungan
interpersonal di lingkungannya. Dengan mengungkapkan diri kepada orang lain, maka
seorang individu akan merasa lebih dihargai, diperhatikan, dan dipercaya oleh individu
lainnya, sehingga hubungan komunikasi akan semakin akrab/dekat. Keterbukaan diri
didefinisikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain (Sears,
2009). Altman dan Taylor (dalam Setiawati, 2012) mengemukakan bahwa selfdisclosure
merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain
yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab.

I.II Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari keterbukaan diri menurut Johari Window?


2. Bagaimana keterkaitan antara keterbukaan diri dengan kesehatan masyarakat?

I.III Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari keterbukaan diri menurut Johari Window


2. Menjelaskan bagaimana keterkaitan antara keterbukaan diri dengan kesehatan
masyarakat
BAB II PEMBAHASAN

II.I Area dan Wilayah dalam Johari Window

Jendela Johari (Johari Window) adalah konsep komunikasi yang diperkenalkan


oleh Joseph Luth dan Harry Ingram (karenanya disebut Johari). Jendela Johari pada dasarnya
menggambarkan tingkat saling pengertian antar orang yang berinteraksi. Jendela Johari ini
mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat kuadran, Kuadran-
kuadran tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:

a. Open Area

Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri
dan orang lain. Menggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan
orang lain. Berisi hal-hal yang aku tahu tentang diriku dan juga diketahui oleh orang
lain. Ditandai dengan pertukaran informasi antara diri dan orang lain dengan bebas.
Pada kuadran ini terdapat tingkat kepercayaan antar individu yang tinggi, sehingga
dengan mudahnya berbagi informasi tentang hal-hal pribadi.

Hal-hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasinya.


Orang yang “Open” bila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka diri dengan
menjabat tangan atau secara formal memperkenalkan diri bila berjumpa dengan
seseorang. Diri yang terbuka, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri
demikian juga orang lain diluar dirinya dapat mengenalinya.

b. Blind Area

Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain,
tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Disebut “Blind” karena orang itu tidak
mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri
padahal orang lain melihatnya. Berisi informasi yang saya tidak tahu tentang diriku
sendiri, tapi diketahui oleh orang lain. Orang lain mendapatkannya melalui
komunikasi non verbal yang saya lakukan, misalnya melalui sikap, cara saya
mengatakan sesuatu hal, atau gaya di mana saya berhubungan dengan orang lain, saya
mungkin tidak tahu bahwa saya selalu berpaling dari seseorang ketika saya berbicara
atau bahwa saya selalu berdehem sebelum mengatakan sesuatu.

Sebagai contoh, ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab, padahal orang lain
melihatnya begitu berhati-hati dan sangat tertutup, tampak formal dan begitu menjaga
jarak dalam pergaulan. Orang ini sering disebut sebagai seseorang yang buta karena
dia tidak dapat melihat dirinya sendiri, tidak jujur dalam menampilkan dirinya namun
orang lain dapat melihat ketidak tulusannya.

c. Hidden Area

Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita
sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Ada hal-hal atau bagian yang saya
sendiri tahu, tetapi orang lain tidak. Berisi informasi yang saya tahu tentang diriku
sendiri, tetapi orang lain tidak tahu. Saya menjaga hal-hal yang tersembunyi dari
mereka. Saya mungkin takut bahwa jika kelompok itu tahu perasaan saya, persepsi,
dan pendapat mengenai kelompok atau individu dalam kelompok, mereka mungkin
menolak, menyerang, atau menyakiti saya. Akibatnya, saya menahan informasi ini.

Hal lain sering teramati, ketika seseorang menjelaskan mengenai keadaan


hubungannya dengan seseorang. “Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati pada
waktu itu, padahal aku begitu mempercayainya”. Luka hati masa lalunya tidak
diketahui orang lain, tetapi ia sendiri tak pernah melupakannya.
d. Unknown Area

Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri
kita sendiri ataupun oleh orang lain. Dikatakan “Unknown”, karena baik yang
bersangkutan, maupun orang lain dalam kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara
individu. Berisi hal-hal yang baik saya sendiri maupun orang lain tidak tahu mengenai
hal-hal tentang saya. Aku mungkin tidak pernah menyadari bahwa hal tersebut
terkubur jauh di bawah permukaan di daerah bawah sadar saya. Daerah ini diketahui
merupakan dinamika intrapersonal, kenangan masa kanak-kanak, potensi laten, dan
sumber daya (kemampuan atau potensi diri) yang belum diakui.

II.II Definisi Johari Window

Teori Johari Window (Jedela Johari) merupakan perangkat sederhana dan berguna
dalam mengilustrasikan dan meningkatkan kesadaran diri serta pengertian bersama individu-
individu yang ada dalam suatu kelompok tertentu. Model ini juga berfungsi dalam
meningkatkan hubungan antar kelompok yang sekaligus mengilustrasikan kembali proses
memberi maupun menerima feedback.

Jendela Johari sendiri dikembangkan atau dipelopori oleh Psikolog Amerika, Joseph
Luft dan Harry Ingham pada tahun 1950-an ketika meneliti untuk program proses dari
kelompok mereka. Uniknya, nama "Johari" sendiri sebenarnya diambil dari potongan
masing-masing nama mereka. "Jo" untuk Luft, dan "Harry" untuk Ingham. Dalam selang
waktu yang tak lama, Jendela Johari banyak dimanfaatkan sebagai pengertian dan latihan
kesadaran diri, peningkatan personal & komunikasi. Hubungan inter-personal, kelompok-
kelompok dinamis, dan peningkatan tim dan hubungan inter-grup.

Terminologi kata Jendela Johari mengarah pada-personel/dari pribadi dan orang lain.
Personal untuk diri individu itu sendiri, sebagai subjek manusia dalam analisa Jendela joharu.
Selanjutnya, orang lain berarti objek lain dari kelompok pribadi. Jendela Johari juga
berhubungan dengan teoti intelegen emisional, emotional Intelligence theory (EQ), dan
kesadaran individu serta peningkatan EQ.

Komunikasi membutuhkan umpan balik dari seseorang yang artinya bahwa


komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik membutuhkan
penerapan teori jendela Johari yang berfungsi untuk memahami perasaan, kesadaran, dan
tingkah laku lawan bicara agar terjalin komunikasi yang efektif.
II.III Perbedaan Orang Terbuka dan Orang Tertutup

a. Individu Terbuka
1. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika
2. Dapat membedakan dengan mudah dan melihat nuansa yang lebih beragam
3. Berorientasi pada isi pesan, tidak memandang siapa yang menyampaikan pesan tetapi
melihat pesan apa yang disampaikan
4. Mencari informasi dari berbagai sumber, tidak hanya puas dengan satu narasumber
5. Lebih bersifat profisionalisme (menerima dengan lapang dada yang dikatakan oleh
orang lain) dan bersedia mengubah kepercayaan jika memang terbukti tidak sesuai
6. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan

b. Individu Tertutup
1. Menilai pesan berdasarkan motif, melihat jika pesan yang disampaikan sesuai dengan
motif pribadinya maka akan diterima, tetapi apabila tidak maka akan ditolak
2. Berpikir simplisis (memandang suatu permasalahan secara hitam-putih,baik-benar)
tanpa melihat nuansa yang berbeda
3. Bersandar pada sumber daripada isi pesan, akan mempercayai dan menerima pesan
jika yang menyampaikan pesan tesebut adalah orang yang dipercaya dan disukai
4. Mencari informasi tentang kepercayaan orang dari sumbernya sendiri, bukan
kepercayaan orang lain
5. Teguh mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya. Sangat sulit menerima
sistem kepercayaan baru, dan cenderung menentangnya
6. Menolak dan mengabaikan pesan yang tidak sesuai dengan sistem kepercayaannya.

II.IV Manfaat Keterbukaan Diri


Keterbukaan diri dalam komunikasi memiliki peranan penting karena dalam hal ini
keterbukaan diri dapat mengungkapkan apa yang diinginkan masing-masing individu.
Manfaat keterbukaan diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah, komunikasi efektif,
hubungan penuh makna, dan kesehatan mental. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Kemampuan untuk mengatasi masalah
Salah satu ketakutan yang terbesar adalah terbongkarnya masa lalu kita yang kelam,
tetapi dengan keterbukaan perasaan-perasaan seperti itu dan mendapat dukungan maka
akan membantu kita mengatasi masalah tersebut. Kita menerima diri kita melalui cara
pandang orang lain terhadap kita, jika kita merasa orang lain akan menolak kita maka kita
akan menolak diri kita juga.
2. Komunikasi efektif
Dengan adanya keterbukaan diantara orang yang berkomunikasi maka kita akan lebih
memahami apa yang dimaksud dalam pembicaraan. Disamping itu komunikasi akan
menjadi efektif apabila orang yang berkomunikasi sudah saling mengenal dengan baik.
3. Hubungan penuh makna
Dengan keterbukaan kita percaya pada orang lain, menghargai mereka, peduli dengan
mereka. Hal ini akan berbalik pada kita, orang lain pun akan demikian dengan kita.
4. Kesehatan mental
Orang yang terbuka akan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh stress. Orang
yang mempunyai masalah kemudian menceritakan pada teman akrabnya maka orang
tersebut akan merasa lega dan merasa semua persoalan yang dihadapi sudah terpecahkan
dan pada gilirannya merasa lega serta menjadi lebih rileks dalam menghadapi kehidupan.

II.V Meningkatkan Efektivitas Keterbukaan Diri


Agar lebih efektif, keterbukaan diri perlu memperhatikan berbagai hal sebagai berikut:
1. Menjelaskan perasaan tentang fakta
Menjelaskan perasaan tentang fakta berarti dalam menjelaskan suatu informasi
kepada orang lain perlu disertai dengan pernyataan mengenai perasaan kita atas informasi
tersebut. Dengan menjelaskan perasaan kita pada suatu kondisi akan memberi
kesempatan orang lain untuk mengenal kita lebih dalam.
2. Memperkenalkan diri lebih terbuka
Memperkenalkan diri lebih terbuka maksudnya adalah untuk membuat keterbukaan
diri membentuk sebuah hubungan yang baik dengan orang lain maka keterbukaan itu
perlu dijelaskan lebih luas dan lebih dalam. Penjelasan lebih luas berarti mendiskusikan
berbagai hal seperti pekerjaan, keluarga dan berbagai hal yang relevan dengan lawan
bicara. Sementara, menjelaskan lebih dalam berarti menjelaskan suatu peristiwa atau
kondisi tertentu lebih dalam.
3. Lebih mementingkan informasi sekarang dari pada masa lalu
Lebih mementingkan informasi sekarang dari pada masa lalu adalah bahwa informasi
yang lebih efektif menarik perhatian orang adalah tentang masa sekarang dibandingkan
dengan masa lalu. Ketertarikan pada informasi sekarang disebabkan informasi tersebut
masih relevan digunakan.
4. Hal timbal balik.
Hal timbal balik berarti proses membuka diri hendaknya memperhatikan tingkat
keterbukaan dari partner kita. Artinya keterbukaan diri hendaknya dilakukan secara
bertahap dan seimbang dengan tingkat keterbukaan dari partner kita. Keterbukaan akan
kurang efektif bila dilakukan terlalu cepat pada waktu yang terlalu dini.

II.VI Hubungan Keterbukaan Diri dengan Pengembangan Kelompok


Berhasil atau tidak berhasilnya keterbukaan diri bukan hanya dipengaruhi oleh individu itu
sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh kelompok, sehingga semua faktor sangat menentukan
tingkat keterbukaan diri. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan keterbukaan diri
dengan kelompok , antara lain

 Budaya (culture)

Nilai-nilai dan budaya yang dimiliki suatu kelompok mempengaruhi tingkat keterbukaan
diri seseorang. Begitu pula kedekatan budaya antar anggota kelompok. Baik budaya yang
dibangun dalam keluarga, pertemanan, daerah, negara memiliki peranan penting dalam
mengembangkan keterbukaan diri seseorang.

 Usia

Terdapat perbedaan frekuensi keterbukaan diri dalam kelompok usia yang berbeda.
Keterbukaan diri pada teman dengan gender berbeda meningkat dari usia 17-50 tahun dan
akan menurun kembali.

 Efek Diadik

Seseorang melakukan keterbukaan diri apabila orang lain juga melakukan keterbukaan
diri. Keterbukaan diri seseorang yang mendorong lawan komunikasi dalam interaksi diantara
dua orang untuk membuka diri juga. Efek diadik ini dapat membuat seseorang merasa lebih
aman, nyata, dan memperkuat perilaku keterbukaan diri sendiri.

 Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan keterbukaan diri dari pada orang yang
kurang kompeten, sebab orang kompeten lebih bersifat provisional.
 Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul dan ekstrovert melakukan keterbukaan diri lebih banyak
daripada orang-orang yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert.

 Topik

Topik pembicaraan mempengaruhi kualitas dan tipe keterbukaan diri. Seseorang lebih
cenderung membuka diri tentang topik tertentu dari pada topik yang lain, seperti informasi
tentang pekerjaan dan hobi dari pada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan.

 Jenis kelamin

Faktor terpenting yang mempengaruhi keterbukaan diri adalah jenis kelamin. Wanita lebih
terbuka dibandingkan dengan pria. Namun, beberapa penelitian menunjukkan ternyata wanita
memang lebih terbuka dibandingkan dengan pria. Bedanya, apabila wanita mengungkapkan
dirinya pada orang yang dia sukai maka pria mengungkapkan dirinya pada orang yang
dipercayainya.

II.VII Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Diri Dalam Kelompok

Keterbukaan diri merupakan alat terpenting untuk kelangsungan hidup. Tanpaadanya


keterbukaan diri maka manusia mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, peran tenaga kesehatan masyarakat sangat
penting, termasuk peran dalam mengembangkan keterbukaan diri dalam suatu kelompok
masyarakat. Dalam mengembangkan kelompok masyakat perlu adanya keterbukaan diri
masyarakat kepada tenaga kesehatan. Namun tidak semua kelompok masyarakat mau terbuka
kepada tenaga kesehatan. Oleh karena itu, ada peran tenaga kesehatan masyarakat dalam
mengembangkan keterbukaan diri dalam kelompok masyarakat.

Peningkatan keterbukaan diri dalam kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan salah satu melalui bimbingan kelompok. Menurut Gazda (dalam Prayitno, 1995)
bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Menurut
Prayitno (1995), bimbingan kelompok berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai
tujuan bimbingan dan konseling. Jadi dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan
dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan dan pemecahan masalah dalam kelompok masyarakat.
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan
kemampuan berkomunikasi anggota kelompok. Secara lebih khusus, layanan bimbingan
kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan
dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan
kemampuan keterbukaan diri dalam komunikasi. Selain dengan bimbingan kelompok,
tenaga kesehatan juga dapat melakukan pendekatan secara intens dan mendalam, seperti
memahami sosial budaya dalam kelompok, kebiasaan dalam kelompok, serta menjadi role
of modeldalam kelompok tersebut. Sehingga anggota kelompok tersebut tertarik dan lebih
terbuka kepada tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan yang melakukan
pemberdayaan kepada kelompok masyarakat juga dapat megembangkan keterbukaan diri
kelompok dengan memberikan metode-metode pendekatan efektif, kegiatan yang
menyenangkan, serta menghilangkan barier antara tenaga kesehatan denga anggota
kelompok masyarakat yang diberdayakan. Sehingga anggota kelompok tersebut tidak
merasa canggung atau malu dengan tenaga kesehata tersebut. Dengan demikian, anggota
kelompok lebih terbuka dan mau membagi keluh kesah mengenai masalah. Artinya
anggota kelompok lebih terbuka, tidak hanya kepada sesama anggota tetapi juga dengan
tenaga kesehatan. Komunikasi efektif juga dapat meningkatkan keterbukaan diri dalam
kelompok. Dengan adanya komunikasi efektif, terus menerus, hingga memunculkan
kecocokan sesama anggota juga dapat meningkatkan keterbukaan diri tiap anggota.
FOTO ANGGOTA KELOMPOK

1) M. Sholahuddin Afif
2) Ayu Sekar Pawening
3) Shara Nuzila R
4) Nadhifah Bin Shef
5) Nadea Alda P
6) Sophie Rosaruyanti
DAFTAR PUSTAKA

Dini, Nikita. 2016. Teori Johari Window Tentang Analisis Konsep Diri Dalam
Komunikasi. http://www.kumpulancontohmakalah.com/2016/01/teori-johari-window-
tentang-analisis.html. Diakses pada 27 Oktober 2018.

https://pakarkomunikasi.com/teori-johari-window-pengertian-konsep (Online).
(Diakses pada 28 Oktober 2018).

https://www.psychologymania.com/2013/04/teori-johari-window.html (Online).
(Diakses pada 28 Oktober 2018).

http://www.g-excess.com/perbedaan-sikap-tertutup-dan-terbuka-pada-manusia.html
(Online). (Diakses pada 28 Oktober 2018).

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-keterbukaan-diri/8918/2
http://lib.unnes.ac.id/17314/1/1301408018.pdf

Anda mungkin juga menyukai