Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat bantuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ konsep diri positif, analisa
diri dengan johari window untuk menumbuhkan self awareness “ ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah komunikasi teraupetik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang self awareness bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih atas tugas dan diterimanya tugas atau
makalah ini.

Ambon, 18 Oktober 2023

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk


sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain (Alfarisi, 2014).
Manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan sesama, adat istiadat,
norma, pengatahuan maupun budaya sekitar yang terkadang berbeda dengan
budaya aslinya. Untuk mewujudkan adanya interaksi tersebut, manusia
melakukan suatu komunikasi. Komunikasi sangat bervariasi sesuai dengan
kebutuhan manusia itu sendiri. Ada komunikasi intrapersonal, komunikasi
interpersonal, komunikasi massa, dan komunikasi kelompok. Komunikasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti budaya, kebiasaan, isi pesan dan dan
pemberi pesan.
Dalam berkomunikasi, manusia harus mengetahui keadaan dirinya
sendiri maupun keadaan di sekitarnya. Mengetahui keadaan diri sendiri maupun
orang lain yang berkomunikasi dengan kita merupakan salah satu hal penting.
Hal tersebut sangat dibutuhkan agar komunikai yang kita lakukan dapat
berlangsung dengan lancar dan pesan dapat disampaikan dengan baik dan dapat
diterima dengan bail pula oleh komunikan atau penerima pesan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian teori Johari Window?


1.2.2 Bagaimana perspektif teori Johari Window
1.2.3 Apa pengertian teori x dan y dari sisi kepemimpinan?
1.2.4 Bagaimana teori Johari Window yang berhubungan dengan komunikasi
1.2.5 Apa saja faktor-faktor penghambat dari lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian teori Johari Window.


1.3.2 Untuk mengetahui perspektif teori Johari Window.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian teori x dan y dari sisi kepemimpinan.
1.3.4 Untuk mengetahui teori Johari Window yang berhubungan dengan
komunikasi.
1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dari lingkungan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teori Johari Window

Teori Johari Window diperkenalkan oleh Joseph Luth dan Harry Ingram,
merupakan perangkat sederhana untuk mengukur kesadaran diri seseorang.
Teori ini berguna dalam mengilustrasikan dan meningkatkan kesadaran diri
serta pengertian bersama individu- individu yang ada dalam suatu kelompok
tertentu. Model ini juga berfungsi dalam meningkatkan hubungan antar
kelompok yang sekaligus mengilustrasikan kembali proses memberi maupun
menerima feedback.
Dalam pelatihan pada umumnya, proses memberi dan menerima
feedback adalah unsur terpenting. Melalui proses tersebut, satu dan yang lainnya
dapat saling mengenali. Mereka juga akan belajar bagaimana pandangan orang
lain terhadap diri mereka. Feedback menginformasikan kepada individu ataupun
kelompok, baik secara verbal maupun non-verbal dalam berkomunikasi.
Informasi yang diberikan seseorang menceritakan kepada yang lain bagaimana
perilaku mereka mempengaruhinya, bagaimana perasaannya, dan apa yang
diterimanya (feedback dan self disclosure). Feedback juga bisa diartikan sebagai
reaksi yang diberikan oleh orang lain, biasanya lebih menonjol pada persepsi
dan perasaan mereka, yang menceritakan bagaimana perilaku seseorang bisa
mempengaruhi mereka.
Jendela Johari digunakan untuk membangun hubungan antar kelompok,
'personal' dikategorikan sebagai kelompok dan 'orang lain' menjadi kelompok
lain. Terdapat empat perspektif Jendela Johari yang biasa disebut dengan
'daerah' atau 'kuadran'. Masing-masing daerah mengandung informasi perasaan,
motivasi, dan lain- lain yang dikenali oleh individu, dengan catatan apakah
informasi tersebut dikenali ataupun tidak terdeteksi oleh si individu, dan apakah
informasi tersebut juga bisa diketahui kelompok lain atau tidak sama sekali.

2.1.1 Perspektif Teori Johari Window


Ketika Jendela Johari digunakan untuk membangun hubungan antar
kelompok 'personal' dikategorikan sebagai kelompok dan 'orang lain' menjadi
kelompok lain. Terdapat 4 perspektif Jendela Johari yang biasa disebut dengan
'daerah' atau 'kuadran'. Masing-masing daerah mengandung informasi perasaan,
motivasi, dan lain- lain yang dikenali oleh individu, dengan catatan apakah
informasi tersebut dikenali ataupun tidak terdeteksi oleh si individu, dan apakah
informasi tersebut juga bisa dikenali oleh kelompok lain, atau malah tidak tahu
sama sekali.

2
3

Berikut menurut Allyn and Bacon (1999) perspektif mengenai Johari


Window :

Johari Window – Self disclosure

a) Jendela Johari pada Kuadran - I (Open)


Pada Jendela Johari pertama ini dikenal juga sebagai "daerah bebas
aktivitas" yang berisikan informasi mengenai personal atau individu tentang
perilaku, kebiasaan, perasaan, emosi, pengetahuan, pengalaman, keahlian,
pandangan, dan lain-lain. Kemudian ditetapkan sebagai person (the self/diri)
dan kelompok ('other'/orang lain).
Substansi dari kelompok seharusnya selalu berusaha 'membangun'
daerah ini atau keterbukaan diri kepada setiap individu. Hal tersebut
dikarenakan, jika kita bekerja secara individu maupun kelompok, pada wilayah
inilah kita dapat bekerja paling efektif dan produktif. Keadaan ini dapat dilihat
ketika terjadi komunikasi dan kerja sama yang baik, bebas dari kerusuhan,
ketidakpercayaan, kebingungan, konflik, dan kesalahpahaman.
Kuadran terbuka mempersembahkan hal-hal yang sama-sama diketahui
oleh individu maupun orang lain. Sebagai contoh : X mengetahui nama Z dan
demikian sebaliknya dan jika mereka menelusuri ke webside pribadi masing-
masing diri, maka mereka akan saling mengetahui apa yang menjadi kesukaan
atau ketertarikan masing-masing. Kuadran terbuka bisa juga mencakup tidak
hanya informasi faktual, tetapi juga bagaimana perasaan, motivasi, perilaku,
keinginan, kebutuhan, dan lain- lain. Ketika kita bertemu dengan orang-orang
baru, ukuran kuadran terbuka tidak terlalu luas. Sejak setelah ada waktu
tersisihkan untuk saling bertukar informasi, lain halnya ketika proses
4

mendalami seseorang, Jendela (shades) akan bergerak ke bawah atau ke kanan,


menempatkan lebih banyak informasi ke dalam Jendela Terbuka.
b) Jendela Johari pada Kuadran - II (Blind)
Dengan mencari atau mendapatkan feedback dari orang lain, seharusnya
bisa mengurangi gejala pada kuadran ini dan dapat memperluas "diri terbuka"
yang notabenenya adalah untuk meningkatkan kesadaran diri, kuadran dua ini
tidak efektif untuk dibawa ke individu atau kelompok. Misalnya, ketika X
makan malam direstoran dengan Z, lalu ketika
telah menempel sesuatu entah itu remah makan atau yang lainnya di wajah X,
maka X tidak akan tahu, sedangkan Z sangat leluasa untuk segera mengetahui ada
sesuatu menempel di wajah X. Pada saat Z mengatakan ada sesuatu di wajah X,
maka jendela akan mengarah ke kanan, memperluas daerah "diri terbuka".

c) Jendela Johari pada Kuadran – III (Hidden)


Daerah tersembunyi mencakup sensitivitas, ketakutan, agenda
tersembunyi, rahasia, banyak hal yang diketahui oleh seseorang tapi
tidakdiceritakannya untuk berbagai alasan. Contohnya saja dalam webside
pribadi, X tidak pernah menyebutkan apa salah satu rasa favorit eskrim yang
paling disukainya, informasi tersebut merupakan kuadran tersembunyi X.
Namun ketika X membuka rahasianya dengan mengatakan bahwa coklat adalah
eskrim kesukaannya, maka X mendorong kuadrannya ke bawah sehingga
sedikit memperluas "diri terbuka" atau arena.
Sekali lagi, ada begitu banyak rahasia yang belum terbongkar, ketika
terjadi upaya untuk saling mengenal dan percaya satu sama lain, maka akan
tercipta suatu kenyamanan dalam membuka diri sendiri, inilah yang dinamakan
"self disclosure”.
Informasi dan perasaan-perasaan tersembunyi yang relevan seharusnya
bisa dipindahkan ke daerah terbuka melalui proses 'disclosure'. Intinya,
membuka diri dan mengekspos perasaan dan informasi yang relevan melalui
proses exposure dan self disclosure terminologi Jendela Johari, agar dapat
memperluas daerah diri terbuka. Dengan berbagai cerita apa yang kita rasakan
dan hal-hal lain seputar diri akan membantu mengurangi "daerah tersembunyi".
Di lain pihak, tentu saja dapat memperluas daerah terbuka, yang tidak lebih baik
dari pengertian, kerjasama, kepercayaan, produktivitas dan keefektipan tim
kerja, mengurangi daerah tersembunyi (hidden area) juga membantu
mengurangi kebingungan, tingakat kesalapahaman, miskin komunikasi, dan
lain-lain.

d) Jendela Johari pada Kuadran – IV (Unknown)


Kuadran ke empat ini mengandung informasi, perasaan, kemampuan
laten, pengalaman, dan lain-lain yang sama sekali tidak diketahui baik oleh
5

individu yang bersangkutan maupun oleh orang lain, hal-hal tersebut di atas bisa
jadi cukup dekat ke permukaan, yang mana cukup positif dan berguna, atau
bahkan bisa jadi aspek- sapek yang lebih dalam dari personaliti seseorang yang
mempengaruhi tingkat perilakunya. Kebanyakan daerah tertutup ini dijumpai
pada anak-anak muda dan orang-orang yang minim pengalaman atau
kepercayaan diri.
Berikut beberapa faktor daerah tertutup yang mempengaruhinya:
1. Tingkat kemampuan yang dibawah rata-rata atau sedikit mendapat
kesempatan, kepercayaan diri yang minim, dan kurang berlatih.

2. Kemampuan alami, bahwa seseorang tidak menyadarinya.

3. Ketakutan atau menghindari diri bahwa mereka memiliki potensi untuk


terjangkit penyakit yang tidak diketahui.
4. Terkondisikan oleh perilaku atau kebiasaan sedari kecil. Daerah/diri
tertutup ini juga dipengaruhi oleh perasaan terkesan atau perasaan-
perasaan tidak nyaman lainnya yang berakar pada kejadian-kejadian
formatif dan pengalaman pahit pada masa lalu, yang mempengaruhi si
individu secara berkelanjutan. Untuk pekerjaan dan dalam konteks
organisasi, Jendela Johari sebaiknya tidak digunakan pada kasus di atas.

➢ Jendela Ideal Itu


Idealnya sebuah jendela diri itu bisa dilihat dari tingginya tingkat
kepercayaan dalam kelompok ataupun hubungan dengan individu lain, jika
berada pada jendela ini ukuran arena atau diri terbuka akan meningkat,
dikarenakan tingginya tingkat kepercayaan dalam kelompok sosial. Norma-
norma pun dikembangkan oleh kelompok untuk saling memberi feedback dan
difasilitasi tentunya untuk pertukaran ini.
Arena atau daerah atau diri terbuka menyarankan kita untuk membuka
diri kepada anggota kelompok lainnya, karena dengan adanya keterbukaan,
anggota kelompok lain tidak akan bersikap intropert (tertutup) atau malah akan
lebih memberikan pengertiannya. Mereka akan mengerti bagaimana sikap dan
sifat kita, dan mengatahui kita bisa dikritik yang pada akhirnya akan
memberikan feedback yang positif pula.

2.1.2 Faktor-faktor Penghambat Dari Lingkungan


Faktor-faktor yang menghambat individu dalam memperbaiki jendela
dirinya, adalah dari faktor lingkungan dan hubungan dari individu itu sendiri.
1) Faktor penghambat dari lingkungan
Adalah sistem yang dianut oleh lingkungan sekitar kita, misalnya; ada
6

pihak yang lebih dominan sehingga menghambat pengembangan diri.


2) Faktor Intern
Merupakan faktor yang menyebabkan kita enggan untuk menelaah diri,
terkadang kita tidak bisa menerima kenyataan, misalnya saja faktor tujuan hidup
dan usia.
a. Faktor tujuan hidup yang belum tergambarkan dengan jelas, faktor
motivasi dan keenganan untuk menelaah diri, kadang-kadang manusia takut
untuk menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun
kelebihan pada dirinya.
b. Faktor Usia. Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak
melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya, mereka
cenderung usia muda lebih hebat karena produktif.

2.1.3 Teori Johari Window Yang Berhubungan Dengan Komunikasi


Komunikasi sebagai kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan individu
berhubungan erat dengan perilaku individu itu sendiri. Perbedaan perilaku
individu dalam melakukan komunkasi dan atau berhubungan dengan orang lain
merupakan situasi yang berkaitan dengan psikologis individu. Komunikasi juga
berkaitan dengan asumsi manusia. Contohnya; seorang anak kecil akan merasa
takut dan terancam bila ia tidak memahami hal yang terjadi disekitarnya.
Komunikasi yang dilakukan oleh antara petugas kesehatan akan mengurangi
rasa takutnya dengan penjelasan-penjelasan yang akan membuat anak kecil
tersebut mengerti dan nyaman.

A. Pengertian Teori X Dan Y Dari Sisi Kepemimpinan


Teori X dan Teori Y (X Y Behavior Theory) Douglas McGregor

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat
membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X
dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side
Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki
dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

1) Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil
untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta
jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi,
diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan.
7

2) Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti
halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan
diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan
diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan
kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi
atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala
potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Ini adalah salah satu teori kepemimpinan yang masih banyak
penganutnya. Menurut McGregor, organisasi tradisional dengan ciri-cirinya
yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model
yang dia namakan Theori X dan Teori.Y.
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka
diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan
keamanan atas segalanya. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor
ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :

 Tidak menyukai bekerja


 Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan
lebih menyukai diarahkan atau diperintah
 Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi
masalah-masalah organisasi.
 Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
 Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan
organisasi.

Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor


memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini
menyatakan bahwa orang- orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat
dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori
X. Secara keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut :
Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan
lepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan
mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-
sama menyenangkan.
 Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
 Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial,
penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-
kebutuhan fisiologi dan keamanan.
 Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja
jika dimotivasi
secara tepat.
8

Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan


selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk
melepaskan tali pengendali dengan memberikan desempatan mengembangkan
potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi
orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan
memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
9

BAB III
PEMBAHASAN

SELF AWARNESS

Candra Dewi
Rahayu1, Sri
Mulyani2

1 dan 2 Dosen
Keperawatan FIKES
UNSIQ
ABSTRACT
Introduction and Objective: Important for nurses to be able to take clinical
decisions by involving patients and families in their nursing care so that the
nursing process provided to clients is directed as a reflection process for
both nurses and clients. Objective: How to clinical nursing decisions
making.
Methodology: The methodology used in scientific publications with
qualitative methods using literature review.
Results and conclusions: The literature search results showed that the
decision making process was a reflection of the nurse or client, clinical
nursing decision making must be an interaction between nurse-client,
clinical nursing decision making can be done in every nursing process,
the nurse's duty during the decision making process this was as a facilitator
to provide facilities and support to clients, clinical decision making by
involving clients will increase the level of independence for clients, clinical
decision making required critical thinking skills for nurses. Indonesian
nursing were decision making has not been fully carried out between nurse-
client. The nurse still acts as the sole decision maker. So that further
understanding needed related to clinical nursing decision making in the hope
that the nurse's role will be more apparent as care givers who will
increase public trust in the nursing profession.
Keywords: clinical decision, nursing process,
client involvement.
10

ABSTRAK
Pendahuluan dan tujuan: Penting bagi perawat untuk mampu mengambil
keputusan klinis dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam asuhan
keperawatannya sehingka proses keperawatan yang diberikan kepada
klein ini diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi perawat ataupun
klien. Tujuan: Mengetahui cara pengambilan keputusan klinis keperawatan.
Metodologi: Metodologi yang digunakan dalam publikasi ilmiah dengan
metoda kualitatif dengan menggunakan literature berupa buku dan jurnal
ilmiah.
Hasil dan kesimpulan: Hasil penelusuran literatur menunjukan bahwa
proses pengambilan keputusan merupakan sebuah refleksi dari perawat
ataupun klien, pengambilan keputusan klinis keperawatan harus ada interaksi
antara perawat-klien, pengambilan keputusan klinis keperawatan dapat
dilakukan dalam setiap proses keperawatan, tugas perawat pada saat
proses pengambilan keputusan ini adalah sebagai fasilitator untuk
memberikan fasilitas dan dukungan pada klien, pengambilan keputusan klinis
dengan melibatkan klien akan meningkatkan tingkat kemandirian bagi klien,
pengambilan keputusan klinis diperlukan kemampuan berfikir kritis bagi
perawat. Yang terjadi di Indonesia pengambilan keputusan belum sepenuhnya
dilakukan bersama antara perawat-klien. Perawat masih berperan sebagai
pengambil keputusan tunggal. Sehingga dibutuhkan pemahaman lebih lanjut
terkait dengan pengambilan keputusan klinis keperawatan dengan harapan
peran perawat akan lebih terlihat nyata sebagai pemberi asuhan yang akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.
Kata Kunci: keputusan klinis, proses keperawatan,
keterlibatanklien
11

PENDAHULUAN perawat dapat menghambat


perawat dalam mengambil
Hubungan perawat klien keputusan mengenai perawatan
adalah dasar dari praktik yang akan diberikan kepada klien
keperawatan yang berfokus pada yang akan berakibat fatal
pasien (patient centered care). terhadap klien (Kozier et al,
Keterlibatan pasien merupakan 2010).
inti dari proses keperawatan,
Penilaian dan keputusan klinis
sehingga partisipasi pasien dalam
sangat dibutuhkan untuk
proses keperawatan menjadi
mendapatkan kualitas pelayanan
penting dalam penentuan kualitas
yang optimal.
dan efektifitas dalam pelayanan
asuhan keperawatan. Membina Pemberian asuhan keperawatan
hubungan ini didasarkan pada harus berdasarkan nilai-nilai dan
hubungan yang percaya, etika yang dianut oleh klien dan
menghormati dan hubungan nilai-nilai profesional asuhan
profesianal dengan keperawatan. Mengkombinasikan
mengedepankan nilai etik dan nilai profesional, etik dan nilai
disiplin profesi. Selama praktek, yang di anut klien akan
profesional keperawatan meningkatkan pelayanan,
menghadapi sejumlah situasi yang identifikasi kebutuhan dan masalah
berbeda melibatkan klien dan keperawatan lebih sistematis
pemenuhannya yang berbeda pula. sehingga meningkatkan
Proses pengambilan keputusan pemahaman klien dalam
klinis merupakan komponen pengambilan keputusan asuhannya
penting dalam proses (Doheni. 1992, Potter. 2005, Jan
keperawatan (Diana Catarina, florin. 2007).
2009), sehingga dibutuhkan
Keputusan klinis adalah
kemampuan perawatan karena
suatu proses yang meliputi
Keterbatasan pengetahuan dan
diagnosis klinis, penilaian dan
kemampuan yang dimiliki
keputusan tentang apa yang harus
12

dilakukan (Ennis 1996). Proses Proses keperawatan hubungan


pengambilan keputusan dalam perawat-klien sering rentan, karena
praktik klinik keperawatan perawat memiliki kekuatan lebih
dipahami sebagai serangkaian dari klien. Perawat memiliki
keputusan yang dibuat oleh pengaruh, akses, informasi, dan
perawat dalam interaksinya dengan pengetahuan serta keterampilan
pasien mengenai jenis pengamatan khusus. Perawat memiliki
yang akan dilakukan dalam kompetensi untuk mengembangkan
situasi yang di alami klien hubungan terapeutik dan menetapkan
(pengkajian keperawatan), batas-batas yang sesuai dengan
perumusan diagnosa kebutuhan klien.
keperawatan, rencana tindakan
1. DOKUMENTASI DAN
keperawatan yang harus diambil,
PROSES
tindakan keperawatan yang akan
KEPERAWATAN
diambil serta evaluasi (Dianan
Catarina. 2009, Jan Florin. 2007, Inti dari dokumentasi

Mehee, 2014). Perlu difahami adalah proses keperawatan.

bahwa istilah keputusan klinis Sehingga kualitas

merupakan pilihan dianatara dokumentasi keperawatan

alternatif yang ada sebagai upaya merupakan cermin dari

pemecahan masalah (Dowei, 1993) keberhasilan asuhan dalam


proses keperawatan (Jan
Florin 2007). Dokumentasi
keperawatan meliputi
permusan diagnosa
keperawatan, tujuan,
rencana tindakan,
implementassi dan
evaluasi.

Sesuai dengan standar


disiplin profesi
13

pendokumentasian dan diagnosa keperawatanpun akan


pelaksanaan tersebut harus berubah pula.
sesuai dengan standar yang
3. Perencanaan merupakan suatu
telah ditetapkan yaitu harus
langkah sitematis untuk
memenuhi standar sebagai
mengatasi masalah
berikut:
keperawatan sesuai dengan
1. Pengkajian Keperawatan tujuan yang diharapkan. Jika
dilakukan berdasarkan standart diagnosa berubah maka
pengkajian yang digunakan intervensi harus mengikuti
diagnosa yang muncul dan
dalam rumah sakit yang
terdokumentasi.
bersangkutan dan dilakukan
dokumentasi sesuai dengan 4. Implementasi Keperawatan
standart yang ada. merupakan tindakan
yang dilakukan oleh seoarang
2. Diagnosa adalah sebuah
perawat berdasarkan
keputusan dan sekaligus
intervensi/ rencana
sebagai hipotesis terhadap
keperawatan. Dalam
masalah yang dihadapi oleh
pelaksanaannya harus ada
pasien selama dilakukan
Standar Prosedur Operasional
perawatan dirumah sakit. Data
(SPO) atau panduan dalam
pasien harus
melakukan implementasi.
divalidasi
5. Evaluasi adalah validasi
/reasesment setiap hari,
terus menerus menerus
sehingga diagnosa
terhadap pencapaian
menyesuaikan data yang
tujuan keperawatan
ditemukan pada hari itu karena
berdasarkan diagnosa
diagnosa keperawatan adalah
yang di ambil.
respon dimana kemungkinan
respon setiap hari berubah. Jika Pemberian asuhan
respon pasien berubah maka keperawatan harus
14

memeperhatikan klien Penelitian yang


dengan memberikan dilakukan oleh Johnson m.,
penghargaan individu Sanchez p., Suominen h.,
meliputi preferensi, Basilakis (Johnson 2014)
keperluan, nilai-nilai, dan terdapat perberbedaan
memastikan bahwa semua antara data yang
pengambilan keputusan disampaiakan pada saat
klinik telah hand over dan pada
mempertimbangkan dari pencatatan dokumentasi
semua nilai-nilai yang dengan hasil identifikasi
diingini pasien (Comite if pasien (31%), perencanaan
quality of health institute perawatan atau intervensi
of medicine 2001). (25%), riwayat klinis (13%),
dan status klinis (13%). Hal
Pelaksanaan proses
ini mengidentifikasi perawat
keperawatan ini dibutuhkan
belum sepenuhnya
kemampuan perawat dalam
memahami fungsi dan
mengambil keputusan
kebutuhan dokumentasi
klinis dan tanpa
keperawatan untuk pasien.
mengesampingkan nilai
disiplin etik dan bioetik
keperawatan. Sehingga 2. PENGAMBILAN
dalam proses ini perawat KEPUTUSAN KLINIS
harus melibatkan pasien KEPERAWATAN
sesuai penelitian yang Beberapa konsep yang
dilakukan oleh Jan digunakan untuk
Florin pada tahun 2007 menggambarkan berpikir kritis
bahwa pasien ingin ikut dalam keperawatan adalah
terlibat dalam proses
penalaran klinis, perumusan
keperawatannya.
diagnostik, pengambilan
keputusan, penilaian, dan
15

pemecahan maslah. Menurut berhubungan erak dengan


penelitian yang dilakukan oleh kemampuan berfikir kritis
Panggabean, 2019 perawat dengan nilai p=0,026
kemampuan berfikir kritis dan juga menurut Khairina,
perawat dalam pengambilan
2018 pengalaman kerja
keputusan klinis
mempunyai hubungan erat
dengan kemampuan
pengambilan keputusan klinis
dengan nilai p value 0,012.

Berpikir kritis
digambarkan sebagai "sebuah
proses, tujuan untuk membuat
keputusan yang masuk akal
tentang apa yang harus
percaya dan apa yang harus
dilakukan". Pengambilan
keputusan klinis adalah
sebuah proses yang
melibatkan kedua penalaran
diagnostik dan penilaian
klinis. Tindakan dalam ini
tindakan diarahkan sebagai
proses refleksi dari perawat
maupun pasien
16

(Jan Florin,2007). bukan merupakan prosedur yang


tetap akan tetapi sebuah proses
Pengambilan keputusan yang beruntun. pengambilan
sangat penting keberadaannya keputusan adalah proses yang
dalam asuhan maupun dalam melibatkan pendekatan sistemik
manajemen keperawatan. yang harus diadaptasikan dengan
Pengambilan keputusan lingkungan.
merupakan suatu proses yang
Bagaimanan perawat dalam
mencakup semua penilaian
mengambil keputusan klinis?
kegiatan yang diperlukan guna
Pengambilan keputusan
membuktikan dan
keperawatan dilakukan pada semua
meperlihatkan pilihan terbaik
tahap proses keperawatan.
dalam menyelesaiakan suatu
Sehingga seorang perawat harus
masalah tertentu. setiap
mampu berpikir ktitis,
keputusan adalah akibat dari
berkomunikasi dengan baik
sebuah proses dinamis yang
sebagai suatu elemen penting
dipengaruhi oleh banyak
dalam pengaambilan keputusan
kekuatan, pengambilan
klinis, sehingga terjadi
keputusana
pembelajaran berkelanjutan bagi
pasien sehingga meningkatkan
tingkat kemandirian pasien.

Tabel 1
Modifikasi Model
Pengambilan keputusan
klinis keperawatan
No Tindakan

Tujuan a. Melakukan
identifikasi
prioritas klien
dalam penanganan
masalah

b. Menjelaskan
gambaran/tujuan
asuhan
keperawatan kod
Intervensi Menetukan
perencanaaan
bersamaa dengan

klien meliputi:
17

perencanaan b.
Membuat
kerangka
acuan
untuk
identifika
si
3 Implementas Mendapingi klien
i kegiatan yang
dalam
bila
merefleksikan
c. dilakukam
intervensi/
klien secara
perencanaan
mandiri
4 Evaluasi Membimbing
yang sudah
klien untuk
disusun sesuai
menentukan
dengan skala
tujuan
prioritasnya
Sumber: selanjutnya
Mihee, 2014
dalam
identifikasi
Tabel diatas menjelaskan
masalah
bahwa pengambilan keputusan
klinis merupakan bagian dari
proses keperawatan dimana
dalam pengambilan
keputusannya harus
melibatkan klien

Definisi lain dijelaskan


bahwa pengambilan keputusan
klinis keperawatan merupakan
serangkaian keputusan yang
dibuat oleh perawat, dalam
interaksi dengan klien
mengenai pengkajian yang
didapat dari klien, evaluasi
data yang diamati, variasi
diagnosa yang muncul serta
18

tindakan keperawatan yang klinis dengan melibatkan klien


harus diambil (jan Florin. akan erat hubungannya
2007, Mehee. dengan nilai-nilai budaya
yang dianut oleh klien.
2014). Teori yang
dikemukakan oleh 3. PARTISIPASI KLIEN
Buckingham and Adams DALAM PENGAMBIKAN
pengambilan keputusan klinis KEPUTUSAN KLINIS
merupakan perilaku klasifikasi KEPERAWATAN
(Jan Florin. 2007). Klasifikasi
Membantu klien dalam
dapat diartikan bahwa
pengambilan keputusan klinis
pengambilan keputusan
membutuhkan ketepampilan
merupakan sebuah pola
teknis, interpersinal, intelektual
tertentu sama halnya dengan
dan berlandaskan etika
proses keperawatan, jelas
keperawatan selain itu
bahwa dalam setiap proses
diperlukan wawasan terhadap
keperawatan perawat harus
masalah-masalah lain yang
mampu mengambil keputusan
terkait dan juga perlu adanya
klinis. Sedangkan menutut
latihan khusus bagi
Guyatt (Agung pranoto. 2013)
menjelaskan bahwa asuhan
yang berdasarkan evidence
base pengambilan keputusan
harus melibatkan pasien.
Sehingga penting bagi
perawat untuk mampu
mengambil keputusan dengan
baik, cepat dan akurat
dalam hal ini menurut
Sumijatun (Samijatun 2009)
perlu dipahami bagi perawat
bahwa pengambilan keputusan
19

perawat untuk belajar Florin, 2007 dan Fakultas


mengambil keputusan klinis Ilmu Keperawatan
terkait dengan konsep terkait Universitas Padjajaran, 2013).
(Samijatun, 2009). Hubungan Kolaborasi perawat klien
perawat-klien adalah suatu merupakan komponen utama
hubungan interpersonal yang dalam pemberian asuhan
profesional dan terapeutik keperawatan, pengambilan
dengan tujuan memenuhi keputusan merupakan bagian
kebutuhan klien. Hubungan dari asuhan keperawatan,
profesional perawat dan klien sehingga pengambilan
didasarkan pada pemahaman keputusan dalam proses
bahwa klien adalah orang Keperawatan harus
yang paling tepat untuk melibatkan pasien dan
membuat keputusan. Peran keluarganya.
utama tim kesehatan adalah
Keterlibatan klien yang
memfasilitasi dan
dimaksud dalam pengambilan
memberdayakan potensi
keputusan ini adalah sebagai upaya
internal klien. Dengan
pemberdayaan klien sehingga
demikian, hubungan yang
meningkatka tingkat kemandirian
terjadi haruslah
klien sebagaimana dijelaskan
menguntungkan klien dan
dalam teori Dorothea Orem (1980):
tidak memiliki efek yang
self care dimana konsep ini
negatif bagi klien. Dalam
menekankan pada perawatan diri
pengambilan keputusan
secara mandiri, kemandirian
seorang perawat harus
dipandang sebagai bentuk praktik
berlandaskan etika praktik
kebiasaan/tingkah laku yang
keperawatan yang berdasarkan
dilakukan oleh klien dalam
pada pemikiran kritis dan
mepertahankan kesehatan dan
reflektif mengenai tanggung
kondisinya (Jaan Florin 2007,
jawab dan kewajiban seorang
Samijatun 2009 dan Aligood,
perawat terhadap klien ( Jan
2012). Tingkat kemandirian ini
20

akan dicapai jika pasien dan keputusan ini jika merujuk pada teori
keluarga mampu mengambil adaptasi amaka kan didapat setelah
keputusan dengan baik dan tepat klien mamu beradapsi dengan
dalam memilih assuhan dan lingkungan dalam hal ini lingkungan
bantuan terkait kondisinya. perawatan klien. Perawat harus
Sehingga diperlukan peran aktif mampu memberikan fassilitas buat
pasien dan keluarga daalam klien untuk mampu mepelajari
pengambilan keputusan klinis lingkungan perawatan reflektif
tersebut. Dalam beberapa learning harus ditepkan oleh perawat
penilitian disebutkan bahwa tugas kepada pasien.
perawat pada saat pengambilan
Tanggung jawab utama
proses pengambilan keputusan ini
saat membina hubungan
adalah sebagai fasilitator untuk
kolaborasi perawat-klien
memberikan fasilitas dan
adalah bahwa perawat
dukungan pada klien (Jan Florin
berperan seebagai leader
2007 dan paaulina Bravo. 20115).
dalam pengambilan keputusan
Pengambilan
klinis keperawatan. Pengalam
pasien dalam keterlibatan
proses keperawatan harus
dihargai dan dapat digunakan
sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan klinis.
Perawat harus memahami
kebutuhan klien dalam setiap
proses keperawatan, sehingga
hubungan perawat klien dalam
pengambilan keputusan
dalam dilakukan dapa setiap
proses keperawatan seperti
terlihat pada gambar berikut:
21

Gambar 1: Model of family– ketertarikan klien terhadap


professional collaboration: a 4-step perencanaan yang akan dibuat
process of collaborative service selanjutnya akan digunakan
delivery. sebagai acuan dalam melakukan
pendampingan menentukan
prioritas
Gambar 1 (satu) sama halnya
dengan yang dijelaskan diatas
dapat kita pahami bahwa
pengambilan keputusan klinis
dapat dilakukan dalam proses
keperawatan dengan melibarkan
pasien dan keluarga. Dalam
setiap proses keperaatan tersebut
harus ada interaksi antara pasien,
keluarga dan perawat. Hal tersebut
merupakan sebuah siklus proses
keperawatan, siklus tersebut tidak
boleh terbalik atau ditinggalkan
salah satu (siklus tersebut harus
dilakukan secara berurutan).

Penentuan tujuan
keperawatan, seorang perawat
harus mengidentifikasi ketertarikan
klien terkait dengan masalah
yang dilami dan prioritas masalah
menurut klien begitu juga dala
perencanaan seorang perawat harus
mampu melakukan identifikasi
terkait dengan gambaran
22

perencanaan. Fase
implementasi perawat Gambar 2; kolaborasi dalam
melakukan pendampingan praktik pemberian asuhan
pada klien dalam kesehatan
merefleksikan intervensi/ Gambar diatas dapar
perencanaan yang sudah susun disimpulkan bahwa
sesuai dengan skala prioritas pengambilan keputusan klinis
yang telah disepakati dengan merupakan bagian dari
klien. kemudian pada tahap kobarorasi klien dan pemberi
evaluasi seorang perawat pelayanan kesehatan dalam
harus mampu membimbing hal ini adalah perawat.
klien sehingga klien mampu Sehingga seorang perawat
menentukan tujuan dituntut mampu untuk
selanjutnya dalam identifikasi melakukan pengambilan
masalah yang dialami klien. keputusan dengan melibatkan

4. PEMBAHASAN klien, perawat bukan


pengambil keputusan tunggal
Pemeberian asuhan akan tetapi sebagai fasilitator
keperawatan kepeda klien, bagi klien.
perawat harus mampu
Ketepatan pengambilan
melibatkan klien dalam setiap
keputusan akan di pengaruhi oleh
proses keperawatannya seperti
kompentisi perawat, kemampuan
terlihat pada gambar dibawah
berkomunikasi, lingkungan serta
ini
budaya. Penting bagi perawat
untuk selalu meningkatkan
kapasitas dirinya dalam pemberian
asuhan keperawatan hal ini akan
meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap perawat yang
selanjutnya akan meningkatkan
23

profesionalisme perawat. Hal ini dubutuhkan PKB (Pendidikan


bisa digunakan sebagai acuan Keperawatan Berkelanjutan) atau
dalam melakukan hubungan dengan sistem preseptorship untuk
interdisiplin. membentuk perawat yang
kompeten, mempunyai
Pengambilan keputusan yang
kemampuan critical thinking
tepat akan meningkatkan
dalam pengambilan keputusan
kemandian klien dalam
klinis keperawatan. Organisasi
asuhannya serta membantu klien
profesi mempunyai peranan yang
untu menentukan pilihan bantuan
penting dalam mewujudkan
yang tepat sesuai dengan
perawat yang kompeten dalam
kondisinya. Klien yang mandiri
melakukan pengambilan keputusan
akan menurunkan beban kerja
klinis keperawatan.
perawat sehingga pelayanan
keperawatan akan lebih efektif dan
efisien dalam penggunaan
sumber daya. Untuk itu dibutuhkan
banyak dukungan dalam
implementasi shared clinical
decision making ini, misal
dibuatkannya SPO pengambilan
keputusan klinis keperawatan,
meningkatkan sumber daya
perawat dengan menciptakan
perawat yang caring perawat yang
peka budaya perawat
memperhatikan etik, disiplin
danbioteik keperawatn dalam
setiap asuhahhnya sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi memberikan
dukungan kepada pasien, sehingga
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini ialah pengembangan diri dengan model


komunikasi Johari Window ini sangat membantu tetapi perlu di ingat semua yang
dilakukan di dasari atas hati atau diri sendiri karna semua materi ini dan yang
lainnya hanyalah suatu jembatan atau materi yang membantu memperbaiki diri
untuk langkah menjadi lebih baik lagi. Sisanya ialah dari pengalaman dan
bagaimana menanggapi pengalaman itu supaya menjadi hal yang bermanfaat.
Jangan biarkan First impression kita ke orang lain buruk dan berikan selalu yang
terbaik masalah akhirnya serahkan kepada yang maha kuasa yaitu Tuhan Yang
Maha Esa.

4.2. Saran

Seorang konselor hendaknya mampu menguasai berbagai teori dalam


berkomunikasi dengan klien. Meningkatkan hubungan antar kelompok yang
sekaligus mengilustrasikan kembali proses memberi maupun menerima
feedback. Namun jika dalam kontek organisasi kepemimimpinanlah yang harus
bisa menguasai dan mengelola bagaimana hubungan antar kelompok yang
terjadi di dalam organisasinya salah satunya dengan menggunakan perangkat
jendela johari dan teori X-Y tersebut.

24
25

DAFTAR ISI

Annisa, A. B. (2019, April 7). EDUKASI. Diambil kembali dari


www.kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/amany09483/5caa213995760e40861d88b2/pengerti
an-fungsi-dan-manfaat-self-awareness
Lestari, M. D. (t.thn.). Model Johari Window. Model Komunikasi, 1 - 3.
Ners. Husin S, K. M. (2020, April). Self Awareness . Banjarmasin, South Borneo,
Indonesia.
Eisenhower. 2016. Interpersonal Relationships.
http://www.ache.org/pdf/secure/gifts/December_2016_Gift_Dye_Lee.pdf
diunduh 22 agustus 2017
Billanich. 2017. Self Awareness And Interpersonal Competence
http://www.selfgrowth.com/articles/Self_Awareness_and_Interpersonal_Com
petence.html diunduh 22 agustus 2017
Rasheed, S., P. 2015. Self-Awareness as a Therapeutic Tool for
Nurse/ClientRelationship.
http://www.internationaljournalofcaringsciences.org/docs/24-%20Review-
Parveen.pdf diunduh 22 agustus 2017
https://espace.mmu.ac.uk/617062/1/Self%20Awareness%20and%20HIV%20
Nursing.pdf diunduh 22 agustus 2017
MAKALAH
KOMUNIKASI TERAUPETIK
(Dosen : Ns Feby Manuhutu,M.Kep)
(TEORI JOHARI WINDOW SERTA JURNAL SELF AWARNESS)

NAMA : PAULUS S A LERMATAN


NIM : 12114201230241
KELAS :A

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….i
Daftar Isi…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………………...1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..2
2.1 Teori Johari Window Tentang Meningkatkan Kesadaran Diri………2
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………….....9
3.1 Jurnal Self-Awarness dengan Hubungan Interpersonal
Perawat-Klien……………………………………………………………..9
BAB IV PENUTUP……………………………………………………..24
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………..24
4.2 Saran………………………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………25

iii

Anda mungkin juga menyukai