Anda di halaman 1dari 12

PRESEPSI DIRI DAN ORANG LAIN DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Nama : Zaki Zarkasyi Zimatullah


NPM : 9882405121311048

A. DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

1. Self-concept

Konsep diri adalah cara bagaimana kita melihat diri kita sendiri, terdiri dari perasaan dan pikiran kita
tentang kekuatan dan kelemahan kita, kemampuan dan keterbatasan, dan aspirasi serta cara kita
memandang dunia di sekitar kita. Konsep diri berkembang dari empat sumber:

Your Interpretation
and Evaluations

Social Comparisons SELF - CONCEPT Other’s Image

Cultural Teachings

a. Pandangan orang lain Konsep looking-glass self (Charles Horton Cooley’s) berarti kita memandang
citra diri kita berdasarkan sikap dan reaksi orang lain terhadap kita, biasanya dari orang-orang yang
dekat dengan kita. Ketika masih kecil, kita memandang diri kita dari bagaimana orangtua dan guru
memperlakukan kita. Ketika dewasa, kita melihatnya dari teman, kekasih dan rekan kerja. Bila
mereka memandang tinggi diri kita, kita akan melihat citra positif diri kita melalui sikap mereka pada
kita. Bila mereka memandang rendah diri kita, kita melihat citra yang negatif.

b. Membandingkan diri dengan orang lain Cara lain untuk mengembangkan konsep diri kita adalah
dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Contohnya: dengan membandingkan hasil ujian
kita dengan orang lain, membandingkan jumlah teman kita di Facebook dibandingkan teman lain,
membandingkan jumlah follower di twitter. Beberapa situs menyediakan layanan social comparison
ini, contohnya Klout. Bila kita ingin merasa hebat, bandingkan diri dengan orang yang kita tahu tidak
lebih baik dari kita. Sementara bila kita ingin penilaian yang akurat dan obyektif, bandingkan diri kita
dengan teman yang sejajar.
c. Budaya yang diajarkan pada kita Melalui orang tua, guru dan media, budaya kita menanamkan
berbagai keyakinan, nilai dan sikap. Misalnya tentang kesuksesan (apa definisi kesuksesan dan
bagaimana meraihnya), tentang agama, suku dan kebangsaan, tentang prinsip etis yang harus dipatuhi
dalam kerja dan kehidupan pribadi. Bila kita bisa meraih apa yang budaya kita yakini sebagai
kesuksesan, maka konsep diri ktia positif. Sementara bila kita melakukan sesuatu yang dianggap gagal
oleh budaya kita, maka konsep diri jadi negatif.

d. Cara kita menginterpretasikan dan mengevaluasi pikiran dan tingkah laku kita Sebagaimana orang
lain menilai diri kita berdasarkan apa yang kita lakukan, kita juga bereaksi terhadap sikap kita dengan
menginterpretasikan dan menilainya. Interpretasi dan evaluasi ini membentuk konsep diri. Misalnya,
bila kita tahu bahwa berbohong adalah salah dalam keyakinan kita, maka ketika kita berbohong,
konsep diri yang terbentuk tentang diri kita sendiri menjadi negatif.

2. Self Awareness

Kesadaran diri kita merepresentasikan sejauh mana kita mengetahui diri kita sendiri. Memahami
bagaimana konsep diri kita berkembang adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri.
Semakin kita memahami mengapa kita memandang diri kita dengan cara tertentu, semakin kita
memahami diri kita sendiri. Johari window. Kesadaran diri ini bisa dijelaskan dengan melihat pada
empat bagian diri dalam Johari Window. Empat bagian diri ini tidak terpisah, melainkan bergantung
satu sama lain. Misalnya, ketika satu bagian membesar, bagian lain mengecil — ketika bagian open
self membesar, bagian hidden self mengecil.

OPEN SELF BLIND SELF


Information about yourself that you and others Information about yourself that you don’t know
know but that others do know
HIDDEN SELF UNKNOW SELF
Information about yourself that you know but Information about yourself that neither you nor
others don’t know others know

Open self menjelaskan informasi tentang kita (sikap, tindakan, perasaan, keinginan, motivasi dan ide)
yang kita dan orang lain ketahui. Jenis informasi di sini bisa nama, warna kulit, jenis kelamin, usia,
agama, pilihan politik dan keadaan keuangan. Seberapa besar open self tergantung dari situasi
interaksi. Misalnya pada teman dekat, open self membesar.

Blind self menggembarkan apa yang orang lain tahu tentang kita, tapi informasi tersebut tidak kita
ketahui. Contohnya adalah kebiasan-kebiasaan tidak penting, seperti ketika kita sering mengatakan
“kamu tahu tidak …” atau kebiasaan menggoyang-goyangkan kaki ketika kesal.
Hidden self adalah bagian yang kita tahu tentang diri kita, tapi kita sembunyikan dari orang lain.
Dalam spektrum hidden self, kita mengenal orang-orang yang overdisclosure (terbuka tentang segala
sesuatu) dan underdiscloser (orang-orang yang cenderung tertutup).

The unknown self adalah fakta tentang diri kita yang kita maupun orang lain tidak tahu.
Kadangkadang dengan berjalannya waktu, kita menjadi tahu, atau bisa juga jadi diketahui dengan
proses hipnosis.

Cara mengembangkan self awareness:

a. Ask yourself about yourself (Tanyakan pada diri sendiri tentang diri Anda). Cara kita mengetahui
diri adalah dengan bertanya dan menjawab pada diri kita sendiri “who I am?”. Termasuk di sini adalah
kelebihan dan kekurangan, bagimana memperbaiki diri. Karena manusia terus berubah, lakukan ini
secara berkala.

b. Listen to others (Dengarkan orang lain). Kita bisa mengetahui tentang diri kita dengan melihat diri
kita dari sudut pandang orang lain. Misalnya dengan memperhatikan komentar orang lain terhadap
apa yang kita lakukan, apa yang kita katakan, atau penampilan kita. Kadang-kadang respon ini
bersifat eksplisit (misal, mereka mengatakan “Kamu sangat cerdas)” atau tidak eksplisit melalui
komunikasi non verbal (misal mereka menunjukan ketidaktertarikan ketika kita bicara bisa berarti
“Kamu membosankan.”)

c. Actively seek information about yourself(Secara aktif mencari informasi tentang diri Anda).
Ketahui lebih banyak tentang diri kita untuk mengurangi bagian blind self. Kita tidak harus
mengatakan “Bagaimana saya menurut kamu?” tapi bisa pertanyaan seperti “Menurutmu saya
kepedean tidak bila minta diundang ke pestanya?”

d. See your different selves(Lihat diri Anda yang berbeda). Meski diri kita secara esensi sama, tapi
bagaimana diri kita ditampilkan ke orang lain berbeda tergantung dengan siapa kita berkomunikasi.
Coba perhatikan bagaimana diri kita dipandang oleh orangtua, oleh guru, oleh teman baik, oleh orang
asing yang duduk di samping kita di bus, oleh tetangga, oleh atasan. Ini akan memberikan perspektif
yang baru tentang diri kita

e. Increase your open self(Tingkatkan diri Anda yang terbuka). Dengan membuka diri kita pada orang
lain dan memperbesar open self, kita juga mengungkapkan siapa diri kita pada diri kita sendiri. Kita
mungkin jadi menyadari apa yang selama ini tersembunyi.

3. Self Esteem

Self esteem adalah seberapa berharga kita menilai diri kita sendiri. Bila kita memiliki self esteem yang
tinggi, kita menilai diri sendiri dengan tinggi, sebaliknya bila self esteem rendah, kita memandang diri
kita cenderung negatif. Ketika kita merasa diri kita baik dan kemampuan diri kita baik, maka kita
akan tampil lebih baik. Bila kita berpikir bahwa kita orang sukses, maka kita akan bertindak seperti
orang sukses. Sebaliknya, bila kita berpikir bahwa kita gagal, maka kita akan bertingkah laku seperti
orang gagal.

5 cara untuk meningkatkan self esteem:

a. Attack self-destructive beliefs(Menyerang keyakinan yang merusak diri sendiri). Hilangkan semua
keyakinan diri yang merusak atau tidak baik, misalnya keyakinan bahwa kita harus sempurna yang
membuat kita mencoba menampilkan diri dengan tidak realistis di pekerjaan, atau di sekolah;
keyakinan bahwa kita harus kuat sehingga kelemahan atau emosi seperti sedih dan kesepian dinilai
salah; keyakinan bahwa kita harus menyenangkan orang lain sehingga harga diri kita bergantung pada
penilaian orang lain. Keyakinan-keyakinan yang tidak realistik seringkali membawa kita pada
kegagalan, sehingga berakhir dengan pandangan diri negatif.

Keyakinan Yang Destruktif Keyakinan Yang Konstruktif


Aku harus disukai oleh semua orang Akan menyenangkan jika disukai oleh semua
orang, tetapi itu bukan yang utama untuk
kebahgiaan saya.
Aku harus selalu menang Akan lebih baik jika saya selalu menang tetapi
tidak ada yang selalu bisa menang. Dan saya
tidak harus sselalu menang untuk bahagia dan
saya bisa mengatasi kekalahan.
Saya harus sempurna Saya tidak sempurna, tetapi memang tidak ada
yang sempurna, saya juga tidak terlalu buruk.

b. Seek out nourishing people(Carilah orang orang yang bermanfaat). Bergaullah dengan orang-orang
yang positif dan optimistik yang membuat kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri. Jauhi orang-
orang yang membuat kita merasa negatif tentang diri kita.

c. Work on projects that will results in success(Bekerja pada proyek-proyek yang akan menghasilkan
kesuksesan).Seringkali orang-orang gagal melakukan sesuatu karena mereka mengerjakan sesuatu
yang memang di luar kemampuan mereka. Hindari jebakan ini dan hanya lakukan pekerjaan yang
akan berakhir dengan kesuksesan, karena kesuksesan akan mengembangkan self-esteem, dan
kesuksesan akan membuat lebih mudah meraih kesuksesan berikutnya. Pandang kegagalan dengan
baik: tiap orang pernah gagal, dan gagal sekali tidak berarti bahwa kita akan terus menerus gagal

d. Remind yourself of your success(Ingatkan diri Anda tentang kesuksesan Anda). Beberapa orang
tertentu memiliki kecenderungan untuk fokus dan membesar-besarkan kegagalan, kesempatan yang
hilang dan kesalahan. Bila kita melihat kegagalan untuk kemudian memperbaiki diri maka ini positif.
Namun bila tanpa rencana perbaikan, maka kita membuat hidup lebih susah dan membatasi self
esteem kita. Daripada mengingat kegagalan tanpa upaya memperbaiki, coba ingat keberhasilan yang
pernah diraih dan hidupkan kembali rasanya ketika berhasil.

e. Secure affirmation(Afirmasi yang aman). Dalam konsep diri dan self esteem, afirmasi merujuk pada
pernyataan positif tentang diri, pernyataan bahwa sesuatu yang baik yang kita lakukan memang
karena pada dasarnya kita baik. Salah satu caranya adalah dengan membuat pernyataanpernyataan ini
“I am”, “I can” dan “I will”. Misalnya I’m responsible, I’m a good team player, I can accept my past
but also let it go, I can control my anger, I will get over my guilty feeling, I will study more
effectively. Ketika kita membuat pernyataan positif tentang diri, maka ini akan mempengaruhi
penilaian kita terhadap diri kita sendiri.

PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan keberadaan obyek, peristiwa dan khususnya
orang melalui indera kita: penglihatan, penciuman, perasa, sentuhan dan pendengaran. Persepsi
dipengaruhi oleh lingkungan di luar kita dan juga dipengaruhi oleh diri kita, misalkan berdasarkan
pengalaman dan keinginan.

Persepsi interpersonal bisa dibagi dalam lima tahapan:

1. Stimulation

Pada tahap pertama, alat-alat penginderaan kita menerima rangsangan, misalnya mendengarkan musik
baru, menemui seorang teman, mencium bau parfum seseorang, menerima pesan, merasakan tangan
orang lain yang lembab. Kita tidak mempersepsikan segala sesuatu tapi melakukan selective
perception, yang terdiri dari selective attention dan selective exposure. Selective attention artinya kita
memperhatikan sesuatu yang menurut kita bisa memenuhi keperluan kita atau menyenangkan.
Misalnya, kita tidak memperhatikan apa yang teman kita bicarakan, sampai tiba-tiba dia
membicarakan tentang jazz, musik yang kita suka. Selective exposure berarti kita menceritakan
sesuatu yang menguatkan keyakinan kita dan menyenangkan buat kita. Misalnya setelah kita membeli
handphone, kita memilih membaca review yang positif tentang handphone kita tersebut untuk
membuat kita yakin bahwa kita tidak salah beli, dan menghindari review yang mengatakan bahwa
handphone tersebut menggunakan OS yang sudah ketinggalan jaman.

2. Organization

Kita mengelola informasi yang diterima oleh indera kita dengan tiga cara: by rules, by schemata dan
by scripts.

a. Organization by rules. Ada tiga cara kita mengelola persepsi by rules. Yang pertama adalah
proximity atau kedekatan fisik. Kita cenderung mengelompokkan sesuatu yang dekat secara fisik,
misalkan kita melihat dua orang berbicara dengan jarak dekat, kita berpikir bahwa mereka berteman.
Yang pertama berdasarkan similarity, atau kesamaan. Hal-hal yang secara fisik sama atau mirip dilihat
sebagai satu kelompok. Misalkan, kita berasumsi bahwa orang berpakaian sama dalam adalah anggota
kelompok yang sama, kita mengelompokan orang yang memiliki agama, pekerjaan yang sama. Yang
ketika adalah rule of contrast. Berlawanan dengan similarity, ketika kita melihat sesuatu yang berbeda
antara orang-orang, kita menilai bahwa mereka tidak dari kelompok yang sama. Misalnya, di satu
reuni sekolah, semua orang mengenakan pakaian informal, ada satu orang mengenak jas atau blazer,
kita akan berpikir bahwa orang itu mungkin bukan bagian dari alumni sekolah, melainkan hanya
pasangan atau orangtua dari alumni.

b. Organization by schemata. Cara lain kita mengelola informasi adalah dengan menciptakan
schemata, cetakan yang membuat kita bisa mengelola jutaan informasi yang kita terima tiap hari.
Schemata, bentuk plural dari schema, adalah pandangan umum tentang orang-orang tertentu, tentang
diri kita (kemampuan, ketidakmampuan), tentang peran sosial (karakter polisi, profesor, jutawan).
Salah satu contoh schemata adalah stereotype. Kita membentuk schemata berdasarkan pengalaman
kita, dari televisi, membaca, internet. Contoh schemata, kita menilai atlit sebagai seseorang yang kuat,
ambisius, lemah dalam pelajaran dan egosentris.

c. Organization by scripts. Script adalah salah satu bentuk schema, tapi karena jenisnya berbeda maka
namanya berbeda. Script adalah informasi yang terorganisir tentang suatu tindakan, peristiwa, atau
prosedur. Itu adalah pandangan umum tentang bagaimana sesuatu harusnya terjadi, aturan mengenai
suatu tindakan dan urut-urutannya. Contohnya, kami memiliki script tentang makan di restoran
(masuk, duduk, melihat menu, memesan dst), script tentang bagaimana wawancara harus
dilangsungkan, bagaimana cara meminta seseorang untuk berkencan.

Rules, schemata dan script berguna sebagai jalan pintas untuk menyederhanakan proses memahami,
mengingat informasi tentang orang atau peristiwa. Tapi perlu dipahami bahwa seringkali jalan pintas
ini misleading.

3. Interpretation-Evaluation

Tahap interpretasi-evaluasi dalam persepsi sangat dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan,


keinginan, nilai-nilai dan keyakinan kita tentang bagaimana sesuatu seharusnya berlangsung. Evaluasi
dipengaruhi oleh aturan, schemata dan script, dan juga gender. Kita menerapkan script pada peristiwa
(bagaimana cara makan di restoran) dan melihat suatu peristiwa berdasarkan script (apakah seseorang
makan dengan cara yang benar). Ketika kita menilai orang lain dari budaya yang berbeda berdasarkan
script atau schemata, maka itu bisa berakhir dengan etnosentrisme, karena script dan schemata yang
kita gunakan berasal dari budaya kita, dan tidak seharusnya diterapkan pada orang yang berbeda
budaya.
4. Memory

Persepsi, interpretasi dan evaluasi disimpan di memori kita. Kita misalnya memiliki schema tentang
bagaimana atlit di kampus — kuat, ambisius, lemah secara akademik dan egosentris. Ketika kita
bertemu seorang atlit, misalnya namanya Ben, maka kita menerapkan script ini pada Ben, dan
menyimpan dalam memori kita bahwa Ben ini kuat, ambisius, lemah secara akademik dan egosentris.
Kita tidak benar-benar tahu apakah orang ini misalnya lemah secara akademik. tapi berdasarkan
schema kita, kita menyimpan dalam memori bahwa orang ini kuat, ambisius dst. Misalnya dia
mendapat nilai D di pelajaran kimia, kita akan mengingat fakta ini, karena fakta ini sejalan dengan
schema kita. Tapi bila dapat A di mata kuliah lain, kita cenderung tidak akan mengingat informasi ini
karena tidak sejalan dengan schema kita.

5. Recall

Recall adalah proses mengingat kembali apa yang kita simpan di memori. Proses mengingat kembali
ini seringkali tidak akurat karena: a. kita cenderung mengingat informasi yang konsisten dengan
schema kita b) kita gagal mengingat informasi karena tidak sejalan dengan schema kita

IMPRESSION FORMATION

Impression formation adalah proses dimana kita membentuk kesan tentang orang lain. Proses
pembentukan impresi/kesan

Proses pembentukan kesan ini dipengaruhi oleh beberapa hal

1. Self fulfilling prophecy.

Self-fulfilling prophecy adalah prediksi yang menjadi kenyataan karena kita bertindak seakanakan itu
benar. Ada empat tahapan self-fulfilling prophecy:

a. Kita membuat prediksi atau keyakinan tentang seseorang atau situasi. Misalnya kita berpikir bahwa
Kenny pandai.

b. Kita bersikap terhadap orang atau situasi tersebut seakan-akan prediksi atau keyakinan tersebut
benar. Kita lalu bertindak seakan-akan Kenny pandai tanpa tahu apakah benar atau tidak.

c. Karena kita bertindak seakan-akan itu benar, maka itu benar terjadi. — > Karena kita rajin bertanya
padanya seakan-akan dia pandai, maka Kenny belajar sehingga memperoleh nilai bagus

d. Kita melihat efek dari perbuatan kita pada orang atau situasi tersebut, dan ini menguatkan pendapat
kita. — > kita lihat bahwa Kenny dapat nilai bagus, dan ini menguatkan keyakinan bahwa Kenny
memang pandai.
Self fulfilling prophecy ini juga bisa terjadi ketika kita membuat prediksi tentang diri kita sendiri, dan
itu terjadi. Self-fulfilling prophecy ini memangkas pikiran kritis dan mempengaruhi sikap orang lain
sehingga menguatkan prediksi kita. Sebagai contoh, kita menilai diri kita sendiri orang gagal
berdasarkan prediksi, bukan karena kegagalan masa lalu yang pernah kita alami.

2. Implicit personality theory

Tiap orang memiliki teori, bisa dibawah sadar atau implisit, tentang bagaimana satu karakteristik
seseorang sejalan dengan karakteristiknya yang lain. Misalnya Melda menarik, pandai dan (likeable
atau unlikeable) Halo effect terjadi ketika kita tahu seseorang memiliki beberapa karakteristik baik
(ramah, murah hati), maka kita akan menilai orang tersebut memiliki karakteristik baik lainnya (rajin
menabung, tidak sombong). Horn effect terjadi kita tahu seseorang memiliki karakteristik negatif
(pemarah), dan kita cenderung berpikir bahwa orang itu memiliki karakteristik negatif lainnya
(Antisosial, pelit)

3. perceptual accentuation

Perceptual accentuation adalah kita melihat apa yang kita harapkan untuk kita lihat. Contohnya: kita
menilai orang yang kita sukai berwajah menarik dan lebih pintar daripada orang yang tidak kita sukai.
Misalnya, ketika kita ingin hubungan kita dengan pacar terus berlangsung mulus, maka kita kerap
mengabaikan pertanda bahwa hubungan kita mungkin tak langgeng.

4. primary-recency

Mana kesan yang lebih mudah tinggal di kepala kita? Interaksi pertama dengan seseorang atau
interaksi dengan orang tersebut baru-baru ini. Kita cenderung melihat kesan pertama sebagai sesuatu
yang paling penting. Bila kesan pertamanya positif maka seseorang akan cenderung mengingat
informasi positif lainnya karena sesuai dengan schema; seseorang akan mengabaikan informasi
negatif karena bertentangan dengan schema di awal yang positif; bahkan ketidakjelasan informasi
mengenai orang tersebut tetap dinilai positif. Ketika kita berlebihan mempercayai kesan pertama ini,
maka kita bisa salah menilai orang.

5. Consistency Consistency

adalah kecenderungan untuk menjaga keseimbangan dalam persepsi dan sikap. Dalam teori
konsistensi, harapan kita mungkin seperti ini: kita mengharap orang yang kita suka menyukai kita,
saya berharap teman saya tidak menyukai orang yang kita tidak sukai.

6. Attribution of control

Riset menunjukkan bahwa cara lain orang membentuk kesan adalah melalui attribution of control,
maksudnya kita menjelaskan motif seseorang ketika bertindak atau bersikap dengan melihat apakah
itu terjadi di dalam kontrol dirinya atau tidak. Misalnya apakah seseorang terlambat karena terlalu
lama main game (faktor internal) atau karena macet (faktor eksternal). Ketika bicara soal attribution
of control, ada tiga kemungkinan kesalahan:

a. Self-serving bias. Kita menunjukkan self serving bias dengan secara sengaja menyatakan bahwa
hal yang baik itu terjadi karena faktor internal (saya rajin maka dapat nilai A), sementara
menyalahkan faktor eksternal untuk sesuatu yang buruk (lampu mati, maka tidak bisa belajar semalam
sebelum ujian)

b. Overattribution. Kecenderungan menilai hanya berdasarkan karakteristik yang paling menonjol.


Misal “dia makan banyak karena dia buta” atau “dia tidak punya tanggung jawab kerja yang baik
karena dia kaya dan sebenarnya tak perlu bekerja”

c. The fundamental attribution error. Kecenderungan untuk menilai seseorang dengan menekankan
pada faktor internal dan mengabaikan faktor eksternal. Contohnya: tanpa menanyakan penyebab, kita
sudah berpikir “Indah terlambat karena dia tidak memiliki tanggung jawab” meski ternyata dia
terlambat karena keretanya mogok di jalan.

Meningkatkan keakuratan pembentukan impresi

Keberhasilan komunikasi interpersonal amat tergantung dari kekauratan kesan yang kita bentuk
terhadap orang lain. Inilah cara untuk meningkatkan keakuratan pembentukan pesan:

1. Analize perception Analisis persepsi yang kita bentuk dengan berpikir kritis:

a. Kenali peran kita dalam persepsi. Keadaan emosi dan psikologis sering mempengaruhi persepsi
kita, contoh satu film bisa jadi lucu ketika mood kita sedang bagus, tapi bisa juga dilihat bodoh ketika
mood sedang jelek. Perhatikan juga apakah kita bias, misalnya hanya melihat hal positif dari orang
yang kita sukai dan melihat hal negatif dari orang yang tidak kita sukai.

b. Hindari membentuk kesan terlalu cepat. Berdasarkan pengamatan kita terhadap tingkah laku atau
sikap orang lain, susun hipotesis untuk mengecek informasi tambahan. Hindari terlalu cepat
mengambil kesimpulan. Lihat tanda-tanda lainnya. Contohnya: Bila Indah terlambat sehari, jangan
langsung mengatakan dia tidak bertanggung jawab. Lihat di harihari berikutnya, apakah dia terlambat.
Apakah dia terlambat hanya ke kuliah, atau dia juga terlambat di acara-acara luar sekolah?

2. Check perception

Perception checking membantu mengurangi ketidakpastian sehingga persepsi lebih akurat. Pada saat
yang sama dengan melakukan ini, kita membantu orang tersebut untuk menjelaskan pikiran dan
perasaannya. Cara melakukan perception checking:

a. Describe what you see or hear. Sadari bahwa deskripsi kita terhadap orang lain bisa sangat bias,
tergantung dari keadaan emosi kita dan faktor lainnya. Karenanya, coba tanyakan apakah benar
dengan misalnya “Kamu sudah tidak bicara dengan saya selama seminggu, kamu bilang kita masih
berteman, tapi kamu toh tetap bicara dengan teman-temanmu yang lain.”

b. Seek confirmation. Tanyakan partner KAP kamu apakah deskripsi akurat dengan menanyakannya.
Jangan menanya dengan defensif, tapi tanya dengan cara yang suportif. Misal: “Apakah kamu
memiliki banyak pekerjaan di rumah sehingga kamu seringkali tidak bisa datang tepat waktu?”

3. Reduce uncertainty

Dalam komunikasi interpersonal selalu ada derajat tertentu ketidakpastian. Ada beberapa strategi
untuk mengurangi ketidakpastian:

a. Lihat orang tersebut ketika dia sedang beraktivitas, terutama dalam kegiatan informal. Orang
cenderung tidak “jaim” dalam kegiatan informal dibandingkan dalam kegiatan formal.

b. Ubah situasinya untuk mengamati orang tersebut dalam konteks yang lebih spesifik, misal
wawancara kerja, audisi teater.

c. Amati situasi dulu. Ketika kita masuk chat group, lihat dan amati pesan-pesan yang disampaikan
anggota satu sama lain, itu menggambarkan orang di dalam grup tersebut dan menggambarkan grup
itu sendiri.

d. Cari tahu mengenai orang itu dengan bertanya pada orang lain e. Berinteraksi dengan orang itu
secara langsung dan tanya misalnya: “apa yang kamu lakukan kalau kamu di DO dari kuliah?”

4. Increase cultural sensitivity

Menyadari dan meningkatkan sensitivitas terhadap perbedaan budaya akan membuat kita bisa
meningkatkan keakuratan kita dalam membuat persepsi. Misalkan, laki-laki di Indonesia akan
mempersilakan perempuan untuk masuk restoran duluan sebagai bentuk sopan-santun, tapi di Jerman
misalnya, laki-laki masuk duluan untuk mengecek apakah situasi restoran tersebut cukup baik untuk si
wanita.

IMPRESSION MANAGEMENT: GOALS AND BARRIERS

Impression management, manajemen kesan/ impresi yang juga disebut juga dengan presentasi diri
atau manajemen identitas, adalah proses menampilkan diri kita dengan cara tertentu untuk membentuk
kesan tertentu. Kesan yang kita tinggalkan pada orang lain, adalah hasil dari pesan yang kita
komunikasikan baik verbal maupun nonverbal. Kita mengatur cara bicara kita, bagaimana kita
bersikap dan berpakaian, bagaimana kita mendekorasi rumah. Kemampuan membentuk impresi atau
kesan ini merupakan bagian dari seni atau keahlian komunikasi seseorang. Berikut adalah tujuan dan
strategi impression management:
1. To be liked: immediacy, affinity-seeking and politeness strategies

Bila kita ingin disukai, biasanya menggunakan tiga strategi ini:

a. Immediacy strategies. Immediacy dilakukan dengan menciptakan kedekatan, rasa kebersamaan dan
kesatuan. Misalnya kita dalam berkomunikasi menunjukkan ketertarikan dan perhatian terhadap orang
lain secara verbal dan non verbal. Dalam dunia kerja, strategi immediacy ini biasanya membuat atasan
lebih disukai bawahan. Tapi perhatikan bahwa tidak semua budaya menghargai ini, ada budaya yang
tetap lebih baik menjaga jarak. Dalam hal ini immediacy bisa dinilai sebagai SKSD — > sok kenal,
sok dekat. Immediacy bisa dilakukan dengan hal-hal ini: self-disclosure, memberikan pujian,
ekspresikan pandangan positif tentang orang tersebut dan hubungan, bicarakan kesamaan, berikan
feedback yang menunjukkan ketertarikan kita, terus eye contact dan batasi melihat sekililing, atur
jarak fisik untuk menunjukkan kedekatan, senyum, fokus terhadap orang tersebut.

b. Affinity-seeking strategies. Berusaha mendapatkan simpati orang lain dengan melakukan beberapa
hal misalnya: ringan tangan, menunjukkan kepemimpinan, menunjukkan bahwa kita sejajar dengan
orang lain secara sosial, tunjukkan bahwa kita nyaman dan santai bersama orang lain, ikutan aturan
budaya, tunjukkan rasa antusias ketika bicara, dorong orang lain untuk bicara mengenai diri mereka,
libatkan orang lain tersebut dalam aktivitas sosial dan aktivitas kelompok kita, tunjukkan bahwa
hubungan kita dengan orang tersebut lebih dekat daripada yang sebenarnya, dengarkan orang tersebut
dengan penuh perhatian, komunikasikan ketertarikan kita pada orang tersebut, self discolusre,
tunjukan optimisme dan sikap positif bukan pesimis dan negatif, menunjukkan diri sebagai individu
yang bebas dalam berpikir dan indepen, tampilkan diri semenarik mungkin, hargai orang tersebut dan
buat dia merasa positif tentang dirinya sendiri, atur sehingga kita sering bertemu dengan orang
tersebut, komunikasikan kehangatan dan empati pada orang tersebut, tunjukan bahwa kita memiliki
sikap dan nilai yang sama dengan orang tersebut, komunikasikan dukungan kita dalam ber KAP
dengan orang tersebut, bersikap jujur dan bisa dipercaya.

c. Politeness strategies. Kesopanan ini terkait dengan dua kebutuhan yang kita miliki. Yang pertama
adalah positive face, keinginan untuk dilihat secara positif oleh orang lain dan negative face,
keinginan untuk tetap bebas, melakukan apapun yang kita mau. Politeness dalam KAP merujuk pada
tingkah laku seseorang untuk mengatur positive dan negative face.Ketika berkomunikasi dengan
orang lain, jaga positive face orang tersebut dengan bersikap menghargai dan penuh perhatian (jangan
mengkritik dengan cara yang tidak sopan, misalnya “Kamu jahat”). Juga jaga negative face dengan
menghargai hak otonomi atau kehendak bebas orang tersebut, misal dengan bertanya “Kalau ini waktu
yang tidak tepat untuk membahas tentang hubungan kita, bilang saja ya.”
2. To be believed: credibility strategy

Strategi kredibilitas dilakukan untuk menunjukan kompetensi, karakter dan karisma kita. Dalam hal
kompetensi, misalnya ceritakan latar belakang pendidikan kita. Dalam hal karakter, tunjukkan bahwa
kita orang yang jujur, misalnya. Dalam hal karisma, tunjukkan rasa antusias, empati dan fokus pada
hal yang positif

3. To excuse failure: self-handicapping strategies

Tujuan lain dari impression management adalah untuk memberikan pembenaran pada kegagalan kita.
Misalkan, bila kita hendak melakukan ujian yang sulit, dan mungkin gagal, kita bisa melakukan
sesuatu sebagai pembenaran. Kita pergi ke pesta teman sepanjang malam di night club. Ketika gagal
ujian, kita mengatakan bahwa kegagalan disebabkan karena begadang sepanjang malam. Strategi ini
bila dilakukan terus menerus akan membuat kita terkesan bodoh..

4. To secure help: self-deprecating strategies

Strategi ini dilakukan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain dengan misalnya menunjukkan
ketidakmampuan kita. Contoh: “Saya tidak bisa mengerjakan tugas KAP, tugasnya membuat saya
pusing”, pernyataan ini sebenarnya dimaksudkan agar teman kita membantu mengerjakan tugas KAP.
Ketika kita kerap menggunakan strategi ini, kita bisa dinilai tidak kompeten.

5. To hide faults: self-monitoring strategies

Impression management dilakukan tidak hanya untuk menampilkan sisi positif kita tapi juga
menyembunyikan sisi negatif kita, melalui strategi self monitoring, dengan cara mengatur apa yang
kita katakan atau lakukan. Misalnya, kita tidak menggunakan slang di tempat kerja agar orang
berpikir bahwa kemampuan bahasa kita baik, atau kita tidak mengunyah permen karet (meski
menyukainya) agar tidak terkesan kekanak-kanakan. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai
self monitoring strategies ini membuat orang berpikir bahwa kita tidak jujur.

6. To be followed: influencing strategies

Impression management dilakukan agar orang mengikuti kita sebagai pemimpin. Ini dilakukan
dengan menggunakan influencing strategy (pengaruh), dengan menggunakan power: antara lain:
information power (orang yang didengarkan karena memiliki banyak informasi), expertise power
(orang diikuti atau dituruti karena memiliki keahlian tertentu), dan legitimate power (kekuasaan yang
diperoleh karena hakikat)

7. To confirm self-image: image confirming strategies

Impression management dilakukan untuk menguatkan self image. Misalnya bila kita dianggap
sebagai orang yang menghidupkan pesta, maka kita akan bercerita hal-hal yang lucu yang membuat
orang semakin yakin bahwa kita yang membuat pesta hidup

Anda mungkin juga menyukai