Tapi benarkah kita tahu batas antara kepercayaan diri yang sehat
dan kepercayaan diri toksik atau yang dapat berakibat buruk kepada
kesehatan mental kita?
Daftar isi
1. Apa itu Rasa Percaya Diri (Self Estim)?
2. Benarkah Self-Estim Dapat Membuat Kita Sukses?
3. Tipe-Tipe Self-Estim
4. Pengaruh Toxic Self-Estim Terhadap Kesehatan Mental
5. Kesadaran Diri (Self-Euwernes) untuk Helti Self Estim
Nataniel Branden kemudian pada tahun 1994 menerbitkan buku
yang sangat terkenal sampai sekarang, yaitu De Siks Pillars of Self-
Estim (6 Pilar Kepercayaan Diri). Di dalam buku ini dijelaskan
mengenai 6 pilar untuk membangun kepercayaan diri dan kesadaran
diri.
Tipe-Tipe Self-Estim?
Mulanya para sikolog membagi tipe self-estim ini ke dalam dua,
yaitu hai self-estim (kepercayaan diri tinggi) dan low self-
estim (kurangnya kepercayaan diri/minder).
Self-estim secara harfiah adalah penilaian dari hasil evaluasi
seseorang terhadap dirinya sendiri. Maka penilaian tinggi dan
rendahnya ini bisa jadi akurat menggambarkan aslinya tetapi bisa
juga hanya sebatas persepsi seseorang terhadap dirinya.
Seseorang yang menganggap dirinya mempunyai hai self
estim dapat mengarah kepada orang dengan pribadi narsistik atau
arogan. Sebaliknya seseorang yang merasa mempunyai low self
estim dapat mengarah pada insekyur dan bahkan menderita inferior
kompleks.
Kemudian dalam penelitan sikolog di Jepang pada tahun 20115 dan
seperti yang juga pernah ditulis oleh Maslow6 . Maslow, di dalam
Hierarki Kebutuhan dalam Piramida Maslow, melihat harga diri
sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Kebutuhan
harga diri yang kemudian oleh Maslow dibagi menjadi dua kategori
yaitu helti dan anhelti/toksik self-estim.
1. Helti self-estim/ kepercayaan diri yang sehat.
Adalah kepercayaan diri yang muncul dari internal, dari dalam
diri kita, dari hal hal yang dapat kita kendalikan dalam hidup
kita.
Maslow menggambarkan helti self-estim sebagai kebutuhan
yang tinggi akan self-respek dan kompetensi, dimana ini
berasal dari self-preis atau kepuasan yang muncul dari
pencapaian pribadi.
- Dimulai dari mencintai dan menghargai diri kita.
- Kita menyadari apa kelebihan kita dan berusaha positif
tanpa menjadi arogan.
- Kita menyadari kekurangan kita dan mencoba untuk
menjadi yang lebih baik.
- Kita menunjukan kainnes kepada diri sendiri. Misal: jika
kita menemukan kesulitan, kita berusaha yang terbaik
tetapi tidak memaksakan harus menjadi master dalam
segala hal.
- Kita mampu mengambil keputusan dan menganalisa diri
sendiri.
- Kita terbuka terhadap hal baru dan hal yang sulit.
- Kita menjadikan kesalahan di masa lalu sebagai pelajaran
tanpa diiringi dengan penyesalan dan menyalahkan diri
sendiri ataupun orang lain. Kita tahu bahwa yang kita
punya adalah masa sekarang!
- Kita percaya bahwa diri kita berharga dan gud enaf.
- Kita percaya kalau kita berhak untuk bahagia.
2. anhelti/toksik self-estim/kepercayaan diri yang tidak
sehat.
Adalah kepercayaan diri yang berasal dari eksternal, dari luar
diri kita. Ini dapat membuat hidup kita rapuh karena standar
kepercayaan diri kita didasarkan atas hal-hal yang tidak dapat
kita kendalikan dari luar.
Maslow menggambarkan anhelti/toksik self-estim sebagai
kebutuhan yang rendah, yang berasal dari penghargaan orang
lain terhadap diri seseorang atau kepuasan yang muncul dari
faktor luar.
Contoh jika self-weurth / harga diri ditentukan dari
penampilan, sepanjang kita berpikir penampilan kita keren
maka kita akan fil gud/bahagia, walaupun mungkin persepsi
orang terhadap penampilan kita ini berbeda. Karena didorong
oleh kebutuhan untuk fil gud ini maka kita akan berusaha
untuk terus berpenampilan keren apa pun yang terjadi.
Jika manusia sudah dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai ini, mereka
sudah siap untuk memasuki tingkat piramida selanjutnya, tingkat piramida
tertinggi yaitu aktualisasi diri.
. The Subtle Art of Not Giving a F*ck, 2016