Anda di halaman 1dari 114

BERPIKIR

KRITIS
Andre Ata Ujan, Ph.D
aataujan@gmail.com

Atma Jaya
Catholic University
of Indonesia
 Pengantar
 Berpikir krtis: Penting!

 Skill berpikir kritis

 Berpikir kritis dan Logika

-------------------------------------------------
(Brooke Noel Moore & Richard Parker,
2004, Critical Thinking, pp. 1 – 15)
PERHATIKAN ARGUMEN-ARGUMEN BERIKUT:

• Semua manusia bisa mati • Banyak mahasisiwa pandai


• Susan adalah manusia • Henry adalah mahasiswa
• Jadi susan bisa mati • Jadi Henry pandai
• -------------------------------
• --------------------------------
• Semua yang berkaki empat adalah
binatang • 90% dari seribu mahasiswa Univ
• Kursi berkaki empat Y pandai
• Jadi, kursi adalah binatang • Santo adalah mahasiswa Univ Y
• Jadi, Santo pandai
 Apa tanggapan Anda?
 Berpikir Kritis, Sangat Penting
Catatan:
• Kasus: - Kevin tentu saya berhak untuk memiliki
pandangan sendiri tentang apa yang dikatakan
Mery meliohat Kevin joging tanpa memakai oleh Mery.
sepatu olahraga. Sebagai sahabat, Mery  Struktur penalaran Kevin bisa dirumuskan dalam
mengingatkan Kevin akan kemungkinan bentuk argumen sbb:
mengalami cedera serius ketika berlari dengan
kaki telanjang seperti itu.
Kevin teringat ada berita Koran yang tentang  Mayoritas pejalan kaki atau yang joging
data lalulitas yang menjukkan bahwa mayoritas mengalami cedera kaki adalah mereka yang
mengenakan sepatu olah-raga;
yang cedera kaki ketika joging adalah mereka
yang mengenakan sepatu olah-raga.  Kevin joging tanpa mengenakan sepatu olah-raga;
Kevin lalu menjawab Mery dengan  Jadi, Kevin tidak akan mengalami cedera kaki.
menggunakan data dari surat kabar tersebut.
 Apakah argumen Kevin valid dan kuat untuk
diterima??
 Apa yang bisa dipelajari
dari argumen Kevin? APA ITU BERPIKIR KRTIS?
 Kevin terlalu cepat menarik kesimpulan.
 Kevin tidak kritis terhadap informasi yang Pandangan para ahli:
didapatkan dari koran. 1. John Dewey: Berpikir kritis adalah upaya
 Apabila Kevin memang kritis, ia seharusnya rasional untuk secara aktif dan cermat
menyimpulkan bahwa ia bisa saja bernasib mempertimbangkan dan mengevaluasi suatu
serupa dengan banyak korban yang diberitakan. keyakinan atau pengetahuan yang telah diterima
 Jadi, sangat penting berpikir kritis. begitu saja.
Pnetingmengembangkan kemampun berpikir 2. B. Noel Moor & R. Richard: Berpikir kritis adalah
kritis; tidak cukup mengandalkan kemapuan evaluasi rasional terhadap alasan/argumen yang
alamiah. Apa yang berplu dilakukan? menjadi pendukung sebuah klaim atau posisi
 Terlibat dalam diskusi atau debat kritis. atau kesimpulan.
 Terbuka untuk belajar dan mengembangkan
pengetahuan atau skill berpikir kritis.  Berpikir kritis merupakan evaluasi rasional
 Cinta akan kebenaran --> sebagaai motivasi untuk terhadap sebuah argument, padangan, opini
tidak menerima begitu saja pandangan atau berkaitan dengan isu yang sedang diperdatkan
pemikiran lain. dengan tujuan mencari kebenaran.
Hal yang perlu diperhatikan dalam berpikir
kritis (Membangun skill berpikir kritis)
 Moor & Richard -- Untuk beripikir kritis, kita o Terakhir, untuk berpikir kritis diperlukan
perlu: kepala dingin, sikap obyektif, serta tidak
o Pahami isu dengan baik. terpangaruh oleh faktor-faktor yang tidak
relevan/tidak ada hubungannya dengan issue
o Pertimbangan-pertimbangan apa yang yang diperdebatkan.
relevan dengan isu.
o Apakah penalaran yang mendasari klaimnya
 Belajar dari John Dewey, bisa disimpulkan –
patut diterima -- Apakah penalarannya tepat
Berpikir kritis menuntut keberanian untuk
dan benar.
terus bertanya dan menggali atau tidak puas
o Apakah setelah mempertimbangkan berbagai begitu saja dengan klaim atau pendapat yang
hal, kita harus menerima, menolak, atau diajukan pihak lain; bahkan klaim kita
menunda penilaian kita terhadap klaim dari sendiripun harus tunduk pada kiritik
pihak yang mengajukan.
– Jadi, self criticism pun penting. Kita pun harus
kritis terhadap pandangan kita sendiri
BERPIKIR KRITIS DAN LOGIKA
 Notes:  Penting beripikir logis dan kritis:
 Skill untuk menganalisis dan 1. Logika membantu kita berpikir lurus dan tepat.
mengevaluasi merupakan kemanpuan 2. Membantu menganalisis term dan argument secara obyektif
dasar untuk berpikir kritis 3. Membantu meningkatkan dan mpertajam skill berpikir.
 Tanpa sikap kritis , kita akan mudah 4. Membantu membangun kesadaran untuk cinta akan
termanipulasi kebenaran dan menghidari kesesatan berpikir.
 Kliam-klaim yang berasal dari laur bisa 5. Membantu meningkatkan kemampuan menyusun argumen
mudah mempengaruhi dan bahkan yang jelas dan mudah dimengerti serta mempermudah
mengubah kepribadian kita, entah membuka kelemahan argumen lawan.
negatif atau posistif. 6. Argumen yang baik sangat penting dalam budaya
demokrasi dan dalam lingkup ilmu pengetahuan.

 Catatan: Akan didiksuiskan lebih lanjut dalam topic


“Argumen”
Berpikir Kritis dan Logika…
ARGUMEN YANG BAIK (LOGIS DAN SEKALIGUS
BENAR) MEMERLUKAN PENALARAN KRITIS UNTUK
MENGEVALUSI STRUKTUR BERPIKIR SERTA
KEBENARAN DATA PENDUKUNG KESIMPULAN

HANYA ARGUMEN YANG DIBANGUN SECARA LOGIS


SERTA DIDUKUNG DENGAN FAKTA ATAU BUKTI-
BUKTI YANG BENAR (SESUAI KENYATAAN),
PATUT DISEBUT ARGUMEN YANG KUAT
(SOUND OR COGENT)
Sebaliknya,

BERPIKIR KRITIS MEMABANTU MEMBANGUN


ARGUMEN YANG KUAT (SOUND).

BERPIKIR KRITIS TIDAK HANYA MEMBANTU


MENGEVALUASI ASPEK FORMAL
TETAPI JUGA
MENILAI KEBENARAN ARGUMEN
DARI SISI INFORMAL ATAU MATERIAL
DEMI MENINGKATKAN
AKSEPTABILITAS ARGUMEN
 Perhatikan argumen di bawah ini  Notes: “ISSUE” --
 Semua yang berkaki empat adalah hewan - Berpikir kritis menuntut bahwa sebelum merespon
sebuah pendapat atau klaim, pastikan bahwa kita
 Kursi berkaki empat fokus pada isu; memahami issue dengan baik
 Jadi kursis adalah hewan - Isu adalah masalah yang mengundang kortoversi,
topik yang diperdebatkan/dipersoalkan.

 Semua manusia bisa mati - Itu sebabnya, sebuah isu biasanya diangkat dalam
bentuk pertanyaan dan menuntut sikap kritis untuk
 Susan adalah manusia menanggapinya secara tepat.
 Jadi, susan bisa mati  Mis.:
- Apakah masyarakat harus terus membayar pajak
ketika pajak ternayata terus disalah-gunakan oleh
 Mahasiswa ditangkap ketika berdemonstrasi pengelola Negara?
karena bertindak dan anarkis
- Apakah atas nama demokrasi, siapa saja boleh
 Kata mahasiswa, penagkapan oleh polisisi berbicara apa saja termasuk menghina orang lain?
melanggar hak asasi manusia tetnag - Apakah atas nama demokrasi dan kebebasan, siapa
kebebasas berpendapat dan bertindak saja boleh merusak falilitas publik demi
 Jadi, polisi harus dilawan memperjuagkan kepentingannya?’ dlsb.
PEMIKIR KRITIS
Berpikir Kritis Sangat Penting Untuk
Ditandai dengan kemampuan-2 berikut: Kehidupan --
 Mengerti hubungan logis antara berbagai gagasan;  Menjadi fondasi untuk karier apapun ketika
 Merumuskan ide dengan cermat dan tepat; dituntut untuk mengkomunikasikan gagasan,
 Mengidentifikasi, mengkonstruksi, dan mengevalusi mengambil keputusan, serta menganalisis dan
argumen; memecahkan masalah.
 Mengevaluasi pro dan kontra teradap suatu keputusan  Penting untuk menjalani hidup yang
atau pendapat;
bermakna (meaningful life) --> perlu
 Menemukan inkonsistensi serta kesalahan umum dalam kemampuan kritis untuk memilah dan
penalaran;
membedakan hal yang baik dari yang tidak
 Menganalisis masalah secara sistematis; baik, bernilai dari yang tidak bernilai.
 Mempertanggungjawabkan keyakinan dan nilai-nilai
yang dianutnya;  Penting untuk terhindar dari kesesatan
bernalar, manipulasi atau argumen yang
 Memikirkan secara mendalam serta mengevaluasi skill
berpikirnya. menjebak.
 PEMIKIR YANG MEMILIKI DAYA KRITIS
YANG KUAT*)
 Mereka adalah figure kritis yang
4. Bersedia mengubah pemikirannya ketika
menghargai fairness. sadar bahwa ada bukti kuat untuk itu tanpa
 Mereka memiliki kecenderungan berikut: terjebak dalam sikap pamrih atau kepentingan
1. Cenderung membangun arumgen yang kuat sempit diri sendiri.
untuk menggapi posisi lawan (logis dan 5. Tidak menempatkan hak dan kepentingannya
sesuai dengan kenyataan). diatas hak dan kepetingan orang lain.
2. Dengan rasa empati mereka membangun
titik-tolak dan perspektif baru yang kuat
untuk merespon posisi lawan.
----------------------------------------------------------
3. Mamampu bersikap kritis terahdap
pemikriannya sendiri. --> terbuka dan *) Richard Paul & Linda Elder, 2014: 21-45).
bersedia mengakui kelemahannya dan
sekaligus mengakui kekuatan posisi lawan.
KEUTAMAAN BERPIKIR KRITIS
 MENJADI PEMIKIR YANG BERWATAK
FAIR-MINDED --> 5. Intellectual Perseverance (vs. Intellectual
1. Intellectual Humility (vs. intellectual laziness) -- Working Through Complexity and
arrogance) -- having knowledge of ignorance; Frustration
consciously know the limits of knowledge 6. Confidence in reason (vs. Distrust in reason):
2. Intellectual courage (vs intellectual the deeply held belief that, in the long run, our
cowardice) – Being willing to challenge beliefs own higher interests and those of humankind
are best served by giving the freest play to
3. Intellectual empathy (vs. intellectual self- reason.
centeredness) – Entertaining opposing views
7. Intellectual Autonomy (vs. intellectual
4. Intellectual Integrity (vs. Intellectual conformity) -- Being an Independent Thinker.
hypocrisy): Holding Ourselves to the Same
Standards to Which We Hold Others
-----------------------------------
(R. Paul & L. Elder….).
 SALAH-PENGERTIAN TENTANG BERPIKIR KRITIS
 Beberapa penolakan terhadap berpikir kritis:  Jadi, pemikir kritis dapat berikap sipatik dan
konstruktif daripada berkonfrontasi dengan pihak
1. Berpikir kritis terkadang ditolak karena
lawan.
dinggap terlalu konfrontatif.
2. Juga da anggapan bahwa berpikir kritis dalam
 Ini salah pengertian. Untuk perlu dicatat:
praktik tidak bermanfaat karena manusia dalam
(1) Berpikir kritis merupakan jalan yang lebih baik kehidupan nyata tidak memberi perhatian serius
untuk menolak padangan yang buruk/salah dan pada penalaran.
menemukan pandangan yang lebih baik/benar.  Kebertsn ini merupkan penyangkalan peran
(2) Berpikir kritis tidak berarti kita harus selalu penting critical thinking dalam kehidupan
mengeritik orang lain. manusia sebagai mahluk yang berakal-budi.
 Ketika pihak lain benar, kita tidak harus tidak  Emosi memang merupakan bagia dai kempauan
mengakuinya. manusia, tetapi tidak cukup.
 Ketika pihak lain salah, berpikir kritis membantu  Critical thinking membantu kita untuk menghidari
kita untuk mengakui kesalahan itu tanpa kesimpulan yang diambil secara tergesa-gesa
membuat pihak yang lain merasa terhina di serta menjadi lebih cermat dalam menganalisis,
hadapan public. mengevaluasi, dan mengatasi masalah.
MENINGKATKAN CRITIAL THINKING
• Critical thinking dalam arti tertentu bersifat natural.
Tetapi fakta menunjukkan bahwa bahkan kaum
inteklektual pun kadang-kadang bersikap keras kepala
dan cenderung bias dalam berpendapt.
• Perlu dicatata, critical thinking merupakan skill kongintif.
Jadi, selalu bisa dikembangkan. Syaratnya,
(1) Theory – Menguasai pengetahuan tentang
bagaimana mengembangkan skill berpikir kritis dan
jelas. Pengetahuan dan skill penalaran logis dapat
membantu ke arah ini.
(2) Aktif terlibat dalam diskusi/perdebatan – membantu
mempertajam berpikir kritis.
(3) Kembangkan sikap yang benar – sikap cinta akan
kebenaran. Diskusi/pertukaran gagasan harus didasari
pada tujuan mendapatkan kebenaran.
(4) Disini diperlukan self-skepticism (kritis pada diri
sendiri) dan keterbukaan untuk belajar dari yang lain.
 INDIKATOR BERPIKIR KRITIS
Paul & Elder Ennis Fisher Glaser
Memahami dengan jelas pertanyaan yang Bertanya, Mengklarifikasi
sedang dijawab: siswa dapat dengan jelas memfokuskan pertanyaan
mengungkapkan sendiri pertanyaan yang pertanyaan
sesuai dengan masalah; mengelompokkan
pertanyaan yang relevan dan yang tidak.
Mencari informasi yang relevan: Menyesuaikan dengan Mengklarifikasi Menentukan dan
mengemukakan informasi dengan kata- sumber, mengobservasi pernyataan, menyusun
kata sendiri, menyebutkan bukti untuk dan menilai informasi yang
sebuah pandangan, menggunakan hanya mempertimbangkan. kredibilitas diperlukan,
informasi yang relevan, menilai informasi. sumber  dengan menilai fakta.
terampil.
Mencari pemahaman yang jelas tentang Membuat deduksi dan Memahami Mengevaluasi
konsep dan ide: menunjukkan memperitimbangkan penalaran pernyataan-
pemahaman teori dan konsep (mereka hasil deduksi; pernyataan,
dapat menyebutkan, mengelaborasi dan membuat induksi dan menarik
memberikan contoh), siswa menggunakan mempertimbangkan kesimpulan-
bahasa dengan baik dan tepat. hasil induksi. kesimpulan
Memahami implikasi dan konsekuensi Mempertimbangkan
hasil keputusan
Posted by Unknown at 10:43 PM
HAMBATAN DAN
STANDAR BERPIKIR
KRITIS
(Hlm. 19 – 32; 65 – 74)
1. HAMBATAN BERPIKIR (2) Relativisme
KRITIS - Cara pandang dan cara berpikir (mindset) yang
berpendapat bahwa kebenaran hanyalah masalah
(1) Egosentrisme (berlebihan) pendapat yang ukuran penilaiannya ditentukan
- Kecendrungan menjadikan diri sendiri sebagai setiap orang sesuai dengan budaya yang dihidupi
pusat melihat dan memahami realitas. dan mempengaruahinya.
- Nilai dan kepentingan diri sendiri menjadi - Karena itu ada dua macam relativisme:
patokan atau ukuran dalam menilai realitas. (1) Subyektivisme -- kebenaran dan nilai
ditentukan oleh masing-masing individu; dan (2)
- Orang dengan cara berpikir seperti ini Relativisme kultural – kebenaran atau nilai
cenderung lupa atau bahkan mengabaikan tergantung pada atau ditentukan oleh masing-
kepentingan lain atau orang lain di luar dirinya. masing budaya.
- Cara berpikir ini dipengaruhi oleh padanngan - Intinya – kebenaran dalam arti apapun, termasuk
psikologi bahwa manusia secara natural kebenaran moral, tidak bersifat absolut dan
mendahulukan pepentingan dirinya. karenanya juga tidak berlaku umum.
- Egosentrime ekstrim akan berubah menjadi - Relativisme menghambat berpikir kritis karena
selfishness & self-serving – cara berpikir yang menutup ruang pertukaran gagasan secara
secara sadar mengejar/memperjuangkan terbuka dan fair.
kepenitngan diri.
(3) Wishful Thinking (4) Berpikir Kolektivistik
- Wishfull thinking adalah cara berpikir yang - Ini merupakan pola pikir yang menempatkan
lebih bersifat angan-angan; bukan cara kelompok, komunitas, atau masyarakat
berpikir rasional yang dapat dipertanggung- sebagai sumber dan penentu kebenaran.
jawabkan kebenarannya. - Individu tidak memiliki keberanian untuk
- Cara beripikir seperti ini tidak kuat untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau
mendorong dan menghasilkan perubahan. pikirannya di luar apa yang diyakini kelompok
- Dorongan angan-angan bisa begitu kuat atau masyarakat.
sehingga menutup sikap kritis; buaian angan- - Pola pikir seperti ini membuat individu
angan berportensi menutup subyek untuk kehilangan otonomi dalam berpikir;
belajar mendengarkan pendapat atau menghambat kreativitas sekaligus menutup
pemikiran berbeda. berkembagnya sikap kritis.
(5) Berpikir dengan asumsi yang tidak • Tetapi tidak semua asumsi merupakan
teruji kebenaran yang sifatnya essensial.
- Menjadi gejala umum bahwa cara berpikir kita • Ada asumsi yang sifatnya aksidental tetapi
hampir tidak lepas dari asumsi. Juga dalam diperlakukan sebagai essensial. Inilah yang
ilmu pengetahuan. menimbulkan kesesatan berpikir.
- Contoh sederhana: asumsi sebab-akibat dalam - Contoh – karena begitu banyak dan
memahami sebuah fenomen atau kejadian. umunya orang Batak menjadi sopir bus,
Tidak ada akibat tanpa sebab. Ada asap pasti
ada api. Ada basah pasti ada air. Ada
begitu seorang sopir turun dari bus langsung
penawaran pasti ada permintaan (ilmu disapa dengan “hai opung” (bahasa Batak).
ekonomi) Yang disapa bingung karena tidak mengerti.
Maklum, ia asli Papua, bukan Batak. Menjadi
- Asumsi disni dipahami dalam arti kebenaran
yang diyakini dan diterima tanpa perlu
sopir bus bukan sesuatu yang essensial;
pembuktian. Hubungan sebab-akibat dalam hanya aksidental.
asumsi seperti ini berifat essensial atau Seorang Batak tidak harus menjadi sopir bus.
niscaya.
Dampak negatifnya antara lain:
 Merongrong otonomi manusia – ketergantugan pada
(5) Cara Berpikir Teknofil teknologi. Hubungan personal langsung diganti oleh
- Dari bahasa Yunani “tekne” = alat atau cara; hubungan artifisial yang diciptakan oleh teknologi.
dan “philia” = cinta; jadi: Cinta akan alat.  Kekuatan teknologi mengancam berkembangnya
- Kepercayaan akan kemampuan teknologi sikap kritis:
begitu tinggi sehingga hampir semua  Memudarnya jarak antara ruang privat dan ruang
masalah yang dihadapi cenderung coba publik. Nilai-nilai yang sifatnya privat bisa dengan
diatasi dengan bantuan teknologi. mudah terekspose ke publik.
 Meningkatnya potensi ancaman terhadap kehidupan
- Keyakinan yang begitu besar akan
akibat informasi sesat yang deengan mudah tersebar
kemampuan teknologi membuat manusia oleh kecanggihan teknologi.
tidak lagi (cukup) kritis terhadap teknologi.
 Kecendrungan menerima begitu saja hasil produksi
- Padahal, teknologi bisa saja punya efek teknologi.
negatif terhadap kehidupan manusia,  Manusia didikte dan ditentukan oleh teknologi
termasuk dalam kemampuan berpikir kritis.
2. STANDARD BERPIKIR KRITIS
• Clarity 1. Kejelasan (Clarity) –
• Relevance - Calarity merupakan pintu masuk untuk penalaran kritis. Problem atau
issue yang memerlukan tanggapan kritis harus jelas. Tanpa kejelasan,
• Logicalness tidak mungkin sebuah masalah atau issue direspon secara tepat. Contoh:
• Accuracy - “Apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan Unika Atma Jaya?”
• Depth Tidak jelas! Respon yng tepat menuntut pemahaman yang jelas
tentang issue yang dihadapi. Isu pokok harus jelas; mis. Isu “daya
• Significance saing”. Ubah pertanyaannya, misalnya:
• Precision - “Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing mahasiswa
Atma Jaya di tengah persaingan global tenaga kerja dewasa ini?”
• Breadth
 Pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kejelasan, misalnya:
• Fairness (R. Paul & L. Rider:
214-268) o Apa yang dimaksudkan dengan pernyataan itu?
Standard ini memang mendasar o Bisakah dijelaskan dengan cara lain?
untuk pemikiran intelektual; o Bisakah memberikan ilustrasi atau contoh?
tetapi sesungguhnya juga penting
o Bisakah saya merumuskan makasud Anda seperti ini?
dalam penalaran pada umumnya
2. Ketepatan (accuracy) – 3. Persisi (pressision) –
- Berpikir kritis menuntut pentingnya Sebuah infiormasi atau pernyataan tidak hanya
merumuskan sebuah pernyataan atau informasi harus jelas dan akurat, tetapi juga harus persis
sesuai dengan realitas sebagaimana adanya. supaya mudah dan tepat dimengerti. Disini
Orang yang punya pamrih cenderung diperlukan detail, hal yang spesifik. Misalnya,
mendeskripsikan sesuatu tidak sesuai
kenyataan. Bahkan cenderung membuat Seorang rekan mengeluhkan kesulitan memenuhi
diskripsi semu tentang sesuatu. Contoh: kebutuhan hidup. Respon yang tepat terhadap
keluahan ini sulit diberikan karena tidak cukup
- “Presiden sibuk membangun infrastruktur informatif. Perlu dijelaskan lebih detail, misalnya,
sehingga masyarakat miskin terabaikan.”
o Apakah ia bekerja?
Akurat?
o Apakah benar seperti itu? o apa pekerjaannya?
o Adakah data pendukung? o Kalau bekerja, berapa gaji per bulan?
o Seberapa kuat data pendukung? o seberapa besar kewajiban yang harus dipehuni
setiap bulannya?
o Apakah datanya valid/obyektif?
o apakah semua kewajiban sifatnya “harus
o Dimana datanya bisa ditemukan? dipenuhi” atau “ada yang bisa dituda”?
4. Relevansi (Relevance) – 5. Kedalaman (depth) –
 Relevansi menutut keterkaitan langsung antara pernyataan
atau pertanyaan dengan issue atau sesuatu hal yang sedang
Berpikir melampaui apa yang kelihatan di
diperbincangkan atau dipersoalkan. Contoh: permukaan suatu masalah. Kemampuan melihat
 Mahasiswa mengeluh karena sudah belajar keras tetapi kompleksitas suatu masalah, berusaha
nilainya tetap saja jelek. Keluhan ini tidak relevan; tidak ada menemukan masalah pokok/mendasar yang
korelasi langsung determinan antara kerasnya belajar bisa saja lebih sulit untuk direspon.
dengan bagusnya nilai.
 Sebuah pertanyaan, misalnya, bisa saja tidak relevan karena - Misalnya, isu bahwa “Atma Jaya itu gampang
tidak berkaitan dengan persoalan yang ingin dipecahkan. masuk, susah keluar”.
 Misalnya, issue “kelaparan tahunan”, dan pertanyaannya  Contoh pertanyaan untuk mencek kedalaman:
“Jarak dari desa; ke pasar terdekat untuk mendapatkan
makanan” o Bagaimanan jawaban Anda menanggapi
 Beberapa pertanyaan berkaitan dengan relevansi: kompleksitas masalah ini?
o Bagaimana ide ini berkaitan dengan masalah? o Bagaimana Anda memperhitungkan problem
o Bagaiman hal itu berkaitan dengan masalah? ini?
o Bagaimana gagasan ini berkaitan dengan gagasan lain? o Bagaimana Anda menangani faktor yang
o Bagaimana pertanyaan Anda berkaitan dengan issue yang paling penting dalam masalah ini?
sedang dihadapi?
6. Keluasan (Breadth) — 7. Keruntutan (logicalness) –
 Keluasan menuntut bahwa sebuh issue harus  Dalam berpikir, kita menata berbagai pemikiran
dipertimbangkan dari bebarbagai sudut pandang yang secara runtut dalam sistem keteraturan tertentu.
memang relevan.
 Ketika ada pelbagai sudut pandang yang harus  Pemikiran disebut logis ketika berbagai pemikiran
diperhatikan, akan tetapi kita gagal memberikan dikombinasikan dan setiap pemikiran saling
perhatian yang seharusnya atas setiap sudut pandang, mendukung dan menegaskan makna pemikiran.
maka kita berpikir myopik, sempit (narrow-mindedly).  Sebaliknya, ketika setiap pemikiran tidak salaing
 “Keluasan” berpikir terhalangi ketika kita mengabaikan mendukung, bahkan terdapat kontradiksi antara
alternatif atau sudut pandang yang berseberangan. satu dengan yang lainnya, pemikiran tidak logis.
 Contoh pertanyaan untuk berkaitan dengan keluasan:  Contoh pertanyaan berkaitan dengan logika:
o Apakah sudut pandang lain harus dipertimbangkan?
o Does all of this fit together logically?
o Apakah ada cara lain untuk memahami pertanyaan ini?
o Does this really make sense?
o Dari sisi konserfatif, pertanyaan ini akan dipahami
seperti apa? o Does that follow from what you said?
o Bagaimana kalau dilihat dari aspek kemajuan teknologi o How does that follow from the evidence?
dewasa ini?
o Before, you implied this, and now you are saying
that. I don’t see how both can be true.
8. Signifikansi/makna (significance) – 9. Fairness (kejujuran & keadilan) –
 Ketika bernalar kita ingin fokus pada informasi, ide  Ketika memikirkan sebuah problem, pastikan bahwa
atau konsep yang dipandang paling penting atau alur pemikiran dikembangkan secara jujur dan dapat
paling relevan dengan issue yang dihadapi. dibuktikan kebenarannya.
 Bisa saja banyak ide yang relevan tetapti tidak  Untuk itu, alur pemikiran tidak boleh keluar dari
semuanya sama penting. konteks persoalan.
 Seringkali pertanyaan bukanlah pertanyaan yang  Dengan kata lain, berpikir jujur berarti berpikir dengan
paling penting untuk dijawab; bahkan terjebak dalam alasan yang jelas.
pemikiran yang sepintas menarik tetapi tidak  Contoh pertanyaan berkaitan dengan fairness:
sungguh-sungguh menyentuh akar persoalan. o Apakah pemikiran saya bisa dibenarkan apabila
 Contoh pertanyaan yang fokus pada aspek dihadapkan dengan?
signifikansi: o Apakah bukti yang saya gunakan dapat
oInformasi apa yang paling penting diperlukan untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya?
mengatasi masalah? o Apakah assumsi-asumsi yang digunakan bisa
oSeberapa penting sebuah fakta dalam konteks dipertenaggungajawabkan kebenarannya?
masalah yang dihadapi? o Apakah cara yang digunakan memang adil atau ada
oDari sekian banyak pertanyaan, manakah yang kepentingan pribadi yang menghallanig saya
dipandang paling penting? mempertimbangkan sudut pandang yang lain?
oDari sekian banyak konsep, manakah yang paling o Apakah konsep yang saya gunakan dapat dibernarkan,
penting? atau saya menggunakannya secara tidak adil?
3. MENJADI PEMIKIR
YANG FAIRMNDED
Richard Paul & Linda Elder, 2014, 21 – 46; Kasdin,
2019, 33 - 46
Pengantar:
 Berpikir kritis melbatkan kecerdasan (intelektual basic intellectual skills), akan tetapi
kecerdasan dapat digunakan untuk dua tujuan yang saling bertentangan:
1. Tujuan yang terpusat pada diri sendiri (self-centeredness); dan,
 Tujuan yang terbuka bagi semuan pihak (fairmnidedness).
 Kita bisa saja beriikir kritis untuk menemukan baik kesalah pemikiran kita sendiri
maupun kesalahan yang ada pihak yang lain.
 Atau, sikap kritis jsutru kita tunjukkan hanya untuk memperihatkan buruknya
pemikiran pihak lawan.
 Yang terjadi, sering kita hanya fokus pada kesalahannya tanpa terbuka mengakui
kelbiha atau kekuatan padnangan lawan.
 Aliran Sofisme,--> Kaum Sofis, misalnya, cenderung menggunakan retorika untuk
memenangkan kepentingannya tanpa peduli pada tepat/tidak-tepatnya penalaran.
 Kecerdasan retorika yang bekualitias rendah digunakan untuk membenarkan suatu
pendapat atau pemikiran yang sesungguhnya sesat atau bahkan buruk.
Pemikir Kritis Yang Fairminded

 Pemikir kritis yang sangat sensistif dan bermoral memiliki kecenderungan kuat
sbb:
1. Mereka secara mendalam mempertanyakan pandangannya sendiri.
2. Dengan sikap empati, mereka mereksonstruksi berbagai versi titik tolak dan
perspektif terhadap padangan lawan yang berbeda dari padangannya sendiri.
3. Mereka menerapkan dialektika untuk memastikan bahwa pandangan mereka
lemah sedangkan pandangan lawan kuat.
4. Mereka juga bersedia mengbuah pikirannya ketika ada bukti kuat untuk itu tanpa
memperhatikan kepentinga diri sendiri.
5. Mereka juga tidak menempatkan hak dan kepentingannya diatas hak dan
kepentingan orana lain.
 Thinking critically in the
strong sense requires that we
develop fairmindedness at the
same time that we learn basic Fairminded thinkers try
critical thinking skills, and to see the actual strengths
thus begin to “practice” and weaknesses of any
fairmindedness in our thinking reasoning they assess.

The opposite of fairmandedness is intellectual self-


centeredness
Keutamaan Pokok Pemikir yang
Fairminded
 Menggapai sikap fairminded yang sesungguhnya tidaklah mudah.
 Fairminded sejati menuntut kita untuk memiliki semua kualitas intelektual sbb:
 Rendah hati (Intellectually humble);
 Berani (Intllectually courageous);
 Berempati (intellectually empathetic),
 Jujur (intellectually honest),
 Gigih/tekun (intellectually perseverant),
 Yakin akan kekuatan rasio (confident in reason -- as a tool of discovery and
learning), serta,
 Otonom atau independen (intellectually autonomous).
1. Kerendahan Hati Lawannya
Intelektual:
 Tahu akan ketidak-tahuan  Arogansi Intelektual:
Kecenderungan egosentrik bawaan
manusia untuk percaya bahwa kita
 Sadar akan batas pengetahuan,
tahu lebih banyak dari yang
termasuk sadar akan situasi dimana
sesungguhnya, bahkan pemikiran kita
kita cenderung menipu diri sendiri
jarang salah, bahwa kita tidak perlu
akibat belenggu egosentrik;
meningkatkan kemampuan berikir,
 Pekah terhadap bias dan prasangka dan bahkan kecednrungn untuk
serta batas titik pandang kita. melihat diri ktia sebagai penentu
KEBENARAN.
2. Keberanian Intelektual: Lawannya,
 Being willing to challenge
beliefs  Pengecut intelektual:
 Kemauan untukmengahdapi dan Kecendrungan egosentris negatif
secara wajar menilai gagasan, bawaan untuk takut terhadap gagasan-
gagasa yang kita anggap sangat
keyakinan, atau titik pandang
berbeda atu bahkan bertentangan
yang buat kita bisa dengan padnangan kita sendiri;
menumbulkan reaksi nagat kuat;  Ketakutan untuk beridiri sendiri diatas
kemauan untuk secara kritis keyakinan kita; takut akan kesulitan
menganalisis pandangan yang yang bisa saja muncul akibat perbedaan
kita pegang teguh
3. Empati Intelektual Lawannya
 Kesadarn untuk “menematkan diri”
dalam posisi pihak lain demi
memahminya secara utuh dan genuin.  Keegoisan intelektual
 Memahami pihak lain dengan bertolak  Tendensi egoism bawaan untuk
dari posisi orang lain memahmai realitas menggunakan cara
 Memiliki empati intelektual untuk pandang sempit kitai dengan akibat
merekonstruksi titk pandang dan mengabaikan pandangan lain yagn
penalaran mereka serta membangun sejatinya relevan untuk diperhatikan;
penalaran dengan bertolak dari premis-  Kecenderungan intrinsic untuk terhindar
premis, asumsi, serta gagasan yang dari siakp empati menempatkan diri
berbeda dari yang kita miliki dalam diri orang lain serta beripikii
dengan logika mereka
epada orang lain daripada standar yang kita terapkan pada diri kita sendiri. Mengharapkan orang lain untuk hidup p

4. Integritas Intelektual – Lawanya


 Perlakukan diri kita dengan standard
yang sama seperti yang kita gunakan  Kemunafikan Intlektual
 Kecenderungan egosentris asli
untuk memperlakukan orang lain.
untuk menerapkan seperangkat
 Gunakan standard bukti untuk diri sendiri standar yang lebih ketat kepada
yang sama ketatnya seperti yang kita
orang lain daripada standar yang
gunakan untuk orang lain
kita terapkan pada diri kita sendiri.
 Mengharapkan orang lain untuk
hidup pada tingkat integritas yang
lebih tinggi daripada yang kita
inginkan untuk hidup sendiri
5. Kegigihan Intelektual Versus
 Watak (disposisi) untuk bekerja
dengan cara kita melalui
 Kemalasan Intelektual:
kompleksitas intelektual meskipun  Kecenderungan egosentrik bawaan
tugas yang dikerjakan pasti untuk menghindari apa yang menjadi
menimbulkan frustrasi. tujuan intelektual ketika tujuan tsb
lumayan membingungkan dan sulit.
 Ketekunan intelektual menuntut daya
 Kecenderungan untuk tidak sabar
tahan untuk tidak menyerah ketika
dengan diri sendiri ketika bekerja
menghadapi komplikasi yang tak
harus menghadapi masalah-masalah
terhindarkan dalam tugas intelektual.
yang kompleks dan berlangsung
dalam waktu yang lama.

 No Pain No Gain
6. Keyakinan pada akal Versus
 Mengakui bahwa penalaran yang  Tidak percaya pada Akal:
baik justru mampu menbuktikan
kelayakannya sendiri.
 Kecenderungan egosentrik asli untuk
memiliki keyakinan bukan berdasarkan
 Akal mendorong kita untuk sampai bukti dan penalaran yang baik melainkan
pada kesimpulan dengan cara berdasarkan pandangan dan kepercayaan
mengembangkan kemampuan akal kita sendiri.
kita.  Kecenderungan inheren untuk melihat
pandanganan kita, betapapun kacau dan
 Itu artinya kepentingan kita dan
biasnya, tetap tepat dan benar.
kepentingan manusia umumnya akan
terlayani dengan baik ketika akal
diberi kebebasan seluas-luasnya
untuk bekerja.

 THE ENFORCED FORCE OF THE BETTER


ARGUMENT
7. Otonimi intelektual Versus
 Jadilah pemikir independen
 Otonomi intelektual mengharuskan kita
memikirkan diri kita sendiri sambil tetap
 Konformitas intelektual:
berpegang pada standar-standar intelektual  Kecendrungan sosioegosentrik bawaan
yang tepat. untuk menerima begitu saja pandangn
 Otonomi intelektual menuntut bahwa kiita masyarakat dan bertindak sesuai
sendiri seharusnya secara rasional denganya tanpa sikap kritis untuk
menentukan sendiri kepercayaan, nilai- mempersoalkan kebenarannya
nilai, serta cara berpikir kita.  Masyarakat dijadikan basis validasi
 Siapapun dari kita yang memiliki otonomi tindakan.
intelektual, mereka itulah yang
mengendalikan sepenuhnya pemikiran kita
thank you………..
6.
ARGUMENT:
 Deductive
and
Inductive
Argument
INTRODUCING ARGUMENT
 Argument is a form of reasoning consists of  The issue: The price of cooking oil has increased as
propositions used as premise/premises (i.e., such that most people cant afford it. Why does it
evidences or reasons upon which we infer a happen?
conclusion.  Evidences:
• So, premise or premises are the foundation  Scarcity of cooking oil in the market places; so,
that support a conclusion. there a serious problem with the supply of cooking
oil. Supply tends to be lower and lower than usual
• An argument is constructed or developed to (Premise (1)
respond to or to address an issue or a  At the same time, the demand of cooking oil
phenomenon in question. remains, even have increased higher and higher
• Argument in essence is developed to prove before and during the celebration of religious
whether a claim or a position is worth holidays (premise 2).
accepting or rejecting.  Thus, the price of cooking oil has incredibly
increased because the supply remains, even lower
• Thus, there must be an issue in question to be than normal but the demand continuously
critically addressed. increases even beyond the market’s ability to meet.
 ISU DAN ARGUMEN
 Isu – it is problem in question that prompts  Kesimpulan merupakan sebuah posisi yang diambil
debates. sebagai respon terhadap isu.
 An issue could appear in the form controversial  Kesimpulan yang baik harus memenuhi dua hal:
statement, opinion, or claim. It could be so
(1) Dari struktur berpikir: penalaran harus runtut --
controversial that motivates people to respond it.
mengikuti kaidah-kaidah berpikir lurus dan
 An issue is commonly expressed in the form of tepat; dan,
question. E.g., Why the price of oil cooking has
(2) Dari segi Isi: premis-premisnya (alasan/bukti)
incredibly increased? Or, Why are corruptors
harus benar – sesuai dengan kenyataan.
punished so lightly that even the most intelligent
legal experts are not able to rationally explain the  Jadi, argumen yang baik harus korek/valid dan
phenomenon? benar.
 Issue and Argument – There is strong relation .
between issue and argument. Argument is needed Cermati contoh di bawah ini:
to appropriately and clearly address an issue. - Sebagian besar Wakil Rakyat adalah pembohong
 Hence, an argument must be ended with a - Susi adalah Wakil Rakyat
conclusion. No argument without a conclusion. - Jadi, Susi adalah pembohong.
 Anda setuju?
ARTI DAN UNSUR ARGUMEN YANG
ARGUMEN BERKUALITAS
 Apa itu Argumen?
 Bentuk penalaran rasional untuk mendukung • Mengajukan argumen berarti
atau menolak atau menerima sebuah posisi,
pernyataan, sebuah klaim, atau pendapat. membangun penalaran untuk
 Klaim atau posisi yang didukung muncul dalam
mendukung atau menolak sebuah
bentuk konklusi dari argumen. posisi, klaim, atau pendapat.
 Klaim yang mendukung kesimpulan disebut • Karena itu, argumen yang baik harus
premis; i.e., alasan-alasan atau bukti-bukti korek/valid (sesuai kaidah-kaidah
pendukung. berpikir logis) dan sekligus benar
 Jadi argumen terdiri dari: (isi/materinya sesuai dengan
(1) Premis/premis-premis – bukti/fondasi kenyataan).
penalaran; Argumen berkualitas menuntut
(2) Kesimpulan – posisi yang dibela atau dukungan rasional dari sisi
didukung. formal dan material
 SALAH PENGERTIAN
tentang ARGUMEN
 Pertama, argumen merupakan upaya untuk  Ketiga, argumen tak jarang dicampur-adukkan
meyakinkan seseorang tentang sesuatu. dengan ilustrasi atau penggambaran.
o Ada betulnya; akan tetapi untuk sebagian orang o Ilustrasi hanya membantu mempermudah
bahkan argumen yang dari segi formal maupun pemahaman; bukan membuktikan.
material dapat dipertanggungjawsbkan,
argumen itu tetap saja tidak efektif untuk
meyakinkan mereka.
 Catat:
 Kedua, argumen tidak lain dari upaya untuk o Argumen adalah bentuk penalaran
menjelaskan.
rasional untuk mendukung kesimpulan
o Sepintas argumen dan penjelasan (eksplanasi) atau posisi yang dibela.
memang bermakna sama. Tetapi sesungguhnya o Argumen adalah penalaran yang
keduanya bereda.
dibangun untuk membuktikan
o Explanasi merupakan upaya untuk menguraikan kebenaran sebuah klaim.
secara rinci bagaimana sesuatu terjadi atau apa
yang menyebabkan/ menghasilkannya.
LOGIKA, VALIDITAS, DAN KEBENARAN
 Apa itu Logika?  Contoh 2:
 Studi tentang metode and prinsip-prinsip yang - Semua Anjing adalah binatang
digunakan untuk membedakan penalaran yang
tepat dan tidak tepat. - Brandy dan Kenji adalah Anjing;
 Studi tentang penalaran yang lurus, teratur, dan - Jadi, Brandy dan Kenji adalah binatang.
tepat. • Anda setuju?
 Umum, logika fokus pada aspek formal penalaran.
Cermati contoh2 berikut:  Demi kebenaran, argumen harus korek/valid dan
sekaligus benar,
 Contoh 1:  “Korek/valid” – sesuai dengan metode & prinsip-
- Semua yang berkaki empat adalah kursi; prinsip bernalar logis (Aspek Formal).
- Anjing berkaki empat;  “Benar” -- kesesuaian antara pernyataan atau
pendapat, atau klaim dengan realitas (Aspek
- Jadi Anjing adalah kursi. Material).
• Anda Setuju?  Argumen yang berkualitas harus valid dan
sekaligus benar (sound).
Indikator Premis dan Kesimpulan
 Catatan:  Mengenal premis dan kesimpulan dalam argumen
• Argumen dibangun untuk membela atau –Ada kata-kata atau frasa tertentu yang menjadi
mendukung sebuah posisi yang dipandang indikator premis dan kesimpulan:
benar.  Kesimpulan: Jadi, oleh karena itu, maka,
• Karena itu, akibatnya, membuktikan bahwa, dapat
disimpulkan, dll.
1. Argumen harus valid dan benar;
 Premis: dengan alasan ini, karena, sejak,
2. Argumen harus terdiri dari dua unsur berdasarkan, dll.
pokok:
 Berikan contoh untuk masing-masingnya!
1) Premis = bukti sebagai dasar untuk
 Catatan: Indikator tidak selalu dinyatakan secara
menarik kesimpulan.
eksplisit; bisa ditemukan dengan melihat struktur
2) Kesimpulan = posisi yang ditarik dari pernyataan. Cermati contoh berikut:
premis-premis
 Anton rajin belajar; nilai ujiannya selalu bagus.
Argumen tanpa kesimpulan bukan
 Nilai ujian Anton selalu bagus; ia memang rajin
argumen.
belajar
JENIS-JENIS ARGUMEN
1. Argumen Deduktif/Metode Deduksi 2. Argumen Induktif/Metode Induktif
 Argumen deduktif adalah bentuk penalaran  Argumen induktif secara umum dipahami
yang kesimpulannya bersifat pasti/niscaya sebagai bentuk penalaran yang berangkat dari
karena ditarik dari premis-premis yang premis-premis khusus dan melalui
diterima kebenarannya. generalisasi ditarik kesimpulan yang bersifat
 Argumen ini dibangun degan titik tolak premis umum (universal).
yang besifat universal (umum) untuk menarik  Kebenaran kesimpulan bersifat probable
kesimpulan yag bersifat singular atau (barangkali) alias tidak niscaya, karena data
particular. Contoh: pendukungnya, seberapa pun banyaknya,
 Manusia adalah mahluk berakal-budi selalu bersifat terbatas.
(Universal)  Dengan demikian semakin banyak data
 Susi adalah manusia; pendukung semakin tinggi kemungkinan
kebenaran kesimpulannya. Cotoh:
 Jadi, Susi berakal budi (singular/particular).
Jenis Penalaran Induktif
 Susan itu mahasiswa dan pandai; partikular  Dalam ilmu pengetahuan induksi
 Susi adalah mahsiswa dan pandai; partikular dipraketikkan dalam dua bentuk:
 Kevin adalah mahasiswa dan pandai; partikular 1. Induksi berbasis Analogi –
 Benny adalah mahasiswa dan pandai; partikular Contoh:
 Tonny adalah mahasiswa dan pandai; partikular - Sepatu A dibeli di Grand Mall, nyaman
 Jadi, mahasiswa pandai. universal. dipakai;
 “Mahasiswa pandai” belaku bagi siapa saja yang - Sepatu B dibeli di Grand Mall, nyaman
berstatus sebagai mahasiswa. dipakai;
 Kesimpulannya merupakan hasil generalisasi - Sepatu C dibeli di Grand Mall, nyaman
berdasarkan sifat atau kualitas yang sama yang
dimiliki semua obyek yang diamati.
dipakai;
- Jadi, sepatu D yang dibeli di Grand Mall,
juga nyaman dipakai.
2. Induksi berbasis Hubungan Kausal (= hubungan sebab – akibat):
Susi, Wulan, Jony, Kevin, dan Susan makan-makan merayakan ULTAH Susi. Setelahnya,
Jony dan Susan mencret. Mengapa Jony dan Susan mencret?

Makanan: Nasi Sayur Ikan Telur Aqua Mencret


 Fenomena:
Susi dan Susi v v x v v x
Jony Wulan v x x v v x
mencret
 Isu:
Jony v v v x v v
Mengapa Kevin v v x v v x
Susan dan Susan v x v v v v
Jony
mencret?  Jadi, Jony dan Susan mencret karena makan ikan
Kualitas Argumen
1. Deduksi – Ukurannya: Valid dan Benar. • Keniscayaan kebenaran deduktif terutama
berkaitan dengan premis-premis yang atributnya
(1) Validity – struktur bernalar sesuai dengan bersifat esensial --> artinya, menunjukkan ciri
prinsip-prinsip bernalar logis. khas mendasar yang dimiliki sebuah obyek
(2) Soundness – masuk akal secara formal (aturan tertentu.
berpikir logis) dan material (isi pernyataan;
kesesuaian antara pernyataan dan realitas). Contoh:
 Jadi, sebuah argumen deduktif bisa saja valid  Semua mahluk hidup bisa mati;
tetapi menyesatkan karena isi premisnya tidak  Pohon adalah mahluk hidup;
sesuai dengan kenyataan.
 Jadi, pohon bisa mati.
 Mahsiswa Atma Jaya cerdas dan jujur;
Bandingkan:
 Susi dan Wulan adalah mahasiswa Atma Jaya;
 Semua yang berkaki empat adalah binatang
 Jadi, Susi dan Wulan cerdas dan jujur.
 Kursi berkaki empat;
Yakin argumen ini sound? Apakah dalam
realitasnya semua mahasiswa Atma Jaya cerdas  Jadi, kursi adalah binatang.
dan jujur?  Manakah kesimpulan yang tepat dan benar?
Kualitas Argumen……

 Singkat:
• Standard kualifikasi isi premis dan kesimpulan:
“salah” atau “benar”;
• Dengan demikian, argumen deduktif • Sedangkan kualifikasi struktur argumen:
“valid/sahih” atau “tidak valid/tidak sahih”.
yang berkualitas (baik dan masuk
akal) harus memenuhi prinsip-prinsip  Jadi,
bernalar tepat dan lurus (aspek formal) - Sebuah argumen bisa sahih tetapi salah.
dan sekaligus didukung oleh premis- - Semua orang yang suka menipu pasti orang
premis yang benar --> isinya sesuai bodoh;
dengan realitas (aspek material) - Pejabat publik suka menipu;
- Jadi pejabat publik pasti orang bodoh.
 Sahih dan benar???
4 Kualitas Argumen Deduktif
1. Sebuah argumen bisa sahih dan 3. Argumen tidak sahih apabila argumen berisi
kesimpulannya pun benar, meskipun sebagian premis-prmis yang benar tetapi kesimpulannya
salah.
atau semua premisnya salah.
- Semua ilmuwan adalah orang pandai;
- Semua mahluk hidup berakal budi; salah
- Semua peserta rapat umum DPR adalah orang
- Semua manusia adalah mahluk hidup; benar pandai;
- Jadi, semua manusia berakal budi. Benar - Jadi semua peserta rapat umum DPR adalah
2. Sebuah argumen sahih namun premis- ilmuwan.
premis dan kesimpulannya salah. 4. Argumen yang kuat (sahih dan benar = sound).
- Orang yang tinggal di hutan tidak beradab; - Binatang buas suka memangsa sesama binatang
salah - Serigala binatang buas
- Para petualang tinggal di hutan; salah - Jadi, serigala suka memangsa sesama binatang.
- Jadi, para petualang tidak beradab. salah
• Observasi terhadap 1000 buah mangga
Kualitas Argumen Induktif yang jenis dan warna sama, 75% dari
jumlah itu rasanya manis.
 Ukurannya: kuat – lemah • Sedangkan observasi terhadap 10.000
• Prinsip umumnya: buah mangga dengan jenis dan warna
Semakin tinggi sebaran faktor pendukung yang berbeda, 80% dari jumlah itu
induksi, semakin tinggi pula kemungkinan ternyata rasanya manis.
kebenaran kesimpulan induktif; sebaliknya, • Jadi, (kemungkinan besar) “Mangga
semakin rendah sebaran faktor pendukung manis”. Disini kesipulannya universal -->
induksi, semakin rendah pula kemungkinan berlaku bagi mangga apa saja tetapi
kebenaran kesimpulan induktif. sifatnya “probable”.
 Faktor pendukung kesimpulan Induktif:
Mangga Manis
- Sebaran data partikular obyek yang diobservasi
yang memiliki ciri atau kualitas yang sama dan ? ?
karenanya menjadi alasan mencukupi untuk
menarik kesimpulan yang belaku umum tetapi
bersifat kemungkinkan (probability). - Jadi, Mangga manis (probable)
as i h
a k
e r im
• t
KONSEP DAN TERM
(T. Timbreza, 12-17)
Objectives of the Study
• To define Idea/concept and Term
• To enumerate the kinds of terms and signs with examples
• To distinguish connotation from denotation
• To evaluate the supposition of the terms
PENGANTAR
• Karena kemampuannya membentuk konsep, manusia mampu mengidentifikasi suatu benda
sesuai dengan konsep yang dimilikinya.
• Dengan bantuan rasio, benda hasil persepsi indrawi mampu diidentifikasi kekhususannya dan
tersimpan dalam akal dalam bentuk idea atau konsep.
• Exp. Sebuah meja dapat dibedakan dari sebuah kursi; pembedaan itu terjadi karena manusia
mampu menangkap ciri khas dari masing-masingnya -- meja dan kursi.
 Indra dan akal bekerja sama dalam menbntuk idea atau konsep.:
 Indra menyajikan persepsi tentang benda-benda individual kongkrit;
 Akal bekerja menemukan kekhususannya dan mermuskannya menjadi idea atau konsep.
 “Indra dan akal saling membantu membentuk idea atau konsep
•Idea adalah gambaran intelektual dari sebuah benda atau hal.

1. IDEA
•Idea adalah konsep, yakni hasil pemahaman rasio tentang suatu hal/benda.
•The intellectual apprehension of a thing;
•Indra menyadjikan persepsi dan rasio membentuk ideanya.
Persepsi  bersifat kongkrit, individual, partikular;
Idea/konsep  bersifat abstrak, universal.
Idea “kursi’ menunjuk pada kursi apapun karena kesamaan fungsi, yakni sama-sama sebagi tempat duduk.

chair
They all are CHAIRS;
Sharing the same
function  SEATS
2. TERM
 Term adalah --
 Expresi verbal (dalam bentuk kata) dari sebuah
idea atau konsep. IDEA/
THE SYMBOLIZED
CONCEPT
 Juga bisa disebut, artikulasi dari bunyi yang
disepakati sebagai “tanda” (sign) dari sebuah idea
atau konsep.
 Catatan: Semua term adalah kata; tetapi tidak
semua kata adalah term.
1. Hanya kata-kata Kategogimatik berfungsi sebagai
term karena maknanya sudah jelas/tertentu. e.g., CHAIR
manusia, pohon, binatang, kuda, batu, dll.
2. Kata-kata Sinkategorematik tidak dapat berfungsi
sebagai term karena maknanya tidak dengan
Conventional
sendirinya jelas/lengkap. Kata-kata penghubung, SIGN/
seperti: dan, dengan, yang, adalah, tetapi, dll adalah SYMBOL
kata-kata sinkategorimatik.
(1) Connotasi and Denotasi

Connotasi – 
Denotation –
Menunjuk pada makna dari benda atau hal It is meant individuals or things demoted by the
tertentu yang ditangkap oleh rasio. term;
Makna merupakan elemen-elemen esensial It denotes the referent to which the term
pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk term. applies. The term “pen” applies to individual
Jadi, konotasi menunjuk pada pemahaman things called “pen”.  “This is a pen” denotes a
tentang sesua. concrete thing named “pen”.
E.g. Term “Kursi” menunjuk pada sejenis ===============
furniture yang berfungsi sebagai tempat duduk. Thus, A term has both reference and referent.
Term “kursi” mewakili semua kursi dengan Reference refers to the meaning or the essence
bentuk, bahan, atau warna apapun. of individual things or objects connoted by the
Itu sebabnya, sebuah konotasi bersifat universal term.
dan abstrak. Term hanya muncul dalam bentuk Referent refers to concrete individual things or
kata kategorimatik. objects denoted by the term.
(2) Jenis & Pengelompokan Term
2. Dari segi Ketidak-sesuaian
(1) Term Relatif – term yan gtidak bisa
1. Dari segi Jumlah/Kwantitas dimengerti tanpa relasinya dengan term
(1) Term Tunggal/Partikular -- satu…; sebagian; lain. E.g. Ibu – anak; suami – istri; guru –
beberapa…; sebagian besar…, tidak semua…. murid; pemimpin – pengikut; dll.
(2) Universal term – semua…, segenap…; 3. Dari segi fungsi dalam kalimat/proposisi --
setiap…; tak satupun…; tidak ada…;  Term Subject (s) dan term Predikat (P). Susi
(3) Collective term – mewakili sekelompok (S) adalah mahasiswa yang pandai (P).
subyek, seperti: keluarga…, masyarakat…, 4. Dari segi Fungsi • All men are mortal
pekerja…, tentara…, masyarakat…, dalam Syllogisme • Kevin is a man
perusahaan…, dll. • Thus Kevin is mortal
 1) Term Major; -
- Term kolektif bisa bersifat universal (e.g. “mortal – term major
2) Term Minor; “Kevin – term minor
keluarga, masyarakat, dll); partikular (e.g. 3) Term menengah.
beberapa tentanra…, sebagian pekerja…, dll); or “men” – term menengah
tunggal/singular (e.g. keluarga ini…, pekerja itu…,  Term Major menjadi Predikat dalam Kesimpulan;
dll).  Term Minor menjadi Subyek dalam Kesimpulan.
3. Dari segi Kepastian Makna -- RINGKASAN
(1) Term Univok – satu term dengan satu  Konsep/Idea – makna/pengertian tentang
makna; dapat diterapkan pada banyak sebuah benda atau hal yang berada dalam
obyek tan mengubah maknanya. E.g. akal.
Term “anjing” dapat diterapkan pada  Konsep – diungkapkan dalam bentuk kata.
anjing apa saja tanpa berubah Jadi “kata” adalah tanda atau symbol verbal
maknanya. dari “konsep/idea”.
(2) Term Equivok – satu tern bermakna  Kata sebagai bentuk ungkapan konsep
dua atau lebih. E.g. apel; pahit; disebut Term.
kembang;
 Term dapat dibedakan/dikelompokkan:
(3) Term Analog – dua hal berbeda o Dari segi Jumlah Kata;
dengan makna yang sebagian berbeda
dan sebagaian sama; e.g. kaki gunung o Dari segi ketak- sepadanan
-- kaki meja; makanan sehat -- obat (imcompatibility);
sehat; kembang mawar --- kembang o Dari segi fungsi dalam kalimat/proposisi;
desa; pintu rumah – pintu hati; dll. o Dari segi fungsi dalam syllogisme
PENALARAN
 Contoh: Sudah sangat lama Kevin dan Wulan menjalin
hubungan baik. Meskipun begitu, tetap saja muncul  Jadi, “Penalaran” adalah proses
pertanyaan dalam hati Wulan: “Apakah Kevin sungguh
mencintai saya?” mental membangun argumen
 Selain perlu waktu untuk observasi lebih cermat, Wulan untuk mendukung sebuah
juga berusaha melihat kembali pengalamannya selama
ini tentang Kevin. - Faktanya: posisi/kesimpulan berdasarkan
 Kevin selalu berusaha jujur pada Wulan; informasi atau bukti/bukti-bukti
 Kevin selalu berusaha sedapat mungkin memberi (premis) yang relevan/tersedia.
perhatian khusus pada Wulan.
 Kevin bahkan dengan bangga memperkenalkan Wulan
sebagai kekasihnya kepada keluarganya.  Dua macam Penalaran &
 Semua ini merupakan data yang berfungsi sebagai Penyimpulan:
premis (alasan/bukti untuk menarik kesimpulan).
(1) Langsung; dan,
 Kesimpulan Wulan:
 “Jadi, Kevin memang mencintai saya”.
(2) Tidak langsung.
PENALARAN
DAN
KESIMPULAN
 OBJECTIVES OF THE STUDY

 To explain the general nature of reasoning and the


meaning of inference
To discuss the immediate inference and its types
 To define the meaning of immediate inference,
deduction, induction, and the categorical and
hypothetical syllogism
 To identify the other forms of reference: enthymeme,
epichireme, and dilemma.
- HAKEKAT PENALARAN;

- BENTUK PENALARAN &


PENYIMPULAN;
1. LANGSUNG:
(1) OPOSI LOGIS &
(2) EKWIVALENSI
2. TIDAK LANGSUNG
PENGANTAR

 Catatan:
 Bernalar atau penalaran tidak sama dengan mengumbar kalimat.
 Demi efektifitas komunikasi, perlu menghindari kesesatan dalam bernalar.
 Perlu pemahaman jelas tentang isu yang mengundang penalaran.
 Penalaran juga tidak sama dengan berpikir, meskipun dalam bernalar, manusia
pasti berpikir.
HAKEKAT PENALARAN:
BERPIKIR DAN BERNALAR
• Yang khas pada “bernalar” adalah:
• Berpikir merupakan proses mental atau 1. Selalu ada gejala/fenomen/isu/hal yang
aktivitas rasio yang mendasari tindakan mengundang pertanyaan dan tanggapan.
manusia.
2. Diperlukan data pendukung (informasi)
• Bahkan tindakan spontan sekalipun pasti untuk memberikan respon yang tepat dan
punya basis pemahaman (konsep) yang benar
tersimpan di dalam rasio.
3. Penalaran harus diakhiri dengan
• Baik “berpikir” maupun “bernalar”, keduanya kesimpulan sebagai tujuan dari penalaran.
merupakan tindakan mental.
Jadi, “bernalar” adalah proses
“Bernalar pasti berpikir; TETAPI tidak
berpikir yang bertolak dari data atau
semua berpikir sama dengan bernalar” informasi yang relevan untuk
menarik kesimpulan
PENALARAN
 Contoh: Sudah sangat lama Kevin dan Wulan menjalin
hubungan baik. Meskipun begitu, tetap saja muncul  Jadi, “Penalaran” adalah proses
pertanyaan dalam hati Wulan: “Apakah Kevin sungguh
mencintai saya?” mental membangun argumen
 Selain perlu waktu untuk observasi lebih cermat, Wulan untuk mendukung sebuah
juga berusaha melihat kembali pengalamannya selama
ini tentang Kevin. - Faktanya: posisi/kesimpulan berdasarkan
 Kevin selalu berusaha jujur pada Wulan; informasi atau bukti/bukti-bukti
 Kevin selalu berusaha sedapat mungkin memberi (premis) yang relevan/tersedia.
perhatian khusus pada Wulan.
 Kevin bahkan dengan bangga memperkenalkan Wulan
sebagai kekasihnya kepada keluarganya.  Dua macam Penalaran &
 Semua ini merupakan data yang berfungsi sebagai Penyimpulan:
premis (alasan/bukti untuk menarik kesimpulan).
(1) Langsung; dan,
 Kesimpulan Wulan:
 “Jadi, Kevin memang mencintai saya”.
(2) Tidak langsung.
A. PENALARAN & PENYIMPULAN LANGSUNG

 Penalaran adalah proses berpikir yang 1. Oposisi logis –


bertolak dari satu proposisi ke proposisi lain,
yang berbeda, tetapi hubungan keduanya  Oposisi logis ditandai dengan oposisi
bersifat niscaya. antara dua proposisi dengan subyek dan
predikat yang sama tetapi berbeda
 Penalaran langsung adalah bentuk penalaran
yang kesimpulannya ditarik langsung dari satu
dalam kuantitas atau kualitas.
proposisi (premis) yang tersedia. Karena itu
juga
 disebutoleh
“penyimpulan langsung”.
Didukung
Contoh:
asumsi tak terucapkan:  Jenis Oposisi Logis:
- Pohon adalah mahkluk hidup
 Semua mahluk hidup bisa mati; (1) Kontraris;
 Bentuk penalaran langsung:
 Jadi, pohon
Oposisi bisa mati.
Logis
(2) Kotradiktoris;
 Ekwivalensi (3) Sub-kontraris.
(4) Sub-altern;
JENIS-JENIS OPOSISI
BUJUR SANGKAR OPOSISI
All S is P A Kontraris E All E is not P

Ko ir es
nt

Subaltern
o

Subalterns
ra t
Subaltern

dik ik
d to
tra rie
on s
K

Some S is P I Sub-kontraris O Some O is not P


Contoh:
• A = UNIVERSAL AFIRMATIF • A: Semua mahasiswa cerdas

• E: Tak satu pun mahasiswa cerdas


• E = UNIVERSAL NEGATIF (Semua mahasiswa tidak cerdas)

• I = PARTIKULAR AFIRMATIF • I: Beberapa mahasiswa cerdas

• O = PARTIKULAR NEGATIF • O: Beberapa mahasiswa tidak cerdas


JENIS OPOSISI
- Contoh:
1. Oposisi Kontraris: A vs. E 1. Jika, Semua mahasiswa pandai (A); benar!
 Oposisi antara proposisi Universal Afirmatif (A)  maka, Tak satupun mahasiswa pandai (E); salah!
dan proposisi Universal Negatif (E); Formulanya: 2. Sebaliknya,
Semua S = P; Tak satu pun S = P;  Jika, Tak satupun mahasiswa pandai (E); benar!
- Semua mahasiswa (S) pandai (P)-(A: universal  Maka, Semua mahasiswa pandai (A); salah!
affirmatif) 3. Jika, Semua mahasiswa pandai (A); salah!
- Tak satu pun mahasiswa (S) pandai (P)-(E:  Maka, Tak satupun mahasiswa pandai (E); bisa benar, bisa
universal negatif). salah!
Prinsipnya – 4. Sebaliknya.
 Jika, Tak satupun mahasiswa pandai (E); salah!
1. Apabila A benar, maka E salah;
 Maka, Semua mahasiswa pandai (A); bisa benar, bisa salah!
2. Sebaliknya apabila E benar maka A salah.
 Mengapa A & E belum tentu benar/salah?
Tidak ada kemungkinan jalan tengah.
 Karena A & E bisa sama-sama salah; jadi yang benar:
3. Jika A salah, E belum tentu benar;
I & O. (Lihat penjelasan di Oposisi Subkontraris)
4. Sebaliknya, jika E salah, A belum tentu benar.
JENIS OPOSISI
2. Oposisi Kontradiktoris – Contoh:
 Oposisi antara dua proposisi yang berbeda baik  Jika, Semua politisi pembohong (A); . Benar!
dalam kuantitas maupun kualitas: anatra A -- O; - Maka, Sebagian politisi bukan pembohong (O);
or, E -- I: Semua S = P; Beberapa S # P; or Semua Salah!
S # P; beberapa S = P.  Jika, Tak satupun politisi adalah pembohong (E);
o Semua politisi adalah pembohong (A) benar!
-> all S = P - Maka, Sebagian politisi pembohong (I); salah!
o Beberapa politisi bukan pembohong (O) Sebaliknya,
--> Beberapa S # P.  Jika, Sebagian politisi adalah pembohong (I);
• Tak satu pun politisi adalah pembohong (E) benar!
-> All S # P - Maka, Semua politisi bukan pembohong (E);
• Jika
Beberapa politisi adalah pembohong (I) salah!
1. A/E benar, maka O/I salah;
-> Beberapa
2. Sebaliknya, S =benar,
jika O/I P maka, A/E salah  Jika, Sebagian politisi bukan pembohong (O);
3. Proposisi kontradiktoris tidak bisa keduanya benar dan benar!
Prinsipnya:
sekaligus salah pada waktu yang sama - Maka, Semua politisi pembohong (A); salah!
Laws of Contradictory opposition • Exercise:
1. Proposisi Contradiktoris tidak bisa kedua-
duanya benar;
2. Tetapi kedua-duanya bisa salah.
 Proposisi Kontradioktoris tidak bisa kedua-
duanya benar dan sekaligus salah.
1. If A is true, O is false
2. It O is true, A is false
3. If E is true, I is false;
4. If I is true, E is false
5. If A is false, O is true
6. If E is false, I is true
7. If I is false, E is true
8. If O is false, A is true
JENIS OPOSISI
3. Oposisi Subaltern Contoh:
 Oposisi Subaltern – oposisi antara dua  Jika, Semua ciptaan adalah mahluk hidup
proposisi yang sama dalam kualitas tetapi (A) - benar
berbeda dalam kuantitas; antara A - I; dan  Maka, Sebagian ciptaan adalah mahluk hidup
E - O. (I)- benar (- karena I adalah bagian dari klas A)
- All S = P; Some S = P; All E is # P; Some S # P. - Jika, Tak satupun manusia hidup kekal (E) - benar
- Maka, Sebagian manusia tidak hidup kekal (O)
 Prinsipnya: – benar (- karena O adalah bagian dari klas E)

1. Jika universal A benar, partikular I juga  Jika I benar, A …?; Jika O banar, E …?
benar; Jika E benar, O juga benar Sebaliknya,
2. Tetapi, jika partikular I benar, A bisa  Jika I salah, A …?; Jika O salah, E …?
benar/salah; jika O benar, universal E
bisa benar/salah.
4. Oposisi Subkontraris –
 Oposisi subkontrararis adalah oposisi antara dua Contoh:
proposisi partikular yang memiliki subyek dan predikat 1.Jika, Beberapa mahasiswa pandai - (I)
yang sama tetapi berbeda kualitas --> antara I – O: some Benar,
S = P; some S # P. Maka, Beberapa mahasiswa tidak pandai - (O)
 Prinsipnya: Bisa benar, bisa salah.
1. Jika yang satu salah, yang lain pasti benar. Tidak 2. Jika, Beberapa mahasiswa tak pandai - (O)
mungkin keduanya benar Benar
Maka, Beberapa mahasiswa pandai - (I)
2. Kedua-duanya bisa benar; jika yang satu benar, yang
Bisa benar, bisa salah
lain bisa saja benar.
Contoh:
Sebaliknya,
3. Beberapa pejabat korup (I)
3. Jika, Beberapa manusia berasio (I)
4. Beberapa pejabat tidak korup (O) Salah
Maka, Beberapa manusia tidak berasio
o Jika I benar, maka O tidak pasti; Mengapa? (O) Benar
4. Jika, Beberapa manusia tidak berasio - (O)
o Jika O benar, maka I tidak pasti; Salah
• Jika I salah, O benar
Mengapa?
Maka, Beberapa manusia berasio - (I)
• Jika O salah, I benar Benar
OPOSISI SUBKONTRARIS … Penjelasan lebih
lanjut… • Jika I benar, O tidak pasti salah
- Karena O hanya pasti salah kalau A pasti benar
• Semua pejabat korup (A)
• Jika O benar, I tidak pasti salah
• Beberapa pejabat korup (I) - Karena I hanya pasti salah kalau E pasti benar
 --------------------------------------
 ------------------------------------------- • Jika I salah, O benar –
Karena jika I salah, bisa saja A juga salah. Jadi,
• Semua pejabat tidak korup (E) E yang benar. Kalau E benar maka O dengan
sendirinya benar.
• Beberapa pejabat tidak korup (O) • Jika O salah, I benar –
Bdk.: Dalam Oposisi Kontraris, A dn E bisa Karena jika O salah maka bisa saja E juga
sama-sama salah tetapi keduanya tidak bisa salah. Jadi, A yang benar. Kalau A benar, I
sama-sama benar. Implikasi logisnya muncul dengan sendirinya benar.
dalam oposisi I dan O
RANGKUMAN

1.OPOSISI KONTRARIS = A – E
 Antara proposisi universal afirmatif dan
universal negatif

2. OPOSISI KONTRADIKTORIS =
A – O; E – I
 Antara proposisi universal afirmatif dan
particular negatif; & antara universal
negatif dan partikular afirmatif

3. OPOSISI SUB-KONTRARIS = I – O
 Antara proposisi partikular afirmatif dan
partikular negatif

4. OPOSISI SUBALTERN = A – I; E – O
 Antara proposisi universal afirmatif dan
partikular afirmatif; & universal negatif dan
partikular negatif
PENALARAN & PENYIMPULAN
LAGNSUNG:
- EKWIVALENSI
1. KONVERSI
Contoh:
 Tak satu pun mahasiswa (S) adalah pembohong (P) – E. Dikonversi
1. KONVERSI --> Tak satupun pembohong (S) adalah mahasiswa (P) – E. Konversi
2. OBVERSI  Kualitas proposisi yang dikonversi (convertend) dan konversi
(converse) tetap sama, tetapi subyek dan predikatnya berubah.
3. KONTRAPOSISI
 Subyek convertend menjadi predikat converse; sedangkan predikat
convertend menjadi subyek converse.

Jadi, “konversi” adalah bentuk penalaran/penyimpulan langsung dimana


subyek convertend beralih tempat menjadi predikat converse, sedangkan
predikat convertend menjadi subyek converse tanpa mengubah isi
atau makna proposisi
PERATURAN KONVERSI
 Prinsip Konversi: Latihan:
1. Pindahkan subyek dan predikat proposisi
asli (convertend) sedemikian rupa sehingga
subyek dari convertend menjadi predikat ……………………………………………………………………
converse dan predikat convertend menjadi ……………………………………………………………………
subyek dari converse. ……………………………………………………………………
2. Pertahankan kualitas convertend. Jika ……………………………………………………………………
convertend afirmatif maka converse juga ……………………………………………………………………
afirmatif; sebaliknya jika convertend negatif ……………………………………………………………………
maka converse juga negatif. …………………………………………………
3. Jangan memperluas sebuah term. Luas
Term dalam convertend tidak boleh
melampaui luas term dalam converse. Jadi,
apabila term dalam convertend bersifat
partikular maka tidak boleh diubah menjadi
universal dalam converse.
JENIS KONVERSI
 Jenis Konversi Contoh:
 A --> I: Semua lawyers adalah professional -->
beberapa professional adalah lawyers.
1. Konversi sempurna (perfect atau simple
conversion) – jenis konversi dimana subyek  E --> O: Tak satu pun manusia adalah mahluk
sempurna --> Sebagian mahluk yang tidak
dan predikat dapat dipindahkan tanpa
sempurna adalah manusia.
kuantitas masing-masingnya.
- Tak satupun mahasiswa adalah penganggur -->
Contoh: Sebagian dari penganggur bukan mahasiswa.
 E – E: Tak satu pun kuda adalah monyet -->  I --> I: Beberapa orang Indonesia adalah koruptor
Tak satupun monyet adalah kuda. --> Beberapa koruptor adalah orang Indonesia.
 I – I: Beberapa politisi adalah koruptor -->  O --> O: ? --> mestinya tidak dikonversi!
Beberapa koruptor adalah politisi.  Konversi sempurna:  Konversi parsial:
2. Konversi aksidental atau partial, atau tidak  A – I;  E–O
sempurna – adalah jenis konversi dimana
subyek dan predikat diubah tetapi kuantitas  E – E; ====================
salah satunya dikurangi.  O – Tidak bisa
 I – I;
dikonversi.
2. OBVERSI • Obversion:
 Obversion – Bentuk penalaran/penyimpulan • Obverted Obverse
langsung dimana term subyek dan kuantitas proposisi
yang diobversi (= obvertend) tidak berubah. A: All S = P E: No S #-P
- Obversi dilakukan dengan mengubah kualitas E: No S = P A: All S = bukan-P
obvertend dari afirmatif ke negatif atau dari negatif ke I: Some S = P O: Some S bukan-P
afirmatif tanpa mengubah artinya. Contoh:
O: Some S # P I: Some S = bukan-P (?)
 A --> E: Semua penduduk adalah pemilih -->
Tak satupun penduduk yang bukan pemilih.
- beda kualitas tetapi sama makna) Aturan/cara Obversi:
 E --> A: Tak satupun mahasiswa UAJ adalah advokat 1. Pertahankan subyek proposisi asli (obvertend).
--> Semua mahasiswa UAJ adalah non-advokat.
2. Ubah kualitas obvertend (dari afirmatif ke negatif
 A --> I: Mahasiswa UAJ cerdas atau dari negatif ke afirmatif).
--> Sebagian mahasiswa UAJ cerdas.
3. Pertahankan kualitas obvertend (universal ke
 I --> O: Banyak orang murah hati universal; partikular ke partikular).
--> Banyak orang bukan tidak-murah hati.
4. Pertentangkan predikat obvertend. Exp.: Manusia ><
 O --> I: Beberapa orang tidak murah hati ??? bukan-manusia; jujur >< tidak jujur; dll.
--> Beberapa orang adalah non-murah hati.
 OBJECTIVES OF THE STUDY

 To explain the general nature of reasoning and the


meaning of inference
To discuss the immediate inference and its types
 To define the meaning of immediate inference,
deduction, induction, and the categorical and
hypothetical syllogism
 To identify the other forms of reference: enthymeme,
epichireme, and dilemma.
PENGANTAR

 Catatan:
 Bernalar atau penalaran tidak sama dengan mengumbar kalimat.
 Demi efektifitas komunikasi, perlu menghindari kesesatan dalam bernalar.
 Perlu pemahaman jelas tentang isu yang mengundang penalaran.
 Penalaran juga tidak sama dengan berpikir, meskipun dalam bernalar, manusia
pasti berpikir.
PENALARAN
DAN
KESIMPULAN
- HAKEKAT PENALARAN;

- BENTUK PENALARAN &


PENYIMPULAN;
1. LANGSUNG:
(1) OPOSI LOGIS &
(2) EKWIVALENSI
2. TIDAK LANGSUNG
HAKEKAT PENALARAN:
BERPIKIR DAN BERNALAR
• Yang khas pada “bernalar” adalah:
• Berpikir merupakan proses mental atau 1. Selalu ada gejala/fenomen/isu/hal yang
aktivitas rasio yang mendasari tindakan mengundang pertanyaan dan tanggapan.
manusia.
2. Diperlukan data pendukung (informasi)
• Bahkan tindakan spontan sekalipun pasti untuk memberikan respon yang tepat dan
punya basis pemahaman (konsep) yang benar
tersimpan di dalam rasio.
3. Penalaran harus diakhiri dengan
• Baik “berpikir” maupun “bernalar”, keduanya kesimpulan sebagai tujuan dari penalaran.
merupakan tindakan mental.
Jadi, “bernalar” adalah proses
“Bernalar pasti berpikir; TETAPI tidak
berpikir yang bertolak dari data atau
semua berpikir sama dengan bernalar” informasi yang relevan untuk
menarik kesimpulan
SILLOGISME
 STRUKTUR BERNALAR
DEDUKTIF
A. APA ITU SILLOGISME
 Ekspresi verbal dari sebuah idea disebut “term”; sedangkan ekspresi verbal dari
sebuah putusan disebut “proposisi”.
 Dari segi fungsi ada dua macam Proposisi: (1) sebagai premis (fondasi
penalaran); dan (2) sebagai kesimpulan (hasil penalaran).
 Sedangkan, ekspresi verbal dari sebuah proses penalaran/penyimpulan disebut
“argumentasi”.
 Jadi, argumentasi adalah proses penalaran untuk mengambil sebuah kesimpulan
sebagai konskuensi logis dari premis-premis yang mendasarinya.
 Struktur nalar yang terdiri dari premis-premis sebagai fondasi dan kesimpulan
sebagai konsekuensi logis dari penalaran, disebut “sillogisme”.
 Jadi, sillogisme adalah sebuah argumentasi dimana kesimpulan yang diambil
bersifat pasti (niscaya) karena merupakan konsekuensi logis dari proposisi-
proposisi yang medasarinya (Timbreza, 86). (lihat contoh slide sebelumnya).
Pengantar
 Dalam berbagai momentum pembelajaran, khususnya tentang “Penalaran”, kita
sesungguhnya sudah berkenalan dengan struktur bernalar ini ketika
menggunakannya untuk membedakan penalaran langsung dari penalaran tidak
langsung.
 Bahkan bentuk bernalar ini sudah menjadi lebih jelas dalam topik “Penalaran
Deduktif” dan “Argumen”.
 Contoh:
 Semua makluk hidup bisa mati
 Bentuk penalaran deduktif
 Manusia adalah makluk hidup (penalaran/penyimpulan tidak
 Jadi, manusia bisa mati langsung)

 Aristoteles penggagas logika dasar (logika tradisonal/klasik) menyebut struktur/bentuk argumentasi


ini “SILLOGISME”.
Istilah-Istilah Kunci & Simbol-Simbol:
 S = symbol untuk term Subyek;
 Premis = proposisi-proposisi yang berfungsi ditemukan di dalam premis minor.
sebagai dasar, alasan, bukti-bukti untuk
menarik kesimpulan  P = symbol untuk term Predikat;
 Premis mayor = proposisi yang memuat term
ditemukan di dalam premis mayor.
mayor yang berfungsi sebagai predikat (P)  M = symbol untuk term Menengah;
dalam kesimpulan ditemukan di dalam premis mayor dan
 Premis minor = proposisi yang memuat term permis minor.
minor yang berfungsi sebagai subyek (S)  Contoh:
dalam kesimpulan.
 Kesimpulan = proposisi sbg konsekuensi
• Premis mayor -- Semua manusia (M)
logis yang memuat pengetahuan baru yang dapat berpikir (P)
ditarik dari premis-premis yang terhubung • Premis minor -- Wulan (S) manusia (M)
oleh term menengah (M)
• Rumusnya:
Kesimpulan -- Jadi, Wulan (S) dapat
 Term menengah = term identitas
M = P – premis
berpikir (P) mayor
penghubung antara premis mayor dan premis
S = M – premis minor
minor sehingga bisa ditarik kesimpulan yang
sifatnya niscaya/pasti. Jadi, S = P -- kesimpulan
SILLOGISME
 STRUKTUR BERNALAR
DEDUKTIF
Pengantar
 Dalam berbagai momentum pembelajaran, khususnya tentang “Penalaran”, kita
sesungguhnya sudah berkenalan dengan struktur bernalar ini ketika
menggunakannya untuk membedakan penalaran langsung dari penalaran tidak
langsung.
 Bahkan bentuk bernalar ini sudah menjadi lebih jelas dalam topik “Penalaran
Deduktif” dan “Argumen”.
 Contoh:
 Semua makluk hidup bisa mati
 Bentuk penalaran deduktif
 Manusia adalah makluk hidup (penalaran/penyimpulan tidak
 Jadi, manusia bisa mati langsung)

 Aristoteles penggagas logika dasar (logika tradisonal/klasik) menyebut struktur/bentuk argumentasi


ini “SILLOGISME”.
A. APA ITU SILLOGISME
 Ekspresi verbal dari sebuah idea disebut “term”; sedangkan ekspresi verbal dari
sebuah putusan disebut “proposisi”.
 Dari segi fungsi ada dua macam Proposisi: (1) sebagai premis (fondasi
penalaran); dan (2) sebagai kesimpulan (hasil penalaran).
 Sedangkan, ekspresi verbal dari sebuah proses penalaran/penyimpulan disebut
“argumentasi”.
 Jadi, argumentasi adalah proses penalaran untuk mengambil sebuah kesimpulan
sebagai konskuensi logis dari premis-premis yang mendasarinya.
 Struktur nalar yang terdiri dari premis-premis sebagai fondasi dan kesimpulan
sebagai konsekuensi logis dari penalaran, disebut “sillogisme”.
 Jadi, sillogisme adalah sebuah argumentasi dimana kesimpulan yang diambil
bersifat pasti (niscaya) karena merupakan konsekuensi logis dari proposisi-
proposisi yang medasarinya (Timbreza, 86). (lihat contoh slide sebelumnya).
Istilah-Istilah Kunci & Simbol-Simbol:
 S = symbol untuk term Subyek;
 Premis = proposisi-proposisi yang berfungsi ditemukan di dalam premis minor.
sebagai dasar, alasan, bukti-bukti untuk
menarik kesimpulan  P = symbol untuk term Predikat;
 Premis mayor = proposisi yang memuat term
ditemukan di dalam premis mayor.
mayor yang berfungsi sebagai predikat (P)  M = symbol untuk term Menengah;
dalam kesimpulan ditemukan di dalam premis mayor dan
 Premis minor = proposisi yang memuat term permis minor.
minor yang berfungsi sebagai subyek (S)  Contoh:
dalam kesimpulan.
 Kesimpulan = proposisi sbg konsekuensi
• Premis mayor -- Semua manusia (M)
logis yang memuat pengetahuan baru yang dapat berpikir (P)
ditarik dari premis-premis yang terhubung • Premis minor -- Wulan (S) manusia (M)
oleh term menengah (M)
• Rumusnya:
Kesimpulan -- Jadi, Wulan (S) dapat
 Term menengah = term identitas
M = P – premis
berpikir (P) mayor
penghubung antara premis mayor dan premis
S = M – premis minor
minor sehingga bisa ditarik kesimpulan yang
sifatnya niscaya/pasti. Jadi, S = P -- kesimpulan
 Contoh 6 – (Jika satu premisnya  Contoh 7 – (Kedua premis tidak boleh
partikular maka kesimpulannya sama-sama partikular. Kalau keduanya
partikular) partikular, tidak bisa ditarik kesimpulan)
 Orang yang suka premanisme, tidak  Beberapa mahasiswa tidak punya
beradab kepekahan sosial
 Sebagian warga Jakarta suka  Susi, Wulan, dan Feliks adalah
premanisme mahasiswa
 Jadi, sebagian warga Jakarta tidak  Jadi, ???
beradab

 Satu dari kedua premis  Kedua premis sama-sama


(premis minor) partikular partikular
II. Sillogisme Hipotetis 1.1.Sillogisme
Sillogisme Kondisional
Kondisional
 Bentuk syllogisme yang proposisinya
 Sillogisme yang dibangun dengan dibangun dengan struktur nalar bersyarat:
proposisi hipotetis. “Jika….., maka ……”.
 Proposisi hipotetis adalah proposisi yang  Polanya sbb –
dibangun dengan kalimat deklaratif atau  Jika A, maka B
informatif yang term predikatnya
mengakui atau menolak term subyek  Jika A, maka bukan B
secara bersayarat.  Jika bukan A, maka B
 Jika bukan A, maka bukan B

 3 Macam Sillogisme Hipotetis


 Sollogisme Kondisional  Contoh ”Jika A, maka B”.
 Sillogisme Konjunktif
 Sillogisme Disjukntif
 Jika hujan maka tanah basah
 Ternyata hujan
 Maka, tanah basah
Contoh: “Jika A, maka bukan B”  2.Syllogisme
2. SillogismeDisjunktif
Disjunktif
 Jika malas belajar, maka Anda tidak akan lulus  Syllogisme dimana premis mayornya dijunktif;
 Ternyata Anda malas belajar sedangkan premis minior dan kesimpulannya =
proposisi kategoris.
 Maka Anda tidak lulus.
 Proposisi disjunktif adalah proposisi yang subyek
atau predikatnya terdiri dari dua bagain yang
Contoh: Jika bukan A, maka B saling menyingkirkan.
 Jika tidak rajin belajar, maka Anda akan dropout. Contoh:
 Ternyata, Anda tidak rajin belajar
1. - Atau Jonny atau Helen yang tidak jujur
 Maka, Anda dropout
- Ternyata, Jony yang tidak jujur
- Jadi, Helen jujur.  Polanya:
Contoh: Jika bukan A, maka bukan B
 Jika saya tidak memiliki dana cukup besar, maka
2. - Helen jujur atau tidak jujur - either – or;
saya tidak akan berinvestasi - Ternyata, Helen jujur atau - atau
 Ternyata, saya tidak memiliki dana cukup besar - Jadi, Helen bukan tidak jujur.
 Maka, saya tidak berinvesatasi
POLA SYLLOGISME DISJUNKTIF
BENTUK 1 BNTUK 2 BENTUK 3 BENTUK 4
P. MAYOR atau A atau B atau A atau B atau A atau B atau A atau B
P. MINOR Bukan A Bukan B A B
KESIM- Jadi, B Jadi, A Jadi, bukan B Jadi, bukan A
PULAN

 Contoh 1  Contoh 3
 Wulan itu cantik (A) atau tidak cantik (B)  Orang ini sehat atau tidak sehat
 Wulan itu bukan orang cantik (bukan A)  Orang ini sehat (A)
 Jadi, Wulan itu tidak cantik (B)  Jadi, orang ini bukan tidak sehat (bukan
B)
 Contoh 4
 Contoh 2  Orang ini sehat atau sakit
 Wulan itu cantik (A) atau jelek (B)  Orang ini sakit (B)
 Wulan itu tidak jelek (bukan B)  Jadi, orang ini bukan orang sehat (bukan
 Jadi, Wulan itu cantik (A) A)
 Contoh:
3. Sillogisme Konjunktif  Air tidak bisa sekaligus dingin dan panas
pada waktu yang sama
 Syllogisme yang peremis mayornya
berbentuk proposisi konjunktif,
o Air ini panas atau dingin
sedangkan premis minor dan o Air ini dingin.
kesimpulannya berbentuk proposisi o Jadi, air ini tidak panas.
kategoris
o -----------------------------------------------
 Proposisi konjunktif adalah proposisi
yang menolak bahwa dua predikat • Kevin sekarang ini berada di Jakarta atau
yang bertentangan dapat berlaku pada di Bogor
subyek dan waktu yang sama. • Kevin ada di Bogor
 Polanya: • Jadi, Kevin tidak berada di Jakarta

Afirmasi satu konjunk pada minor dan tolak  Kebernaran satu konjunk menegaskan
yang lainnya pada kesimpulan kesalahan yang lain
 Memiliki tiga term:
B. Jenis Sillogisme 1. Term mayor = (P) dlm kesimpulan)
2. Term minor = (S) dlm kesimpulan)
1. Sillogisme Kategoris 3. Term menengah (M) dlm premis
2. Sillogisme Hipotetis mayor dan minor
Contoh:
I. Sollogisme Kategoris 1. Premis mayor -- Tak satupun manusia
 Sillogisme yang proposisi-proposisi-nya yang tidak mampu berpikir
bersifat kategoris --> maknanya lengkap dan 2. Premis minor -- Wulan adalah manusia
tertentu. 3. Kesimpulan --Jadi, Wulan mampu
 Strukturnya: berpikir
Terdiri dari 3 proposisi:
- Proposisi (1): Premis mayor
- Proposisi (2): Premis minor  “manusia” = term menengah –
- Proposisi (3): Kesimpulan penghubung antara premis mayor dan
 Premis = dua proposisi sbg alasan atau premis minor sehingga bisa ditarik
bukti untuk kesimpulan. kesimpulan
C. Hukum Sillogisme
1. Jumlah term harus tiga dan Contoh 1 - Jumlah term hanya tiga dan univok
bermakna univok
 Semua manusia (M) bisa mati (P)
2. Luas term kesimpulan harus sama
atau lebih kecil dari luas term  Susi (S) adalah manusia (M)
dalam premis  Jadi, Susi (M) bisa mati (P)
3. Term menengahnya sekurang-
kurangnya sekali universal atau  Hanya tiga term:
distributif
4. Kalau satu premis negatif,
Ketiga term
kesimpulan harus negatif  Term mayor : mati (P)
bermakna tunggal,
5. Jika jedua premisnya afirmatif  Term minor: Susi (S)
ter-tentu (univok),
maka kesimpulannya firmatif  Term menengah:
tidak ambigu
6. Jikan satu premisnya particular Manusia (M) (M)
maka kesimpulannya particular
7. Kedua premis tidak boleh sama-
sama partikular
- Contoh 2
 Hukum Sillogisme …
 Contoh 2 – (Luas term kesimpulan  Kaum cerdik-pandai bukan orang
harus sama atau lebih kecil dari luas bodoh
term premis)  Mahasiswa adalah kaum cerdik-pandai
 Semua preman suka kekerasan  Jadi, mahasiswa bukan orang bodoh
 Sebagian mayarakat Jakarta adalah preman
 Jadi, sebagian masyarakat Jakarta suka
kekerasan

Maha- Orang
siswa bodoh
Masya-
rakat V Keke-
rasan
Jakarta

 Luas term kesimpulan sama besar


 Luas term kesimpulan lebih kecil dari dengan luas term premis
term premis
. . !! !
N .
I A
E K
S
 Hukum Sillogisme ---
 Contoh 3 – (Term menengahnya  Contoh 4 – (Kalau satu premis negatif,
sekurang-kurangnya sekali universal) kesimpulan harus negatif)
 Tak satu pun manusia yang tidak mampu  Tak satu pun mahasiswa UAJ suka
berpikir nyontek
 Ferdy adalah manusia  Helen Mahasiswa UAJ
 Jadi, Ferdy mampu berpikir  Jadi, Helen tidak suka nyontek
 Premis mayor negatif maka
kesimpulannya negatif
Tak satu Tak
pun mampu
manusia berpikir  Contoh 5 – (Jika kedua premisnya
afirmatif, kesimpulan afirmatif)
 Manusia harus bertata-kerama
 Mahasiswa UAJ manusia
- Term menengah pada premis mayor
bersifat universal  Jadi mahasiswa UAJ harus bertata-kerama

Anda mungkin juga menyukai