KRITIS
Andre Ata Ujan, Ph.D
aataujan@gmail.com
Atma Jaya
Catholic University
of Indonesia
Pengantar
Berpikir krtis: Penting!
-------------------------------------------------
(Brooke Noel Moore & Richard Parker,
2004, Critical Thinking, pp. 1 – 15)
PERHATIKAN ARGUMEN-ARGUMEN BERIKUT:
Semua manusia bisa mati - Itu sebabnya, sebuah isu biasanya diangkat dalam
bentuk pertanyaan dan menuntut sikap kritis untuk
Susan adalah manusia menanggapinya secara tepat.
Jadi, susan bisa mati Mis.:
- Apakah masyarakat harus terus membayar pajak
ketika pajak ternayata terus disalah-gunakan oleh
Mahasiswa ditangkap ketika berdemonstrasi pengelola Negara?
karena bertindak dan anarkis
- Apakah atas nama demokrasi, siapa saja boleh
Kata mahasiswa, penagkapan oleh polisisi berbicara apa saja termasuk menghina orang lain?
melanggar hak asasi manusia tetnag - Apakah atas nama demokrasi dan kebebasan, siapa
kebebasas berpendapat dan bertindak saja boleh merusak falilitas publik demi
Jadi, polisi harus dilawan memperjuagkan kepentingannya?’ dlsb.
PEMIKIR KRITIS
Berpikir Kritis Sangat Penting Untuk
Ditandai dengan kemampuan-2 berikut: Kehidupan --
Mengerti hubungan logis antara berbagai gagasan; Menjadi fondasi untuk karier apapun ketika
Merumuskan ide dengan cermat dan tepat; dituntut untuk mengkomunikasikan gagasan,
Mengidentifikasi, mengkonstruksi, dan mengevalusi mengambil keputusan, serta menganalisis dan
argumen; memecahkan masalah.
Mengevaluasi pro dan kontra teradap suatu keputusan Penting untuk menjalani hidup yang
atau pendapat;
bermakna (meaningful life) --> perlu
Menemukan inkonsistensi serta kesalahan umum dalam kemampuan kritis untuk memilah dan
penalaran;
membedakan hal yang baik dari yang tidak
Menganalisis masalah secara sistematis; baik, bernilai dari yang tidak bernilai.
Mempertanggungjawabkan keyakinan dan nilai-nilai
yang dianutnya; Penting untuk terhindar dari kesesatan
bernalar, manipulasi atau argumen yang
Memikirkan secara mendalam serta mengevaluasi skill
berpikirnya. menjebak.
PEMIKIR YANG MEMILIKI DAYA KRITIS
YANG KUAT*)
Mereka adalah figure kritis yang
4. Bersedia mengubah pemikirannya ketika
menghargai fairness. sadar bahwa ada bukti kuat untuk itu tanpa
Mereka memiliki kecenderungan berikut: terjebak dalam sikap pamrih atau kepentingan
1. Cenderung membangun arumgen yang kuat sempit diri sendiri.
untuk menggapi posisi lawan (logis dan 5. Tidak menempatkan hak dan kepentingannya
sesuai dengan kenyataan). diatas hak dan kepetingan orang lain.
2. Dengan rasa empati mereka membangun
titik-tolak dan perspektif baru yang kuat
untuk merespon posisi lawan.
----------------------------------------------------------
3. Mamampu bersikap kritis terahdap
pemikriannya sendiri. --> terbuka dan *) Richard Paul & Linda Elder, 2014: 21-45).
bersedia mengakui kelemahannya dan
sekaligus mengakui kekuatan posisi lawan.
KEUTAMAAN BERPIKIR KRITIS
MENJADI PEMIKIR YANG BERWATAK
FAIR-MINDED --> 5. Intellectual Perseverance (vs. Intellectual
1. Intellectual Humility (vs. intellectual laziness) -- Working Through Complexity and
arrogance) -- having knowledge of ignorance; Frustration
consciously know the limits of knowledge 6. Confidence in reason (vs. Distrust in reason):
2. Intellectual courage (vs intellectual the deeply held belief that, in the long run, our
cowardice) – Being willing to challenge beliefs own higher interests and those of humankind
are best served by giving the freest play to
3. Intellectual empathy (vs. intellectual self- reason.
centeredness) – Entertaining opposing views
7. Intellectual Autonomy (vs. intellectual
4. Intellectual Integrity (vs. Intellectual conformity) -- Being an Independent Thinker.
hypocrisy): Holding Ourselves to the Same
Standards to Which We Hold Others
-----------------------------------
(R. Paul & L. Elder….).
SALAH-PENGERTIAN TENTANG BERPIKIR KRITIS
Beberapa penolakan terhadap berpikir kritis: Jadi, pemikir kritis dapat berikap sipatik dan
konstruktif daripada berkonfrontasi dengan pihak
1. Berpikir kritis terkadang ditolak karena
lawan.
dinggap terlalu konfrontatif.
2. Juga da anggapan bahwa berpikir kritis dalam
Ini salah pengertian. Untuk perlu dicatat:
praktik tidak bermanfaat karena manusia dalam
(1) Berpikir kritis merupakan jalan yang lebih baik kehidupan nyata tidak memberi perhatian serius
untuk menolak padangan yang buruk/salah dan pada penalaran.
menemukan pandangan yang lebih baik/benar. Kebertsn ini merupkan penyangkalan peran
(2) Berpikir kritis tidak berarti kita harus selalu penting critical thinking dalam kehidupan
mengeritik orang lain. manusia sebagai mahluk yang berakal-budi.
Ketika pihak lain benar, kita tidak harus tidak Emosi memang merupakan bagia dai kempauan
mengakuinya. manusia, tetapi tidak cukup.
Ketika pihak lain salah, berpikir kritis membantu Critical thinking membantu kita untuk menghidari
kita untuk mengakui kesalahan itu tanpa kesimpulan yang diambil secara tergesa-gesa
membuat pihak yang lain merasa terhina di serta menjadi lebih cermat dalam menganalisis,
hadapan public. mengevaluasi, dan mengatasi masalah.
MENINGKATKAN CRITIAL THINKING
• Critical thinking dalam arti tertentu bersifat natural.
Tetapi fakta menunjukkan bahwa bahkan kaum
inteklektual pun kadang-kadang bersikap keras kepala
dan cenderung bias dalam berpendapt.
• Perlu dicatata, critical thinking merupakan skill kongintif.
Jadi, selalu bisa dikembangkan. Syaratnya,
(1) Theory – Menguasai pengetahuan tentang
bagaimana mengembangkan skill berpikir kritis dan
jelas. Pengetahuan dan skill penalaran logis dapat
membantu ke arah ini.
(2) Aktif terlibat dalam diskusi/perdebatan – membantu
mempertajam berpikir kritis.
(3) Kembangkan sikap yang benar – sikap cinta akan
kebenaran. Diskusi/pertukaran gagasan harus didasari
pada tujuan mendapatkan kebenaran.
(4) Disini diperlukan self-skepticism (kritis pada diri
sendiri) dan keterbukaan untuk belajar dari yang lain.
INDIKATOR BERPIKIR KRITIS
Paul & Elder Ennis Fisher Glaser
Memahami dengan jelas pertanyaan yang Bertanya, Mengklarifikasi
sedang dijawab: siswa dapat dengan jelas memfokuskan pertanyaan
mengungkapkan sendiri pertanyaan yang pertanyaan
sesuai dengan masalah; mengelompokkan
pertanyaan yang relevan dan yang tidak.
Mencari informasi yang relevan: Menyesuaikan dengan Mengklarifikasi Menentukan dan
mengemukakan informasi dengan kata- sumber, mengobservasi pernyataan, menyusun
kata sendiri, menyebutkan bukti untuk dan menilai informasi yang
sebuah pandangan, menggunakan hanya mempertimbangkan. kredibilitas diperlukan,
informasi yang relevan, menilai informasi. sumber dengan menilai fakta.
terampil.
Mencari pemahaman yang jelas tentang Membuat deduksi dan Memahami Mengevaluasi
konsep dan ide: menunjukkan memperitimbangkan penalaran pernyataan-
pemahaman teori dan konsep (mereka hasil deduksi; pernyataan,
dapat menyebutkan, mengelaborasi dan membuat induksi dan menarik
memberikan contoh), siswa menggunakan mempertimbangkan kesimpulan-
bahasa dengan baik dan tepat. hasil induksi. kesimpulan
Memahami implikasi dan konsekuensi Mempertimbangkan
hasil keputusan
Posted by Unknown at 10:43 PM
HAMBATAN DAN
STANDAR BERPIKIR
KRITIS
(Hlm. 19 – 32; 65 – 74)
1. HAMBATAN BERPIKIR (2) Relativisme
KRITIS - Cara pandang dan cara berpikir (mindset) yang
berpendapat bahwa kebenaran hanyalah masalah
(1) Egosentrisme (berlebihan) pendapat yang ukuran penilaiannya ditentukan
- Kecendrungan menjadikan diri sendiri sebagai setiap orang sesuai dengan budaya yang dihidupi
pusat melihat dan memahami realitas. dan mempengaruahinya.
- Nilai dan kepentingan diri sendiri menjadi - Karena itu ada dua macam relativisme:
patokan atau ukuran dalam menilai realitas. (1) Subyektivisme -- kebenaran dan nilai
ditentukan oleh masing-masing individu; dan (2)
- Orang dengan cara berpikir seperti ini Relativisme kultural – kebenaran atau nilai
cenderung lupa atau bahkan mengabaikan tergantung pada atau ditentukan oleh masing-
kepentingan lain atau orang lain di luar dirinya. masing budaya.
- Cara berpikir ini dipengaruhi oleh padanngan - Intinya – kebenaran dalam arti apapun, termasuk
psikologi bahwa manusia secara natural kebenaran moral, tidak bersifat absolut dan
mendahulukan pepentingan dirinya. karenanya juga tidak berlaku umum.
- Egosentrime ekstrim akan berubah menjadi - Relativisme menghambat berpikir kritis karena
selfishness & self-serving – cara berpikir yang menutup ruang pertukaran gagasan secara
secara sadar mengejar/memperjuangkan terbuka dan fair.
kepenitngan diri.
(3) Wishful Thinking (4) Berpikir Kolektivistik
- Wishfull thinking adalah cara berpikir yang - Ini merupakan pola pikir yang menempatkan
lebih bersifat angan-angan; bukan cara kelompok, komunitas, atau masyarakat
berpikir rasional yang dapat dipertanggung- sebagai sumber dan penentu kebenaran.
jawabkan kebenarannya. - Individu tidak memiliki keberanian untuk
- Cara beripikir seperti ini tidak kuat untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau
mendorong dan menghasilkan perubahan. pikirannya di luar apa yang diyakini kelompok
- Dorongan angan-angan bisa begitu kuat atau masyarakat.
sehingga menutup sikap kritis; buaian angan- - Pola pikir seperti ini membuat individu
angan berportensi menutup subyek untuk kehilangan otonomi dalam berpikir;
belajar mendengarkan pendapat atau menghambat kreativitas sekaligus menutup
pemikiran berbeda. berkembagnya sikap kritis.
(5) Berpikir dengan asumsi yang tidak • Tetapi tidak semua asumsi merupakan
teruji kebenaran yang sifatnya essensial.
- Menjadi gejala umum bahwa cara berpikir kita • Ada asumsi yang sifatnya aksidental tetapi
hampir tidak lepas dari asumsi. Juga dalam diperlakukan sebagai essensial. Inilah yang
ilmu pengetahuan. menimbulkan kesesatan berpikir.
- Contoh sederhana: asumsi sebab-akibat dalam - Contoh – karena begitu banyak dan
memahami sebuah fenomen atau kejadian. umunya orang Batak menjadi sopir bus,
Tidak ada akibat tanpa sebab. Ada asap pasti
ada api. Ada basah pasti ada air. Ada
begitu seorang sopir turun dari bus langsung
penawaran pasti ada permintaan (ilmu disapa dengan “hai opung” (bahasa Batak).
ekonomi) Yang disapa bingung karena tidak mengerti.
Maklum, ia asli Papua, bukan Batak. Menjadi
- Asumsi disni dipahami dalam arti kebenaran
yang diyakini dan diterima tanpa perlu
sopir bus bukan sesuatu yang essensial;
pembuktian. Hubungan sebab-akibat dalam hanya aksidental.
asumsi seperti ini berifat essensial atau Seorang Batak tidak harus menjadi sopir bus.
niscaya.
Dampak negatifnya antara lain:
Merongrong otonomi manusia – ketergantugan pada
(5) Cara Berpikir Teknofil teknologi. Hubungan personal langsung diganti oleh
- Dari bahasa Yunani “tekne” = alat atau cara; hubungan artifisial yang diciptakan oleh teknologi.
dan “philia” = cinta; jadi: Cinta akan alat. Kekuatan teknologi mengancam berkembangnya
- Kepercayaan akan kemampuan teknologi sikap kritis:
begitu tinggi sehingga hampir semua Memudarnya jarak antara ruang privat dan ruang
masalah yang dihadapi cenderung coba publik. Nilai-nilai yang sifatnya privat bisa dengan
diatasi dengan bantuan teknologi. mudah terekspose ke publik.
Meningkatnya potensi ancaman terhadap kehidupan
- Keyakinan yang begitu besar akan
akibat informasi sesat yang deengan mudah tersebar
kemampuan teknologi membuat manusia oleh kecanggihan teknologi.
tidak lagi (cukup) kritis terhadap teknologi.
Kecendrungan menerima begitu saja hasil produksi
- Padahal, teknologi bisa saja punya efek teknologi.
negatif terhadap kehidupan manusia, Manusia didikte dan ditentukan oleh teknologi
termasuk dalam kemampuan berpikir kritis.
2. STANDARD BERPIKIR KRITIS
• Clarity 1. Kejelasan (Clarity) –
• Relevance - Calarity merupakan pintu masuk untuk penalaran kritis. Problem atau
issue yang memerlukan tanggapan kritis harus jelas. Tanpa kejelasan,
• Logicalness tidak mungkin sebuah masalah atau issue direspon secara tepat. Contoh:
• Accuracy - “Apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan Unika Atma Jaya?”
• Depth Tidak jelas! Respon yng tepat menuntut pemahaman yang jelas
tentang issue yang dihadapi. Isu pokok harus jelas; mis. Isu “daya
• Significance saing”. Ubah pertanyaannya, misalnya:
• Precision - “Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing mahasiswa
Atma Jaya di tengah persaingan global tenaga kerja dewasa ini?”
• Breadth
Pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kejelasan, misalnya:
• Fairness (R. Paul & L. Rider:
214-268) o Apa yang dimaksudkan dengan pernyataan itu?
Standard ini memang mendasar o Bisakah dijelaskan dengan cara lain?
untuk pemikiran intelektual; o Bisakah memberikan ilustrasi atau contoh?
tetapi sesungguhnya juga penting
o Bisakah saya merumuskan makasud Anda seperti ini?
dalam penalaran pada umumnya
2. Ketepatan (accuracy) – 3. Persisi (pressision) –
- Berpikir kritis menuntut pentingnya Sebuah infiormasi atau pernyataan tidak hanya
merumuskan sebuah pernyataan atau informasi harus jelas dan akurat, tetapi juga harus persis
sesuai dengan realitas sebagaimana adanya. supaya mudah dan tepat dimengerti. Disini
Orang yang punya pamrih cenderung diperlukan detail, hal yang spesifik. Misalnya,
mendeskripsikan sesuatu tidak sesuai
kenyataan. Bahkan cenderung membuat Seorang rekan mengeluhkan kesulitan memenuhi
diskripsi semu tentang sesuatu. Contoh: kebutuhan hidup. Respon yang tepat terhadap
keluahan ini sulit diberikan karena tidak cukup
- “Presiden sibuk membangun infrastruktur informatif. Perlu dijelaskan lebih detail, misalnya,
sehingga masyarakat miskin terabaikan.”
o Apakah ia bekerja?
Akurat?
o Apakah benar seperti itu? o apa pekerjaannya?
o Adakah data pendukung? o Kalau bekerja, berapa gaji per bulan?
o Seberapa kuat data pendukung? o seberapa besar kewajiban yang harus dipehuni
setiap bulannya?
o Apakah datanya valid/obyektif?
o apakah semua kewajiban sifatnya “harus
o Dimana datanya bisa ditemukan? dipenuhi” atau “ada yang bisa dituda”?
4. Relevansi (Relevance) – 5. Kedalaman (depth) –
Relevansi menutut keterkaitan langsung antara pernyataan
atau pertanyaan dengan issue atau sesuatu hal yang sedang
Berpikir melampaui apa yang kelihatan di
diperbincangkan atau dipersoalkan. Contoh: permukaan suatu masalah. Kemampuan melihat
Mahasiswa mengeluh karena sudah belajar keras tetapi kompleksitas suatu masalah, berusaha
nilainya tetap saja jelek. Keluhan ini tidak relevan; tidak ada menemukan masalah pokok/mendasar yang
korelasi langsung determinan antara kerasnya belajar bisa saja lebih sulit untuk direspon.
dengan bagusnya nilai.
Sebuah pertanyaan, misalnya, bisa saja tidak relevan karena - Misalnya, isu bahwa “Atma Jaya itu gampang
tidak berkaitan dengan persoalan yang ingin dipecahkan. masuk, susah keluar”.
Misalnya, issue “kelaparan tahunan”, dan pertanyaannya Contoh pertanyaan untuk mencek kedalaman:
“Jarak dari desa; ke pasar terdekat untuk mendapatkan
makanan” o Bagaimanan jawaban Anda menanggapi
Beberapa pertanyaan berkaitan dengan relevansi: kompleksitas masalah ini?
o Bagaimana ide ini berkaitan dengan masalah? o Bagaimana Anda memperhitungkan problem
o Bagaiman hal itu berkaitan dengan masalah? ini?
o Bagaimana gagasan ini berkaitan dengan gagasan lain? o Bagaimana Anda menangani faktor yang
o Bagaimana pertanyaan Anda berkaitan dengan issue yang paling penting dalam masalah ini?
sedang dihadapi?
6. Keluasan (Breadth) — 7. Keruntutan (logicalness) –
Keluasan menuntut bahwa sebuh issue harus Dalam berpikir, kita menata berbagai pemikiran
dipertimbangkan dari bebarbagai sudut pandang yang secara runtut dalam sistem keteraturan tertentu.
memang relevan.
Ketika ada pelbagai sudut pandang yang harus Pemikiran disebut logis ketika berbagai pemikiran
diperhatikan, akan tetapi kita gagal memberikan dikombinasikan dan setiap pemikiran saling
perhatian yang seharusnya atas setiap sudut pandang, mendukung dan menegaskan makna pemikiran.
maka kita berpikir myopik, sempit (narrow-mindedly). Sebaliknya, ketika setiap pemikiran tidak salaing
“Keluasan” berpikir terhalangi ketika kita mengabaikan mendukung, bahkan terdapat kontradiksi antara
alternatif atau sudut pandang yang berseberangan. satu dengan yang lainnya, pemikiran tidak logis.
Contoh pertanyaan untuk berkaitan dengan keluasan: Contoh pertanyaan berkaitan dengan logika:
o Apakah sudut pandang lain harus dipertimbangkan?
o Does all of this fit together logically?
o Apakah ada cara lain untuk memahami pertanyaan ini?
o Does this really make sense?
o Dari sisi konserfatif, pertanyaan ini akan dipahami
seperti apa? o Does that follow from what you said?
o Bagaimana kalau dilihat dari aspek kemajuan teknologi o How does that follow from the evidence?
dewasa ini?
o Before, you implied this, and now you are saying
that. I don’t see how both can be true.
8. Signifikansi/makna (significance) – 9. Fairness (kejujuran & keadilan) –
Ketika bernalar kita ingin fokus pada informasi, ide Ketika memikirkan sebuah problem, pastikan bahwa
atau konsep yang dipandang paling penting atau alur pemikiran dikembangkan secara jujur dan dapat
paling relevan dengan issue yang dihadapi. dibuktikan kebenarannya.
Bisa saja banyak ide yang relevan tetapti tidak Untuk itu, alur pemikiran tidak boleh keluar dari
semuanya sama penting. konteks persoalan.
Seringkali pertanyaan bukanlah pertanyaan yang Dengan kata lain, berpikir jujur berarti berpikir dengan
paling penting untuk dijawab; bahkan terjebak dalam alasan yang jelas.
pemikiran yang sepintas menarik tetapi tidak Contoh pertanyaan berkaitan dengan fairness:
sungguh-sungguh menyentuh akar persoalan. o Apakah pemikiran saya bisa dibenarkan apabila
Contoh pertanyaan yang fokus pada aspek dihadapkan dengan?
signifikansi: o Apakah bukti yang saya gunakan dapat
oInformasi apa yang paling penting diperlukan untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya?
mengatasi masalah? o Apakah assumsi-asumsi yang digunakan bisa
oSeberapa penting sebuah fakta dalam konteks dipertenaggungajawabkan kebenarannya?
masalah yang dihadapi? o Apakah cara yang digunakan memang adil atau ada
oDari sekian banyak pertanyaan, manakah yang kepentingan pribadi yang menghallanig saya
dipandang paling penting? mempertimbangkan sudut pandang yang lain?
oDari sekian banyak konsep, manakah yang paling o Apakah konsep yang saya gunakan dapat dibernarkan,
penting? atau saya menggunakannya secara tidak adil?
3. MENJADI PEMIKIR
YANG FAIRMNDED
Richard Paul & Linda Elder, 2014, 21 – 46; Kasdin,
2019, 33 - 46
Pengantar:
Berpikir kritis melbatkan kecerdasan (intelektual basic intellectual skills), akan tetapi
kecerdasan dapat digunakan untuk dua tujuan yang saling bertentangan:
1. Tujuan yang terpusat pada diri sendiri (self-centeredness); dan,
Tujuan yang terbuka bagi semuan pihak (fairmnidedness).
Kita bisa saja beriikir kritis untuk menemukan baik kesalah pemikiran kita sendiri
maupun kesalahan yang ada pihak yang lain.
Atau, sikap kritis jsutru kita tunjukkan hanya untuk memperihatkan buruknya
pemikiran pihak lawan.
Yang terjadi, sering kita hanya fokus pada kesalahannya tanpa terbuka mengakui
kelbiha atau kekuatan padnangan lawan.
Aliran Sofisme,--> Kaum Sofis, misalnya, cenderung menggunakan retorika untuk
memenangkan kepentingannya tanpa peduli pada tepat/tidak-tepatnya penalaran.
Kecerdasan retorika yang bekualitias rendah digunakan untuk membenarkan suatu
pendapat atau pemikiran yang sesungguhnya sesat atau bahkan buruk.
Pemikir Kritis Yang Fairminded
Pemikir kritis yang sangat sensistif dan bermoral memiliki kecenderungan kuat
sbb:
1. Mereka secara mendalam mempertanyakan pandangannya sendiri.
2. Dengan sikap empati, mereka mereksonstruksi berbagai versi titik tolak dan
perspektif terhadap padangan lawan yang berbeda dari padangannya sendiri.
3. Mereka menerapkan dialektika untuk memastikan bahwa pandangan mereka
lemah sedangkan pandangan lawan kuat.
4. Mereka juga bersedia mengbuah pikirannya ketika ada bukti kuat untuk itu tanpa
memperhatikan kepentinga diri sendiri.
5. Mereka juga tidak menempatkan hak dan kepentingannya diatas hak dan
kepentingan orana lain.
Thinking critically in the
strong sense requires that we
develop fairmindedness at the
same time that we learn basic Fairminded thinkers try
critical thinking skills, and to see the actual strengths
thus begin to “practice” and weaknesses of any
fairmindedness in our thinking reasoning they assess.
No Pain No Gain
6. Keyakinan pada akal Versus
Mengakui bahwa penalaran yang Tidak percaya pada Akal:
baik justru mampu menbuktikan
kelayakannya sendiri.
Kecenderungan egosentrik asli untuk
memiliki keyakinan bukan berdasarkan
Akal mendorong kita untuk sampai bukti dan penalaran yang baik melainkan
pada kesimpulan dengan cara berdasarkan pandangan dan kepercayaan
mengembangkan kemampuan akal kita sendiri.
kita. Kecenderungan inheren untuk melihat
pandanganan kita, betapapun kacau dan
Itu artinya kepentingan kita dan
biasnya, tetap tepat dan benar.
kepentingan manusia umumnya akan
terlayani dengan baik ketika akal
diberi kebebasan seluas-luasnya
untuk bekerja.
Singkat:
• Standard kualifikasi isi premis dan kesimpulan:
“salah” atau “benar”;
• Dengan demikian, argumen deduktif • Sedangkan kualifikasi struktur argumen:
“valid/sahih” atau “tidak valid/tidak sahih”.
yang berkualitas (baik dan masuk
akal) harus memenuhi prinsip-prinsip Jadi,
bernalar tepat dan lurus (aspek formal) - Sebuah argumen bisa sahih tetapi salah.
dan sekaligus didukung oleh premis- - Semua orang yang suka menipu pasti orang
premis yang benar --> isinya sesuai bodoh;
dengan realitas (aspek material) - Pejabat publik suka menipu;
- Jadi pejabat publik pasti orang bodoh.
Sahih dan benar???
4 Kualitas Argumen Deduktif
1. Sebuah argumen bisa sahih dan 3. Argumen tidak sahih apabila argumen berisi
kesimpulannya pun benar, meskipun sebagian premis-prmis yang benar tetapi kesimpulannya
salah.
atau semua premisnya salah.
- Semua ilmuwan adalah orang pandai;
- Semua mahluk hidup berakal budi; salah
- Semua peserta rapat umum DPR adalah orang
- Semua manusia adalah mahluk hidup; benar pandai;
- Jadi, semua manusia berakal budi. Benar - Jadi semua peserta rapat umum DPR adalah
2. Sebuah argumen sahih namun premis- ilmuwan.
premis dan kesimpulannya salah. 4. Argumen yang kuat (sahih dan benar = sound).
- Orang yang tinggal di hutan tidak beradab; - Binatang buas suka memangsa sesama binatang
salah - Serigala binatang buas
- Para petualang tinggal di hutan; salah - Jadi, serigala suka memangsa sesama binatang.
- Jadi, para petualang tidak beradab. salah
• Observasi terhadap 1000 buah mangga
Kualitas Argumen Induktif yang jenis dan warna sama, 75% dari
jumlah itu rasanya manis.
Ukurannya: kuat – lemah • Sedangkan observasi terhadap 10.000
• Prinsip umumnya: buah mangga dengan jenis dan warna
Semakin tinggi sebaran faktor pendukung yang berbeda, 80% dari jumlah itu
induksi, semakin tinggi pula kemungkinan ternyata rasanya manis.
kebenaran kesimpulan induktif; sebaliknya, • Jadi, (kemungkinan besar) “Mangga
semakin rendah sebaran faktor pendukung manis”. Disini kesipulannya universal -->
induksi, semakin rendah pula kemungkinan berlaku bagi mangga apa saja tetapi
kebenaran kesimpulan induktif. sifatnya “probable”.
Faktor pendukung kesimpulan Induktif:
Mangga Manis
- Sebaran data partikular obyek yang diobservasi
yang memiliki ciri atau kualitas yang sama dan ? ?
karenanya menjadi alasan mencukupi untuk
menarik kesimpulan yang belaku umum tetapi
bersifat kemungkinkan (probability). - Jadi, Mangga manis (probable)
as i h
a k
e r im
• t
KONSEP DAN TERM
(T. Timbreza, 12-17)
Objectives of the Study
• To define Idea/concept and Term
• To enumerate the kinds of terms and signs with examples
• To distinguish connotation from denotation
• To evaluate the supposition of the terms
PENGANTAR
• Karena kemampuannya membentuk konsep, manusia mampu mengidentifikasi suatu benda
sesuai dengan konsep yang dimilikinya.
• Dengan bantuan rasio, benda hasil persepsi indrawi mampu diidentifikasi kekhususannya dan
tersimpan dalam akal dalam bentuk idea atau konsep.
• Exp. Sebuah meja dapat dibedakan dari sebuah kursi; pembedaan itu terjadi karena manusia
mampu menangkap ciri khas dari masing-masingnya -- meja dan kursi.
Indra dan akal bekerja sama dalam menbntuk idea atau konsep.:
Indra menyajikan persepsi tentang benda-benda individual kongkrit;
Akal bekerja menemukan kekhususannya dan mermuskannya menjadi idea atau konsep.
“Indra dan akal saling membantu membentuk idea atau konsep
•Idea adalah gambaran intelektual dari sebuah benda atau hal.
1. IDEA
•Idea adalah konsep, yakni hasil pemahaman rasio tentang suatu hal/benda.
•The intellectual apprehension of a thing;
•Indra menyadjikan persepsi dan rasio membentuk ideanya.
Persepsi bersifat kongkrit, individual, partikular;
Idea/konsep bersifat abstrak, universal.
Idea “kursi’ menunjuk pada kursi apapun karena kesamaan fungsi, yakni sama-sama sebagi tempat duduk.
chair
They all are CHAIRS;
Sharing the same
function SEATS
2. TERM
Term adalah --
Expresi verbal (dalam bentuk kata) dari sebuah
idea atau konsep. IDEA/
THE SYMBOLIZED
CONCEPT
Juga bisa disebut, artikulasi dari bunyi yang
disepakati sebagai “tanda” (sign) dari sebuah idea
atau konsep.
Catatan: Semua term adalah kata; tetapi tidak
semua kata adalah term.
1. Hanya kata-kata Kategogimatik berfungsi sebagai
term karena maknanya sudah jelas/tertentu. e.g., CHAIR
manusia, pohon, binatang, kuda, batu, dll.
2. Kata-kata Sinkategorematik tidak dapat berfungsi
sebagai term karena maknanya tidak dengan
Conventional
sendirinya jelas/lengkap. Kata-kata penghubung, SIGN/
seperti: dan, dengan, yang, adalah, tetapi, dll adalah SYMBOL
kata-kata sinkategorimatik.
(1) Connotasi and Denotasi
Connotasi –
Denotation –
Menunjuk pada makna dari benda atau hal It is meant individuals or things demoted by the
tertentu yang ditangkap oleh rasio. term;
Makna merupakan elemen-elemen esensial It denotes the referent to which the term
pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk term. applies. The term “pen” applies to individual
Jadi, konotasi menunjuk pada pemahaman things called “pen”. “This is a pen” denotes a
tentang sesua. concrete thing named “pen”.
E.g. Term “Kursi” menunjuk pada sejenis ===============
furniture yang berfungsi sebagai tempat duduk. Thus, A term has both reference and referent.
Term “kursi” mewakili semua kursi dengan Reference refers to the meaning or the essence
bentuk, bahan, atau warna apapun. of individual things or objects connoted by the
Itu sebabnya, sebuah konotasi bersifat universal term.
dan abstrak. Term hanya muncul dalam bentuk Referent refers to concrete individual things or
kata kategorimatik. objects denoted by the term.
(2) Jenis & Pengelompokan Term
2. Dari segi Ketidak-sesuaian
(1) Term Relatif – term yan gtidak bisa
1. Dari segi Jumlah/Kwantitas dimengerti tanpa relasinya dengan term
(1) Term Tunggal/Partikular -- satu…; sebagian; lain. E.g. Ibu – anak; suami – istri; guru –
beberapa…; sebagian besar…, tidak semua…. murid; pemimpin – pengikut; dll.
(2) Universal term – semua…, segenap…; 3. Dari segi fungsi dalam kalimat/proposisi --
setiap…; tak satupun…; tidak ada…; Term Subject (s) dan term Predikat (P). Susi
(3) Collective term – mewakili sekelompok (S) adalah mahasiswa yang pandai (P).
subyek, seperti: keluarga…, masyarakat…, 4. Dari segi Fungsi • All men are mortal
pekerja…, tentara…, masyarakat…, dalam Syllogisme • Kevin is a man
perusahaan…, dll. • Thus Kevin is mortal
1) Term Major; -
- Term kolektif bisa bersifat universal (e.g. “mortal – term major
2) Term Minor; “Kevin – term minor
keluarga, masyarakat, dll); partikular (e.g. 3) Term menengah.
beberapa tentanra…, sebagian pekerja…, dll); or “men” – term menengah
tunggal/singular (e.g. keluarga ini…, pekerja itu…, Term Major menjadi Predikat dalam Kesimpulan;
dll). Term Minor menjadi Subyek dalam Kesimpulan.
3. Dari segi Kepastian Makna -- RINGKASAN
(1) Term Univok – satu term dengan satu Konsep/Idea – makna/pengertian tentang
makna; dapat diterapkan pada banyak sebuah benda atau hal yang berada dalam
obyek tan mengubah maknanya. E.g. akal.
Term “anjing” dapat diterapkan pada Konsep – diungkapkan dalam bentuk kata.
anjing apa saja tanpa berubah Jadi “kata” adalah tanda atau symbol verbal
maknanya. dari “konsep/idea”.
(2) Term Equivok – satu tern bermakna Kata sebagai bentuk ungkapan konsep
dua atau lebih. E.g. apel; pahit; disebut Term.
kembang;
Term dapat dibedakan/dikelompokkan:
(3) Term Analog – dua hal berbeda o Dari segi Jumlah Kata;
dengan makna yang sebagian berbeda
dan sebagaian sama; e.g. kaki gunung o Dari segi ketak- sepadanan
-- kaki meja; makanan sehat -- obat (imcompatibility);
sehat; kembang mawar --- kembang o Dari segi fungsi dalam kalimat/proposisi;
desa; pintu rumah – pintu hati; dll. o Dari segi fungsi dalam syllogisme
PENALARAN
Contoh: Sudah sangat lama Kevin dan Wulan menjalin
hubungan baik. Meskipun begitu, tetap saja muncul Jadi, “Penalaran” adalah proses
pertanyaan dalam hati Wulan: “Apakah Kevin sungguh
mencintai saya?” mental membangun argumen
Selain perlu waktu untuk observasi lebih cermat, Wulan untuk mendukung sebuah
juga berusaha melihat kembali pengalamannya selama
ini tentang Kevin. - Faktanya: posisi/kesimpulan berdasarkan
Kevin selalu berusaha jujur pada Wulan; informasi atau bukti/bukti-bukti
Kevin selalu berusaha sedapat mungkin memberi (premis) yang relevan/tersedia.
perhatian khusus pada Wulan.
Kevin bahkan dengan bangga memperkenalkan Wulan
sebagai kekasihnya kepada keluarganya. Dua macam Penalaran &
Semua ini merupakan data yang berfungsi sebagai Penyimpulan:
premis (alasan/bukti untuk menarik kesimpulan).
(1) Langsung; dan,
Kesimpulan Wulan:
“Jadi, Kevin memang mencintai saya”.
(2) Tidak langsung.
PENALARAN
DAN
KESIMPULAN
OBJECTIVES OF THE STUDY
Catatan:
Bernalar atau penalaran tidak sama dengan mengumbar kalimat.
Demi efektifitas komunikasi, perlu menghindari kesesatan dalam bernalar.
Perlu pemahaman jelas tentang isu yang mengundang penalaran.
Penalaran juga tidak sama dengan berpikir, meskipun dalam bernalar, manusia
pasti berpikir.
HAKEKAT PENALARAN:
BERPIKIR DAN BERNALAR
• Yang khas pada “bernalar” adalah:
• Berpikir merupakan proses mental atau 1. Selalu ada gejala/fenomen/isu/hal yang
aktivitas rasio yang mendasari tindakan mengundang pertanyaan dan tanggapan.
manusia.
2. Diperlukan data pendukung (informasi)
• Bahkan tindakan spontan sekalipun pasti untuk memberikan respon yang tepat dan
punya basis pemahaman (konsep) yang benar
tersimpan di dalam rasio.
3. Penalaran harus diakhiri dengan
• Baik “berpikir” maupun “bernalar”, keduanya kesimpulan sebagai tujuan dari penalaran.
merupakan tindakan mental.
Jadi, “bernalar” adalah proses
“Bernalar pasti berpikir; TETAPI tidak
berpikir yang bertolak dari data atau
semua berpikir sama dengan bernalar” informasi yang relevan untuk
menarik kesimpulan
PENALARAN
Contoh: Sudah sangat lama Kevin dan Wulan menjalin
hubungan baik. Meskipun begitu, tetap saja muncul Jadi, “Penalaran” adalah proses
pertanyaan dalam hati Wulan: “Apakah Kevin sungguh
mencintai saya?” mental membangun argumen
Selain perlu waktu untuk observasi lebih cermat, Wulan untuk mendukung sebuah
juga berusaha melihat kembali pengalamannya selama
ini tentang Kevin. - Faktanya: posisi/kesimpulan berdasarkan
Kevin selalu berusaha jujur pada Wulan; informasi atau bukti/bukti-bukti
Kevin selalu berusaha sedapat mungkin memberi (premis) yang relevan/tersedia.
perhatian khusus pada Wulan.
Kevin bahkan dengan bangga memperkenalkan Wulan
sebagai kekasihnya kepada keluarganya. Dua macam Penalaran &
Semua ini merupakan data yang berfungsi sebagai Penyimpulan:
premis (alasan/bukti untuk menarik kesimpulan).
(1) Langsung; dan,
Kesimpulan Wulan:
“Jadi, Kevin memang mencintai saya”.
(2) Tidak langsung.
A. PENALARAN & PENYIMPULAN LANGSUNG
Ko ir es
nt
Subaltern
o
Subalterns
ra t
Subaltern
dik ik
d to
tra rie
on s
K
1. Jika universal A benar, partikular I juga Jika I benar, A …?; Jika O banar, E …?
benar; Jika E benar, O juga benar Sebaliknya,
2. Tetapi, jika partikular I benar, A bisa Jika I salah, A …?; Jika O salah, E …?
benar/salah; jika O benar, universal E
bisa benar/salah.
4. Oposisi Subkontraris –
Oposisi subkontrararis adalah oposisi antara dua Contoh:
proposisi partikular yang memiliki subyek dan predikat 1.Jika, Beberapa mahasiswa pandai - (I)
yang sama tetapi berbeda kualitas --> antara I – O: some Benar,
S = P; some S # P. Maka, Beberapa mahasiswa tidak pandai - (O)
Prinsipnya: Bisa benar, bisa salah.
1. Jika yang satu salah, yang lain pasti benar. Tidak 2. Jika, Beberapa mahasiswa tak pandai - (O)
mungkin keduanya benar Benar
Maka, Beberapa mahasiswa pandai - (I)
2. Kedua-duanya bisa benar; jika yang satu benar, yang
Bisa benar, bisa salah
lain bisa saja benar.
Contoh:
Sebaliknya,
3. Beberapa pejabat korup (I)
3. Jika, Beberapa manusia berasio (I)
4. Beberapa pejabat tidak korup (O) Salah
Maka, Beberapa manusia tidak berasio
o Jika I benar, maka O tidak pasti; Mengapa? (O) Benar
4. Jika, Beberapa manusia tidak berasio - (O)
o Jika O benar, maka I tidak pasti; Salah
• Jika I salah, O benar
Mengapa?
Maka, Beberapa manusia berasio - (I)
• Jika O salah, I benar Benar
OPOSISI SUBKONTRARIS … Penjelasan lebih
lanjut… • Jika I benar, O tidak pasti salah
- Karena O hanya pasti salah kalau A pasti benar
• Semua pejabat korup (A)
• Jika O benar, I tidak pasti salah
• Beberapa pejabat korup (I) - Karena I hanya pasti salah kalau E pasti benar
--------------------------------------
------------------------------------------- • Jika I salah, O benar –
Karena jika I salah, bisa saja A juga salah. Jadi,
• Semua pejabat tidak korup (E) E yang benar. Kalau E benar maka O dengan
sendirinya benar.
• Beberapa pejabat tidak korup (O) • Jika O salah, I benar –
Bdk.: Dalam Oposisi Kontraris, A dn E bisa Karena jika O salah maka bisa saja E juga
sama-sama salah tetapi keduanya tidak bisa salah. Jadi, A yang benar. Kalau A benar, I
sama-sama benar. Implikasi logisnya muncul dengan sendirinya benar.
dalam oposisi I dan O
RANGKUMAN
1.OPOSISI KONTRARIS = A – E
Antara proposisi universal afirmatif dan
universal negatif
2. OPOSISI KONTRADIKTORIS =
A – O; E – I
Antara proposisi universal afirmatif dan
particular negatif; & antara universal
negatif dan partikular afirmatif
3. OPOSISI SUB-KONTRARIS = I – O
Antara proposisi partikular afirmatif dan
partikular negatif
4. OPOSISI SUBALTERN = A – I; E – O
Antara proposisi universal afirmatif dan
partikular afirmatif; & universal negatif dan
partikular negatif
PENALARAN & PENYIMPULAN
LAGNSUNG:
- EKWIVALENSI
1. KONVERSI
Contoh:
Tak satu pun mahasiswa (S) adalah pembohong (P) – E. Dikonversi
1. KONVERSI --> Tak satupun pembohong (S) adalah mahasiswa (P) – E. Konversi
2. OBVERSI Kualitas proposisi yang dikonversi (convertend) dan konversi
(converse) tetap sama, tetapi subyek dan predikatnya berubah.
3. KONTRAPOSISI
Subyek convertend menjadi predikat converse; sedangkan predikat
convertend menjadi subyek converse.
Catatan:
Bernalar atau penalaran tidak sama dengan mengumbar kalimat.
Demi efektifitas komunikasi, perlu menghindari kesesatan dalam bernalar.
Perlu pemahaman jelas tentang isu yang mengundang penalaran.
Penalaran juga tidak sama dengan berpikir, meskipun dalam bernalar, manusia
pasti berpikir.
PENALARAN
DAN
KESIMPULAN
- HAKEKAT PENALARAN;
Contoh 1 Contoh 3
Wulan itu cantik (A) atau tidak cantik (B) Orang ini sehat atau tidak sehat
Wulan itu bukan orang cantik (bukan A) Orang ini sehat (A)
Jadi, Wulan itu tidak cantik (B) Jadi, orang ini bukan tidak sehat (bukan
B)
Contoh 4
Contoh 2 Orang ini sehat atau sakit
Wulan itu cantik (A) atau jelek (B) Orang ini sakit (B)
Wulan itu tidak jelek (bukan B) Jadi, orang ini bukan orang sehat (bukan
Jadi, Wulan itu cantik (A) A)
Contoh:
3. Sillogisme Konjunktif Air tidak bisa sekaligus dingin dan panas
pada waktu yang sama
Syllogisme yang peremis mayornya
berbentuk proposisi konjunktif,
o Air ini panas atau dingin
sedangkan premis minor dan o Air ini dingin.
kesimpulannya berbentuk proposisi o Jadi, air ini tidak panas.
kategoris
o -----------------------------------------------
Proposisi konjunktif adalah proposisi
yang menolak bahwa dua predikat • Kevin sekarang ini berada di Jakarta atau
yang bertentangan dapat berlaku pada di Bogor
subyek dan waktu yang sama. • Kevin ada di Bogor
Polanya: • Jadi, Kevin tidak berada di Jakarta
Afirmasi satu konjunk pada minor dan tolak Kebernaran satu konjunk menegaskan
yang lainnya pada kesimpulan kesalahan yang lain
Memiliki tiga term:
B. Jenis Sillogisme 1. Term mayor = (P) dlm kesimpulan)
2. Term minor = (S) dlm kesimpulan)
1. Sillogisme Kategoris 3. Term menengah (M) dlm premis
2. Sillogisme Hipotetis mayor dan minor
Contoh:
I. Sollogisme Kategoris 1. Premis mayor -- Tak satupun manusia
Sillogisme yang proposisi-proposisi-nya yang tidak mampu berpikir
bersifat kategoris --> maknanya lengkap dan 2. Premis minor -- Wulan adalah manusia
tertentu. 3. Kesimpulan --Jadi, Wulan mampu
Strukturnya: berpikir
Terdiri dari 3 proposisi:
- Proposisi (1): Premis mayor
- Proposisi (2): Premis minor “manusia” = term menengah –
- Proposisi (3): Kesimpulan penghubung antara premis mayor dan
Premis = dua proposisi sbg alasan atau premis minor sehingga bisa ditarik
bukti untuk kesimpulan. kesimpulan
C. Hukum Sillogisme
1. Jumlah term harus tiga dan Contoh 1 - Jumlah term hanya tiga dan univok
bermakna univok
Semua manusia (M) bisa mati (P)
2. Luas term kesimpulan harus sama
atau lebih kecil dari luas term Susi (S) adalah manusia (M)
dalam premis Jadi, Susi (M) bisa mati (P)
3. Term menengahnya sekurang-
kurangnya sekali universal atau Hanya tiga term:
distributif
4. Kalau satu premis negatif,
Ketiga term
kesimpulan harus negatif Term mayor : mati (P)
bermakna tunggal,
5. Jika jedua premisnya afirmatif Term minor: Susi (S)
ter-tentu (univok),
maka kesimpulannya firmatif Term menengah:
tidak ambigu
6. Jikan satu premisnya particular Manusia (M) (M)
maka kesimpulannya particular
7. Kedua premis tidak boleh sama-
sama partikular
- Contoh 2
Hukum Sillogisme …
Contoh 2 – (Luas term kesimpulan Kaum cerdik-pandai bukan orang
harus sama atau lebih kecil dari luas bodoh
term premis) Mahasiswa adalah kaum cerdik-pandai
Semua preman suka kekerasan Jadi, mahasiswa bukan orang bodoh
Sebagian mayarakat Jakarta adalah preman
Jadi, sebagian masyarakat Jakarta suka
kekerasan
Maha- Orang
siswa bodoh
Masya-
rakat V Keke-
rasan
Jakarta