Anda di halaman 1dari 12

Berpikir kritis dalam konteks pembelajaran

Penyusun : Linda Zakiah, M.Pd.


Dr. Ika Lestari, S.Pd., M.Si

A. Pengertian Berpikir Kritis


Menurut Ennis (Robert H. Ennis: 2011) critical thinking is reasonable and reflective thinking
focused on deciding what to believe or do, yang artinya berpikir kritis adalah suatu proses
berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan.
Keterampilan berpikir kritis menurut Redecker mencakup kemampuan mengakses,
menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai
(Redecker, et al: 2011).
Definisi lain menyatakan bahwa, “critical thinking includes the component skills of analyzing
arguments, making inferences using inductive or deductive reasoning, judging or evaluating,
and making decisions or solving problems” (Emily R. Lai: 2011). Definisi menurut Lai tersebut
memiliki arti, bahwa berpikir kritis meliputi komponen keterampilan-keterampilan
menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan penalaran yang bersifat induktif
atau deduktif, penilaian atau evaluasi, dan membuat keputusan atau memecahkan masalah.
Sementara Bailin menyatakan, “defines critical thinking as thinking of a particular quality
essentially good thinking that meets specified criteria or standards of adequacy and
accuracy” (Bailin: 2002), yang artinya mendefinisikan berpikir kritis sebagai pemikiran dari
kualitas tertentu yang pada dasarnya merupakan pemikiran yang baik yang memenuhi
kriteria atau standar kecukupan dan akurasi.
B. Tujuan dan Manfaat Berpikir Kritis
Keynes (2008) menyebutkan bahwa, tujuan dari berpikir kritis adalah mencoba mem-
pertahankan posisi ‘objektif ’. Ketika berpikir kritis, maka akan menimbang semua sisi dari
sebuah argumen dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan. Jadi, keterampilan berpikir
kritis memerlukan: keaktifan mencari semua sisi dari sebuah argumen, pengujian
pernyataan dari klaim yang dibuat dari bukti yang digunakan untuk mendukung klaim. Yang
paling utama dari berpikir kritis ini adalah bagaimana argument yang kita kemukakan benar-
benar objektif.
Berpikir kritis juga memiliki beberapa manfaat, Eliana Crespo (2012) menyebutkan beberapa
manfaat dari berpikir kritis untuk berbagai aspek seperti manfaat untuk performa akademis,
tempat kerja, dan kehidupan sehari-hari.
1. Performa akademis
• memahami argumen dan kepercayaan orang lain,
• mengavaluasi secara kritis argumen dan kepercayaan itu
• mengembangkan dan mempertahankan argumen dan percayaan sendiri yang didukung
dengan baik.
2. Tempat kerja
• membantu kita untuk menggambarkan dan mendapat pemahaman yang lebih dalam dari
keputusan orang lain dan kita sendiri,
• mendorong keterbukaan pikiran untuk berubah,
• membantu kita menjadi lebih analisis dalam memecahkan masalah.
3. Kehidupan sehari-hari
• membantu kita terhindar dari membuat keputusan personal yang bodoh,
• mempromosikan masyarakat yang berpengetahuan dan peduli yang mampu membuat
keputusan yang baik di masalah sosial, politis, dan ekonomis yang penting,
• membantu dalam pengembangan pemikir otonom yang dapat memeriksa asumsi, dogma,
dan prasangka mereka sendiri.
C. Pentingnya Berpikir Kritis
Pada zaman modern dan tekhnologi cangih yang memudahkan segala informasi maka
berpikir kritis sangatlah penting bagi setiap orang. Keyness (2008) mengatakan bahwa,
berpikir kritis memungkinkan pembaca untuk menilai bukti terhadap apa yang dibaca dan
dapat mengidentifikasi penalaran palsu atau tidak logis. Berpikir kritis juga akan membantu
untuk membuat argumen yang kuat (misalnya, dalam penugasan). Ini berarti akan melihat
dan membenarkan setiap klaim yang dibuat berdasarkan bukti yang telah di evaluasi.
Selain untuk membuat argumen, berpikir kritis merupakan suatu yang penting di dalam
pendidikan menurut H.A.R. Tilaar (2011) , karena beberapa pertimbangan antara lain:
1. Mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita memberikan
penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect a person). Hal ini akan
memberikan kesempatan kepada per-kembangan pribadi peserta didik sepenuhnya karena
mereka merasa diberikan kesempatan dan dihormati akan hak-haknya dalam
perkembangan pribadinya.
2. Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan karena mempersiapkan
peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya.
3. Perkembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan suatu cita-cita
tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui pelajaran ilmu-ilmu eksata dan kealaman
serta mata pelajaran lainnya yang secara tradisional dianggap dapat mengembangkan
berpikir kritis.
4. Berpikir kritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan di dalam kehidupan
demokratis. Demokrasi hanya dapat berkembang apabila warga negaranya dapat berpikir
kritis di dalam masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi.Pentingnya berpikir kritis juga
dikemukakan oleh Potter (2010), yang menguraikan alasan keterampilan berpikir kritis
diperlukan yaitu sebabagi berikut:
1. Pertama, adanya ledakan informasi. Saat ini terjadi ledakan informasi yang datangnya dari
puluhan ribu web mesin pencari di intrnet. Informasi dari berbagai sumber tersebut bisa jadi
banyak yang ketinggalan zaman, tidak lengkap, atau tidak kredibel.  Untuk dapat
menggunakan informasi ini dengan baik, perlu dilakukan evaluasi terhadap data dan sumber
informasi tersebut. Kemampuan untuk mengevalusi dan kemudian memutuskan untuk
menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan berpikir kritis. Oleh karena
itu, maka keterampilan berpikir kritis sangat perlu dikembangkan pada siswa.
2. Kedua, adanya tantangan global. Saat ini terjadi krisis global yang serius, terjadi
kemiskinan dan kelaparan di mana-mana. Untuk mengatasi kondisi yang krisis ini diperlukan
penelitian dan pengembangan keterampilan-keterampilan berpikir kritis. 
3. Ketiga, adanya perbedaan pengetahan warga negara.  Sejauh ini mayoritas orang di
bawah  25 tahun sudah bisa mengonline-kan berita mereka. Beberapa informasi yang tidak
dapat diandalkan dan bahkan mungkin sengaja menyesatkan, termuat di internet. Supaya
siswa tidak tersesat dalam mengambil informasi yang tersedia begitu banyak, maka perlu
dilakukan antisipasi.  Siswa perlu dilatih untuk mengevaluasi keandalan sumber web
sehingga tidak akan menjadi korban informasi yang salah atau bias.
Pentingnya berpikir kritis juga dikemukakan oleh Johnson E, yang merupakan pelopor
pembelajaran Contextual Teaching Learning. Johnson E (2006) berpendapat bahwa siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang memadai memiliki kemungkinan besar untuk
dapat mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara
terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang penyelesaian yang
dipandang relatif baru. Seseorang perlu memiliki kemampuan berpikir kritis dan perlu
mempelajarinya, karena keterampilan tersebut sangat berguna dan sebagai bekal dalam
menghadapi kehidupan sekarang dan di amsa yang akan datang. Dengan kemampuan
berpikir kritis, seseorang mampu berpikir secara rasional dan logis dalam menerima
informasi dan sistematis dalam memecahkan permasalahan.
D. Karakteristik, Ciri dan Standar Berpikir Kritis
Berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, Emily R. Lai (2011) menyebutkan beberapa
karakteristik yang harus dimiliki dalam kemampuan berpikir kritis yaitu di antaranya:
• menganalisis argumen, klaim, atau bukti
• membuat kesimpulan dengan menggunakan alasan induktif atau deduktif
• menilai atau mengevaluasi
• membuat keputusan atau memecahkan masalahBerpikir kritis merupakan suatu rangkaian
yang tidak terpisahkan antara karakteristik yang satu dengan yang lainnya. Setiap argumen,
klaim atau bukti harus dianalisis yang kesimpulan apakah dengan alasan induktif atau
deduktif. Dari kesimpulan tersebut bias dinilai atau dievaluasi sehingga akan menghasilkan
suatu keputusan atau suatu pemecahan masalah.
Emily Rai menyebutkannya dengan karakter yang harus dimiliki dalam berpikir kritis, lain
halnya Cece Wijaya (1995) yang menyebutkan ciri-ciri berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
• mengenal secara rinci bagian-bagian dari keputusan;
• pandai mendeteksi permasalahan;
• mampu membedakan ide yang relevan dengan ide yang tidak relevan;
• mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat;
• dapat membedakan antara kritik yang membangun dan
merusak;
• mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat, dan benda, seperti dalam sifat,
bentuk, wujud, dan lain-lain;
• mampu mendaftarkan segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif terhadap
pemecahan masalah, ide dan situasi;
• mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya;
• mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang
diperoleh di lapangan;
• mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia;
• dapat membedakan konklusi salah dan tepat terhadap informasi yang diterima;
• mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.
E. Cara Berpikir Kritis
Perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih
menuntut semua orang harus memiliki kemampuan berpikir kritis.
Tetapi, tidak semua orang mampu berpikir kritis. Milton Keynes
(2008) mengungkapkan bagaimana cara berpikir kritis, sehingga
setiap orang bias belajar atau berlatih bagaimana berpikir kritis.
Cara berpikir kritis yang diungkapkan oleh Milton Keynes adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dorong informasi
Pertama, mengidentifikasi dorongan umum argumen dalam
informasi yang dibaca. Pada tahap ini hanya mencoba untuk
menentukan dan menyadari materi pelajaran. Cobalah untuk
mengidentifikasi: poin utama dari argumen klaim yang dibuat
sebagai bukti yang digunakan untuk mencapai kesimpulan.
2. Analisa materi
Sewaktu membaca, pikirkan tentang apakah materi tersebut
relevan dengan kebutuhan Anda. Berikut adalah beberapa pertanyaan
yang mungkin membantu dalam analisis Anda: a) Apakah informasi
masuk akal dalam kaitannya dengan teori dan penelitian lainnya?
b) Dimanakah gambaran yang lebih luas? c) Apakah ini argumen
induktif atau deduktif? d) Berapa banyak materi? e) Apakah materi
sudah jelas atau Anda perlu menemukan informasi tambahan untuk
membantu pemahaman Anda? f) Dapatkah Anda mengidentifikasi
implikasi yang mungkin mengharuskan Anda untuk mencari
bahan lain? (Mungkin penjelasan pelengkap fenomena jika materi
asli tidak cukup komprehensif). g) Apakah argumen yang disajikan
pandangannya seimbang atau penulis mengabaikan beberapa topik
dalam rangka untuk mengajukan argumen tertentu?
3. Membandingkan dan menerapkan informasi
Pertanyaan penugasan akan sering meminta untuk
menerapkan teori, prinsip atau formula untuk situasi. Proses mencoba untuk menerapkan
apa yang dipelajari dapat membantu
untuk membangun pemahaman tentang subjek. Contohnya ketika
mencari implikasi dari satu bagian informasi terdapat kelemahan
lain yang mungkin terungkap ketika menerapkan ide untuk situasi
kehidupan nyata yang cakupannya kurang. Apakah teori atau
formula hanyasejauh ini saja dan apakah perlu untuk menarik atas
teori atau prinsip lain untuk menyelesaikan pemahaman tentang
sesuatu?
F. Dasar Pemikiran Kritis
Dalam berpikir kritis harus memiliki keterampilan yang
mendukung dari argumen yang dihasilkan. Menurut Garnison,
Anderson dan Archer (2011) telah membagi empat keterampilan
berpikir kritis, yaitu:
1. Cepat tanggap terhadap peristiwa, yaitu mengidentifikasi atau
mengenali masalah, dilema dari pengalaman seseorang dengan
cepat,
2. Eksplorasi, memikirkan ide personal dan sosial dalam rangka
membuat persiapan keputusan,
3. Integrasi, yaitu mengkonstruksi maksud dari gagasan, dan
mengintegrasikan informasi relevan yang telah ditetapkan
pada tahap sebelumnya,
4. Mengusulkan, yaitu mengusulkan solusi secara hipotesis, atau
menerapkan solusi secara langsung kepada isu, dilema atau
masalah serta menguji gagasan dan hipotesis.
Selain memiliki keterampilan berpikir kritis juga harus
memiliki bangunan dasar berpikir kritis. Bangunan dasar dari
berpikir kritis adalah klaim, masalah, dan argumen (Brooke Noel
Moore: 2005). Penjelasan dari ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Klaim (Claim)
Klaim adalah elemen dasar dalam pemikiran kritis yaitu
adalah hal-hal yang dikatakan dengan keras atau tertulis, untuk
menyampai-kan informasi yang mengungkapkan pendapat. Klaim,
atau pernyataan, adalah jenis hal yang benar atau salah. Seperti
contohnya pernyataan ini “Ada kehidupan cerdas di planet lain”.
Pernyataan ini benar atau salah, tetapi saat ini kami tidak tahu
mana yang benar atau mana yang salah. Sekali lagi, pemeriksaan
dan evaluasi klaim, termasuk hubungan mereka satu sama lain,
adalah tugas utama pemikiran kritis.
2. Masalah (Issue)
Sekarang kita sampai ke inti permasalahan. Setiap kali dalam
mengajukan klaim ke pertanyaan, yaitu ketika mengajukan
pertanyaan tentang kebenaran atau kesalahannya dalam
mengajukan masalah. Klaim, ditafsirkan sebagai masalah dan didukung (atau tidak) oleh
argumen, adalah fokus utama berpikir
kritis. Konsep masalah sangat sederhana, yaitu suatu masalah tidak
lebih dari sebuah pertanyaan yang pada kenyataannya, kita dapat
menggunakan dua kata itu secara bergantian. Pertanyaannya adalah
apakah suatu klaim itu benar atau tidak. Berikut adalah dua cara
untuk menyatakan suatu masalah: (1) Apakah Moore lebih tinggi
daripada Parker? (2) Apakah Moore lebih tinggi dari Parker?
Jadi ingat, ketika kita berpikir kritis tentang suatu klaim, kita
menyebutnya sebagai pertanyaan dan menjadikannya masalah.
Seperti yang akan kita lihat, dalam banyak situasi kehidupan nyata,
adalah penting dan seringkali sulit untuk mengidentifikasi secara
tepat klaim apa yang ada dalam klaim. Terkadang klaim dibuat
dalam konteks di mana tidak penting bahwa itu benar, seperti,
misalnya, ketika seseorang menceritakan lelucon. Bahkan ketika
kebenaran adalah yang terpenting, ujian ilmiah mungkin tidak
perlu.
Intinya adalah bahwa Anda harus memiliki beberapa gagasan
tentang apa yang diperhitungkan atau bertentangan dengan
kebenaran klaim jika Anda menikmatinya dengan serius, atau jika
Anda mengharapkan orang lain menganggapnya serius.
3. Argumen (Argument)
Setelah kami mengidentifikasi masalah, tugas selanjutnya
adalah menimbang alasan dan menentang klaim dan mencoba
menentukan kebenaran atau kesalahannya. Di sinilah argumen memasukkan gambaran.
Dan argumen, kita harus katakan di sini,
adalah unsur paling penting dalam berpikir kritis. Meskipun itu bisa
menjadi rumit, pada intinya idenya sederhana. Kami menghasilkan
argumen ketika kami memberikan alasan untuk berpikir bahwa
klaim itu benar.
Katakanlah masalahnya adalah apakah Sam harus dimaafkan
karena kehilangan kelas. Sam berkata kepada instrukturnya, “Nenek
saya meninggal, dan saya harus absen di kelas untuk menghadiri
pemakaman.” Dia telah menawarkan alasan untuk berpikir dia
harus dibebaskan dari kelas yang hilang, jadi dia telah membuat
argumen. Tentu saja, apakah argumennya itu baik atau tidak.
Faktanya, menentukan apakah argumen itu bagus, dan apakah
sesuatu yang benar-benar argumen itu benar.
Argumen yang baik adalah argumen yang kesimpulannya
mengikuti alasannya, atau dibenarkan karena alasan itu. Ini
tidak hanya berarti bahwa kesimpulannya muncul setelah
alasan. ‘Mengikuti dari’, dalam konteks argumen, berarti bahwa
kesimpulan cukup didukung oleh alasannya. Jika alasannya benar,
dan argumennya bagus, maka kesimpulannya juga harus benar.
G. Proses Berpikir Kritis
Pada pembahasan didepan Keynes (2008) telah menyatakan
bahwa, tujuan dari berpikir kritis adalah mencoba mempertahankan
posisi ‘objektif ’. Ini berarti bahwa Anda harus mencoba untuk
menyadari setiap prasangka yang dimiliki yang mungkin condong
pada cara berpikir tentang sebuah argumen. Ketika membaca,
biarkan diri Anda berkesempatan untuk memeriksa pemahaman
dan kembali pada bagian yang tidak yakin terhadap makna tersebut.
Meskipun tidak ada satu definisi yang dinyatakan ‘benar’ tentang
cara berpikir kritis, Anda akan menemukan berbagai definisi itu
berguna untuk mendapatkan pemahaman secara lengkap tentang
apa dan bagaimana berpikir kritis.
Untuk mengetahui bagaimana proses berpikir kritis, maka
lakukan tiga langkah berikut:
1. Mengidentifikasi kebenaran informasi
Pertama, mengidentifikasi keterpercayaan umum sebuah
argumen dengan informasi yang dibaca. Pada tahap ini secara
sederhana mendefinisikan dan menyadari materi bahasan.
Identifikasi poin utama dari argumen adalah mengklaim sebuah
bukti atau peristiwa yang digunakan untuk mencapai kesimpulan.
2. Menganalisis materi
Sewaktu membaca, pikirkan tentang apakah materi tersebut
relevan dengan kebutuhan Anda. Berikut adalah beberapa
pertanyaan yang mungkin membantu dalam melakukan analisis:
Apakah informasi masuk akal dalam kaitannya dengan teori dan
penelitian lainnya? Di mana gambaran yang lebih luas, apakah
ini merupakan argumen khusus? Berapa panjang materi? Apakah
materi cukup jelas atau Anda perlu menemukan informasi tambahan
untuk membantu pemahaman Anda? Dapatkah mengidentifikasi
implikasi yang mungkin mengharuskan Anda untuk mencari
bahan lain? (Mungkin penjelasan pelengkap fenomena jika materi asli tidak cukup
komprehensif). Apakah argumen menyajikan pandangan yang seimbang atau penulis
mengabaikan beberapa topik dalam rangka untuk mengajukan argumen tertentu?
3. Membandingkan dan menerapkan informasi Pertanyaan penugasan akan sering meminta
Anda untuk menerapkan teori, prinsip atau formula pada suatu situasi. Proses mencoba
untuk menerapkan apa yang Anda pelajari dapat membantu Anda untuk membangun
pemahaman Anda tentang pokok masalah. Coba Cari: implikasi dari satu bagian informasi
untuk kelemahan lain yang mungkin terungkap ketika Anda menerapkan ide untuk situasi
kehidupan nyata. Apakah teori atau formula sudah cukup sejauh ini dan apakah Anda perlu
untuk menarik atas teori atau prinsip lain untuk menyelesaikan pemahaman Anda tentang
sesuatu?
H. Dua Jenis Argumen yang Baik
Keterampilan berpikir kritis harus dapat menghasilkan argument yang baik. Para ahli logika
mengenali dua jenis argumen yang baik, yaitu argumen “deduktif ” dan argumen “induktif ”.
1. Argumen Deduktif
Jenis pertama dari argumen yang baik, yaitu argumen deduktif yang baik, dikatakan “valid,”
yang berarti tidak mungkin bagipremis untuk menjadi benar dan kesimpulan salah. Ambil
argumen ini tentang salah satu mantan siswa kami.
Premis: Josh Fulcher tinggal di Alaska. Kesimpulan: Oleh karena itu, Josh Fulcher tinggal di
Amerika Serikat.
Ini adalah argumen yang valid karena Josh Fulcher tidak mungkin tinggal di Alaska dan tidak
tinggal di Amerika Serikat.
Satu lagi contoh:
Premis: Josh Fulcher lebih tinggi dari istrinya, dan istrinya lebih tinggi dari putranya.
Kesimpulan: Oleh karena itu, Josh Fulcher lebih tinggi dari putranya.
Ini juga merupakan argumen yang valid, karena tidak mungkin premis itu benar dan
kesimpulannya salah. Untuk menempatkan semua ini secara berbeda, premis argumen
deduktif yang baik, dengan asumsi mereka benar, membuktikan atau menunjukkan
kesimpulan.
2. Argumen Induktif
Dasar dari jenis argumen lain yang baik, yaitu argumen induktif yang baik, mulai dari bukti-
bukti menuju kesimpulan. Keduanya saling mendukung. Ini berarti bahwa, dengan anggapan
keduanya benar, maka keduanya berarti meningkatkan probabilitas sehingga kesimpulannya
benar.
Premis: Fulcher tinggal di Alaska.
Kesimpulan: Oleh karena itu, ia menggunakan obat nyamuk.
Fulcher yang tinggal di Alaska membuatnya lebih mungkin bahwa Fulcher menggunakan
obat nyamuk.
Contoh lain:
Premis: Orang-orang yang tinggal di Butte City sudah menghabiskan banyak waktu di bawah
sinar matahari.
Kesimpulan: Oleh karena itu, salon penyamakan tidak akan berhasil di sana.
Premis dari argumen ini (dengan asumsi itu benar) meningkatkan kemungkinan bahwa
kesimpulannya benar; dengan demikian mendukung kesimpulan. Semakin mendukung
premis argumen memberikan kesimpulan, semakin kuat argumen yang dikatakan.
J. Aktivitas Berpikir Kritis
John Butterworth (2013) menyebutkan bahwa aktivitas pokok berpikir kritis meliputi tiga
hal, yaitu diantaranya: analisis, evaluasi dan argument lebih lanjut. Ketiganya merupakan
aktivitas pokok berpikir kritis. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu dari setiap aktivitas
pokok berpikir kritis.
1. Analisis
Analisis berarti mengidentifikasi bagian-bagian utama dari sebuah teks dan merekonstruksi
dengan cara yang sepenuhnya dan tepat menangkapnya. Berarti, ini sangat relevan dengan
argumen, terutama yang kompleks.
2. Evaluasi
Evaluasi berarti menilai seberapa sukses suatu teks: misalnya, seberapa baik argumen
mendukung kesimpulannya; atau seberapa kuat beberapa bukti untuk klaim yang
seharusnya didukung.
3. Argumen lebih lanjut
Argumen lebih lanjut cukup jelas. Ini adalah kesempatan siswa untuk memberikan
tanggapannya sendiri terhadap teks yang dipermasalahkan, dengan menghadirkan kasus
yang beralasan untuk atau menentang klaim yang dibuatnya. Aktivitas berpikir kritis harus
sering dilakukan agar menjadi terbiasa. Aktivitas berpikir kritis salah satunya adalah dengan
menulis dengan pendapat yang kritis.
Menulis dengan kritis yaitu menulis tulisan yang dapat mengekspresikan ide Anda dengan
cara yang kritis. Ini berarti bahwa tulisan Anda harus menunjukkan pemahaman Anda
tentang pentingnya sebuah argumen atau perspektif, relevansi bukti dan kekuatan
kesimpulan yang dibuat (Milton Keynes: 2008).
1. Cara mendekati pertanyaan
Pada umumnya orang memanfaatkan materi pelajaran untuk menjawab tugas dan
pertanyaan ujian. Saat Anda membaca, maka Anda harus terlibat secara aktif dengan
pertanyaan dan memahami konten yang diperlukan. Dalam hal ini, Anda harus menerapkan
pendekatan berpikir kritis. Anda dapat mendekati pertanyaan dengan: memeriksa catatan
yang menyertai pertanyaan dalam buklet tugas, memilah pertanyaan ke dalam bagian-
bagian yang berdekatan sesuai dengan judul tugas yang memungkinkan beberapa waktu
untuk merencanakan sebelum Anda mulai menulis dan kemudian beberapa waktu untuk
meninjau apa yang telah Anda tulis setelah itu memastikan bahwa Anda tetap pada
pertanyaan yang telah ditetapkan dengan merujuk kembali ke saat Anda menulis.
2. Membaca pertanyaan secara kritis
Ketika membaca pertanyaan suatu tugas, Anda dapat menggunakan keterampilan berpikir
kritis Anda untuk memastikan bahwa Anda memahami pertanyaan sepenuhnya. Sebagai
contoh, jika pertanyaan meminta Anda untuk ‘membandingkan dan kontras’ dua
pendekatan yang berbeda, Anda akan tahu bahwa Anda harus mencurahkan beberapa kata
Anda menghitung untuk satu pendekatan dan beberapa ke yang lain. Demikian juga, jika
pertanyaan meminta Anda untuk ‘menilai ... pemahaman kita tentang...’ Anda akan memiliki
dua titik fokus dalam jawaban Anda.Lihat ke kata proses yang akan memberitahu Anda apa
yang Anda diharapkan untuk melakukan dengan subjek dan sering kata kerja (seperti ‘
membandingkan dan kontras ‘).
Jadi, jika pertanyaan meminta Anda untuk:
• Mengevaluasi, menilai, membela, mendukung: Anda akan perlu untuk mempersiapkan
penilaian beralasan berdasarkan analisis Anda. Menerapkan, menunjukkan,
mengilustrasikan, dan menafsirkan, memecahkan: Anda akan perlu untuk menerapkan
subjek (untuk situasi tertentu).
• Mengembangkan, merumuskan, mengatur: Anda diharapkan untuk menggabungkan
materi dengan bahan lain yang Anda baca dalam kursus. Bandingkan, kontras,
diskriminasikan, membedakan, dan memeriksa: Anda akan perlu untuk menganalisis
argumen.
• Batasan, daftar, nama, urutan: Anda akan perlu untuk mengidentifikasi konten.
3. Masukkan pemikiran kritis ke dalam tulisan Anda.Pada bagian atas dijelaskan tentang
penalaran yang perlu Anda gunakan dalam argumen. Di mana Anda diminta untuk
mengusulkan sebuah argumen dan menarik kesimpulan dalam sebuah tugas, Anda perlu
membuat argumen yang jelas, mengidentifikasi klaim Anda, menyajikan bukti yang relevan
dan menarik kesimpulan yang benar. Anda melakukan ini dengan menunjukkan dengan jelas
teori atau pendekatan dan bukti yang Anda gunakan untuk mendukung klaim Anda.
Menunjukkan bagaimana Anda telah menganalisis dan mengevaluasi teori untuk sampai
pada kesimpulan Anda. Anda juga perlu untuk membuat langkah yang jelas dalam proses
berpikir Anda dan menunjukkan bagaimana bagian yang berbeda dari argumen Anda cocok
bersama-sama untuk membuat keseluruhan menjadi kohesif. Akhirnya, Anda akan
menunjukkan bahwa argumen Anda menjadi seimbang daripada hanya mengambil sikap
dari satu sudut pandang. Jika Anda telah diminta untuk mengomentari sebuah argumen dan
Anda pikir itu ‘cacat’ maka Anda harus membuat kasus beralasan dan menyajikan bukti
untuk mendukung pandangan Anda. Jika Anda mengenalkan ide baru, gambarkan secara
logis dari materi aslinya.
4. Proses untuk mendapatkan pikiran kritis ke dalam tulisan
Anda Cermati bagaimana dan di mana berpikir kritis mungkin mendukung jawaban Anda
dan setiap argumen Anda. Jika Anda telah menarik kesimpulan atau implikasi yang
teridentifikasi, pertimbangkan Apakah ini harus disertakan. Ingatlah untuk menghubungkan
ide Anda dengan bukti dan memastikan argumen dapat dibenarkan. Jika Anda menarik
kesimpulan dari argumen orang lain, Anda akan perlu untuk memberikan penalaran logis
untuk mendukung ekstrapolasi Anda. Setelah Anda memiliki draft pertama tugas Anda
kemudian bertanya pada diri sendiri apakah ada cukup bukti untuk mendukung klaim Anda.
Apakah Anda perlu memikirkan kembali atau mengubah argumen Anda dengan lebih
objektif? Apakah Anda perlu membantah atau membantah keberatan apapun untuk
argumen Anda? Gunakan keterampilan daripada meletakkan dalam semua yang telah Anda
baca pada topik.

Anda mungkin juga menyukai