Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

Nama Mahasiswa :
Gita Feby Meladilla
(202208055)

Dosen Pengampu :
Ita Eko Suparni, S.SiT, M.Keb

PRODI PROFESI KEBIDANAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada saat ini pembelajaran yang mengutamakan kemampuan berpikir kritis

mahasiswa banyak menjadi pembicaraan. Tuntutan ini muncul seiring dengan perubahan

kebutuhan akan kemampuan para pekerja di era informatika ini. Para pekerja yang

memasuki tempat kerja di masa mendatang harus benar-benar memiliki berbagai

kemampuan yang menjadikan mereka pemikir sistem, pemecah masalah, pembuat

keputusan secara mandiri, dan yang tak pernah henti belajar sepanjang hidup mereka.

Penting bagi mahasiswa untuk menjadi seorang pemikir kritis sejalan dengan

meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang. Berpikir kritis merupakan salah

satu karakter yang akhir-akhir ini memang menjadi isu pendidikan, selain menjadi bagian

dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Kemampuan berpikir kritis juga diperjelas

melalui UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab.” Salah satu potensi yang harus dikembangkan dan dibentuk di perguruan tinggi

adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasikan dan

berperan dalam proses mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah. Berpikir


kritis mencakup kegiatan menganalisis dan menginterpretasikan data dalam kegiatan

penemuan ilmiah.

Kompetensi berpikir kritis, membuat keputusan, memecahkan masalah, dan

bernalar sangat dibutuhkan dalam berprestasi di dunia kerja. Oleh karena itu, sebagai

mahasiswa Program Studi Profesi Kebidanan Stikes Karya Husada Kediri Pendidikan

Teori PraProfesi sebagai calon bidan selain harus memiliki empat kompetensi peram

utama sebagai pendidik, pelaksana, pengelola dan peneliti juga diharapkan memiliki

bekal ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, dan

berpikir kreatif. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa perlu

dilakukan inovasi pembelajaran. Dengan pembelajaran yang inovatif diharapkan

mahasiswa menjadi pribadi pemikir kritis yang dapat dilihat dari ketrampilannya

menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan, menjelaskan apa yang

dipikirkannya dan membuat keputusan, menerapkan kekuatan berpikir kritis pada dirinya

sendiri dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap pendapat-pendapat yang

dibuatnya. Seseorang yang mampu melakukan keenam ketrampilan kognitif tersebut

berarti kemampuan berpikir ktitisnya jauh di atas seseorang yang hanya mampu

melakukan interpretasi, analisis, dan evaluasi saja. Dengan demikian dapat dibuat

penjenjangan kemampuan berpikir kritis seseorang.

2. Tujuan

Makalah ini ditulis guna meningkatkan pengetahuan cara meningkatkan

kemampuan berfikir bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun ke dunia kerja dimana

akan menemukan berbagai kasus dengan solusi yang lebih matang.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Kemampuan Berfikir Kritis

a. Pengertian berfikir

Berpikir merupakan salah satu hal yang membedakan antara manusia yang

satu dan yang lain. Menurut Irdayanti (2018:19) Berpikir merupakan proses

menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang

melibatkan interaksi secara komplek meliputi aktivitas penalaran, imajinasi, dan

pemecahan masalah. Menurut Ahmadi dan Supriyono (dalam Najla:2016)

“Berpikir itu merupakan proses yang “diakletis” artinya selama kita berpikir,

pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan

pengetahuan kita”. Dalam berpikir kita memerlukan alat yaitu akal (ratio).

Menurut Santrock (dalam Rahmawati:2014) “berpikir adalah memanipulasi atau

mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori”. Ini sering dilakukan

untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat

keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah (Rahmawati, 2014:15).

Menurut Najla (2016:16) Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan

memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,

menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,

menafsirkan, melihat kemungkinankemungkinan yang ada, membuat analisis dan

sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada,


menimbang, dan memutuskan. Nur (dalam Febriani:2015) Dimana seseorang

dalam berpikir dapat mengolah, mengorganisasikan bagian dari pengetahuanya,

sehingga pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun serta

dapat dipahami.

Dengan demikian, dalam berpikir seseorang menghubungkan pengertian

satu dengan pengertian lainya dalam rangka mendapatkan pemecahan masalah

yang dihadapi. Dari berbagai definisidefinisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian berpikir adalah aktivitas mental secara yang dialami seseorang

bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.

b. Berfikir Kritis

Menurut Adinda (dalam Azizah, dkk:2018) Orang yang mampu berpikir

kritis adalah orang yang mampu menyimpulkan apa yang diketahuinya,

mengetahui cara menggunakan informasi untuk memecahkan permasalahan, dan

mampu mencari sumber-sumber informasi yang relevan sebagai pendukung

pemecahan masalah. Orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang

mampu menyimpulkan apa yang diketahuinya, mengetahui cara menggunakan

informasi untuk memecahkan suatu permasalahan, dan mampu mencari sumber-

sumber informasi yang relevan sebagai pendukung pemecahan masalah (Rahma,

2017:17). Menurut Rasiman dan Kartinah (dalam Irdayanti:2018) Berpikir kritis

dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua

atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi

yang dimiliki. Menurut Wulandari (2017:39) berpikir kritis adalah aktivitas


mental individu untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi dengan berbagai informasi yang sudah diperoleh melalui beberapa

kategori . Menurut Ratnaningtyas (2016:87) “Seseorang yang berpikir kritis dapat

dilihat dari bagaimana seseorang itu menghadapi suatu masalah.” Begitu juga

dengan pendapat Lestari (2016:14) berpikir kritis adalah kegiatan berpikir secara

sistematis yang memungkinkan seseorang untuk merumuskan dan mengevaluasi

keyakinan dan pendapat mereka sendiri.

Jadi, seseorang dalam berpikir kritis itu menggunakan pemikiran yang

masuk akal untuk memutuskan apa yang harus dilakukan sesuai dengan

kemampuan intelektualnya (Febriani, 2015:26). Menurut (Rifqiyana, 2015:27)

ketika siswa berpikir kritis dalam matematika, mereka membuat keputusan-

keputusan yang beralasan atau pertimbangan tentang apa yang dialakkan dan

dipikirkan. Ennis (2011:1) menyatakan definisi berpikir kritis adalah “ Critical

thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to

believe or do”. Menurut definisi ini, berpikir kritis menekankan pada berpikir

yang masuk akal dan reflektif.

Berpikir yang masuk akal dan reflektif ini digunakan untuk mengambil

keputusan. Jonhson (dalam Rahmawati:2014) juga menjelaskan Berpikir kritis

adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan

apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

Berpikir kritis juga dianggap sebagai kemampuan yang perlu untuk

dikembangkan agar meningkatnya kualitas apa yang ada pada diri seseorang.
c. Indicator Berfikir Kritis

Indikator berpikir kritis dapat dilihat dari karakteristiknya, sehingga

dengan memiliki karakteristik tersebut seseorang dapat dikatakan telah memiliki

kemampuan berpikir kritis. Indikator berpikir kritis menurut Wowo (dalam

Hadi:2016) sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan

2. Menganalisis argument

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan

4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alas an

5. Mengamati dan menilai laporan observasi

6. Menyimpulkan dan menilai keputusan

7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan

yang menganggu pikiran.

Menurut Ennis (2011:2) terdapat 12 indikator kemampuan berpikir kritis

yang dirangkum dalam 5 tahapan yaitu sebagai berikut.

1. Klarifikasi dasar (basic clarification) Tahapan ini terbagi menjadi tiga indikator

yaitu (1) merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3)

menanyakan dan menjawab pertanyaan.

2. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (the bases for the decision) Tahapan

ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) menilai kredibilitas sumber informasi

dan (2) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi.


3. Menyimpulkan (inference) Tahapan ini terdiri atas tiga indikator (1) membuat

deduksi dan menilai deduksi, (2) membuat induksi dan menilai induksi, (3)

mengevaluasi.

4. Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification) Tahapan ini terbagi menjadi

dua indikator yaitu (1) mendefinisikan dan menilai definisi dan (2)

mengidentifikasi asumsi.

5. Dugaan dan keterpaduan (supposition and integration) Tahapan ini terbagi

menjadi dua indikator (1) menduga, dan (2) memadukan.

Arti dari indikator berpikir kritis menurut Facione (2013:5) yaitu:

1. Interpretation, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan

mengekspresikan maksud dari suatu situasi, data, penilaian, aturan, prosedur, atau

kriteria yang bervariasi.

2. Analysis, yaitu kemampuan seseorang untuk mengklarifikasi kesimpulan

berdasarkan hubungan antara informasi dan konsep, dengan pertanyaan yang ada

dalam masalah.

3. Evaluation, yaitu kemampuan seseorang untuk menilai kredibilitas dari suatu

pernyataan atau representasi lain dari pendapat seseorang atau menilai suatu

kesimpulan berdasarkan hubungan antara informasi dan konsep, dengan

pertanyaan yang ada dalam suatu masalah.

4. Inference, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi elemen-elemen

yang dibutuhkan dalam membuat kesimpulan yang rasional, dengan

mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan dengan suatu masalah dan

konsekuensinya berdasarkan data yang ada.


5. Explanation, yaitu kemampuan seseorang untuk menyatakan penalaran

seseorang ketika memeberikan alasan atas pembenaran dari suatu bukti, konsep,

metedologi, dan kriteria logis berdasarkan informasi atau data yang ada, dimana

penalaran ini disajikan dalam bentuk argumen.

6. Self-regulation, yaitu kemampuan seseorang untuk memiliki kesadaran untuk

memeriksa kegiatan kognitif diri, unsur-unsur yang digunakan dalam kegiatan

tersebut, serta hasilnya, dengan menggunakan kemampuan analisis dan evaluasi,

dalam rangka mengkonfirmasi, memvalidasi, dan mengoreksi kembali hasil

penalaran yang telah dilakukan sebelumnya.

d. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kritis

Jensen (2011: 199) dalam bukunya yang berjudul “pemelajaran berbasis

otak”, berpendapat bahwa pemikiran intelejen tidak hanya dapat diajarkan,

melainkan juga merupakan bagian fundamental dari 15 paket keterampilan

esensial yang diperlukan bagi kesuksesan dalam dunia. Fokus primer pada

kreativitas, keterampilan hidup, dan pemecahan masalah membuat pengajaran

tentang pemikiran menjadi sangat berarti dan produktif bagi siswa.

Berikut ini beberapa keterampilan yang harus ditekankan pada level

pengembangan abstraksi dalam mengajarkan pemecahan masalah dan berpikir

kritis menurut Jensen (2011: 199-200):

1. Mengumpulkan informasi dan memanfaatkan sumber daya

2. Mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk dan gaya

3. Meramalkan
4. Mengajukan pertanyaan bermutu tinggi

5. Mempertimbangkan bukti sebelum menarik kesimpulan

6. Menggunakan metafor dan model

7. Menganalisis dan meramalkan informasi

8. Mengkonseptualisasikan strategi (misalnya pemetaan pikiran, mendaftarkan

pro dan kontra, membuat bagan)

9. Bertransaksi secara produktif dengan ambiguitas, perbedaan, dan kebaruan

10. Menghasilkan kemungkinan dan probabilitas (misalnya brainstroming,

formula, survei, sebab dan akibat)

11. Mengembangkan keterampilan debat dan diskusi

12. Mengidentifikasi kesalahan, kesenjangan, dan ketidak-logisan

13. Memeriksa pendekatan alternatif (misalnya, pergeseran bingkai rujukan,

pemikiran luar kotak)

14. Mengembangkan strategi pengujian-hipotesis

15. Menganalisis risiko

16. Mengembangkan objektivitas

17. Mendeteksi generalisasi dan pola (misalnya, mengidentifikasi dan

mengorganisasikan informasi, menterjemahkan informasi, melintasi aplikasi)

18. Mengurutkan peristiwa.”

e. Ciri-ciri Berfikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat

diperlukan dalam pemecahan masalah. Terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat


diamati untuk mengetahui bagaiamana tingkat kemampuan berpikir kritis

seseorang. Berikut ini ciri-ciri berpikir kritis menurut Cece Wijaya (2010: 72-73):

1. Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan

2. Pandai mendeteksi permasalahan

3. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan

4. Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat

5. Mampu mengidentifikasi perbedaanperbedaan atau kesenjangan-kesenjangan

informasi

6. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis

7. Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data

8. Suka mengumpulkan data untuk pembuktian factual

9. Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak

10. Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang

berkaitan dengan data

11. Mampu mengetes asumsi dengan cerrmat

12. Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan;

13. Mampu mengidentifikasi atributatribut manusia, tempat dan benda, seperti

dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain

14. Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif

pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi

15. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan

masalah lainnya
16. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan

data yang diperoleh dari lapangan

17. Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedia

18. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia

19. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang

diterimanya

20. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.
BAB III
ANALISIS TERHADAP MASING-MASING JURNAL

Jurnal : Nalar Kritis Menghilangnya Program One Student One ClienPada Ibu

Hamil Risiko Tinggi Di Banyuwangi

Dalam data yang didapat oleh penulis dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyuwangi tahun 2021 angka kematian Ibu dan Bayi melonjak cukup tinggi sebanyak

47 kasus, hal ini dikarenakan banyaknya ibu hamil yang meninggal karena terpapar virus

covid-19, sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu 2020 berhasil ditekan menjadi 19

kasus setelah pada tahun 2019 berada pada angka 33 kasus per 1000 kelahiran hidup

(Sumber Data: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi). Masalah ini menjadi prioritas

utama perhatian bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dapat menjadi

urgensi dari penelitian ini dan seharusnya menjadi konsentrasi penuh dari pemerintah

dalam pemecahan masalah ini. Namun pada kenyataannya program inovasi OSOC ini

menghilang begitusaja bersamaan dengan terus berkembangnya penyebaran virus

Covid19 dengan berbagai varian barunya

Inovasi One Student One Client (OSOC) ini di resmikan oleh Bupati Banyuwangi

Abdullah Azwar Anas pada tanggal 11 November 2019 dengan mengusung tema “Aku

Beraksi” (Aku bersama akademisi selamatkan ibu dan bayi). Program inovasi ini

mengharapkan kerjasama dengan Akademisi yaitu kampus-kampus kesehatan yang

memiliki program studi Kebidanan untuk ikut serta sebagai pendamping Ibu Hamil di

lapangan. Mengimplementasikan ilmu-ilmu yang up to date sehingga menambah wacana

baru dalam menghadapi permasalahan yang ada sangat diharapkan datang dari para
akademisi tersebut. Jika dilihat dari rentang waktu berjalannya program ini yaitu

sepanjang tahun 2019-2020 dari data yang di dapat penulis dari Dinas Kesehatan

Banyuwani dapat dilihat bahwa terjadi penuruann angka kematiann Ibu dan Bayi hingga

diangka 19 per 1000 kelahiran hidup. Ini artinya efektivitas program OSOC ini berhasil

menekan angka kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Banyuwangi

Dari hasil penelusuran informasi melalui wawancara dan telaah literatur yang

didapat oleh penulis kemudian penulis melakukan proses nalar kritis, seperti yang

disampaikan Gerhard bahwa Nalar kritis merupakan suatu aktivitas untuk mengevaluasi

serta menghasilkan sebuah kesimpulan, selain itu nalar kritis sebagai sebuah proses

kompleks yang akan mengikutsertakan menerima dan memverifikasi informasi,

menganalisis dan mengevaluasi data, dengan mempertimbangkan aspek kuantitatif dan

kualitatif, serta membuat pilihan atau keputusan berdasarkan hasil evaluasi;. Sehingga

diperoleh argumentasi bahwa hilangnya program OSOC di Kabupaten Banyuwangi

dikarenakan, Pertama kondisi Pandemi Covid-19 yang membuat adanya pembatasan

berskala besar terhadap setiap aktivitas masyarakat termasuk proses pendampingan Ibu

Hamil yang selama ini menggunakan metode tatap muka harus juga di batasi. Hal ini

dikarenakan untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 antara tenaga kesehatan /

mahasiswa dan Ibu hamil. Kondisi ibu hamil yang beresiko tinggi dengan hipertensi

maupun anemia yang mana penyakit tersebut merupakan salah satu penyebab dapat

memperparah kondisi penderita Covid-19 sehingga ibu hamil harus betul-betul menjaga

kondisinya unutk tidak terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain termasuk dalam

proses pendampingan ini. Kedua, ketidakjelasan pembagian wilayah pendampingan

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pendamping dan ibu hamil yang didampingi
sehingga proses pendampingan menjadi tidak maksimal. Ketiga tidak adanya anggaran

yang jelas dari pemerintah untuk proses pendampingan sehingga pihak Perguruan Tinggi

yang menaungi para pendamping yaitu mahasiswa juga harus menghentikan kegiatan

tersebut karena dirasa sangat memberatkan mahasiswa. Keempat, yang terpenting lagi

yaitu program OSOC ini belum memiliki belum memiliki kebijakan publik yang jelas dan

tertulis meskipun pada peresmiannya program ini diresmikan secara langsung oleh Bupati

Banyuwangi namun untuk kejelasan kebijakan publik nya belum tertulis terarah dan juga

proporsional.

Jurnal : Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa Kebidanan Paska Praktik Klinik

Kebidanan Continuity Of Care (Coc)

Bidan memiliki peranan penting sebagai mitra perempuan dan tenaga kesehatan

profesional strategis dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Bidan harus

mampu memberikan asuhan kebidanan berkualitas yang berfokus pada perempuan, dilakukan

secara rutin dan berkelanjutan sejak dalam pendidikan klinik selama jadi mahasiswa.

Pembelajaran menuntut kekuatan dalam berpikir kritis karena belajar membutuhkan

interpretasi dan integrasi pengetahuan baru dan penerapan praktis serta tepat dalam

menghadapi situasi baru, kondisi masalah dan peluang inovatif.  Setelah diterapkannya

Pembelajaran Klinik Kebidanan CoC maka dilakukan evaluasi terhadap kemampuan

mahasiswa dalam berfikir kritis yang terkait dengan pengalaman belajar mereka selama di

klinik. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Sampel diambil dengan teknik purpossive sampling. Informan adalah mahasiswa

D III Kebidanan semester VI Stikes Estu Utomo Boyolali berjumlah 6 orang. Teknik

pengumpulan data dengan analisis dokumen dan indepth interview. Analisa data
menggunakan analisa tematik. Hasil dan pembahasan. Hasil penelitian menemukan 9 tema, 7

tema menjawab critical thinking cognitive, yaitu pengumpulan data yang sesuai, mampu

mengidentifikasi penyimpangan normal selama asuhan, kurangnya kemampuan menganalisis

kasus dalam asuhan kebidanan, evaluasi berkelanjutan yang baik, penyimpulan kasus yang

sesuai dengan asuhan, lemahnya kemampuan menjelaskan dan ketepatan pengaturan waktu. 2

tema menjawab critical thinking affective, yaitu pendekatan intensif ke klien dan ketrampilan

berkomunikasi dengan klien. Simpulan : Seluruh tema yang ditemukan sangat penting untuk

ditingkatkan karena sangat berpengaruh dalam kemampuan pengambilan keputusan klinis

pada asuhan kebidanan..

Jurnal Pemberian asi pada bayi dengan lahir prematur The Lancet BREASTFEEDING

mengemukakan air susu ibu merupakan makan pertama dan utama yang terbaik pada awal

kehidupan bayi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berfikir kritis adalah cara berfikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan

oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang

tinggi atas intelektualitas mereka.

Dalam penerapan berfikir kritis, penilaian klinis dan pemecahan masalah meliputi

melakukan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sesuai dengan standar

dan evidence based prima sehingga menghasilkan keputusan yang dapat diterima dengan

baik oleh klien.

4.2 Saran

Penerapan berfikir kritis dalam melakukan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar dan evidence based prima sehingga menghasilkan keputusan yang dapat diterima

dengan baik oleh klien.


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Handajani, Siti Rini.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Komunikasi Dalam Praktik
Kebidanan. Kementrian Kesehatan Indonesia.
Insani, Adinda Ayunda, dkk. 2016. “Berpikir Kritis” Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan
Kebidanan. Padang:FK Unand.
Yumingsih, R. 2016. Pengembangan Kebijakan Profesi Bidan Dalam Upaya Meningkatkan
Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : Pusat penelitian badan keahlian DPR RI

Anda mungkin juga menyukai