Anda di halaman 1dari 14

JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) FKIP UM Metro p-ISSN: 2337-5973

Vol. 10, No. 1, Maret 2022, pp. 35-48 e-ISSN: 2442-4838


http://dx.doi.org/10.24127/jpf.v10i1.4297

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA INTERAKTIF


BERBASIS DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
CRITICAL THINKING SKILL PESERTA DIDIK

Okta Alpindo, Metta Liana, Rita Fitriani


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Email: oktaalpindo@umrah.ac.id

Diterima: 4 Oktober 2021. Direvisi: 30 Desember 2021 Disetujui: 15 Februari 2022.

Abstrak
Critical thinking skill peserta didik yang ada di lapangan masih rendah jika
dibandingkan dengan kondisi ideal. Rendahnya critical thinking skill peserta
didik disebabkan oleh bahan ajar yang digunakan sekolah belum memiliki
langkah-langkah model pembelajaran yang mengarah kepada aktivitas
berpikir. Oleh sebab itu, diperlukan pengembangan bahan ajar fisika
interaktif dalam model discovery learning. Tujuan penelitian ini adalah
menghasilkan bahan ajar fisika interaktif dalam model discovery learning
untuk meningkatkan critical thinking skill peserta didik pada materi operasi
vektor dan gerak lurus dengan kriteria valid, praktis dan efektif. Jenis
penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model
pengembangan Reeves yang terdiri dari tahap analisis masalah, rancangan
dan pengembangan, percobaan dan perbaikan, dan Implementasi. Hasil
penelitian ini adalah bahan ajar fisika interaktif sudah valid, praktis dan
efektif.
Kata Kunci: bahan ajar fisika interaktif, critical thinking skill, discovery
learning.

Abstract
The critical thinking skills of students in the field are still low when compared
to ideal conditions. The low critical thinking skills of students is caused by the
teaching materials used by schools do not yet have the steps of a learning
model that leads to thinking activities. Therefore, it is necessary to develop
interactive physics teaching materials in the discovery learning model. The
purpose of this research is to produce interactive physics teaching materials
in the discovery learning model to improve students' critical thinking skills in
vector operations and straight motion materials with valid, practical and
effective criteria. This type of research is development research using the
Reeves development model which consists of the stages of problem analysis,
design and development, experiment and improvement, and implementation.
The result of this study is that interactive physics teaching materials are
valid, practical and effective.
Keywords: interactive physics teaching materials, critical thinking skill,
discovery learning.

35
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

PENDAHULUAN kemampuan berpikir reflektif yang


Kemampuan berpikir memerlu- berfokus pada pola pengambilan
kan kemampuan mengingat dan keputusan tentang apa yang harus
memahami, oleh sebab itu diyakini, harus dilakukan, dan dapat
kemampuan mengingat adalah bagian dipertanggung jawabkan. Selanjutnya
terpenting dalam mengembangkan menurut Dewey dalam Aini (2013)
kemampuan berpikir (Srianti, 2013). berpikir kritis didefenisikan sebagai
Berpikir merupakan aktivitas mental sebuah proses aktif, pertimbangan
yang dapat merumuskan pengertian, yang aktif, persistent (terus-menerus),
mensistesis dan menarik kesimpulan. dan teliti mengenai sebuah keyakinan
Berpikir dapat terjadi pada seseorang atau bentuk pengetahuan yang
bila ia mendapat rangsangan dari luar, diterima begitu saja dipandang dari
bisa berupa masalah ataupun soal-soal sudut alasan-alasan yang
yang diberikan (Sardiman, 2016). mendukungnya dan kesimpulan-
Berpikir adalah keaktifan pribadi kesimpulan lanjutan yang menjadi
manusia yang mengakibatkan kecenderungannya. Asmawati (2015)
penemuan terarah kepada suatu juga mendefenisikan berpikir kritis
tujuan. Manusia berpikir untuk yang mana merupakan keterampilan
menemukan pemahaman/pengertian yang sangat diperlukan oleh siswa.
yang dikehendakinya (Purwanto, Berpikir kritis menjadi modal utama
2012). Jadi dapat diketahui bahwa siswa untuk memahami banyak hal,
aktivitas berpikir mencakup kegiatan diantaranya untuk memahami konsep
membentuk konsep, bernalar dan dalam suatu disiplin ilmu. Selain itu
berpikir secara kritis, membuat menurut Kurniasih (2012) dengan
keputusan, berpikir kreatif dan memiliki kemampuan berpikir kritis
memecahkan masalah. maka seseorang akan mampu
Tujuan pendidikan abad 21 salah menelaah permasalahan yang terjadi,
satunya yaitu mengembangkan menemukan dan menentukan solusi
keterampilan berpikir peserta didik. yang logis, tepat, dan bermanfaat.
Menurut Ennis dalam Nugroho Jadi, dapat disimpulkan bahwa
(2017), berpikir kritis adalah berpikir kritis adalah keterampilan

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 36
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

berpikir tingkat tinggi yang orang yang memiliki critical thinking


berpotensi untuk meningkatkan daya skill tidak hanya mengenal sebuah
analitis kritis siswa dalam jawaban, tetapi mereka juga akan
menyelesaikan suatu masalah dan mengembangkan kemungkinan-
mengambil keputusan dalam rangka kemungkinan jawaban lain
menentukan solusi terbaik. berdasarkan analisis dan informasi
Seseorang yang berpikir kritis yang telah diperoleh dari suatu
akan mampu berpikir logis, menjawab masalah.
permasalahan- permasalahan dengan Critical thinking skill
baik dan dapat mengambil keputusan dikembangkan dari lima subskala
rasional tentang apa yang harus yaitu analisis (analysis) mengukur
dilakukan atau apa yang diyakini. apakah seseorang dapat memahami
Keterampilan berpikir kritis dan menyatakan maksud atau arti dari
merupakan potensi yang dimiliki oleh suatu data yang bervariasi,
setiap orang, dapat diukur, dilatih, pengalaman, dan pertimbangan.
dan dikembangkan. Oleh karena itu, Evaluasi (evaluation) mengukur
mengembangkan keterampilan kemampuan seseorang untuk melihat
berpikir kritis peserta didik dalam informasi dan kekuatan nyata atau
pembelajaran menjadi upaya untuk relasi kesimpulan, kemampuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta menyatakan hasil pemikiran
didik. seseorang. Kesimpulan (inference)
Untuk itu sudah seharusnya mengukur kemampuan seseorang
setiap siswa memiki keterampilan untuk mengidentifikasi dan
berpikir kritis yang baik. Berdasarkan mengamankan informasi yang
uraian tersebut, maka dapat diperlukan untuk menggambarkan
disimpulkan bahwa berpikir kritis kesimpulan. Pemikiran deduktif
merupakan proses berpikir tingkat (deductive reasoning) mengukur
tinggi yang melibatkan proses kemampuan seeorang dimulai dari hal
penganalisis, mensintesis, mengenal yang bersifat umum atau premis yang
dan memecahkan masalah, dianggap benar, sampai pada
menganalisis dan mengevaluasi. Jadi kesimpulan yang bersifat khusus.

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 37
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

Pemikiran induktif (inductive mengumpulkan dan mengolah,


reasoning) mengukur kemampuan menafsirkan data serta
seseorang dimulai dari premis dan mengkomunikasikan hasil percobaan
aplikasi yang terkait dengan secara lisan (Kemendikbud, 2013).
pengetahuan dan pengalaman, Namun, hasil observasi di
menjangkau kesimpulan yang umum lapangan menunjukkan bahwa critical
(Afrizon et al., 2012). thinking skill peserta didik masih
Berdasarkan jabaran tersebut, rendah. Hal ini dapat dilihat pada
dapat disimpulkan bahwa critical hasil angket critical thinking skill
thinking skill sangat diperlukan dalam peserta didik mata pelajaran fisika
mencapai tujuan pembelajaran fisika. Kelas X kota Padang menggunakan
Tujuan pembelajaran fisika yaitu California Critical Thinking Skill Test
mengembangkan pengalaman untuk (CCTST). Dari hasil observasi
dapat merumuskan masalah, didapatkan nilai critical thinking skill
mengajukan dan menguji hipotesis peserta didik masih rendah seperti
melalui percobaan, merancang dan pada Gambar 1.
merakit instrumen percobaan,
100%

80%

60%

40%

20%

0%
Analisis Evaluasi Inferensi Deduksi Induksi

Gambar 1. Grafik Perbandingan Persentase Critical Thinking Skill Peserta Didik


di Lapangan Dengan Kondisi Ideal

Dari grafik pada Gambar 1 dapat diperlukan solusi untuk meningkatkan


terlihat bahwa perbandingan antara critical thinking skill peserta didik.
critical thinking skill peserta didik di Menurut Deti Ahmetika (2016)
lapangan masih rendah dari kondisi Ada dua faktor penyebab berpikir
ideal yang diharapkan. Untuk itu kritis tidak berkembang selama
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 38
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

pendidikan. Pertama, kurikulum yang memahami hakikat pendidikan secara


umumnya dirancang dengan target utuh. Hal ini ditujukan untuk
materi yang luas sehingga guru lebih membantu peserta didik agar mandiri
terfokus pada penyelesaian materi. dalam mengerjakan soal-soal fisika.
Artinya, ketuntasan materi lebih Semangat dan antusias peserta didik
diprioritaskan dibanding pemahaman dapat ditumbuhkan dengan bahan ajar
siswa terhadap konsep-konsep berupa bahan ajar interaktif. Bahan
matematika. Kedua, bahwa aktivitas ajar digunakan untuk melengkapi
pembelajaran di kelas yang selama ini kekurangan materi, baik materi yang
dilakukan oleh guru tidak lain diberikan dalam buku teks maupun
merupakan penyampaian informasi materi yang diberikan secara lisan
(metode ceramah), dengan lebih (Ika Lestari, 2013). Penggunaan
mengaktifkan guru, sedangkan siswa bahan ajar dalam proses pembelajaran
pasif mendengarkan dan menyalin, ini akan lebih bermanfaat jika
dimana sesekali guru bertanya dan dibarengi dengan penggunaan cara
sesekali siswa menjawab. Kemudian dan media lain yang saling
guru memberi contoh soal, mendukung. Untuk mendapatkan
dilanjutkan dengan memberi soal hasil pembelajaran yang optimal
latihan yang sifatnya rutin dan kurang diperlukan pemilihan pemanfaatan
melatih daya kritis; akhirnya guru media belajar yang terintegrasi (Agus
memberikan penilaian. Wuryanto, 2010). Oleh sebab itu,
Salah satu solusi alternatif bahan ajar dibuat interaktif dengan
mengatasi permasalahan dilapangan model discovery learning.
adalah menumbuhkan semangat dan Bahan ajar interaktif dipadukan
antusias peserta didik dalam dengan model pembelajaran discovery
pembelajaran fisika. Semangat dan learning. Keunggulan model
antusias dalam belajar akan membuat pembelajaran discovery learning yaitu
pembelajaran lebih bermakna bagi membantu peserta didik memecahkan
peserta didik. Pembelajaran yang masalah dan mendorong peserta didik
bermakna dapat meningkatkan meningkatkan keterampilan berpikir
wawasan peserta didik untuk tingkat tinggi (Kemendikbud, 2013)

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 39
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

salah satunya adalah critical thinking dikembangan mampu meningkatkan


skill. Oleh sebab itu, peneliti critical thinking skill peserta didik.
mengembangkan bahan ajar fisika Uji coba ini dilakukan oleh guru mata
interaktif dalam model discovery pelajaran kepada peserta didik pada
learning untuk meningkatkan critical materi Vektor dan Gerak Lurus.
thinking skill peserta didik SMAN 4 Selama pembelajaran berlangsung,
Padang. pengamat mengamati keterlaksanaan
produk dan aktivitas belajar peserta
METODE
didik terutama critical thinking skill
Penelitian pengembangan ini
peserta didik.
menggunakan model pengembangan
Subjek uji coba pada penelitian ini
Reeves models. Model pengembangan
adalah peserta didik kelas X SMAN 4
Bahan ajar menurut Reeves terdiri
Padang. Jenis data yang dikumpulkan
dari empat tahapan yaitu fase analisis
dalam penelitian ini adalah data
masalah (problem analysis), fase
analisis masalah diperoleh dari hasil
desain dan pengembangan prototype
observasi awal, data validitas
(design and development the
diperoleh dari hasil validasi produk
prototype), fase pengujian berulang
yang dikembangkan berupa bahan
dan perbaikan (iterative testing and
ajar interaktif dalam model discovery
refinements), dan fase implementasi
learning oleh validator yang ahli
(implementation) (Plomp, & Nieveen,
dibidangnya, data praktikalitas
2013).
diperoleh dari hasil uji coba terbatas
Setelah produk dinyatakan valid
di lapangan menyangkut kepraktisan
oleh ahli, dilakukan ujicoba terbatas.
produk yang dikembangkan dan data
Uji coba terbatas ini bertujuan untuk
efektivitas diperoleh berdasarkan
mendapatkan data praktikalitas dan
hasil uji coba terbatas di lapangan
efektivitas dari bahan ajar yang
menyangkut critical thinking skill dan
dikembangkan, sehingga dapat
pencapaian kompetensi peserta didik
diketahui sajauh mana kemudahan
sesudah menggunakan produk.
penggunaan bahan ajar oleh guru dan
sejauh mana bahan ajar yang 1. Analisis Awal

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 40
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

Analisis awal digunakan untuk pencapaiannya < 0,6 maka produk


mengetahui permasalahan awal masuk pada kategori tidak valid
sehingga dibutuhkan suatu (Azwar, 2012).
pengembangan. Beberapa aktivitas 3. Analisis Praktikalitas
penting yang dilakukan pada tahap Analisis praktikalitas merupakan
ini, yaitu analisis awal akhir, analisis pengumpulan informasi bahwa
peserta didik dan analisis materi. produk praktis di dalam
2. Analisis Validitas pembelajaran. Penilaian instrumen
Analisis validitas menggunakan praktikalitas sangat penting dilakukan
menggunakan rumus Aiken’s V yaitu: agar data mengenai praktikalitas yang
dihasilkan valid. Analisis praktikalitas
[ ]
.……………………..(1)
didasarkan pada nilai skala Likert.
Keterangan: Persentase nilai akhir hasil
s = r – lo
lo = Angka penilaian validitas yang praktikalitas menggunakan rumus
terendah (Riduwan, 2012):
c = Angka penilaian validitas yang
tertinggi ...............................(2)
r = Angka yang diberikan oleh
seorang penilai Keterangan:
P = nilai praktikalitas
Kategori validitas bahan ajar Q = skor yang diperoleh
interaktif berdasarkan nilai akhir yang R = skor maksimum

diperoleh dinyatakan valid jika Kategori praktikalitas bahan ajar


tingkat pencapaiannya ≥ 0,6, interaktif berdasarkan nilai akhir yang
Sedangkan jika tingkat diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori dan Interval Praktikalitas Produk
Interval (%) Kategori
0–20 Tidak Praktis
21-40 Kurang Praktis
41-60 Cukup Praktis
61-80 Praktis
81-100 Sangat Praktis

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 41
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

Bahan ajar dikatakan praktis jika %............................(3)


mendapat skor ≥ 61 % berada pada
kategori praktis dan sangat praktis. ...........................(4)
Keterangan:
4. Analisis Efektivitas KI = ketuntansan individual
SB = Skor benar yang diperoleh
Analisis efektivitas dilihat dari SM = Skor maksimum
peningkatan critical thinking skills KK = Ketuntasan klasikal
JT = Jumlah siswa yang tuntas
peserta didik. Instrumen efektivitas JS = Jumlah seluruh siswa
menggunakan soal essay dengan Sedangkan kategori ketuntasan

komplik kognitif. Untuk menganalisis peserta didik digunakan klasifikasi

data kompetensi peserta didik baik seperti pada Tabel 3. (Sugiyono,

secara individu maupun klasikal 2010).

menggunakan persamaan sebagai


berikut :

Tabel 3. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik


Prediket
KKM
D = Kurang C = Cukup B = Baik A = Sangat Baik
75 < 60 60-74 75-89 90-100

Bahan ajar interaktif dalam model penelitian secara keseluruhan. Proses


discovery learning untuk pengembangan dimulai dari tahap
meningkatkan critical thinking skill problem analysis yang meliputi
peserta didik dikategorikan efektif analisis awal akhir, analisis materi
apabila critical thinking skill peserta dan anlisis peserta didik. Kemudian
didik pada aspek pengetahuan tuntas dilanjutkan dengan tahap design and
sebesar 75% secara klasikal dengan development the prototype yang
nilai perolehan minimum predikat B meliputi perancangan dan
berada pada kategori Baik dan Sangat pengembangan produk. Dilanjutkan
Baik. dengan tahap iterative testing and
refinements, yaitu tahap pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
berulang dan perbaikan untuk
Hasil penelitian merupakan
mendapatkan produk yang valid dan
penjabaran dari pelaksannan

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 42
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

praktis. Terakhir tahap sehingga peserta didik dapat


implementation yaitu implementasi menyelesaikan persoalan fisika
bahan ajar interaktif dalam model dengan kritis. Karena peforma
discovery learning untuk melihat sekolah yang dimiliki SMAN 4
keefektifannya dalam meningkatkan Padang sangat baik, maka bahan ajar
critical thinking skill peserta didik. interaktif dapat diterapkan di sekolah.
b. Analisis Peserta didik
1. Hasil Penelitian Tahap Problem
Analysis Analisis peserta didik merupakan
Tahap problem analysis telaah tentang karakteristik peserta
merupakan tahap awal dari didik yang sesuai dengan desain
pengembangan, pada tahap ini pengembangan bahan ajar. Untuk
dilakukan pengkajian masalah yang keperluan penelitian ini maka diambil
meliputi analisis awal akhir, analisis sampel kelas X IPA SMAN 4 Padang.
materi dan analisis peserta didik. Sampel yang diambil berupa nilai
a. Analisis awal akhir critical thinking skill melalui angket
Pada analisis awal akhir terdapat California Critical Thinking Skills
analisis peforma, analisis SKL, Test (CCTST) karena bahan ajar yang
analisis pekerjaan dan analisis dikembangkan dirancang untuk
kesulitan belajar. Hasil yang meningkatkan critical thinking skill
diperoleh dari masing masing analisis peserta didik. Berdasarkan hasil
disimpilkan bahwa peserta didik analisis angket CCTST yang telah
mengalami kesulitan dalam belajar diuraikan pada Gambar 1 maka dapat
fisika, maka diperlukan suatu media dikatakan bahwa critical thinking skill
instruksional dalam menyampaikan peserta didik SMAN 4 Padang masih
materi pelajaran untuk meminimalisir dalam kategori rendah.
kesulitan belajar peserta didik. Salah
2. Hasil Penelitian Tahap Design
satunya adalah bahan ajar interaktif.
and Development the Prototype
Bahan ajar interaktif dirancang agar
Tahap ini merupakan tahap
dapat memotivasi peserta didik dalam
perancangan bahan ajar interaktif.
pembelajaran fisika dan memudahkan
Rancangan bahan ajar interaktif
guru dalam menyampaikan pelajaran

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 43
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

mengacu pada analisis yang telah identitas bahan ajar, kompetensi inti,
dilakukan pada tahap sebelumnya. kompetensi dasar, indikator
Bahan ajar interaktif terdiri atas pencapaian kompetensi, tujuan
beberapa bagian, yaitu, (1) petunjuk pembelajaran, materi ajar, latihan
umum yang memuat KI, KD, soal.
Indikator, petunjuk penggunaan Pada sajian bahan ajar interaktif
bahan ajar. (2) materi ajar (3) lembar juga terdapat beberapa animasi.
kerja peserta didik dan soal-soal yang Bentuk animasi pada materi bahan
sesuai dengan materi pelajaran. ajar interaktif dapat dilihat pada
Komponen-komponen yang Gambar 2.
terdapat dalam bahan ajar yaitu

Gambar 2. Bentuk Animasi Pada Bahan Ajar Interaktif

Gambar 2 berupa animasi yang learning untuk meningkatkan critical


terdapat dalam bahan ajar interaktif. thinking skill peserta didik maka
Animasi tersebut berupa gerak lurus bahan ajar interaktif divalidasi.
beraturan yang diplot dalam bentuk Bahan ajar interaktif divalidasi oleh
grafik. Ketika domba bergerak, maka tiga orang ahli/dosen pascasarjana
grafik akan muncul secara perlahan. Universitas Negeri Padang (UNP).
Pada kegiatan ini, validator
3. Hasil Penelitian Tahap Iterative
diminta untuk menilai bahan ajar
Testing and Refinements
bahan ajar interaktif yang telah
Setelah tahap perancangan bahan
dirancang. Hasil validasi bahan ajar
ajar interaktif dalam model discovery
interaktif dapat dilihat pada Tabel 4.
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 44
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

Tabel 4. Hasil Analisis Validasi Bahan ajar Interaktif


Aspek Validasi Ahli Kategori Praktisi Kategori
Isi 0,85 Valid 0,75 Valid
Konstruksi 0,78 Valid 1 Valid
Bahasa 0,90 Valid 0,75 Valid

Berdasarkan Tabel 4 dapat dinyatakan lapangan untuk melihat praktikalitas


bahwa bahan ajar interaktif yang bahan ajar interaktif. Data kepraktisan
dirancang berada pada kategori valid diambil dari hasil angket respon guru
karena nilai V dari semua aspek dan peserta didik selama mengikuti
berada di atas 0,6. Wijayanti et al. pembelajaran menggunakan bahan
(2015) menyatakan bahwa Hasil uji ajar interaktif dalam model discovery
validasi bahan ajar interaktif akan learning untuk meningkatkan critical
baik jika disusun secara sistematis thinking skill peserta didik.
dengan menggunakan bahasa yang Angket respon guru diberikan
komunikatif yang disertai dengan untuk mengetahui tanggapan guru
gambar, animasi, dan video yang terhadap bahan ajar interaktif yang
menarik. telah dikembangkan. Angket diisi
oleh guru fisika kelas X IPA 6 SMAN
4. Hasil Penelitian Tahap
4 Padang. Secara ringkas hasil
Implementation
praktikalitas respon guru dan peserta
a. Tahap Praktikalitas
didik terhadap produk yang
Setelah proses validasi selesai,
dikembangkan dapat dilihat pada
maka selanjutnya dilakukan uji coba
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Praktikalitas

No Angket Respon Guru Rata-Rata (%) Kategori


1 Guru 85,00 Sangat Praktis
2 Peserta Didik 84,50 Sangat Praktis

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa model discovery learning untuk


penilaian guru dan peserta didik meningkatkan critical thinking skill
terhadap bahan ajar interaktif dalam peserta didik yang telah

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 45
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

dikembangkan memiliki nilai rata-rata dari ketiga sekolah, ini berarti bahan ajar
diatas 50. Berdasarkan interval fisika interaktif yang dikembangkan

kategori praktiklitas nilai tersebut dalam kriteria interpretasi kemenarikan


sangat layak.
berada pada kategori praktis. Dengan
b.Tahap Efektivitas
demikian, praktisi menilai bahwa
Penelian pengetahuan peserta
bahan ajar interaktif dalam model
didik dilakukan dengan cara
discovery learning untuk
memberikan kuis setiap akhir
meningkatkan critical thinking skill
pembelajaran peserta didik. Penilaian
peserta didik praktis untuk digunakan.
Sri Latifah dan Ardini Utami (2019)
pengetahuan difokuskan pada aspek

melakukan uji coba praktikalitas bahan critical thingking skill peserta didik
ajar interaktif melalui dua tahap yaitu uji dengan menggunakan essay
kelompok kecil dan uji coba lapangan. assesment. Rata-rata critical thinking
Hasil rata-rata kemenarikan yang skill peserta didik tiap pertemuan
diperoleh yaitu 84,93% untuk uji coba dapat dilihat pada Gambar 3.
terbatas dan 81,30% untuk uji coba luas

100
90
80
70 Analisis
60 Evaluasi
Nilai

50
40 Inferensi
30 Dedukasi
20 Induksi
10
0 Rata-rata
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Pertemuan

Gambar 3. Hasil Analisis Critical Thinking Skill Peserta Didik Setiap Pertemuan

Berdasarkan Gambar 3 dapat didik telah mencapai KKM yang


dilihat bahwa secara keseluruhan ditetapkan. Dengan demikian dapat
critical thingking skill peserta didik dikatakan bahwa bahan ajar interaktif
mengalami peningkatan. Pada dalam model discovery learning
pertemuan keempat 76 % peserta efektif meningkatkan critical thinking

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 46
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

skill peserta didik. Sejalan dengan Ahmatika, D. (2016). Peningkatan


kemampuan berpikir kritis siswa
penelitian Rosida et al. (2017) yang
dengan pendekatan
menyatakan bahwa penggunaan inquiry/discovery. Euclid, 3(1).
bahan ajar e-book interaktif dalam Aini, S. (2013). Pengaruh Ingatan dan
Kemampuan Berpikir Kritis
pembelajaran, efektif untuk Terhadap Hasil Belajar Siswa
menumbuhkan keterampilan berpikir Dalam Mata Pelajaran Fisika di
Ma Madani Alauddin PaoPao
kritis siswa. Kabupaten Gowa. JPF (Jurnal
Pendidikan Fisika) Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar,
KESIMPULAN DAN SARAN 1(1), 63-76.
Berdasarkan prosedur penelitian Asmawati, E. Y. (2015). Lembar
pengembangan model Reeves bahan kerja siswa (LKS) menggunakan
model guided inquiry untuk
ajar fisika interaktif dalam model meningkatkan keterampilan
discovery learning untuk berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa. Jurnal Pendidikan
meningkatkan critical thinking skill Fisika, 3(1)
peserta didik dinyatakan valid, praktis Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan
dan efektif. Agar bahan ajar fisika validitas edisi 4. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
multimedia interaktif benar-benar
Ennis, R. H. (2011). The nature of
berkualitas tinggi, hendaknya critical thinking: An outline of
dilakukan uji coba secara terus critical thinking dispositions and
abilities. University of Illinois,
menerus sehingga bahan ajar fisika 2(4), 1-8.
multimedia interaktif benar-benar Kemendikbud. 2013. Konsep
layak untuk meningkatkan critical Pendekatan Scientific. Diklat Guru
dalam Rangka Implementasi
thinking skill peserta didik. Kurikulum 2013.
Kurniasih, A. W. (2012). Scaffolding
DAFTAR PUSTAKA sebagai alternatif upaya
meningkatkan kemampuan
Afrizon, R., Ratnawulan, R., & Fauzi, berpikir kritis matematika. Kreano,
A. (2012). Peningkatan perilaku Jurnal Matematika Kreatif-
berkarakter dan keterampilan Inovatif, 3(2), 113-124.
berpikir kritis siswa Kelas IX
Lestari, I. (2013). Pengembangan
MTsN Model Padang pada mata
Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.
pelajaran IPA-fisika menggunakan
Padang: Akademia Permata.
model problem based instruction.
Jurnal Penelitian Pembelajaran Nugroho, P. B. (2017). Scaffolding
Fisika, 1(1). Meningkatkan Kemampuan

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 47
Alpindo, Liana., & Fitriani– Pengembangan Bahan Ajar Fisika…

Berpikir Kritis dalam Sugiyono. (2010). Metode Penelitian


Pembelajaran Matematika. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Eksponen, 7(2), 1-10. Bandung: Alfabeta.
Prastowo, A., (2014). Pengembangan Latifah, S., & Utami, A. (2019).
Bahan Ajar Tematik Tinjauan Pengembangan bahan ajar
Teoritis dan Praktis. Jakarta: interaktif berbasis media sosial
Kencana Prenadamedia Group. schoology. Indonesian Journal of
Science and Mathematics
Purwanto. 2012. Prinsip-prinsip dan
Education, 2(1), 36-45.
Teknik Evaluasi Pengajaran.
Wijaya, C. (2010). Pendidikan
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Remidial: Sarana Pengembangan
Plomp, T., & Nieveen, N. (2007, Mutu Sumber Daya Manusia.
November). An introduction to Bandung: PT Remaja Rosda
educational design research. In Karya.
Proceedings of the seminar
Wijayanti, W., Zulaeha, I., &
conducted at the East China
Rustono, R. (2015).
Normal University, Shanghai (PR
Pengembangan Bahan Ajar
China) (Vol. 23).
Interaktif Kompetensi
Riduwan, (2012). Dasar-dasar Memproduksi Teks Prosedur
Statistik. Bandung: Alfabeta. Kompleksyang Bermuatan
Rosida, R., Fadiawati, N., & Jalmo, Kesantunan Bagi Peserta Didik
T. (2017). Efektivitas penggunaan Kelas X Sma/Ma. Seloka: Jurnal
bahan ajar e-book interaktif dalam Pendidikan Bahasa Dan Sastra
menumbuhkan keterampilan Indonesia, 4(2).
berpikir kritis siswa. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5(1).
Sardiman. (2016). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/ 48

Anda mungkin juga menyukai