Disusun oleh :
FEBRUARI 2022
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN MATEMATIKA UNTUK
MENGASES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasakan Gambar 1.1 sampai 1.3 di atas memiliki kelemahan yaitu tidak
adanya aspek-aspek penilaian kemampuan berfikir kritis siswa dan tahapan
tahapan yang harus dalalui untuk menyelesaiakn masalah. Hal ini tidak dapat
dijadikan sebagai tolak ukur guru dalam mengases kemapuan berfikir kritis
siswa, karena dalam asesmen tersebut indikator-indikator kemampuan berfikir
kritis belum tersampaikan. Segala hal yang terkait dengan pendidikan dan
pembelajaran tidak lepas dari kegiatan pengukuran atau penilaian (Mardapi,
2004).
Menurut (R. Ennis, 2011) terdapat empat indikator kemampuan berfikir kritis
yang dipaparkan sebagai berikut:
1. Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana);
2. The Basis for the Decision (menentukan dasar pengambilan keputusan);
3. Inference (menarik kesimpulan);
4. Advances Clarification (memberikan penjelasan lanjut);
5. Supposition and Integration (memperkirakan dan menggabungkan).
Sedangkan menurut (Facione, 2011) terdapat bebrapa indikator berfikir kritis,
baik dari domain kemampuan ataupun disposisi. Inti masing-masing indikator
tersebut dijelaskan pada table 2.1 berikut:
Tabel 2. 1 Inti berpikir kritis menurut Facione (2015)
Tabel 2. 2 Inti dan indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian
Era sekarang merupakan era revolusi industri 4.0, dimana pada masa ini
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat
Informasi dapat dengan mudah diakses melalui internet, sehingga kondisi ini
membuat masing-masing dari diri seseorang harus lebih selektif dan berhati-hati
dalam menyaring informasi yang dapat dipercaya. Oleh sebab itu, didalam diri
seseorang diperlukan kemampuan berpikir kritis sejak dini. Kemampuan berpikir
kritis sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar kita tidak
membuat kesalahan dalam menilai lingkungan (As’ari, 2014). Berbagai skill dilatih
dalam keterampilan berfikir kritis, yaitu kemampuan menyimak, membaca dengan
seksama, menemukan dan menentukan asumsi dasar, dan meyakini apa yang
dilakukan dengan adanya sebuah dasar pengetahuan yang baik (Moore & Parker,
1986).
Ketiga pendapat di atas memiliki inti yang sama, peneliti lebih cenderung
pada pendapat (Polya, 1973). Sebab tahapan polya lebih sesuai untuk menyelesaiakn
permasalahan yang berkaitan dengan masalah matematika. Selain itu beberapa
strategi yang sering digunakan dalam pemecahan masalah diantaranya: mencoba-
coba, membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat
tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitugkan setiap kemungkinan,
berpikir logis, bergerak dari belakang, membuat model matematika, dan mengabaikan
hal yang tidak mungkin. Secara sistemtis termuat dalam 4 tahap pemecahan masalah
Polya dalam (Fan & Zhu, 2007) sebagai berikut :
Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan hubungan antara
informasi yang diberikan dengan apa yang tidak diketahui/ dicari. Kedua hal tersebut
diperlukan untuk menemukan ide / strategi yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan untuk membantu siswa
menemukan ide / strategi pemecahan masalah adalah : (1) konsep apa saja yang
terdapat dalam masalah tersebut ?; (2) dapatkah kalian menyusun kembali masalah
tersebut ?; (3) adakah masalah lain yang dapat kalian temukan terkait masalah yang
diberikan?; (4) dapatkah kalian menyelesaikan masalah terkait tersebut?; (5) langkah-
langkah / strategi apa yang kalian gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut?;
(6) apakah dengan strategi tersebut kalian telah menggunakan semua data yang
diberikan?; (7) apakah langkah-langkah/ strategi tersebut dapat digunakan pada
semua kondisi masalah?.
Pada tahap ini siswa dituntut untuk melaksanakan ide/ strategi yang telah
dipilih pada tahap sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan rencana dengan baik siswa
dituntut untuk tetap fokus pada apa yang akan mereka selesaikan dan rencana yang
telah disusun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk membantu siswa dalam
melaksanakan strategi yang dipilihnya adalah : (1) apakah rencana yang telah kalian
susun sebelumnya telah terlaksana semua?; (2) periksalah kembali langkah-langkah/
strategi yang telah digunakan!.
d. Melihat kembali (Looking Back)
Pada tahap ini siswa harus memastikan bahwa hasil yang didapat benar. Oelh
karena itu pada tahap ini diperlukan verifikasi hasil yang didapat karaena dalam
proses pemecahan masalah tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan. Pertanyaan
yang dapat diajukan untuk membantu siswa mengetahui kesalahan-kesalahan yang
dilakukan, sehingga hasil yang diperoleh memag benar dan siswa benar-benar yakin
terhadap jawabannya adalah : (1) dapatkah kalian memeriksa kembali hasil yang telah
kalian peroleh?; (2) yakinkah kalian terhadap argumen yang telah kalian berikan?; (3)
apakah kalian telah menggunakan semua data/ informasi yang diberikan?; (4)
sudahkah hasil yang telah kalian peroleh sesuai dengan yang diminta pada masalah?
Tunjukkan buktinya!; (5) dapatkah kalian mendapatkan hasil menggunakan cara yang
lain?; (6) cara apa yang dapat kalian gunakan ? jelaskan!; (7) apakah diperoleh hasil
yang berbeda?; (8) adakah kemungkinan jawaban lain?; (9) bagian mana yang
membuat kalian yakin dengan hasil yang telah kalian temukan?; (10) dapatkah kalian
menggunakan strategi / langkah-langkah yang telah digunakan pada masalah lain?.
Menurut (Heritage et al., 2009) tujuan penting adanya asesmen ada dua yaitu:
(1) memberikan informasi level pencapaian siswa; (2) menginformasikan apa yang
harus dilakukan oleh guru di kelas untuk melihat kemajuan hasil belajar siswa.
Penerapan asesmen yang baik dapat menunjukkan adanya perubahan seperti yang
dijelaskan oleh (Willey & Gardner, 2009); (1) siswa menjadi lebih percaya diri,
bersedia, dan mampu berbicara tentang pembelajaran yang telah mereka lalui; (2)
guru dapat menyesuaikan kebutuhan dan mengembangkan pemahaman yang lebih
canggih dari pembelajaran berdasarkan bukti ontentik. Oleh sebab itu penting adanya
asesmen dalam proses pembelajaran, kegunaan bagi guru dapat memberikan
informasi pencapaian siswa dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dari
hasil belajar. Sedangkan bagi siswa dapat membuat siswa lebih percaya diri, dan
mampu berbicara tentang pembelajaran serta dapat mengembangkan pemahaman
yang lebih luas dengan adanya bukti ontentik.
Instrument asesmen pada penelitian ini yaitu berupa kisi-kisi soal, soal tes,
rubrik penskoran, lembar penskoran dan angket disposisi berfikir kritis. Soal tes yang
dihasilkan yaitu berisi 3 soal yang menuntut siswa berfikir kritis. Tes berfikir kritis
dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali untuk melihat perbedaan skor siswa.
Instrument yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
Kevalidan dapat dilihat berdasarkan skor kevalidan yang diberikan oleh validator
sebelum instrument digunakan untuk mengases kemampuan berfikir kritis siswa.
Sedangkan kepraktisan instrument dapat dilihat berdasarkan angket respon pengguna
yang diisi oleh guru.
Merancang instrumen
Prototipe i, i= 1, 2, 3,…
Validasi Prototyping
Iya Tidak Phase
Prototipe i+j,
Valid Revisi
j= 0,1, 2, 3,…
Revisi Praktis
iya
Prototipe i+j
Praktis dan
Revisi Prototipe
efektif?
Keterangan :
: Proses kegiatan
: Hasil kegiatan
: Urutan kegiatan
: Siklus jika diperlukan
4. Pedoman wawancara
Pertanyaan pada pedoman wawancara ini berisi pertanyaan untuk
mendapatkan skor indikator evaluasi, eksplanasi, dan regulasi diri. Alsan
diadakan wawancara adalah karena indikator tersebut tidak dapat dilihat langsung
dari hasil tes. Wawancara dilaksanakan keesokan harinya setelah siswa
mengerjakan tes.
5. Rubrik penskoran
Tujuan penyusunan rubrik adalah agar penilaian hasil tes 1,2 dan 3 jelas,
sehingga pengukuran peningkatan masing-masing indikator berfikir kritis dapat
diketahui dengan jelas pula. Rubric pensekoran menggunakan skor 0,1,2,3, dan 4
pada masingmasing indikator. Sedangkan untuk penilaian indikator evaluasi dan
inferensi menggunkan skala 0-100.
6. Angket Disposisi Berpikir Kritis
Angket ini disusun untuk melihat kecondongan siswa dalam berfikir kritis
dalm tes 1, 2, dan 3 dapat terlihat dengan jelas. Disposisi berfikir kritis dibagi
menjadi tiga kategori yaitu disposisi positif, disposisi ragu-ragu dan disposisi
negatif. Angket ini menggunakan empat skala dengan skala tidak setuju, kadang-
kadang, sering dan selalu.
Berdasarkan pemaparan di atas maka berikut rangkuman dari instrumen penelitian
yang disusun disajikan pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3. 1Instrumen yang disusun untuk menguji kevalidan, kepraktisan dan keefektifan instrumen
asesmen
Kegiatan pada tahap asesmen adalah uji lapangan. Uji lapangan memiliki tujuan
untuk menguji kepraktisan dan keefektifan instrumen asesmen. Uji kepraktiasan
terdiri dari uji kepraktisan instrumen asesmen yang meliputi aspek kemudahan dan
ketertarikan responden terhadap produk yang dihasilkan.
∑ V ij
j=1
I i=
n
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
n
n=banya validator n
c. Menentukan rata-rata skor untuk setiap aspek dengan rumus
m
∑ lij
i=1
A j=
m
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
A j=rata−ratanilai untuk aspek ke− j
m
∑ Aj
V a = j=1
n
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
V a =nilai rata−rata total untuk semua aspek
n
n=banyak aspek
e. Menyimpulkan kevalidan instrumen asesmen dengan merujuk V a dari instrumen
asesmen pada interval penentuan tingkat kevalidan instrumen asesmen yang
diadaptasi dari (Parta, 2009) seperti pada Tabel 3. 5 berikut.
Tabel 3. 4Kriteria Tingkat Kevalidan Instrumen Asesmen
Interval Kriteria kevalidan Keterangan
Va≥3 Valid Tidak perlu revisi
2 ≤V a< 3 Cukup valid Revisi sebagian
V a <2 Tidak valid Revisi total
Keterangan: V a adalah nilai penentuan tingkat kevalidan instrumen asesmen
Kriteria kevalidan instrumen asesmen yang ditentukan dalam penelitian ini
adalah apabila instrumen asesmen yang dihasilkan memenuhi kriteria valid, yaitu
dengan V a ≥ 3 . Untuk nilai kevalidan klasikal diperoleh dari skor kevalidan instrumen
asesmen. Jika V a kurang dari tiga yang berarti cukup valid atau tidak valid, maka
instrumen asesmen perlu direvisi atau revisi total.
2. Analisis Data Uji Kepraktisan
a. Angket respons pengguna instrumen
∑ Ii
P= i=1
n
(Arikunto, 1989)
Keterangan:
n
n=banyak indikator
3. Menyimpulkan tingkat kepraktisan instrumen asesmen dengan merujuk pada
P pada interval penentuan tingkat kepraktisan instrumen asesmen yang
diadaptasi dari Parta (2009) pada Tabel 3. 6 berikut.
Tabel 3. 5 Kriteria Tingkat Kepraktisan Instrumen Asesmen
Interval Kriteria kepraktisan Keterangan
P ≥3 Tinggi Tidak perlu revisi
2 ≤ P<3 Sedang Revisi sebagian
P<2 Rendah Revisi total
Keterangan: P adalah nilai penentuan tingkat kepraktisan instrumen asesmen
Kriteria kepraktisan instrumen asesmen dikatakan tinggi apabila mendapat
respons positif dari praktisi yaitu data pengisian angket respon pengguna
menunjukkan nilai lebih dari atau sama dengan 3. Apabila angket respon pengguna
memiliki nilai kurang dari 3 maka respons pengguna dinyatakan negatif sehingga
instrumen asesmen perlu direvisi dengan memperhatikan saran dan komentar dari
pengguna instrumen. Meskipun hasil uji kepraktisan menunjukkan respons positif ,
peneliti tetap melakukan sedikit revisi berdasarkan analisis hasil pekerjaan subyek uji
coba dan temuan kesalahan pada saat uji coba kepraktisan.
3. Analisis Data Uji Keefektifan
Analisis data uji keefektifan bertujuan untuk mengetahui keefektifan instrumen
asesmen yang dikembangkan yaitu dapat mengases berpikir kritis siswa. Data uji
keefektifan diperoleh dari analisis data pada hasil tes 1, 2 dan 3 kemampuan berpikir
kritis dan angket disposisi berpikir kritis. Langkah –langkah yang dilakukan dalam
analisis data adalah sebagai berikut.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis 1, 2 dan 3
1. Menghitung skor total pada masing-masing indikator yang diperoleh masing-
masing subyek uji coba pada Tes 1
n
X ij =∑ I ijk
k=1
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
X ij =skor total subjek ke−i pada indikator ke− j
I ijk =skor subjek ke−iindikator ke− j soal ke−k
n=banyak soal
2. Menentukan nilai yang diperoleh masing-masing subyek uji coba pada tes 1
dengan rumus
X i 1 + X i 2 + X i 3 + X i 4 + X i 5+ X i 6
N 1 i= x 100
30
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
N 1 i=subjek ke−i padates ke−1
X i 1=skor subjek ke−i pada indikator ke−1
X i 2=skor subjek ke−i pada indikator ke−2
X i 3 =skor subjek ke−i padaindikator ke−3
X i 4=skor subjek ke−i pada indikator ke−4
X i 5 =skor subjek ke−i padaindikator ke−5
X i 6 =skor subjek ke−i padaindikator ke−6
3. Menghitung skor total pada masing-masing indikator yang diperoleh masing-
masing subyek uji coba pada tes 2
n
X ij =∑ I ijk
k=1
∑ N 1i
i=1
N 1=
n
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
n
∑ N2i
N 2= i=1
n
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
n
∑ N3i
i=1
N 3=
n
(Suharsimi Arikunto, 1989)
Keterangan:
n