Anda di halaman 1dari 10

ISBN: 978-602-74598-3-0 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.

0 (2019) (99-108)

Karakterisasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis dengan


analisis model rasch pada materi alat optik

Gini Erdiani*, W. Liliawati, Muslim

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia
*e-mail: ginierdiani97@gmail.com

Abstrak
Keterampilan berpikir kritis (KBK) merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa di
abad ke-21, karena telah menjadi salah satu kompetensi dalam tujuan pendidikan. Untuk mengetahui
keterampilan berpikir kritis siswa tentunya diperlukan suatu instrumen tes dengan karakteristik yang
sesuai. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkarakterisasi tes keterampilan berpikir kritis
berdasarkan analisis model Rasch dengan bantuan aplikasi Ministep. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain konstruksi dan validasi tes. Proses konstruksi menghasilkan tes KBK
berbentuk pilihan ganda yang mengukur 5 aspek KBK. Sedangkan, proses validasi didasarkan pada
penilaian 5 orang ahli dan uji coba tes oleh 75 partisipan dari SMA yang ada di Bandung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa validitas isi tes KBK berdasarkan analisis CVR (Content Validity Ratio)
dikategorikan valid. Selain itu hasil validitas empiris tes KBK menunjukkan bahwa terdapat 23 soal
yang valid. Reliabilitas tes memiliki reliabilitas dalam kategori cukup. Tingkat kesukaran tes KBK
menunjukkan soal dengan kriteria sukar terdapat pada soal S6 dengan nilai logit +1,31. Sedangkan,
soal yang termasuk kategori mudah terdapat pada soal S12 dengan nilai logit -2,74. Pada instrumen
tes KBK yang dikonstruksi masih terdapat beberapa soal yang bias terhadap jenis kelamin tertentu
yaitu soal S2, S8, S10, S16, S18, S19, S22, dan S23.

Kata kunci: model Rasch; karakterisasi tes; keterampilan berpikir kritis

1. Pendahuluan kompleks (Halpern, 2003 dalam Wartono


Berpikir kritis telah menjadi suatu dkk, 2018). Sejalan dengan pendapat
istilah yang ‘sangat populer’ dalam dunia Wagner (2010), ia mengidentifikasi ada
pendidikan di abad ke-21 (Fisher, 2009). sedikitnya tujuh kompetensi dan
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai keterampilan bertahan hidup yang perlu
proses dan kemampuan yang digunakan dimiliki oleh siswa dalam menghadapi
untuk memahami konsep, menerapkan, kehidupan dan dunia kerja di abad ke-21,
mensintesis dan mengevaluasi informasi yaitu: (1) kemampuan berpikir kritis dan
yang diperoleh atau informasi yang pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan
dihasilkan (Zubaidah, 2010). Di dunia saat kepemimpinan, (3) ketangkasan dan
ini, orang mengakses sejumlah besar kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan
informasi dengan cepat, namun pada berjiwa entrepeneur, (5) mampu
dasarnya tidak semua informasi yang berkomunikasi efektif baik secara oral
didapatkan bisa diyakini dan dijadikan maupun tertulis, (6) mampu mengakses
landasan dalam bertindak karena tidak dan menganalisis informasi, dan (7)
selalu informasi yang didapatkan tersebut memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
merupakan informasi yang benar. Oleh Keterampilan berpikir kritis
karena itu mereka membutuhkan memainkan peranan yang penting dalam
keterampilan berpikir lanjut untuk semua aspek kehidupan manusia
mengkategorikan informasi sebagai benar terutama aspek pendidikan. Oleh karena
dan tidak benar untuk pekerjaan atau itu, keterampilan berpikir kritis diperlukan
pengambilan keputusan (Oonsim dan untuk terus dilatihkan dalam proses
Chanprasert, 2017). pembelajaran (Kealey dkk, 2005 dalam
Keterampilan berpikir kritis perlu Wartono dkk 2018). Dengan tujuan agar
ditanamkan pada diri setiap siswa untuk menghasilkan peserta didik yang
menanggapi tantangan hidup yang sangat kompeten dan terampil dalam
100 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (99-108)

memecahkan masalah di kehidupan estimasi yang lebih tepat; keempat,


sehari-hari. Keterampilan berpikir kritis mampu mendeteksi ketidaktepatan model:
tidak hanya diterapkan dalam dan kelima, menghasilkan pengukuran
pembelajaran saja tetapi juga harus di yang replicable (Sumintono & Widhiarso,
dukung dengan instrumen penilaian yang 2014).
dapat mengukur tingkat keterampilan Melalui analisis model Rasch
berpikir kritis yang dimiliki siswa. dengan bantuan aplikasi Ministep,
karakteristik instrumen tes keterampilan
Instrumen tes fisika di sekolah hanya berpikir kritis yang terdiri dari validitas,
mengukur keterampilan berpikir dasar reliabilitas, tingkat kesukaran dan bias
siswa (Sugiarti dkk, 2017). Belum banyak butir soal dapat diketahui.
digunakan untuk mengukur keterampilan
berpikir kritis yang termasuk salah satu Kajian Pustaka
keterampilan berpikir tingkat tinggi. 1) Keterampilan Berpikir Kritis
Padahal, alat penilaian yang digunakan Keterampilan berpikir kritis
oleh guru memainkan peran penting merupakan salah satu keterampilan yang
dalam menilai prestasi siswa dan harus dilatihkan kepada siswa pada abad
pengembangan keterampilan berpikir kritis ke-21 ini. Di banyak negara, berpikir kritis
siswa (Ozsevgec, 2006). telah menjadi salah satu kompetensi dari
Dengan adanya alat penilaian tujuan pendidikan, bahkan sebagai salah
berupa instrumen tes dengan karakteristik satu sasaran yang ingin dicapai. Hal
tertentu yang mampu mengukur tersebut dilatarbelakangi kajian-kajian
keterampilan berpikir kritis siswa, yang menunjukkan bahwa berpikir kritis
diharapkan dapat memberikan informasi merupakan keterampilan berpikir tingkat
yang akurat yang dapat menggambarkan tinggi dan telah diketahui berperan dalam
keterampilan yang dimiliki siswa sebagai perkembangan moral, perkembangan
hasil dari proses pembelajaran. Untuk sosial, perkembangan mental,
mendapatkan instrumen tes yang baik perkembangan kognitif, dan
maka harus dilakukan analisis terhadap perkembangan sains (Hashemi dkk,
instrumen tersebut. 2010).
Analisis butir soal dalam penelitian Setiap orang memiliki keterampilan
ini menggunakan analisis model Rasch. berpikir yang berbeda-beda. Untuk
Model Rasch dapat mengubah data skor mengetahui keterampilan berpikir kritis
mentah menjadi data dengan interval yang yang dimiliki seseorang, kita dapat
sama sehingga menghasilkan skala mengunakan indikator-indikatornya
pengukuran yang linier, presisi dan sebagai acuan. Facione (2018) membagi
mempunyai satuan (Sumintono & KBK menjadi beberapa indikator seperti
Widhiarso, 2015). pada Gambar 2.1, yaitu interpretasi
Pemodelan Rasch (Rasch Model (interpretation), analisis (analysis),
Measurement) memiliki beberapa kesimpulan (inference), evaluasi
kelebihan dibandingkan dengan teori tes (evaluation), menjelaskan (explanation)
klasik. Kelebihan tersebut diantaranya, dan pengaturan diri (self-regulation).
yaitu pertama mampu memberikan skala Aspek-aspek tersebut telah dideskripsikan
liner dengan interval yang sama; kedua, lebih lengkap dalam Facione (2018)
dapat melakukan prediksi terhadap data sebagai berikut:
yang hilang; ketiga, bisa memberikan

Tabel 1 Enam KBK Berdasarkan Facione


Aspek Deskripsi Sub-Aspek
Interpretasi Memahami dan mengungkapkan makna dari berbagai (1) Mengategorikan
pengalaman, situasi, data, kejadian, pertimbangan, (2) Menguraikan arti
konveksi (permufakatan atau kesepakatan), penting
keyakinan, peraturan, prosedur atau kriteria. (3) Mengklarifikasi
G. Erdiani., dkk, - Karakterisasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis 101

Aspek Deskripsi Sub-Aspek


makna
Analisis Mengidentifikasi hubunganaktual yang dimaksud dan (1) Memeriksa gagasan
kesimpulan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, (2) Mengidentifikasi
deskripsi, atau bentuk representasi lainnya yang argumen
dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan, (3) Mengidentifikasi
penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau alasan dan klaim
pendapat.
Kesimpulan Mengidentifikasi dan memilah-memilih hal yang (1) Meminta bukti
dibutuhkan untuk menarik kesimpulanyang masuk (2) Membuat dugaan
akal; membuat dugaan dan hipotesis, kesimpulan atau
mempertimbangkan informasi yang relevan dan kesimpulan sementara
mengurangi konsekuensi dari data yang diperoleh, (3) Membuat kesimpulan
pernyataan, prinsip, bukti pertimbangan, keyakinan, yang logis dan valid
pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk atas dasar
representasi lainnya. pertimbangan
Evaluasi Menilai kredibilitas pertanyaan atau representasidalam (1) Menilai kredibilitas
bentuk lainnya seperti catatan, pengalaman, situasi, klaim
penilaian, keyakinan, atau opini seseorang; menilai (2) Menilai kualitas
hubungan kesimpulan antara pernyataan, deskripsi, argumen induktif (dari
pertanyaan, atau bentuk representasi lainnya. khusus ke umum) atau
deduktif.
Menjelaskan Menyampaikan dan membenarkan pemikirandalam (1) Menyatakan hasil
hal-hal seperti bukti, konseptual, metodologis, kritik, (2) Membenarkan atau
dan pertimbangan kontekstual dari sebuah hasil memberikan alasan
pemikiran (penalaran) yang beralasan; menyampaikan sebuah prosedur
pemikiran (penalaran) dalam bentuk argumen yang (3) Menyampaikan
beralasan. argumen
Pengaturan Secara sadar memantau diri dalam menerima (1) Pemantauan diri
Diri pengetahuan, hal-hal yang digunakan dalam kegiatan (2) Memeriksa diri
pemantauan diri, dan membuat hasil (keputusan)
terutama untuk menerapkan keterampilan analisis dan
mengevaluasi sebuah kredibilitas simpulan dengan
maksud mempertanyakan, mengkonfirmasikan,
memvalidasi atau mengoreksi penalaran diri atau
orang lain.
2) Model Rasch tingkat kemampuan siswa dan tingkat
Model Rasch pertama kali kesukaran item (butir soal) (Olsen, dalam
dikembangkan oleh matematikawan Sumintono, 2015).
Denmark, Dr. Georg Rasch pada tahun
1950-an. Model Rasch memiliki kemiripan 2. Metode
dengan model IRT (Item Response Penelitian ini menggunakan metode
Theory) 1 parameter logistik (1PL). Model kuantitatif deskriptif dengan desain
ini menghubungkan parameter orang konstruksi dan validasi yang merujuk pada
(kemampuan siswa) dan parameter item desain yang dikembangkan oleh Crocker,
(dalam hal ini tingkat kesukaran item) L.M. & Algina, J. (1986). Dalam penelitian
melalui suatu fungsi logaritma yang dapat ini langkah-langkah yang harus dilakukan
menghasilkan pengukuran dengan interval terdiri dari dua tahap utama yaitu tahap
yang sama, pengukuran ini memiliki konstruksi yang terdiri dari proses 1)
satuan baru yang disebut logit (log odds mengidentifikasi kegunaan tes; 2)
unit). Dari nilai logit yang diperoleh, akan mengidentifikasi karakteristik tes; 3)
diketahui bahwa tingkat kesuksesan siswa mempersiapkan spesifikasi tes; dan 4)
dalam mengerjakan soal bergantung pada mengkonstruksi butir soal, sedangkan
102 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (99-108)

tahap validasi terdiri dari proses 1) review bahan perbaikan. Setelah soal siap
soal oleh ahli (judgement) dan revisi; 2) uji digunakan, kemudian dilakukan uji
pendahuluan dan revisi; 3) uji lapangan; lapangan kepada 75 partisipan. Partisipan
dan analisis tes dengan model rasch. dalam penelitian ini adalah siswa siswi
Proses review soal dilakukan oleh SMA sederajat yang telah mempelajari
lima orang ahli, yang terdiri dari empat materi Alat Optik. Penelitian dilakukan di
orang dosen fisika dan satu orang guru SMA yang ada di kota Bandung. Data
mata pelajaran fisika SMA. Kemudian berupa jawaban siswa yang dihasilkan
hasil validasi dianalisis menggunakan dari uji lapangan kemudian dianalisis
teknik analisis CVR (Content Validity menggunakan model Rasch, untuk
Ratio). Instrumen tes KBK yang sudah diketahui karakter tes nya seperti validitas
teruji validitasnya, kemudian diuji cobakan tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes,
dalam skala kecil (uji pendahuluan) dan adanya bias tes.
kepada 20 orang siswa SMA yang sudah
mempelajari materi alat optik. Uji 3. Hasil dan Pembahasan
pendahuluan dilakukan tanpa ditentukan Penelitian ini bermaksud untuk
terlebih dahulu batas waktu mengetahui karakteristik dari tes
pengerjaannya, hal tersebut dimaksudkan keterampilan berpikir kritis yang
agar peneliti mendapatkan gambaran dikonstruksi. Hasil karakterisasi tes
estimasi waktu pengerjaan yang berdasarkan analisis model Rasch adalah
dibutuhkan untuk uji lapangan. Pada uji sebagai berikut.
pendahuluan pula dilakukan wawancara
kepada lima orang siswa untuk
mengetahui keterbacaan soal sebagai

Gambar 1. Validitas Tes KBK


G. Erdiani., dkk, - Karakterisasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis 103

a. Validitas Tes soal S8 dengan nilai ZSTD sebesar +2,49.


Pada Gambar 1 jika kita tinjau kolom Kemudian pada kriteria ketiga yaitu point
entry number menunjukkan nomor soal measure correlation yang disingkat CORR
yang diurutkan dari soal yang memiliki terdapat 14 butir soal yang tidak
validitas rendah menuju soal yang memenuhi kriteria diantaranya butir soal
memiliki validitas tinggi sedangkan kolom S1, S3, S4, S5, S6, S8, S10, S12, S13,
outfit dan kolom ptmeasure menunjukkan S16, S18, S19, S22 dan S23. Jadi dapat
kriteria validitas. dikatakan bahwa butir soal yang paling
Tes yang valid memenuhi minimal atas yaitu S8 mempunyai kecenderungan
dua dari tiga kriteria validitas. Kriteria tidak fit atau tidak valid, karena tidak
tersebut yaitu outfit means-square memenuhi dua dari tiga kriteria validitas.
(MNSQ), outfit z-standard (ZSTD) dan Sedangkan untuk butir soal yang lainnya
point measure correlation (CORR.). hanya tidak memenuhi satu kriteria saja.
Pada Gambar 1 diatas terlihat Maka dapat disimpulkan bahwa pada hasil
bahwa semua butir soal memenuhi kriteria uji validitas tes KBK terdapat satu soal
MNSQ dengan nilai MNSQ tertinggi 1,36 yang dikategorikan tidak valid yaitu butir
dan nilai terendah 0,58. Pada kriteria soal S8.
kedua yaitu ZSTD, hanya satu butir yang
tidak memenuhi kriteria tersebut yaitu butir

Gambar 2. Reliabilitas Tes KBK


104 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (99-108)

b. Reliabilitas Tes dan juga kualitas butir-butir soal dalam


Pada Gambar 2 tinjau nilai person instrumen tes KBK memiliki reliabilitas
realiability yang menunjukkan tingkat yang bagus sekali. Sehingga interaksi
reliabilitas siswa, nilai item reliability yang antara person dan item bisa dilihat pada
menunjukkan tingkat reliabilitas item/butir nilai cronbach alpha yaitu sebesar 0,69
soal, dan nilai cronbach alpha yang yang menunjukkan bahwa secara
menunjukkan nilai reliabilitas instrumen keseluruhan instrumen memilki reliabilitas
secara keseluruhan. yang cukup.
Berdasarkan Gambar 2 diatas dapat Untuk dapat mengetahui aspek KBK
diketahui bahwa instrumen tes KBK yang dan butir soal mana yang memiliki nilai
telah dikonstruksi memiliki nilai person reliabilitas dengan kategori lemah sampai
reliability sebesar 0,67 dan item reliability istimewa maka dilakukan uji reliabilitas
sebesar 0,93. Nilai tersebut memberikan testiap sub-aspek KBK. Hasil Uji
informasi bahwa siswa cukup konsisten reliabilitas disajikan dalam Tabel 1.
dalam menjawab soal-soal yang diujikan,

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Tes Per Sub-Aspek KBK

Dari Tabel 1 terlihat bahwa aspek kategori bagus (soal no. 23 dan 24),
berdasarkan hasil uji reliabilitas tes per 3 sub-aspek kategori cukup (soal no. 1, 2,
sub-aspek KBK pada kelompok pertama 5, 6, 20, dan 21), dan 4 sub-aspek
terdapat 6 sub-aspek yang termasuk kategori lemah (soal no. 9, 14, 19, dan
kategori bagus sekali (soal no. 3, 4, 7, 8, 22).
10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan 18), 1 sub
G. Erdiani., dkk, - Karakterisasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis 105

Gambar 3. Tingkat Kesukaran Tes

c. Tingkat Kesukaran dengan benar butir soal tersebut (kolom


Pada Gambar 3 kolom measure total score) dari 75 orang peserta tes.
menunjukkan nilai logit yang dimiliki setiap Sedangkan untuk butir soal yang memiliki
soal dari terbesar ke terkecil sedangkan tingkat kesukaran paling rendah (mudah)
kolom item menunjukkan urutan nomor adalah butir soal S12 dengan nilai logit
soal dari yang tersukar ke yang termudah. sebesar -2,74 dan hampir semua peserta
Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat tes dapat menjawab soal tersebut dengan
diketahui bahwa butir soal S6, S16 dan benar kecuali 6 peserta tes.
S22 memiliki tingkat kesukaran yang Dalam tabel diatas diketahui bahwa
paling tinggi diantara butir soal yang nilai standar deviasinya 1,06. Nilai ini
lainnya dengan nilai logit masing-masing dapat dijadikan acuan jika ingin
sebesar +1,31 (kolom measure) dan mengelompokkan tingkat kesukaran
terdapat 18 orang yang dapat menjawab soalnya.

Tabel 3. Pengelompokan Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes KBK


106 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (99-108)

Gambar 4. Bias Butir Tes KBK

d. Bias Butir S10, S16, S18, S19, S22 dan S23


Pada Gambar 4 kolom prob memiliki nilai probabilitas kurang dari 5%.
menunjukkan nilai probabilitas setiap soal Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-
sedangkan kolom name menunjukkan soal tersebut mengandung bias sehingga
nomor soal. perlu diperbaiki agar tidak merugikan
Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat kelompok gender tertentu.
diketahui bahwa pada butir soal S2, S8,

Gambar 5. Grafik Deteksi Bias Butir Tes KBK


G. Erdiani., dkk, - Karakterisasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis 107

Berdasarkan Gambar 5 diatas tertentu lebih diuntungkan dalam


terlihat bahwa butir soal S2 dan S18 menjawab soal dibanding individu dengan
mudah dikerjakan oleh laki-laki (ada di karakteristik lain (Sumintono & Widhiarso,
bawah), dibandingkan siswa perempuan. 2015). Faktor yang mempengaruhi
Sedangkan untuk butir soal S10, S16 dan terjadinya bias butir pada instrumen tes
S22 terlihat kurva warna merah berada adalah: 1) faktor peserta didik itu sendiri,
lebih kebawah, hal tersebut menandakan biasanya diakibatkan karena kondisi
bahwa soal tersebut mudah dikerjakan psikologis dan kesehatan pada saat
oleh perempuan. mengikuti tes; 2) faktor dari proses
Dari hasil penelitian yang didapatkan pembelajaran, faktor ini terjadi ketika anak
terlihat bahwa terdapat satu soal yang didik dalam memaknai ucapan atau
tidak valid yaitu soal S8. Hal tersebut bisa penjelasan dari guru yang kurang
disebabkan karena siswa kurang memahami materi yang disajikan oleh
termotivasi saat mengerjakan tes guru; 3) faktor dari pelaksana tes, karena
menyebabkan banyak siswa yang asal- pengawas pada saat itu tidak jeli atau
asalan mengerjakan tes. Dampaknya kurang mengawasi pada saat tes
adalah respons mereka bervariasi dan berlangsung sehingga peserta didik bebas
tidak konsisten, tergantung pada mood menyontek pada buku catatan atau
mereka saat merespons butir (Fisher, sesama peserta didik yang lain (peserta
1993). Faktor lainnya bisa disebabkan tes); 4) faktor lingkungan, terjadi karena
karena ukuran sampel yang dijadikan suasana lingkungan pada saat itu kurang
partisipan kurang begitu banyak. Jumlah mendukung misalnya sekitar ruangan
partisipan hanya terdiri dari 75 siswa. Hal ujian yang terlalu ribut oleh kelas lain yang
tersebut sejalan dengan pernyataan tidak belajar sehingga mengganggu
Sumintono dan Widhiarso (2015) yang konsentrasi peserta tes (Nurhidayah,
mengatakan bahwa nilai kesesuaian butir 2016).
(validitas) sangat dipengaruhi besarnya
ukuran sampel. Ia juga mengatakan faktor 4. Simpulan
yang menjadikan soal tidak valid Tes keterampilan berpikir kritis
diantaranya, banyaknya individu yang materi alat optik terdiri dari 24 soal pilihan
kurang termotivasi dalam mengerjakan ganda (multiple choice) yang mengacu
soal, atau soal yang memiliki daya beda pada 5 dari 6 aspek KBK menurut Facione
rendah. (2018) yaitu: interpretasi, analisis,
Dalam pemodelan Rasch, reliabilitas kesimpulan, evaluasi dan menjelaskan.
yang dihasilkan merupakan reliabilitas Hasil analisis data berdasarkan model
separasi. Reliabilitas ini melaporkan 2 hal Rasch menunjukkan: 1) Validitas tes
yaitu yaitu reliabilitas butir (item reliability) keterampilan berpikir kritis pada materi
dan reliabilitas orang (person reliability). alat optik dalam penelitian ini diketahui
Dalam penelitian ini terdapat beberapa memiliki validitas isi tes yang valid
soal yang memiliki nilai reliabilitas yang berdasarkan analisis CVR (Content
rendah sehingga dikategorikan lemah Validity Ratio). Kemudian, validitas empiris
yaitu soal no. 9, 14, 19, dan 22. Biasanya yang dihasilkan pada uji lapangan
reliabilitas yang rendah dikarenakan diketahui 23 soal dari 24 soal
sampel terlalu sedikit sehingga variasi dikategorikan valid. Soal yang tidak valid
hirarki pada penggaris logit hanya sedikit yaitu soal S8 karena tidak memenuhi
(Linacre, 2016 dalam Akhtar, 2017). minimal 2 dari 3 kriteria validitas (MNSQ,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ZSTD, dan point measure correlation). 2)
pada tes yang dikonstruksi terdapat Reliabilitas tes keterampilan berpikir kritis
beberapa soal yang mengandung bias pada materi alat optik berdasarkan
terhadap jenis kelamin yaitu soal S2, S8, analisis model Rasch dalam penelitian ini
S10, S16, S18, S19, S22 dan S23 karena termasuk kategori cukup. Dengan nilai
memiliki nilai probabilitas kurang dari 5%. cronbach alpha (reliabilitas tes) sebesar
Suatu butir soal disebut bias jika didapati 0,69. Serta memiliki nilai item reliability
bahwa individu dengan karakteristik
108 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (99-108)

sebesar 0,93 (kategori bagus sekali) dan of Grade 11 Students by STEM


person reliability sebesar 0,67 (kategori Education: A Focus on
cukup). Beberapa soal memiliki reliabilitas Electrostatic in Physics. Rangsit
item yang lemah yaitu soal S9, S14, S19, Journal of Educational Studies,
dan S22. 3) Tingkat kesukaran dalam Vol.4, No.1, pp.54-59.
penelitian ini menunjukkan bahwa soal S6, Ozsevgec, T., dan Cepni, S. 2006.
S16 dan S22 memiliki tingkat kesukaran Relation between Science
yang paling tinggi karena memiliki nilai Teachers' Assessment Tools and
logit paling besar yaitu +1,31 dan soal S12 Students Cognitive Development.
memiliki tingkat kesukaran yang paling Online Submission, 1(7), 222-226.
rendah karena memiliki nilai logit -2,74. 4) Sugiarti, T., dkk. 2017. Development of
Hasil deteksi adanya bias butir soal tes Assessment Instrument of Critical
keterampilan berpikir kritis berdasarkan Thinking in Physics at Senior High
analisis model Rasch dalam penelitian ini School. In Journal of
diketahui berdasarkan nilai probabilitas Physics:Conference Series (Vol.
yang kurang dari 0,05. Soal yang 812, No. 1, p. 012018). IOP
mengandung bias terdapat pada soal S2 Publishing.
dan S18 karena lebih menguntungkan Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2014.
siswa laki-laki dan soal S10, S16 dan S22 Aplikasi model Rasch untuk
lebih menguntungkan siswa perempuan. penelitian ilmu-ilmu sosial (edisi
revisi). Trim Komunikata Publishing
Daftar Pustaka House.
Akhtar, Hanif. 2017. Berkenalan Dengan Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2015.
Rasch Model. [Online]. Diakses Aplikasi pemodelan rasch pada
dari assessment pendidikan. Trim
https://www.semestapsikometrika.c Komunikata.
om/2017/07/berkenalan-dengan- Wagner, T. 2010. Overcoming the global
rasch-model.html. achievement gap. Cambridge,
Facione, P. A. 2018. Critical thinking: Mass., Harvard University.
What it is and why it counts. Insight Wartono, W., dkk. 2018. How are the
assessment, 2007(1), 1-23. physics critical thinking skills of the
Fisher, R. J. 1993. Social desirability bias students taught by using inquiry-
and the validity of indirect discovery through empirical and
questioning. Journal of consumer theorethical overview. Eurasia
research, 20(2), 303-315. Journal of Mathematics, Science
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah and Technology Education, 14(2),
Pengantar. Diterjemahkan oleh: 691-697.
Hadinata, B. Jakarta: Erlanggga. Zubaidah, S. 2010. Berpikir Kritis:
Hashemi, SA, dkk. 2010. Science Kemampuan Berpikir Tingkat
Production In Iranian Educational Tinggi yang Dapat Dikembangkan
System By The Use Of Critical melalui Pembelajaran Sains. In
Thinking. International Journal of Makalah Seminar Nasional Sains
Instruction January 2010. Vol.3, dengan Tema Optimalisasi Sains
No.1 untuk memberdayakan Manusia.
Oonsim, W., dan Chanprasert, K. 2017. Pascasarjana Unesa (Vol. 16).
Developing Critical Thinking Skills

Anda mungkin juga menyukai