Anda di halaman 1dari 22

PERAN PEMIMPIN DALAM FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

( CRITICAL THINKING )

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Kepemimpinan Keperawatan dalam Pelayanan Kesehatan
Dosen Pengampu: Dr.Blasius Dedi.,SKp.,M.Kep

Oleh:
Hadi Suweko
NIM : 22020118410046

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berpikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin,

masyarakat dan dalam dunia akademis. Selain itu mendorong dan mengembangkan

sikap serta pemikiran yang kritis-prinsipal dan kreatif-realistis, berdasarkan kepekaan

hati nurani yang luhur. Dalam lingkungan akademik yang selalu berdialektika dengan

konteks lingkungan alam dan masyarakat, berpikir kritis merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Menurut Immanuel Kant sang pelopor

filsafat kritisisme, baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah.

Kant berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan paduan atau sintesis

antara unsur-unsur a priori (unsur-unsur yang terlepas dari pengalaman, berasal dari ide)

dengan unsur-unsur a posteriori (unsur-unsur yang melekat dengan pengalaman) (Dalam

buku Ringkasan Sejarah Filsafat, K. Bertens, 2011). Menurut kant dalam mencari

kebenaran pengetahuan, syarat yang harus dilakukan adalah bahwa bahan dari dunia

luar diatur oleh indera dalam waktu serta ruang, dan hasilnya mencapai kesatuan lebih

tinggi lagi berkat kategori-kategori akal budi, dan inilah kritisisme (dalam K. Bartens,

Filsuf filsuf besar tentang manusia, 1991).

Selain dalam dunia akademis, lingkungan kerja juga menuntut kemampuan

berpikir kritis sebagai syarat mutlak dalam melihat kompetensi kandidat calon pekerja.

Dengan berpikir kritis, seseorang akan mampu untuk berpikir analitis, strategik, holistic
dan komprehensif. Hal ini akan mengarahkan para pekerja mampu untuk bersikap

mandiri dan bertanggung jawab. Dengan kekritisan, seseorang mampu menganalisis

kebutuhan diri dan kebutuhan perusahaan tempat dia bekerja. Seseorang dapat berpikir

secara sitematik dalam sebuah system yang kompleks, apabila ia memiliki kemampuan

berpikir kritis. Dalam buku system thinking, creative holism for managers (Jackson,

2003), berpikir kritis dan bertindak kritis merupakan salah satu pendekatan dalam

memahami system yang kompleks dan holistic. Dengan demikian berpikir kritis

menjadi syarat penting bagi individu dalam kompetisi di dunia global saat ini.

Berdasarkan hasil survey di tahun 2015 yang dilakukan oleh Bloomberg,

lembaga survei terkemuka didunia, terhadap 1.320 perekrut tenaga kerja di lebih dari

600 perusahaan di Amerika, untuk mengetahui keterampilan apa saja yang inginkan dan

dibutuhkan oleh perusahaan? Dalam survei ini, menempatkan karakteristik lulusan dari

122 Universitas terbaik di Amerika sebagai pembanding. Pada hasil survei tersebut,

diketahui bahwa untuk semua jenis industri membutuhkan kompetensi calon pekerja,

lulusan perguruan tinggi, yang mampu berpikir analitis, mampu untuk bekerja secara

bersama-sama, mampu berpikir strategik, memiliki kemampuan memecahkan masalah

secara kreatif, memiliki kemampuan memimpin, dan memiliki kemampuan

berkomunikasi. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat dibutuhkan oleh perusahaan di

Amerika, dan orang-orang dengan komptensi tersebut sangat ingin dimiliki oleh tiap

perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang lebih spesifik berkaitan dengan

teknologi, lebih membutuhkan pekerja yang memiliki kompetensi, mampu berpikir

analitis, mampu bekerja secara bersama-sama, memiliki kemampuan memimpin,

mampu berpikir strategic, dan mampu berkomunikasi secara baik.


Dari hasil survei yang dilakukan oleh Bloomberg, diketahui bahwa kompetensi

berpikir analitis dan strategik itu sangat penting. Dan pisau bedah yang membantu

seseorang untuk dapat berpikir analitis dan strategic adalah berpikir kritis. Kemampuan

berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Menurut

Krulik dan Rudnick (1999), bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan aktivitas

berpikir tingkat tinggi, yang dapat dilatih sejak dini. Berpikir kritis ini mengaktifkan

kemampuan melakukan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi pertanyaan, kesimpulan

logis, memahami implikasi argumen (Friedrichsen, 2001). Memang tidak dapat

dipungkiri bahwa kompetensi ini pertama kali digunakan dalam bidang matematika,

namun pada perkembangan selanjutnya berperan sangat penting sebagai problem

solving dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

Dengan melihat pentingnya berpikir kritis bagi diri sendiri dan memenangkan

kompetisi global, maka mengetahui dan memahami cara berpikir kritis itu sangat

penting. Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara umum pemahaman tentang berpikir

kritis, indikator dan atau ciri dari berpikir kritis, dan bagaimana cara meningkatkan

kemampuan tersebut. Diharapkan dengan memahami secara umum poin-poin tersebut,

maka setiap individu berani untuk menerapkan pemikiran kritis dalam lingkungan

akademik, dan lingkungan sosial sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian berpikir kritis?

2. Apa saja yang termasuk ciri-ciri berpikir kritis?

3. Apa saja yang termasuk unsur-unsur berpikir kritis?


4. Apa saja indikator dalam berpikir kritis?

5. Apa saja manfaat berpikir kritis?

6. Apa saja yang termasuk penerapan kemampun berpikir kritis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian berpikir kritis.

2. Mengetahui ciri-ciri berpikir kritis.

3. Mengetahui unsur-unsur berpikir kritis.

4. Mengetahui indikator dalam berpikir kritis

5. Mengetahui manfaat berpikir kritis

6. Mengetahui penerapan kemampun berpikir kritis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Kritis

Dari berbagai pemahaman diatas, istilah ini dijelaskan dengan tepat oleh Alec

Fisher (2009), bahwa berpikir kritis sebagai :

Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang

berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Berpikir kritis memerlukan upaya

keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti

pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting

diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan

atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran

merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan

masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan

membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif

dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan

mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala

menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis


juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan

dituju.

Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985)

Berpikir kritis adalah kemampuan :

(1) Menentukan kredibilitas suatu sumber

(2) Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan

(3) Membedakan fakta dari penilaian

(4) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan

(5) Mengidentifikasi bias yang ada

(6) Mengidentifikasi sudut pandang

(7) Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006)

Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep,

mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai

informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses

ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.

Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007)

Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan

mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.


2.2 Ciri prilaku berpikir kritis :

1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh

pertimbangan

2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan

3. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis

4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan

5. Bersikap cermat, jujur dan ikhas

6. Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan

merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat

Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita jadikan

standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:

1. Clarity (Kejelasan)

Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit

dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang

lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”. Kejelasan merupakan pondasi

standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah

sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka

kita tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan

tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan pendidik

dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka

kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi

jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh

pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari

berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka

berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan

sehari-hari?”.

2. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).

Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui

pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan?”; “Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”;

“Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas, tetapi

tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, “Pada umumnya anjing berbobot

lebih dari 300 pon”.

3. Precision (ketepatan)

Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat mendetail.

Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah

pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?”;

“Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan dapat saja

mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya “Aming sangat

berat” (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)
4. Relevance (relevansi, keterkaitan)

Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan

berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat

diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana menghubungkan

pernyataan atau respon dengan pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang diungkapkan

itu menunjang permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat,

tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha

apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya.

Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal

tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka dalam

meningkatkan kemampuannya.

5. Depth (kedalaman)

Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada

pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan

sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan

terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi

persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat

dangkal (kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan tidak”.

Ungkapan tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka penolakan terhadap

obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat, tepat,

relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan

bermacam-macam.
6. Breadth (keluasaan)

Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini.

Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah

memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang

dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut

menurut… Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi persyaratan kejelasan,

ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya

kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang

tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.

7. Logic (logika)

Logika berkaitan dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan

konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak

lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan

sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita

akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita

berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan

mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika

berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung

atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.

2.3 Unsur-Unsur Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang

disingkat menjadi FRISCO :


1. F (Focus)

Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa

memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu

mengenai apa.

2. R (Reason)

Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan

yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

3. I (Inference)

Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting

dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari

pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

4. S (Situation)

Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu

memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,

bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.

5. C (Clarity)

Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

6. (Overview)

Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.


2.4 Indikator dalam Berpikir Kritis

Menurut Ennis dalam Muhfahroyin (2009: 1) ada 12 indikator kemampuaan

berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis,

yaitu:

1. Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan pertanyaan,

menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu

penjelasan).

2. Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah sumber

dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan

hasil observasi).

3. Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan

nilai pertimbangan).

4. Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan

pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi).

5. Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi

dengan orang lain).

2.5 Manfaat Berpikir Kritis

1. Memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif


Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki kemampuan

untuk berpikir jernih dan rasional. Dimana Anda juga akan dapat berpikir

secara mandiri dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan

dan pikiran yang tidak Anda rencanakan, terjadi secara spontan dan begitu saja,

secara refleks otak Anda akan memikirkan suatu hal serta melakukan hal-hal

lain tanpa perlu Anda memikirkan atau menyuruh otak Anda untuk memikirkan

secara ulang. Terbiasa berpikir kritis juga akan membuat Anda memiliki

banyak alternatif jawaban serta ide-ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu

masalah, Anda tidak hanya terpaku pada satu jalan keluar atau penyelesaian,

Anda akan memiliki banyak opsi atau pilihan penyelesaian masalah tersebut.

Berpikir kritis akan membuat Anda memiliki banyak ide-ide kreatif dan

inovatif serta out of the box ( Costa , 1985).

2. Mudah memahami sudut pandang orang lain

Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak akan

terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda

lebih mudah untuk menerima pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda

dari persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan,

namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan sendirinya,

secara spontanitas, hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain

dari memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih

mudah memahami sudut pandang orang lain. Tidak terlalu terpaku pada

pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka terhadap pemikiran, ide, atau

pendapat orang lain.


3. Menjadi rekan kerja yang baik

Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir

kritis. Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja

Anda lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam menerima

pendapat orang lain, Anda tentu kaan lebih dihormati oleh rekan kerja Anda.

Karena Anda mau menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka. Maka

rekan kerja Anda pasti akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang baik.

Di dalam lingkungan kerja, hal lain yang penting selain pekerjaan dan

hubungan dengan atasan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu

saja dipengaruhi oleh rekan-rekan kerja Anda. Jika hubungan Anda baik

dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga akan lebih baik dan lebih

kondusif serta produktif dalam bekerja.

4. Lebih Mandiri

Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak

harus selalu mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit

dan sulit serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu

seseorang yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Anda

sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran

yang kritis, Anda dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-saran

penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak

Anda untuk berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.

5. Sering menemukan peluang baru


Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan peluang-

peluang baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha

Anda. Berpikir kritis membuat pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa

suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada

kewaspadaan Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran

yang tajam serta mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan.

Berpikir kritis akan menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam

menemukan peluang tersebut jika dibandingkan dengan orang yang tidak

terbiasa berpikir kritis.

6. Meminimalkan salah persepsi

Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat

Anda menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga

percaya akan pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang

kritis Anda akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan

mudah salah dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar hanya dengan

orang lain mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Anda tahu sebuah

persepsi dari orang lain tersebut salah Anda akan membantu bukan hanya diri

Anda tapi juga orang tersebut. Dengan semakin Anda berpikir kritis hal ini

akan meminimalkan salah persepsi.

7. Tidak mudah ditipu

Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta beralasan.

Anda mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Anda akan menganalisa


suatu anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan dengan sebuah fakta.

Anda tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut

akan memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Anda

akan memproses suatu informasi apakah relevan atau sesuatu yang mustahil

sehingga Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak benar atau

mengandung unsur kebohongan. Berpikir kritis menuntun Anda lebih selektif

dalam mengolah informasi, sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena

setiap mendapat suatu informasi, Anda tidak akan langsung mempercayainya

begitu saja, namun Anda akan menganalisisnya kembali secara rasional.

2.6 Penerapan Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Bridget Arend (2009: 5) berpikir kritis mengembangkan salah

satu cara berpikir secara mandiri tentang penyelesaian masalah. Untuk itu sikap

ini menuntut waktu dan kedisiplinan, serta kemampuan untuk mengembangkan

dan menyatakan ide-ide penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan

sebuah pemikiran yang kritis dan direncanakan. mengembangkan salah satu cara

berpikir secara mandiri tentang penyelesaian masalah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang berpikir kritis

memiliki ciri-ciri: (1) Mampu menyelesaikan suatu masalah dengan tujuan

tertentu, (2) Mampu menganalisis, menggeneralisasikan, mengorganisasikan ide

berdasarkan fakta/ informasi yang ada, dan (3) Mampu menarik kesimpulan

dalam menyelesaikan masalah tersebut secara sistematik dengan argumen yang

benar.
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-

110), beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya

adalah dengan meningkatkan daya analisis dan mengembangkan kemampuan

observasi/mengamati. Sedangkan menurut Christensen dan Marthin dalam

Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan

keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi

pembelajaran yang baru.Selain itu Tyler (2003: 21) berpendapat bahwa

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh

keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan

kemampuan berpikir siswa.

Contoh Penerapan Kemampuan Berpikir Kritis antara lain :

1. Mendefinisikan dan Mengklarifikasi Masalah

2. Mengidentifikasi isu atau masalah.

3. Mengkaji persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.

4. Menentukan manakah informasi yang relevan.

5. Mengakumulasikan pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.

6. Menentukan Informasi-Informasi yang Relevan dengan Masalah

7. Membedakan antara fakta, opini, dan keputusan logis.

8. Mengecek konsistensi.

9. Mengenali stereotip dan klise.


10. Mengenali bias, faktor-faktor emosional, propaganda, dan istilah semantik.

11. Mengenali nilai sistem dan ideologi yang berbeda.

12. Menyelesaikan Masalah

13. Mengenali ketepatan data.

14. Memprediksi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap

orang terkhususnya masyarakat akademik. Oleh sebab itu cara berpikir kritis perlu

diajarkan dengan berbagai pendekatan dan metode dalam aktivitas formal maupun

non formal. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan, mengingat bahwa saat ini

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan

memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah

dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Dengan

kemampuan berpikir kritis, seseorang dapat menjadi penguasa dan pengelolah

informasi tersebut, untuk tujuan tertentu. Kritis membawa seseorang menjadi

manusia yang rasional sekaligus empiris

Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan

penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses

mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan menilai/memutuskan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan

bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya

dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan

dalam pemecahan masalah dan pencarian solusi. Pengembangan kemampuan

berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan,

seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan


keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini,

maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan

dengan hasil yang memuaskan


DAFTAR PUSTAKA

1. Arend, Bridget. 2009, Encouraging critical thinking in online threaded discussions.


The Journal of Educators Online, 6/1

2. Angelo, T. A. 1995, Classroom Assessment for Critical Thinking. Teaching of


Psychology. Vol. 22

3. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru .


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

4. Terry, G. R (1993). Prinsip-prinsip Manajemen (Terjemahan dari J.Smith D. F. M.).

Jakarta : Bumi Aksara.

5. Hassoubah, I. J. ( 2004 ) Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa

6. Ennis, R. H. ( 1981 ). Critical Thinking. United States of America : Pretice- Hell, Inc.

7. Costa. A. L. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking (ed).
Alexandria: ASDC.
8. Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai