Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya kepada kita
semua sehingga tugas Makalah “Karakaterisitik Berpikir Kritis” ini dapat saya selesaikan.
Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata Metodologi
Keperawatan.

Saya berharap semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi Makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Saya menyadari Makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya
Makalah ini dapat dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin.

gorontalo, juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4

1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 4

1.3 Ruang Lingkup Penulisan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berfikir Kritis ............................................................................................... 6

2.2 Ciri-Ciri Berfikir Kritis.................................................................................................... 7

2.3 Karakteristik dan Indikator Berfikir Kritis....................................................................... 9

2.4 Tahapan Berfikir Kritis ................................................................................................... 10

2.5 Perbedaan Antara Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis........................................... 12

2.6 Manfaat Berfikir Kritis .................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 13

5.2 Saran ................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini
(Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir


kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan
penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan
sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian
dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan Umum

 Membahas lebih dalam tentang berpikir kritis

1.2.2 Tujuan Khusus

 Mengetahui definisi berfikir kritis


 Mengetahui ciri-ciri seseorang berfikir kritis
 Mengetahui apa saja karakteristik dan indikator kemampuan berfikir kritis
 Mengetahui tahapan berfikir kritis
 Mengetahui perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis
 Mengetahui manfaat berfikir kritis
 Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis
 Mengetahui pembahasan mengenai kasus tersebut
1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Dalam makalah ini ditulis dengan batasan informasi yang didapat tentang Berpikir Kritis
Dalam Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berfikir Kritis


Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang
dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang digunakan
dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar.
Beberapa pengertian mengenai keterampilan berpikir kritis diantaranya:
1. Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir
disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-
penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian)’
2. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56) memandang berpikir
kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah
penuntun menuju kepercayaan dan aksi.
3. Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah
sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis
dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis,
menguji dan mengevaluasi.
4. Menurut Halpern (Rudd et al, 2003 : 128) mendefinisikan critical thingking as ‘...the
use of cognitive skills or strategies that increase the probability of desirable
outcome.’
5. Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang dalam
mengungkapakan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu
kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”Berpikir kritis tidak sama dengan
mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan memiliki banyak
fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu
menyimpulkan dariapa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan
informasi untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang
relevan untuk dirinya.
Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentative atau mengecam orang lain.
Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis dapatdigunakan
untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat
memainkan peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun
melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melakukan introspeksi tentang
kemungkinan bias dalamalasan yang dikemukakannya

Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis di atas maka dapat


dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang
melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap
permasalahan.

2.2 Ciri-Ciri Berfikir Kritis


1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap
kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan
konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks.
Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin,
terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan
kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen
untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita.Saat kita mulai untuk
berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu:
a. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk
jawaban dari pertanyaan tersebut.
b. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa.
c. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
d. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.
e. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.
f. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.
g. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah
kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi
(relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth),
kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan
bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun


kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal
sebagai berikut. Tujuan dari sebuah gagasan/ide.
1. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide.
2. Sudut pandang dari gagasan/ide.
3. Informasi yang muncul dari gagasan/ide.
4. Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul.
5. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut.
6. Implikasi dan konsekuensi.
7. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut.

Dasar-dasar ini yang pada prinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan
berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek
pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai
ilmiah yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat
dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita pikirkan.

Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia
akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses
berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam
sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran
kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada
akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis
yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi
penambah masalah. Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan
semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga
sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan.
2.3 Karakteristik dan Indikator Berfikir Kritis
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. kegiatan merumuskan pertanyaan,
2. membatasi permasalahan,
3. menguji data-data,
4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6. menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8. mentoleransi ambiguitas.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-
15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-
pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk
sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber
pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan
fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
e. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang
akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa, 1985 : 54)
dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima
kelompok besar yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2. Membangun keterampilandasar (basic support).
3. Menyimpulkan (interference).
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

2.4 Tahapan Berfikir Kritis


1. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur
ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut . Dalam
keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara
menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan
terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-
langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan
(Harjasujana, 1987: 44).
Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis,
diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan,
menghubungkan, memerinci, dan sebagainya.
2. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan
keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan
bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis
menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi
bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di
dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol
(Harjasujana, 1987: 44).
3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian
baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga
setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan,
sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca
mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang
lingkup baru (Walker, 2001:15).
4. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu
formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh
dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir
yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah
pemikiran atau pengetahuan yang baru.
5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu
dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar
memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu
(Harjasujana,1987:44). Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi
merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa ituntut agar ia
mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.
2.5 Perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis
 Pemikir kritis
 Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkannya dari
informasi yang irelevan
 Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah atau
mengambil keputusan, dan jika perlu mencari informasi tambahan yang
relevan
 Bukan pemikir kritis
 Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi sama
pentingnya
 Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti.

2.6 Manfaat berfikir kritis


1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen
2. Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan denga njelas
3. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
4. Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang
kuat
5. Membiasakan berpikiran terbuka
6. Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada lainnya
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan proses
kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.

5.2 Saran
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang berjudu
Berfikir Kritis ini berguna untuk menambah pemahaman dan wawasan bagi pembaca, terlebih
lagi sebagai bekal untuk melakukan proses pembelajaran sebagai calon guru. Selain itu juga
diharapkan agar selalu berusaha terus memenuhi rasa ingin tahu hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

http://rhanoanakke3.blogspot.com/2012/11/konsep-berfikir-kritis.html

http://muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/konsep-berfikir-kritis-dalam-
keperawatan/

http://yadnoyahoocom.blogspot.com/2011/10/berfikir-kritis-dalam-keperawatan.html

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-berpikir-kritis-menurut-para-ahli/

Maryam, Siti R.2008.Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan.Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran

Perry dan Potter.2005.fundamental keperawatan.Jakarta.EGC.

Anda mungkin juga menyukai