Anda di halaman 1dari 24

Berfikir Kritis

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi
tujuan pokok dalam  pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah
menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1).
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman  pengajar tentang berpikir kritis
menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan
berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun
kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT,
Soden R., 2000).
Kemampuan berpikir kritis adalah kesatuan makna yang terdiri dari tiga kata, yaitu kemampuan,
berpikir dan kritis. Menurut KBBI, (2002 hlm 707), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kekuatan, sanggup melakukan sesuatu. Pengertian berpikir (KBBI, 2002 hlm 872 adalah menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pengertian kritis adalah bersifat
tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan.
Menurut Gede Putra Adnyana (2011), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara
terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
Berpikir kritis merupakan suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan penggunaan nalar.
Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan,
mengkategorikan, seleksi, dan memutuskan.Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang
tepat dalam berpikir dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan
lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah
maupun pencarian solusi.

1.2 Rumusan Masalah.

Apa pengertian berpikir kritis?


Apa saja yang termasuk ciri-ciri berpikir kritis?
Apa saja yang termasuk unsur-unsur berpikir kritis?
Apa saja indikator dalam berpikir kritis?
Apa saja manfaat berpikir kritis?
Apa saja yang termasuk penerapan kemampun berpikir kritis?
 
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian berpikir kritis.
Mengetahui ciri-ciri berpikir kritis.
Mengetahui unsur-unsur berpikir kritis.
Mengetahui indikator dalam berpikir kritis
Mengetahui manfaat berpikir kritis
Mengetahui penerapan kemampun berpikir kritis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang
sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif.
Berikut ini disajikan 10 buah definisi mengenai berpikir kritis (keterampilan
berpikir kritis).
Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962)
Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan.
Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985)
Berpikir kritis adalah kemampuan :
(1) Menentukan kredibilitas suatu sumber
(2) Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan
(3) Membedakan fakta dari penilaian
(4) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan
(5) Mengidentifikasi bias yang ada
(6) Mengidentifikasi sudut pandang
(7) Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006)
Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai
informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil
proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007)
Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan 
mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986)
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan
dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan,
menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.
Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991)
Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk
menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap
reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993)
Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa
saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani
secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan
standar-standar intelektual padanya.
Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985)
Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.
Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995)
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.
Ciri-Ciri Berpikir Kritis
Ciri prilaku berpikir kritis (2010):
Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan
Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara
sistematis
Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
Bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah. Baik dalam mengerjakan pekerjaan
yang berkaitan dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur
atau tidak berlaku adil.
Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan
merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman,
kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan mengakibatkan hal yang
sebaliknya
Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita
jadikan standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:
Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit
dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang
lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”. Kejelasan merupakan pondasi
standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah
sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian,
maka kita tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami
pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan pendidik
dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka
kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi
jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh
pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari
berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar
mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam
kehidupan sehari-hari?”.
 
Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui
pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan?”; “Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”;
“Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas,
tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, “Pada umumnya anjing
berbobot lebih dari 300 pon”.
 
Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat
mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan
sebuah pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat
terurai?”; “Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan
dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya
“Aming sangat berat” (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu
pon atau 500 pon!)
 
Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan
berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat
diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana menghubungkan
pernyataan atau respon dengan pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang diungkapkan
itu menunjang permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat,
tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir,
usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan
kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar
siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan
mereka dalam meningkatkan kemampuannya.
 
Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada
pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan
sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan
terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi
persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat
dangkal (kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan tidak”.
Ungkapan tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka penolakan
terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas,
akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat
ditafsirkan dengan bermacam-macam.
 
Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini.
Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah
memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang
dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut
menurut… Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi persyaratan kejelasan,
ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya
kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang
tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.
 
Logic (logika)
Logika berkaitan dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan
konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak
lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan
sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir,
kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita
berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan
mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika
berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung
atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.
 
Unsur-Unsur Berpikir Kritis
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :
F (Focus)
Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
R (Reason)
Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang
dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
I (Inference)
Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting dari
langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
S (Situation)
Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
C (Clarity)
Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
(Overview)
Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.
 
Indikator dalam Berpikir Kritis
Menurut Ennis dalam Muhfahroyin (2009: 1) ada 12 indikator kemampuaan
berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis,
yaitu:
Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan).
Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan
hasil observasi).
Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,
menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan
nilai pertimbangan).
Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan pertimbangan
definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi).
Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi
dengan orang lain).
 
Manfaat Berpikir Kritis
Memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif
Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki kemampuan untuk
berpikir jernih dan rasional. Dimana Anda juga akan dapat berpikir secara mandiri
dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran yang
tidak Anda rencanakan, terjadi secara spontan dan begitu saja, secara refleks otak
Anda akan memikirkan suatu hal serta melakukan hal-hal lain tanpa perlu Anda
memikirkan atau menyuruh otak Anda untuk memikirkan secara ulang. Terbiasa
berpikir kritis juga akan membuat Anda memiliki banyak alternatif jawaban serta
ide-ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu masalah, Anda tidak hanya terpaku
pada satu jalan keluar atau penyelesaian, Anda akan memiliki banyak opsi atau
pilihan penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis akan membuat Anda
memiliki banyak ide-ide kreatif dan inovatif serta out of the box.
 
Mudah memahami sudut pandang orang lain
Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak akan
terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda lebih
mudah untuk menerima pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari
persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan, namun jika
Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan sendirinya, secara
spontanitas, hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari
memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih mudah
memahami sudut pandang orang lain. Tidak terlalu terpaku pada pendapat Anda
sendiri, dan lebih terbuka terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.
Menjadi rekan kerja yang baik
Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir kritis.
Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja Anda
lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang
lain, Anda tentu kaan lebih dihormati oleh rekan kerja Anda. Karena Anda mau
menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka. Maka rekan kerja Anda
pasti akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang baik. Di dalam lingkungan
kerja, hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan dengan atasan adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan
kerja Anda. Jika hubungan Anda baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja
juga akan lebih baik dan lebih kondusif serta produktif dalam bekerja.
 
Lebih Mandiri
Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak harus
selalu mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit
serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu seseorang
yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Anda sendiri juga
mampu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran yang kritis,
Anda dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah
yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda untuk berpikir lebih
kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.
 
Sering menemukan peluang baru
Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan peluang-
peluang baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha
Anda. Berpikir kritis membuat pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa suatu
masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kewaspadaan Anda
itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran yang tajam serta
mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan. Berpikir kritis akan
menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam menemukan peluang
tersebut jika dibandingkan dengan orang yang tidak terbiasa berpikir kritis.
 
Meminimalkan salah persepsi
Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat
Anda menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga
percaya akan pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang kritis
Anda akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan mudah
salah dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar hanya dengan orang lain
mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Anda tahu sebuah persepsi dari orang
lain tersebut salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda tapi juga orang
tersebut. Dengan semakin Anda berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah
persepsi.
 
Tidak mudah ditipu
Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta beralasan. Anda
mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Anda akan menganalisa suatu
anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan dengan sebuah fakta. Anda tidak
mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut akan
memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Anda akan
memproses suatu informasi apakah relevan atau sesuatu yang  mustahil sehingga
Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak benar atau mengandung unsur
kebohongan. Berpikir kritis menuntun Anda lebih selektif dalam mengolah
informasi, sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena setiap mendapat suatu
informasi, Anda tidak akan langsung mempercayainya begitu saja, namun Anda
akan menganalisisnya kembali secara rasional.
 
Penerapan Kemampuan Berpikir Kritis
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-
110), beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah
dengan meningkatkan daya analisis dan mengembangkan kemampuan
observasi/mengamati. Sedangkan menurut Christensen dan Marthin dalam
Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi
pembelajaran yang baru.Selain itu Tyler (2003: 21) berpendapat bahwa
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa.

Contoh Penerapan
Masalah
Kemampuan Berpikir Kritis

Mendefinisikan dan Mengidentifikasi isu atau masalah.


Mengklarifikasi Masalah Mengkaji persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan.
Menentukan manakah informasi yang relevan.
Mengakumulasikan pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.

Membedakan antara fakta, opini, dan keputusan logis.


Mengecek konsistensi.
Menentukan Informasi-Informasi yang Relevan Mengenali stereotip dan klise.
dengan Masalah
Mengenali bias, faktor-faktor emosional, propaganda,
dan istilah semantik.
Mengenali nilai sistem dan ideologi yang berbeda.

Mengenali ketepatan data.


Menyelesaikan Masalah
Memprediksi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi

 
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan
penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan
proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan
menilai/memutuskan.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah dan pencarian solusi.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan
kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan
DAFTAR PUSTAKA
Murtadho, Fathiaty. 2012. Jurnal “Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif Sarana
Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi” State University of Jakarta, Indonesia
Munandar, S. C. Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
https://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/
blog.elearning.unesa.ac.id/penalaran-berpikir-kritis-roberth-h.ennis.html
uinsuska.academia.edu/Upaya_Meningkatkan_Kemampuan_Berpikir_Kritis.html
http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2013/07/berpikir-kritis-dan-pengambilan.html

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan
sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik
pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1).

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman  pengajar tentang


berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan
atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali
pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun
kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan
berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

Kemampuan berpikir kritis adalah kesatuan makna yang terdiri dari tiga kata,
yaitu kemampuan, berpikir dan kritis. Menurut KBBI, (2002 hlm 707),
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, sanggup melakukan
sesuatu. Pengertian berpikir (KBBI, 2002 hlm 872 adalah menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pengertian
kritis adalah bersifat tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan
atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan.  Menurut Gede Putra Adnyana
(2011), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi
dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
Berpikir kritis merupakan suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan
penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-
proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan
memutuskan.Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat
dalam berpikir dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan
yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis
sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah maupun pencarian solusi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian berpikir kritis?


2. Apa saja yang termasuk ciri-ciri berpikir kritis?
3. Apa saja yang termasuk unsur-unsur berpikir kritis?
4. Apa saja indikator dalam berpikir kritis?
5. Apa saja manfaat berpikir kritis?
6. Apa saja yang termasuk penerapan kemampun berpikir kritis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian berpikir kritis.


2. Mengetahui ciri-ciri berpikir kritis.
3. Mengetahui unsur-unsur berpikir kritis.
4. Mengetahui indikator dalam berpikir kritis
5. Mengetahui manfaat berpikir kritis
6. Mengetahui penerapan kemampun berpikir kritis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Kritis


Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat
penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif. Berikut ini
disajikan 10 buah definisi mengenai berpikir kritis (keterampilan berpikir kritis).

 Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962)

Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan


menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan.

 Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985)

Berpikir kritis adalah kemampuan :

(1) Menentukan kredibilitas suatu sumber

(2) Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan

(3) Membedakan fakta dari penilaian

(4) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan

(5) Mengidentifikasi bias yang ada

(6) Mengidentifikasi sudut pandang

(7) Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

 Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006)

Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep,


mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai
informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil
proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.

 Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007)


Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan 
mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

 Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986)

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan


menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik
kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.

 Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991)

Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan
untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan
sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan
tindakan.

 Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993)

Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa
saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan
menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan
menerapkan standar-standar intelektual padanya.

 Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985)

Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.

 Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995)

Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,


meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.

 Ciri-Ciri Berpikir Kritis

Ciri prilaku berpikir kritis (2010):


 Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan
 Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
 Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara
sistematis
 Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
 Bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah. Baik dalam mengerjakan
pekerjaan yang berkaitan dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
 Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat
jujur atau tidak berlaku adil.
 Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya
walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
 Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan
ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan
mengakibatkan hal yang sebaliknya

Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita
jadikan standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:

 Clarity (Kejelasan)

Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit


dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara
yang lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”. Kejelasan merupakan
pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan
apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang
demikian, maka kita tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak
memahami pernyataan tersebut.

Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan pendidik
dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas,
maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar
menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan
oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah
mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai
hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan
dalam kehidupan sehari-hari?”.

 Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).

Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui


pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan?”; “Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”;
“Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas,
tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, “Pada umumnya anjing
berbobot lebih dari 300 pon”.

 Precision (ketepatan)

Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat


mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan
sebuah pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat
terurai?”; “Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan
dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya
“Aming sangat berat” (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu
pon atau 500 pon!)

 Relevance (relevansi, keterkaitan)

Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan


berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat
diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana menghubungkan
pernyataan atau respon dengan pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang
diungkapkan itu menunjang permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas,
teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa
sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk
meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur
kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan
ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.

 Depth (kedalaman)

Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada


pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan
diuraikan sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor
yang signifikan terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja
memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban
sangat dangkal (kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan
tidak”. Ungkapan tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka penolakan
terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas,
akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat
ditafsirkan dengan bermacam-macam.

 Breadth (keluasaan)

Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini.


Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah
memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang
dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut
menurut… Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi persyaratan
kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas.
Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut
pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam
pertanyaan yang diajukan.

 Logic (logika)

Logika berkaitan dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun


dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai
tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan
sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir,
kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika
kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan
mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis.
Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling
mendukung atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.

 Unsur-Unsur Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :

 F (Focus)

Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.

 R (Reason)

Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan


yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

 I (Inference)

Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting dari


langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

 S (Situation)

Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
 C (Clarity)

Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

 (Overview)

Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.

 Indikator dalam Berpikir Kritis

Menurut Ennis dalam Muhfahroyin (2009: 1) ada 12 indikator kemampuaan


berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis,
yaitu:

 Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan


pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan).
 Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi).
 Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil
deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan
menentukan nilai pertimbangan).
 Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan
pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi).
 Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi
dengan orang lain).

 Manfaat Berpikir Kritis


1. Memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif
Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki kemampuan
untuk berpikir jernih dan rasional. Dimana Anda juga akan dapat berpikir secara
mandiri dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan dan
pikiran yang tidak Anda rencanakan, terjadi secara spontan dan begitu saja,
secara refleks otak Anda akan memikirkan suatu hal serta melakukan hal-hal
lain tanpa perlu Anda memikirkan atau menyuruh otak Anda untuk memikirkan
secara ulang. Terbiasa berpikir kritis juga akan membuat Anda memiliki banyak
alternatif jawaban serta ide-ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu masalah,
Anda tidak hanya terpaku pada satu jalan keluar atau penyelesaian, Anda akan
memiliki banyak opsi atau pilihan penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis
akan membuat Anda memiliki banyak ide-ide kreatif dan inovatif serta out of
the box.

2. Mudah memahami sudut pandang orang lain

Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak akan
terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda
lebih mudah untuk menerima pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda
dari persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan,
namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan sendirinya,
secara spontanitas, hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain
dari memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih
mudah memahami sudut pandang orang lain. Tidak terlalu terpaku pada
pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka terhadap pemikiran, ide, atau pendapat
orang lain.

3. Menjadi rekan kerja yang baik

Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir
kritis. Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja
Anda lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam menerima
pendapat orang lain, Anda tentu kaan lebih dihormati oleh rekan kerja Anda.
Karena Anda mau menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka. Maka
rekan kerja Anda pasti akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang baik.
Di dalam lingkungan kerja, hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan
dengan atasan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja
dipengaruhi oleh rekan-rekan kerja Anda. Jika hubungan Anda baik dengan
rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga akan lebih baik dan lebih kondusif
serta produktif dalam bekerja.

4. Lebih Mandiri

Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak harus
selalu mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan
sulit serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu
seseorang yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Anda
sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran
yang kritis, Anda dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-saran
penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda
untuk berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.

5. Sering menemukan peluang baru

Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan peluang-


peluang baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha
Anda. Berpikir kritis membuat pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa
suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada
kewaspadaan Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran
yang tajam serta mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan.
Berpikir kritis akan menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam
menemukan peluang tersebut jika dibandingkan dengan orang yang tidak
terbiasa berpikir kritis.

6. Meminimalkan salah persepsi

Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat
Anda menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga
percaya akan pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang
kritis Anda akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan
mudah salah dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar hanya dengan orang
lain mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Anda tahu sebuah persepsi dari
orang lain tersebut salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda tapi juga
orang tersebut. Dengan semakin Anda berpikir kritis hal ini akan meminimalkan
salah persepsi.

7. Tidak mudah ditipu

Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta beralasan.
Anda mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Anda akan menganalisa
suatu anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan dengan sebuah fakta.
Anda tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut
akan memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Anda
akan memproses suatu informasi apakah relevan atau sesuatu yang  mustahil
sehingga Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak benar atau
mengandung unsur kebohongan. Berpikir kritis menuntun Anda lebih selektif
dalam mengolah informasi, sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena
setiap mendapat suatu informasi, Anda tidak akan langsung mempercayainya
begitu saja, namun Anda akan menganalisisnya kembali secara rasional.

 Penerapan Kemampuan Berpikir Kritis

Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004:


96-110), beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya
adalah dengan meningkatkan daya analisis dan mengembangkan kemampuan
observasi/mengamati. Sedangkan menurut Christensen dan Marthin dalam
Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi
pembelajaran yang baru.Selain itu Tyler (2003: 21) berpendapat bahwa
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa.
Contoh Penerapan
Masalah
Kemampuan Berpikir Kritis

Mendefinisikan dan 1. Mengidentifikasi isu atau masalah.


2. Mengkaji persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.
Mengklarifikasi Masalah 3. Menentukan manakah informasi yang relevan.
4. Mengakumulasikan pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.

1. Membedakan antara fakta, opini, dan keputusan logis.


2. Mengecek konsistensi.
Menentukan Informasi-Informasi yang Relevan dengan 3. Mengenali stereotip dan klise.
Masalah
4. Mengenali bias, faktor-faktor emosional, propaganda, dan
istilah semantik.
5. Mengenali nilai sistem dan ideologi yang berbeda.

1. Mengenali ketepatan data.


Menyelesaikan Masalah
2. Memprediksi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan


penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan
proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan
menilai/memutuskan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam


berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah dan pencarian solusi.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian
pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan

DAFTAR PUSTAKA

Murtadho, Fathiaty. 2012. Jurnal “Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi:


Alternatif Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi” State
University of Jakarta, Indonesia

Munandar, S. C. Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi


Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

https://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/

blog.elearning.unesa.ac.id/penalaran-berpikir-kritis-roberth-h.ennis.html

uinsuska.academia.edu/Upaya_Meningkatkan_Kemampuan_Berpikir_Kritis.ht
ml

http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2013/07/berpikir-kritis-dan-
pengambilan.html

Anda mungkin juga menyukai