Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental manusia untuk membantu
memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi rasa keingintahuan.
Kemampuan berpikir terbagi dua, yaitu : kemampuan berpikir dasar dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir dasar hanya menggunakan kemampuan
terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, misalnya menghafal. Sedangkan,
kemampuan tingkat tinggi digunakan apabila seseorang menerima informasi baru dan
menyimpannya untuk kemudian digunakan kembali untuk keperluan pemecahan masalah
berdasarkan situasi. Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu :
menghafal, dasar, kreatif, dan kritis.
Tingkat paling rendah adalah keterampilan menghafal yang terdiri atas keterampilan
yang hampir otomatis. Selanjutnya, adalah keterampilan dasar. Selanjutnya, berfikir kreatif
sifatnya orisinil. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide dan menciptakan
ide baru. Berpikir kritis adalah berpikir yang menghubungkan dan mengevaluasi semua
aspek dari suatu masalah.
Berpikir kritis termasuk kedalam kemampuan membaca dengan pemahaman dan
mengindentifikasi materi yang dibutuhkan atau tidak dibutuhkan. Seseorang yang berpikir
secara kritis akan dapat menjawab permasalahan- permasalahan yang penting dengan baik.
Dia akan berpikir secara jelas dan tepat.
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir
kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan
kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan
keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif
akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama,
sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional
harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan
memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang lain

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Berfikir Kritis ?
2. Apa tahapan Berfikir Kritis ?
3. Apa saja karakteristik Berfikir Kritis ?
4. Apa saja indikator kemampuan berfikir kritis ?
5. Apa saja keterampilan berfikir kritis ?
6. Apa perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis ?
7. Apa manfaat berfikir kritis ?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan II sekaligus sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa atau pembaca yang
ingin menambah wawasan yang mencakup berfikir kritis dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Berfikir kritis
Definisi tentang berpikir, yaitu :“berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan
secara sadar dalam mencapai suatu tujuan.” Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman,
pengambilan keputusan, dan sebagainya. Istilah berpikir kritis (critical thinking ) sering
disamakan artinya dengan berpikir konvergen , berpikir logis (logical thinking ) dan
reasoning .
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi informasi
untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap
ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan.
Menutut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat atau fakta yang mutahir dan menginterfensikan serta
mengefaluasikan pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang
adanya perspektif pandangan baru.
R.H Ennis, dalam Hassoubah (2004), mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Dalam rangka mengetahui bagaimana
mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, R.H Ennis dalam Hassoubah (2004:
87) memberikan sebuah definisi berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan.Tujuan dari berpikir kritis adalah agar dapat menjauhkan seseorang dari
keputusan yang keliru dan tergesa-gesa sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya Beyer dalam Hassoubah (2004), menyatakan bahwa kemampuan berpikir
kritis ini meliputi keterampilan untuk menentukan kredibilitas suatu sumber, membedakan
antara yang relevan dan yang tidak relevan, membedakan fakta dari penilaian,
mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, mengidentifikasi bias
yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, mengevaluasi bukti yang ditawarkan.
Selanjutnya Tyler dalam Redhana (2003: 13-14) berpendapat bahwa pengalaman atau
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan
berpikir kritis siswa. Pertukaran gagasan yang aktif didalam kelompok kecil tidak hanya
menarik perhatian siswa tetapi juga dapat mempromosikan pemikiran kritis.
Kerjasama dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam diskusi,
bertanggung jawab terhadap pelajaran sehingga dengan begitu mereka menjadi pemikir
yang kritis (Totten dalam Gokhale 2002).
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya
ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir
kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara
memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber
informasi yang relevan untuk dirinya.
Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang lain.
Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis dapatdigunakan
untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat
memainkan peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun
melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melkukan introspeksi tentang
kemungkinan bisa dalam alasan yang dikemukakannya.

2. Tahapan Berfikir Kritis


1) Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah
struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur
tersebut . Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah
konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar
pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses
berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44).
2) Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan
keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang
diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak
dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi
kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol (Harjasujana, 1987: 44).
3) Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa
pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan
dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap
beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan
keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan
konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker, 2001:15).
4) Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988: 68).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut
pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap
agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran
manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi,
kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan
pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau
pengetahuan yang baru.
5) Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai
sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki
pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan
standar tertentu (Harjasujana,1987:44). Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom,
keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi.
Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif
lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.

3. Karasteristik Berfikir Kritis


Menurut Zeidler, et al (1992) beberpa karakteristik orang yang mampu berfikir kritis
antara lain ialah :
a. Memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati
gagasannya dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah;
b. Bersikap skeptis, yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali telah
membuktikan sendiri kebenarannya.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-
15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-
pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk
sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber
pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan
fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. c. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen. d. Pertimbangan atau pemikiran Yaitu kemampuan untuk
merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi
kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data. e. Sudut pandang
(point of view) Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini,
yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis
akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria) Prosedur penerapan


berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi
merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan-perkiraan. Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities)
Ennis (Costa, 1985 : 54) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir
kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu: 1. Memberikan penjelasan sederhana
(elementary clarification). 2. Membangun keterampilandasar (basic support). 3.
Menyimpulkan (interference). 4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced
clarification). 5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

Anda mungkin juga menyukai