Berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan
dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan
kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-
ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan.
Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat
tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-
pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru
BERFIKIR KRITIS
A.Pendahuluan
Berpikir merupakan suatu aktivitas mental untuk membantu memecahkan masalah, membuat
keputusan, atau memenuhi rasa keingintahuan.Kemampuan berpikir terdiri dari dua yaitu kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.Kemampuan berpikir dasar (lower order thinking)
hanya menggunakan kemampuan terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, misalnya menghafal
dan mengulang-ulang informasi yang diberikan sebelumnya.Sementara, kemampuan berpikir tinggi
(higher order thinking) membuat siswa untuk mengintrepretasikan, menganalisa atau bahkan mampu
memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton. Kemampuan berpikir tinggi (higher order
thinking)digunakan apabila seseorang menerima informasi baru dan menyimpannya untuk kemudian
digunakan atau disusun kembali untuk keperluan pemecahan masalah berdasarkan situasi.
Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi) menyatakan mata pelajaran matematika diberikan kepada semua
peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama.Oleh karena itu sangat diperlukan peningkatan keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran matematika sekolah.
Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:menghafal (recall thinking), dasar
(basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).Tingkat
berpikir paling rendah adalah keterampilan menghafal (recall thinking) yang terdiri atas keterampilan
yang hampir otomatis atau refleksif.Tingkat berpikir selanjutnya adalah keterampilan dasar (basic
thinking).Keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan dan
sebagainya termasuk aplikasinya dalam soal-soal.
Berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari
situasi atau masalah.Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan
menganalisa informasi.Berpikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan
mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.Ini juga berarti mampu menarik
kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidakkonsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data.Berpikir kritis adalah analitis dan refleksif.
Berpikir kreatif sifatnya orisinil dan reflektif.Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang
kompleks.Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan
menentukan efektifitasnya.Berpikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya
menemukan hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berpikir terakhir inilah (berpikir kritisdan berpikir kreatif)yang disebut sebagai keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini akan
dibahas mengenai kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika.
Istilah berpikir kritis (critical thinking) sering disamakan artinya dengan berpikir konvergen, berpikir logis
(logical thinking) dan reasoning. R.H Ennis, dalam Hassoubah (2004), mengungkapkan bahwa berpikir
kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat
diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
2.Mencari alasan.
8.Mencari alternatif.
10.Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
12.Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu
merumuskan pokok-pokok permasalahan.Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7
adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah.Indikator yang
diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan
akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi
bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5
dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.
Menurut R. Swartz dan D.N. Perkins dalam Hassoubah (2004: 86) menyatakan bahwa berpikir kritis
berarti:
1.Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima atau apa yang akan
dilakukan dengan alasan yang logis.
2.Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan.
3.Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan serta
menerapkan standar tersebut.
4.Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang
mendukung suatu penilaian.
Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, R.H Ennis
dalam Hassoubah (2004: 87) memberikan sebuah definisi berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan
dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Tujuan dari berpikir kritis adalah agar dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang
keliru dan tergesa-gesa sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya Beyer dalam Hassoubah (2004), menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis ini meliputi
keterampilan untuk menentukan kredibilitas suatu sumber, membedakan antara yang relevan dan yang
tidak relevan, membedakan fakta dari penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak
terucapkan, mengidentifikasi bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, mengevaluasi bukti yang
ditawarkan. Selanjutnya Tyler dalam Redhana(2003: 13-14) berpendapat bahwa pengalaman atau
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-
keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa.
Pertukaran gagasan yang aktif didalam kelompok kecil tidak hanya menarik perhatian siswa tetapi juga
dapat mempromosikan pemikiran kritis.Kerjasama dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
terlibat dalam diskusi, bertanggung jawab terhadap pelajaran sehingga dengan begitu mereka menjadi
pemikir yang kritis (Totten dalam Gokhale 2002).
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan
memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan
dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan
masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk dirinya. Berpikir kritis tidak sama
dengan sikap argumentatif atau mengecamorang lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias.
Meskipun berpikir kritis dapat digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk,
berpikir kritis dapat memainkan peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar
maupun melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melakukan introspeksi tentang
kemungkinan bias dalam alasan yang dikemukakannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan
menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang relevan dan yang tidak
relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan berbagai strategi untuk membuat
keputusanyang sesuai dengan standar penilaian.
F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa memperjelas
pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.
R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang dibuat
berdasar situasi dan fakta yang relevan.
I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting dari langkah
penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari
interpretasi akan situasi dan bukti.
S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu memperjelas
pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai
pendukung.
O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan pengukuran melalui tes
yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi,
dan mengevaluasi argumen. Joko Sulianto (2011) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai
bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali
persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.
Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan diantaranya karena:
1.Berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan potensi seseorang dalam melihat masalah,
memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.
2.Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan berpikir jernih dan rasional diperlukan
pada pekerjaan apapun, ketika mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun,
jadi merupakan aset berharga bagi karir seorang.
3.Berpikir kritis sangat penting di era informasi dan teknologi. Seorang harus merespons perubahan
dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan
menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan
masalah.
4.Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir jernih dan sistematis dapat
meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis
strukturteks dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami.
5.Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah
tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas yang
harus diselesaikan.Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, dan
memodifikasi bisa perlu.
6.Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan sehingga hidup menjadi
lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan
merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri.Berpikir kritis merupakan meta-thinking skill, ketrampilan
untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan yang diambil, kemudian dalam
konteks membuat hidup lebih berarti yaitu melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi
itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan berpikir kritis adalah:
Untuk berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis pula. Dengan membaca secara
kritis, diterapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks
dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari segi logika dan kredibilitasnya, merefleksikan kandungan
teks dengan pendapat sendiri, membandingkan teks satu dengan teks lain yang sejenis.
Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan, kemudian
mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi.
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki untuk
menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah, kejadian atau hal-hal yang
diamati. Dengan demikian memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan kritisnya.
Pengajuan pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar atau salah
atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk mencari jawaban sehingga mereka
banyak berpikir.
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-110), beberapa cara
meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah dengan meningkatkan daya analisis dan
mengembangkan kemampuan observasi/mengamati.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan masalah dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi
pembelajaran yang baru. Tyler dalam Redhana (2003: 21) berpendapat bahwa pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam
pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Menurut Bonnie dan Potts (2003) secara singkat dapat disimpulkan bahwa beberapa “ciri khas”
pembelajaran berpikir kritis meliputi : (1) Meningkatkan interaksi antar siswa, (2) Dengan mengajukan
pertanyaan open-ended, (3) Memberikan waktu yang memadai kepada siswa untuk memberikan
refleksi terhadap pertanyaan yang diajukan atau masalah-masalah yang diberikan, dan (4) Teaching for
transfer (Mengajar untuk dapat menggunakan kemampuan yang baru saja diperoleh terhadap situasi-
situasi lain dan terhadap pengalaman sendiri yang para siswa miliki). Kegiatan yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
inovatif: Adakah Cara lain? (What’s another way?), Bagaimana jika…? (What if …?), Manakah yang salah?
(What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan? (What would you do?) (Krulik & Rudnick, 1999).
Dalam pertanyaan dibuat kondisi soal tetap, tidak berubah kemudian fokuskan pada problem, serta
siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut dengan cara lain. Hal ini dapat melatih ketrampilan
berfikir kritis pada siswa.
Misalnya : Seorang anak memiliki sejumlah uang logam yang terdiri dari mata uang dua ratusan dan lima
ratusan. Jumlah uang seluruhnya adalah Rp. 7.600,00.Jika anak itu mempunyai 20 keping uang
logam.Berapa keping masing-masing uang logam? Adakah cara lain untuk mengerjakan soal dengan
jawaban yang sama?
b.Bagaimana jika...?
Dalam pertanyaan ini apabila kondisi soal berubah maka berpengaruh pada jawaban soal, kemudian
siswa menganalisis soal yang berubah tersebut.Hal ini melatih ketrampilan berfikir kritis pada siswa.
Misalnya : Dalam sebuah kantong terdapat 12 bola merah, 8 bola ungu, dan 6 bola biru. Pada
pengambilan pertama secara acak diperoleh bola ungu dan tidak dikembalikan.Tentukan peluang
terambilnya bola merah pada pengambilan kedua?
Jawaban : P(M) =
Kemudian ajukan pertanyaan Bagaimana jika bola ungu pada pengambilan pertama dikembalikan?
Berapa peluang terambilnya bola merah pada pengambilan kedua
Dalam pertanyaan ini Disajikan soal dan jawabannya, tetapi jawaban tersebut memuat kesalahan
misalnya pada konsep atau perhitungan kemudian siswa diminta mencari kesalahan, memperbaiki,
menjelaskan, dan memperbaiki.Hal ini dapat melatih ketrampilan berfikir kritis pada siswa.
Setelah menyelesaikan, siswa diminta membuat keputusan misalnya lewat gagasan atau pengalaman
pribadi siswa, kemudian siswa juga harus menjelaskan dasar keputusannya.Hal ini dapat melatih
ketrampilan berfikir kritis.
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan
kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran
sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide dengan
bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis,
mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli,
a. Costa and colleagues (1985)
Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs” yaitu:
1. Remembering ( mengingat)
2. Repeating (mengulang)
3. Reasoning (memberi alasan)
4. Reorganizing (reorganisasi)
5. Relating (berhubungan)
6. Reflecting (merenungkan)
Ada empat alasan berpikir kritis yaitu: deduktif, induktif, aktifitas informal, aktivitas tiap
hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir
kritis adalah untuk mengenalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan, dan
ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti,menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan
buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta
tindakan yang dilakukan.
1. Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami kenyataan kejadian atau peristiwa
dan pernyataan yang ada dibalik makna yang jelas atau makana langsung. Analisis kritis
mempersaratkan sikap untuk berani menentang apa yang dikatakan atau dikemukaan oleh pihak-
pihak yang berkuasa
2. Analisis kritis merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh semua orang demikian
analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak berkembang apabila tidak di asa atau dipraktekan
3. Analisis kritis merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif
4. Analisis kritis menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang lebih baik ke arah langka untuk
memperbaiki kenyataan atau situasi yang telah dianalisis.
5. Peran terpenting untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah serangkaian langkah atau pertanyaan
yang berangkat dari ketidak tahuan menuju kepencerahan.
6. Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi atau masalah yang perlu
dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau peristiwa yang tengah dalam proses perubahan.
Berfikir logis adalah penalaran atau keterampilan berfikir dengan tepat, ketepatan berfikir sangat
tergantung pada jalan pikiran yang logis dalam berfikir secara logis. Kita harus terampil untuk
mengerti fakta, memahami konsep hubungan dalam menarik kesimpulan.
Berfikir kreatif adalah berfikir lintas bidang yang ditandai dengan krakterlistik berfikir. Disamping
itu berfikir kreatif juga menuntut adanya pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi yang artinya
kreatifitas menuntut disiplin yang tinggi dan konsisten terhadap bidang tungas.
3. Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau presepsi dalam berpikir
atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu. Fakta dan kejadian.
5. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
8. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka,
menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat,resespek
tehadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai kearah mana
maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.meskipun sebuah argumen
dapat disusun dari berapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah berdasarkan relenfansi, keakuratan
fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas dari logika yang keliru, logika
yang konsisten dan pertimbangan yang matang.
J. Proses Intuisi
Proses intuisi merupakan pendorong utama untuk benalar logis (masuk akal)
sekaligus pemicu aktifitas berfikir bagi siswa untuk itu perlu adanya upaya pemilihan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan efektif untuk tercapainya kemampuan berfikir yang diharapkan
mampu mengoptimalkan serta memupuk sikap positif dan pola berfikir yang membudaya dalam
mengatasipermasalahan real word. Sala satu solusi yang dipandang tepat untuk mewujudkan
tuntutan tersebut adalah pendekatan kontekstual berbasis intuisi sebagai suatu pendekatan yang
diawali dengan berintiwisi informal dalam menyelesaikan masalah berkonteks yang rancang
secara kusus.
1. relevance
relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang
berhasil dikumpulkan.
7. justification
memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan
kerungian dari suatu situasi atau solusi.
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan
luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas
pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba
dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat
dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat
manajer hendak mengadakan suatu perubahan.
Proses pemecahanmasalah dan pengambilan keputusan di atas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat
mengidentifikasi masalah.Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling
penting.Kualitashasiltergantungpadakeakuratandalammengidentifikasimasalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup
untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.