1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai
bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku
manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya.
2. Nilai ekonomi
3. Nilai estetika
4. Nilai sosial
6. Nilai religi
2. Nilai kehidupan
3. Nilai kejiwaan
4. Nilai kerohanian
1. Nilai material
2. Nilai vital
3. Nilai kerokhanian
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia berada
dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber
pada berbagai sistem nilai.
2. Nilai Vital
yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna
bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas
Contoh:
- Kompor mempunyai nilai tertentu karena digunakan untuk memasak. Jika kompor itu
rusak maka menjadi tidak bernilai karena tidak dapat digunakan.
-Kalkulator bagi bendahara
-Buku paket bagi siswa saat belajar
-Motor bagi tukang ojek
3. Nilai Kerohanian
yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada
akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai
moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas),
yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan. Nilai ini terbagi menjadi :
1. Nilai Estetika
Nilai estetika adalah nilai yang terkandung pada suatu benda yang didasarkan pada
pertimbangan nialai keindahan, baik dalam keindahan bentuk, keindahan tata warna, keindahan
suara maupun keindahan gerak.
2. Nilai Moral
Nilai moral adalah nilai tentang baik buruknya suatu perbuatan manusia berdasarkan
pada nilai – nilai sosial yang bersifat universal
3. Nilai Religius
Nilai religius atau nilai kepercayaan adalah nilai yang terkandung pada sesuatu
berdasarkan atas kepercayaan seseorang terhadap hal tersebut.
2. Aliran subjektifisme
Nilai suatu objek terletak pada subjek yang menilainya. Misalnya, air menjadi sangat berharga
daripada emas bagi orang yang kehausan di tengah padang pasir.
3. Aliran yang menggabung keduanya
Adanya nilai ditentukan oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek
yang menilai maka barang atau objek itu tidak bernilai.
Contoh : Harta Karun
2. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi, dan sosial.
Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma
kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena
adanya sanksi.
Jenis Norma
a. Berdasarkan tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya
1) Tata cara atau usage
merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya. Contoh: Tidak boleh
berbicara ketika sedang makan, aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara
memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
2) Kebiasaan (folkways)
merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-
ulang oleh banyak orang. Contoh: mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan
sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, memberi hadiah kepada orang yang
berprestasi, bermaaf-maafan pada hari raya idul fitri, dst.
4) Adat (customs).
Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi
tertulis ia menjadi hukum adat. Contoh: Pada masyarakat lampung pubian, disaat hendak
menikah dengan lain suku, orang tersebut harus diangkat/diangkon dalam keluarga lampung,
larangan menguburkan jenazah di Bali, dan larangan merusak hutan pada suku Kajang Tana Toa
di Sulawesi Selatan dengan sanksi dikucilkan
5) Hukum (law).
Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang
melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan
norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas.
Contoh: Tidak boleh Korupsi, mencuri, membunuh, merampok. Dan sangsinya akan
dihukum/dipenjara sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku.
1. Suruhan (gebod),
2. Larangan (verbod),
3. Kebolehan (mogen).
Sifat norma hukum seperti yang dikemukakan oleh, A. Hamid S. Attamimi, yaitu:
1. Perintah (gebod),
2. Larangan (verbod),
3. Pengizinan (toestemmming), dan,
4. Pembebasan (vrijstelling).
1. Adanya paksaan yang berwujud ancaman hukuman bagi pelanggarnya, biasanya berupa
sanksi fisik. Misalnya, di penjara dalam sel tahanan.
2. bersifat umum, yaitu berlaku bagi siapa saja. Contohnya, setiap pengendara sepeda motor
harus mengenakan helm.
2) Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan
akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa pula yang
dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik
(dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).
Contoh:
- “Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”
- “Kamu harus berlaku jujur”.
- “Kamu harus berbuat baik terhadap sesama manusia”.
- “Kamu dilarang membunuh sesama manusia”.
- Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila,
- Melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang
3) Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan
bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh:
- Tidak meludah di sembarang tempat,
- memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan,
- tidak kencing di sembarang tempat.
- “Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus dan lain-
lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi”
- “Jangan makan sambil berbicara”.
- “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat” dan.
- “Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.
4) Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan yang
dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut
menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai
pengucilan secara batin.
Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, Bersalaman ketika bertemu.
Fungsi Norma
Fungsi norma sosial antara lain :
a. Sebagai pedoman atau patokan perilaku dalam bermasyarakat
b. Merupakan wujud konkret dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
c. Suatu standar skala dari berbagai kategori tingkah laku suatu mayarakat
Menurut Hanneman Samuel (Nilai dan Norma; 2004) fungsi norma sosial merupakan
kelengkapan kehidupan berama dalam mayarakat.
3. Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yang
terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar,
baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam pelaksanaannya harus utuh dan bulat dan bulat, agar kita yakin bahwa apa yang kita
lakukan sehari-hari adalah benar menurut hukum negara, maka kita harus berpedoman pada aturan
konstitusional yang berlaku mulai yang tertinggi sampai yang terendah.
Pancasila memiliki beberapa pengertian:
a. Dasar Negara RI yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku.
b. Pandangan hidup bangsa yang mempersatukan serta memberi petunjuk dalam mencapai
kesejahteraan.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa, yang dapat membedakan Bangsa Indonesia dengan bangsa
lain.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa.
e. Perjanjian luhur bangsa
1. Nilai-nilai individual
a. Kejujuran
b. Disiplin
c. Hati nurani
2. Nilai-nilai sosial
a. Empati
b. Menghormati orang lain
c. Kontrol diri
d. Keadilan
Aliran Moral
beberapa sistem filsafat moral Berbagai aliran untuk menentukan ukuran
baik HEDONISME, EUDEMONISME, UTILITARISME, DEONTOLOGI
1.HEDONISME
HEDONISME Yunani “ Hedone” = baik apa yg memuaskan keinginan kita, apa yg
meningkatkan kuantitas kesenangan atau kenikmatan dlm diri kita Dalam hedonisme terkandung
kebenaran yang mendalam ; manusia menurut kodratnya mencari kesenangan & berupaya
menghindari ketidaksenangan Sebagai ukuran tindakan baik adalah hedone ; kenikmatan &
kepuasan rasa “Tingkah laku atau perbuatan yang melahirkan kebahagiaan dan
kenikmatan/kelezatan”.
Ajarannya : yang baik adalah yang membawa manfaat bagi orang banyak
Keunggulannya : tidak bersifat egois, melainkan universal
Kelemahannya : tidak menjamin keadilan dan hak-hak manusia
Anggapan bahwa klasifikasi kejahatan harus didasarkan atas kesusahan atau penderitaan
yang diakibatkannya terhadap terhadap para korban dan masyarakat.
Keterkaitan nilai, normadan moral merupakan suatu keyataan yang seharusnya tetap
terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak
digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki fondasi
yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku
manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. dalam kaitannya dengan moral
maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat
manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya.
Sementara itu hubungan antara moral dan etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak
yang memberikan ajaran moral.
Daftar Pustaka
_________.2008.perbedaan_dan_persamaan_akhlak_etika_dan_moral dalam
wiki_answer.com.17 April 2012