Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berpikir merupakan istilah yang sering didengar dan disampaikan

oleh orang. Disamping itu, proses berpikir memang dilakukan oleh semua

orang. Akan tetapi istilah berpikir sangat sulit didefinisikan secara

operasional. Banyak orang yang salah dalam mendefinisikan apa arti dari

berpikir. Didalam berpikir terdapat berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan

tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik.

Dalam pendidikan berpikir kritis sangat diperlukan. Karena berpikir kritis

akan membuat kita terarah dengan cara berpikir kita yang logis dan

berdasarkan fakta-fakta.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis?

2. Bagaimana langkah menjadi pemikir kritis?

3. Apa saja pentingnya berpikir kritis?

4. Apa saja ciri-ciri seseorang yang berpikir kritis?

5. Bagaimana indikator ketrampilan berpikir kritis?

6. Bagaimana berpikir kritis dalam matematis?

7. Bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan berpikir kritis.

2. Untuk mengetahui langkah menjadi pemikir kritis.

3. Untuk mengetahui apa saja pentingnya berpikir kritis.

4. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri seorang yang berpikir kritis.

5. Untuk mengetahui indikator ketrampilan berpikir kritis.

6. Untuk mengetahui bagaimana berpikir kritis dalam matematis.

7. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan berpikir ktitis

matematis siswa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir merupakan istilah yang sudah sangat dikenal oleh

masyarakat luas. Disamping itu juga, proses berpikir memang dilakukan

oleh setiap orang. Akan tetapi istilah berpikir sangat sulit untuk

didefinisikan secara operasional.

Berpikir merupakan suatu proses yang mempengaruhi penafsiran

terhadap rangsangan-rangsangan yang melibatkan proses sensasi, presepsi,

dan memori. Dalam proses berpikir termuat juga kegiatan meragukan dan

memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,

membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,

menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang

ada, menganalisis dan sintesis, menalar atau menarik kesimpulan dari

premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

Kata “kritis” muncul dari bahasa Yunani yang berarti “hakim” dan

diserap oleh bahasa Latin. Kamus (Oxford) menerjemahkan sebagai

“sensor” atau pencarian kesalahan. Seringkali kritis dimaksudkan sebagai

penilaian, entah buruk atau bagus. Namun, hal ini memperlemah nilai

utama berpikir kritis.1

Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan

tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Pada

1
Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), hlm. 204.

3
awal abad yang lalu, dalam tulisannya, John Dewey mengatakan bahwa

sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak. Vincent

Ruggiero (1988) mengartikan berpikir sebagai “segala aktivitas mental

yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat

keputusan atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah

sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna”. John Chaffee

(1994), Direktur Pusat Bahasa dan Pemikiran Kritis di LaGuardi College,

City University of New York (CUNY), menjelaskan bahwa berpikir

sebagai “sebuah proses aktif, teratur, dan penuh makna yang kita gunakan

untuk memahami dunia”. Chaffee mendefinisikan berpikir kritis sebagai

berpikir untuk “menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri”.

Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti

bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.2

Wijaya (Ibrahim, 2007) menyatakan bahwa berpikir kritis

mengarah pada kegiatan menganalisa gagasan ke arah yang lebih spesifik,

membedakan sesuatu hal secara tajam, memilih, mengidentifikasi,

mengkaji, dan mengembangkan ke arah yang lebih sempurna. Selanjutnya,

John Chaffee (Ibrahim, 2007) mengartikan berpikir kritis sebagai berpikir

yang digunakan untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir

2
Elanie B. Johnson,Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar
Mengasyikan dan Bermakna, (Bandung : MLC, 2006), hlm. 187.

4
seseorang dalam menggunakan bukti dan logika pada proses berpikir

tersebut.3

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas

yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,

mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penilaian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat

dengan cara terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk

mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang

lain.

B. Langkah Menjadi Pemikir Kritis

1. Apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang

dipertimbangkan? Ungkapkan dengan jelas.

2. Apa sudut pandangnya?

3. Apa alasan yang diajukan?

4. Asumsi-asumsi apa saja yang dibuat?

C. Pentingnya Berpikir Kritis

“Mengapa perlu berpikir kritis?” pertanyaan ini mungkin muncul

dalam benak kita saat ini. Setidaknya ada tiga alasan mengenai perlunya

dibiasakan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yakni : pertama,

tuntutan zaman yang menghendaki setiap individu untuk dapat mencari,

memilih dan menggunakan informasi untuk kehidupannya. Kedua, setiap

individu senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan,

3
Euis Istianah, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dengan
Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada Siswa SMA”, Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013, hlm. 46.

5
sehingga dituntut mampu berpikir kritis, dalam memandang permasalahan

yang dihadapinya, dan kreatif dalam mencoba mencari jawabannya.

Ketiga, berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan

agar setiap individu (khususnya peserta didik) dapat berkompetisi secara

sehat dan adil, serta mampu menciptkan nuansa kerjasama yang baik

dengan orang lain. Selain dari ketiga alasan tersebut, kemmpuan berpikir

kritis merupakan salah satu keamampuan berpikir tinggi, sehingga sudah

seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Berpikir kritis seringkali disebut

sebagai suatu kemempuan manusia yang umum sehingga menyentuh

hampir setiap aktivitas berpikir yang dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari. Batasan mengenai berpikir kritis dikemukakan sendiri oleh Swartz

dan Perkins memberikan batasan tersendiri mengenai berpikir kritis.

Menurutnya berpikir kritis berarti :

a. Bertujuan untuk mencapai penialaian yang kritis terhadap apa yang

akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang

logis.

b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam

membuat keputusan.

c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan

untuk menentukan dan menetapkan standar tersebut.

6
d. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk

dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.4

D. Ciri- Ciri Seseorang Berpikir Kritis

Costa (1985) mengemukakan ciri-ciri seseorang berpikir kritis antara lain :

a. Mampu mendeteksi perbedaan informasi, mengumpulkan data untuk

pembuktian faktual, mampu mengidentifikasi atribut-atribut benda

(seperti sifat, wujud dan sebgainya).

b. Mampu mendaftar alternatif pemecahan masalah, alternatif ide,

alternatif informasi ; mampu membuat hubungan yang berurutan

antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik

kesimpulan dan generalisasi dari data yang berasal dari lapangan.

c. Mampu membuat prediksi dari informasi dan ide, mampu

menginterpretasi dan menjabarkan informasi ke dalam pola tertentu,

mampu menginterpretasi dan membuat flow chart, mampu menganalisi

isi, menganalisis prinsip, menganalisis hubungan, mampu

membandingkan dan mempertentangkan yang kontras, dan mampu

membuat konklusi yang valid.

4
Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-Kreatif,
(Sumedang: UPI Sumedang Press,2017), hlm. 5.

7
E. Indikator Kertrampilan Berpikir Kritis

Ennis mengungkapkan terdapat 12 indikator ketrampilan berpikir

kritis yang dikelompokan dalam lima kelompok ketrampilan berpikir,

yaitu:

a. Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi : memfokuskan

pertanyaan, menganalisi argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan

tentang sesuatu penjelasan atau tantangan.

b. Membangun ketrampilan dasar yang meliputi : mempertimbangkan

kredibilitas suatu sumber, mengobservasi dan mempertimbangakan

hasil observasi.

c. Menyimpulkan, yang meliputi : membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi, membuat induksi dan

mempertimbangakan hasil induksi, membuat keputusan dan

mempertimbangkan hasilya.

d. Memberikan penjelasan lebih lanjut, yang meliputi : mendefinisikan

istilah dan mempertimbangkan definisi, mengidentifikasi asumsi.

e. Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi : memutuskan suatu

tindakan, berinteraksi dengan orang lain.

8
F. Berpikir Kritis Dalam Matematis

Berpikir kritis dalam matematika disefinisikan oleh Glazer (2004)

sebagai kememampuan dan disposisi matematis untuk menyertakan

pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk

menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi situasi-situasi

matematik yang tidak familiar secara reflektif.

Dengan demikian, dari apa yang dikemukakan ahli diatas, maka

kondisi untuk terjadinya proses berpikir matematis harus memuat hal-hal

berikut :

a. Situasi yang tidak familiar. Dalam hal ini, peserta didik tidak dapat

secara langsung mengetahui menegtahui bagaimana mnentukan solusi

dari masalah matematis yang dihadapi.

b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan

pengetahuan awalnya, melakukan penalaran matematis, dan mencoba

strategi kognitif secara fleksibel.

c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan

generalisasi, pembuktian, dan evaluasi terhadap situasi metematis dan

proses pencarian solusi yang telah dilakukanya dengan penuh

pertimbangan (reflektif).

9
Maulana mengisyaratkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang

dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika misalnya

sebagai berikut :

a. Kemampuan merumuskan masalah ke dalam model matematika, yaitu

kemampuan menyatakan persoalan ke dalam simbol matematika dan

memberikan arti dari setiap simbol tersebut.

b. Kemampuan mengeksplorasi,adalah kemampuan menelaah suatu

masalah dari berbagai sudut pandang, merumuskannya ke dalam

model matematika, dan membangun makna dari model matematika

tersebut.

c. Kemampuan mengidentifikasi relevansi, yaitu kemampuan menuliskan

konsep yang termuat dalam suatu pertanyaan yang diberikan dan

menuliskan bagian-bagian dari pertanyaan-pertanyaan yang

menggambarkan konsep yang bersangkutan.

d. Kemampuan mengklarifikasi, yaitu kemampuan mengevaluasi suatu

algoritma dan memeriksa dasar konsep yang digunakan.

e. Kemampuan mengkontruksi argumen, yaitu kemampuan menyatakan

suatu permasalahan atau argumen dalam bentuk lain dengan makna

yang sama, atau mengembangkan strategi alternatif dalam pemecahan

masalah.

f. Kemampuan membuat generalisasi dan mempertimbangkan hasil

generalisasi, yaitu kemampuan menentukan aturan umum dari data

10
yang tersaji dan menentukan kebenaran hasil generalisasi beserta

alasannya.

g. Kemampuan mendeduksi dengan menggunakan prinsip yaitu

kemampuan menarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang

disajikan menggunakan aturan inferensi.

h. Kemampuan memberikan contoh inferensi, yaitu kemampuan

menuliskan contoh soal yang memuat aturan inferensi.5

G. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa.

a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui

pendekatan metacognitive instruction.

Dalam penerapan pendekatan metacognitive instruction dalam

kegiatan pembelajaran guru dapat memberikan penuntun yang

menggiring siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

merangsang pengetahuan kognitif siswa kemudian mengarahkan siswa

untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan.

Dengan menggunakan pendekatan metacognitive instruction siswa

dituntut untuk dapat memaknai suatu permasalahan sehingga mampu

menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistematis, dan pada

akhirnya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dapat

terwujud.

5
Maulana,..., hlm 10-12

11
Tahap di dalam metode ini yaitu:

1. Menghantarkan konsep-konsep baru.

Peran guru dalam tahap ini adalah menghantarkan siswa dalam

memahami dan memaknai suatu konsep yang baru sehingga siswa

dapat mengembangkan kemampuan matematiknya.

2. Pertanyaan Metakognitif.

a. pertanyaan pemahaman masalah

b. Pertanyaan koneksi yaitu pertanyaan tentang pengembangkan

hubungan antara pengetahuan yang lalu dan pengetahuan yang

baru didapat sekarang.

c. pertanyaan strategi, yaitu pertanyaan menggunakan strategi

penyelesaian permasalahan yang tepat.

d. pertanyaan refleksi, yaitu pertanyaan yang mendorong siswa

merefleksikan pemahaman dan intuisi mereka selama proses

pembelajaran berlangsung.

3. Latihan (Practiving)

Guru memberikan latihan kepada siswa, latihan berupa soal-soal

yang atau pertanyaanpertanyaan yang dapat menumbuhkan

kemampuan metakognitif, pemberian latihan bertujuan untuk

meningkatkan penguasaan materi dan mengasah kemampuan

metakognitif mereka.

4. Mereview dan mereduksi kesulitan (Reviewing and reducing

difficulties)

12
5. Penguasaan Materi (Obtaining mastery)

6. Melakukan verifikasi

Langkah ini dilakukan untuk mengidentivikasi siswa mana yang

sudah menguasai materi dan siswa mana yang belum mengusai

dengan melihat hasil tes yang mereka ikuti, guru membuat patokan

nilai standar yang harus dicapai oleh siswa.

7. Pengayaan dan Remedial (Enrichment and Remedial)6

b. Pendekatan Inquiry/Discovery

Menurut Sagala (2010:68), "pendekatan pembelajaran merupakan jalan

yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan

instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan

pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah guru dalam

memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah siswa untuk

memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara

suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Sagala (2010:196) mengemukakan bahwa, pendekatan inquiry

merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan

mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini membuat siswa

lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kekreatifan dalam

memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek

yang belajar. Menurut Sudjana (2009:155), ada lima tahapan yang

ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry/ discovery yakni :

6
Mega Achdisty Noordyana, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
melalui Pendekatan Metacognitive Instruction”, Jurnal Mosharafa, Volume 5, Nomor 2, Mei
2016, hlm. 121-123.

13
a. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa,

b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah

hipotesis,

c. Siswa mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk

menjawab permasalahan/hipotesis,

d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dalam situasi baru.7

7
Deti Ahmatika, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pendekatan
Inquiry/Discovery”, Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.398.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lainnya. Berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan

mengevaluasi semua aspek dari situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya

mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir

kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi

materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Ini juga berarti mampu menarik

kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidakkonsistenan

dan pertentangan dalam sekelompok data. Berpikir kritis adalah analitis dan

reflektif.

15
DAFTAR PUSTAKA

B. Johnson, Elanie. 2006. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung : MLC.

de Bono, Edward. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Maulana. 2017. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan

Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press.

Istianah, Euis. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematik dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada

Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi

Bandung. Vol 2. No.1. 46.

Ahmatika, Deti. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan

Pendekatan Inquiry/Discovery. Jurnal Euclid. vol.3. No.1. p.398.

Mega Achdisty Noordyana. 2016. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa melalui Pendekatan Metacognitive Instruction. Jurnal

Mosharafa. Volume 5. Nomor 2. 121-123.

16

Anda mungkin juga menyukai