Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia
tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”. Proses
berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran
fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun
merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat
kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak mempunyai
arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris.
Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup
seseorang sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara dia berpikir, sehingga
dari pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau
pun inovasi baru dalam hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir dari cara
berpikirnya yang selalu besar. Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun mengubah
wajah dunia yang primitif menjadi dunia yang luar biasa ini dengan perubahan
pemikiran.

Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi
seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik
sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide
yang digagas.

Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-


permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat.
Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model
penyelesaian masalah secara efektif.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir
kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian
(precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan
sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty),

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 1


kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang
kita kemukakan (implication).

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini terfokuskan pada pembahasan mengenai berfikir kritis,
dimana rumusan masalah pada makalah ini:
a. Apa definisi Berfikir Kritis ?
b. Apa ciri-ciri Berfikir Kritis ?
c. Apa saja karakteristik dan indikator kemampuan berfikir kritis ?
d. Apa tahapan Berfikir Kritis ?
e. Apa saja keterampilan berfikir kritis ?
f. Apa perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis ?
g. Apa manfaat berfikir kritis ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu ;
a. Mengetahui definisi berfikir kritis
b. Mengetahui ciri-ciri seseorang berfikir kritis
c. Mengetahui apa saja karakteristik dan indikator kemampuan berfikir kritis
d. Mengetahui tahapan berfikir kritis
e. Mengetahui keterampilan-keterampilan dalam berfikir kritis
f. Mengetahui perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis
g. Mengetahui manfaat berfikir kritis

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu sumber
informasi yang diperoleh dari berbagai sumber berupa sumber berupa buku,
media cetak, maupun media elektronik yang memuat informasi dengan
pembahasan mengenai berfikir kritis

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berfikir Kritis


Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh
perkembangan mental yang digunakan dalam berpikir atau perkembangan
kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar. Beberapa pengertian
mengenai keterampilan berpikir kritis diantaranya:
1. Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara
berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi
validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan
penelitian)’
2. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56)
memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah
penuntun menuju kepercayaan dan aksi.
3. Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir
kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis
kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan
serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan
mengevaluasi.
4. Menurut Halpern (Rudd et al, 2003 : 128) mendefinisikan critical
thingking as ‘...the use of cognitive skills or strategies that increase the
probability of desirable outcome.’
5. Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses
yang dalam mengungkapakan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas
tentang suatu kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 3


Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi.
Seorang dengan daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti
seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan dari
apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi
untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang
relevan untuk dirinya.

Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau


mengecam orang lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias.
Meskipun berpikir kritis dapatdigunakan untuk menunjukkan kekeliruan
atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran
penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun
melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melkukan introspeksi
tentang kemungkinan bias dalam alasan yang dikemukakannya

Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis di


atas maka dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa
untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.

2.2 Ciri-Ciri Berfikir Kritis


1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan
terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi,
dan konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang
kompleks. Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang
terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini
tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode
penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 4


egosentris dan sosiosentris kita.Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu:
a. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang
tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut.
b. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa.
c. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
d. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas
pertanyaan.
e. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.
f. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.
g. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses
berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy),
tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang
digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir
(depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan
bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-


elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah
gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut. Tujuan dari
sebuah gagasan/ide.
1. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide.
2. Sudut pandang dari gagasan/ide.
3. Informasi yang muncul dari gagasan/ide.
4. Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul.
5. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut.
6. Implikasi dan konsekuensi.
7. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut.

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 5


Dasar-dasar ini yang pada prinsipnya perlu dikembangkan untuk
melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah
bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas
menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah
yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah
yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas
dari hal-hal yang kita pikirkan.

Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan


ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau
disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal
utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim
yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat
pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-
inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan
membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka
terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi
penambah masalah. Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara
ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai
pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada
di lingkungan.

2.3 Karakteristik dan Indikator Berfikir Kritis


Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis,
yakni meliputi:
1. kegiatan merumuskan pertanyaan,
2. membatasi permasalahan,
3. menguji data-data,
4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6. menghindari penyederhanaan berlebihan,

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 6


7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8. mentoleransi ambiguitas.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis,


dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical
Thinking, yaitu:
a. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis
mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang
berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau
patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu
untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat
disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka
haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh
data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan
pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan
antara beberapa pernyataan atau data.
e. Sudut pandang (point of view)

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 7


Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini,
yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir
dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut
pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan,
menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi
perkiraan-perkiraan.

Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa,


1985 : 54) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan
berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2. Membangun keterampilandasar (basic support).
3. Menyimpulkan (interference).
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas,


diuraikan lagi menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing
indikatornya dituliskan dalam tabel berikut:

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis


Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
a. Mengidentifikasi atau
memformulasikan suatu
1. Memfokuskan
1. Memberikan pertanyaan.
pertanyaan
Penjelasan dasar
b. Mengidentifikasi atau
memformulasikan kriteria jawaban

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 8


Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
yang mungkin.

c. Menjaga pikiran terhadap situasi


yang sedang dihadapi.

a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi alasan yang


dinyatakan

c. Mengidentifikasi alasan yang tidak


dinyatakan

2. Menganalisis d. Mencari persamaan dan perbedaan


argumen
e. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakrelevanan

f. Mencari struktur dari sebuah


pendapat/argumen

g. Meringkas

3. Bertanya dan a. Mengapa?


menjawab
pertanyaan b. Apa yang menjadi alasan utama?
klarifikasi dan
pertanyaan yang c. Apa yang kamu maksud dengan?
menantang

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 9


Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
d. Apa yang menjadi contoh?

e. Apa yang bukan contoh?

f. Bagaiamana mengaplikasikan kasus


tersebut?

g. Apa yang menjadikan


perbedaannya?

h. Apa faktanya?

i. Apakah ini yang kamu katakan?

j. Apalagi yang akan kamu katakan


tentang itu?

a. Keahlian

b. Mengurangi konflik interest

c. Kesepakatan antar sumber

d. Reputasi
4. Mempertimbangkan
2. Membangun
apakah sumber dapat
Keterampilandasar e. Menggunakan prosedur yang ada
dipercaya atau tidak?

f. Mengetahui resiko

g. Keterampilan memberikan alasan

h. Kebiasaan berhati-hati

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 10


Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
a. Mengurangi praduga/menyangka

b. Mempersingkat waktu antara


observasi dengan laporan

c. Laporan dilakukan oleh pengamat


sendiri

d. Mencatat hal-hal yang sangat


diperlukan
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan e. Penguatan
hasil observasi
f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik

h. Kompeten dalam menggunakan


teknologi

i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas


kriteria

a. Kelas logika

6. Mendeduksi dan
b. Mengkondisikan logika
mempertimbangkan
deduksi
c. Menginterpretasikan pernyataan
3. Menyimpulkan

a. Menggeneralisasi
7. Menginduksi dan
mempertimbangkan
b. Berhipotesis
hasil induksi

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 11


Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
a. Latar belakang fakta

b. Konsekuensi

c. Mengaplikasikan konsep ( prinsip-


8. Membuat dan
prinsip, hukum dan asas)
mengkaji nilai-nilai
hasil pertimbangan
d. Mempertimbangkan alternatif

e. Menyeimbangkan, menimbang dan


memutuskan

Ada 3 dimensi:
a. Bentuk : sinonim, klarifikasi,
rentang, ekspresi yang sama,
9. Mendefinisikan
operasional, contoh dan noncontoh
istilah dan
mempertimbangkan
b. Strategi definisi
4. Membuat definisi
penjelasan lebih
c. Konten (isi)
lanjut

a. Alasan yang tidak dinyatakan

10.Mengidentifikasi
b. Asumsi yang diperlukan:
asumsi
rekonstruksi argumen

a. Mendefisikan masalah

5. Strategi dan 11. Memutuskan suatu b. Memilih kriteria yang mungkin


taktik tindakan sebagai solusi permasalahan

c. Merumuskan alternatif-alternatif

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 12


Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
untuk solusi

d. Memutuskan hal-hal yang akan


dilakukan

e. Merivew

f. Memonitor implementasi

a. Memberi label

b. Strategi logis

12.Berinteraksi dengan
c. Srtrategi retorik
orang lain

d. Mempresentasikan suatu posisi, baik


lisan atau tulisan

2.4 Tahapan Berfikir Kritis


1. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan
menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar
mengetahui pengorganisasian struktur tersebut . Dalam keterampilan
tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global
dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis,
menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis
yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut
kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44).

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 13


Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir
analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram,
mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan, memerinci, dan
sebagainya.
2. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang
berlawanan dengan keteramplian menganallsis. Keterampilan
mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian
menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis
menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang
diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide
baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya.
Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas
terkontrol (Harjasujana, 1987: 44).
3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada
beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk
memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca
selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan,
sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini
bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-
konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker,
2001:15).
4. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia
berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya,
dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang
baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar
sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 14


pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu :
deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses
berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk
menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam
menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.
Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan
penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar
tertentu (Harjasujana, 1987: 44).
Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi
merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini
siswa ituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif
lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.

Pengukuran indikator-indikator yang dikemukan oleh beberapa ahli


di atas dapat dilakukan dengan menggunakan universal intellectual
standars. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Paul (2000: 1) dan
Scriven (2000: 1) yang menyatakan, bahwa pengukuran keterampilan
berpikir kritis dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan: “Sejauh
manakah siswa mampu menerapkan standar intelektual dalam kegiatan
berpikirnya”. Universal inlellectual standars adalah standardisasi yang
harus diaplikasikan dalam berpikir yang digunakan untuk mengecek
kualitas pemikiran dalam merumuskan permasalahan, isu-isu, atau situasi-
situasi tertentu. Berpikir kritis harus selalu mengacu dan berdasar kepada
standar tersebut (Eider dan Paul, 2001: 1). Berikut ini akan dijelaskan
aspek-aspek tersebut.
a. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan
yang rumit dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan
itu dengan cara yang lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”.

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 15


Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas,
kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan.
Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat
berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan
pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu
menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan
dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah
menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan
bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan
dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil
dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan
sehari-hari?”.
b. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri
melalui pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan?”; “Bagaimana cara mengecek
kebenarannya?”; “Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?”
Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan
berikut, “Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.
c. Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang
sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk
mengecek ketepatan sebuah pernyataan. “Apakah pernyataan yang
diungkapkan sudah sangat terurai?”; “Apakah pernyataan itu telah
cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan
dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya “Aming sangat berat” (kita
tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)
d. Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang
dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan.

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 16


Penelusuran keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan
berikut: “Bagaimana menghubungkan pernyataan atau respon dengan
pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang
permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi
tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir,
usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan
kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas
belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan
ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.
e. Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan
tertuju kepada pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan
dalam pertanyaan diuraikan sedemikian rupa? Apakah telah
dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan
masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan kejelasan,
ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal
(kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan tidak”.
Ungkapan tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka
penolakan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan
tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab
ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam.
f. Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan
berikut ini. Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut
pandang?; Apakah memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon
pernyataan yang dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah
pernyataan tersebut menurut… Pernyataan yang diungkapkan dapat
memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi,
kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan
sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang tetapi
hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 17


g. Logic (logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah
disusun dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang
diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana tindak
lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya, bagaimana
kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita akan dibawa
kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita
berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang
dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita
berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu
sama lain tidak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal
tersebut tidak logis.

2.5 Keterampilan Berfikir Kritis

 Interpretasi – kategorisasi, dekode, mengklarifikasi makna


 Analisis – memeriksa gagasan, mengidentifikasi argumen,
menganalisis argumen
 Evaluasi – menilai klaim (pernyataan), menilai argumen
 Inferensi – mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (misalnya,
differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah,
mengambil keputusan

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 18


 Penjelasan – menyatakan masalah, menyatakan hasil,
mengemukakan kebenaran prosedur, mengemukakan argumen
 Regulasi diri – meneliti diri, mengoreksi diri
 Memahami hubungan-hubungan logis antar gagasan
 Mengidentifikasi, mengkontruksi, dan mengevaluasi argumen
 Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan umum dalam pemberian
alasan
 Memecahkan masalah secara sistematis.
 Mengidentifikasi relevansi dan kepentingan gagasan
 Merefleksikan kebenaran keyakinan dan nilai-nilai diri sendiri

2.6 Perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis


 Pemikir kritis
 Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkannya
dari informasi yang irelevan
 Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah
atau mengambil keputusan, dan jika perlu mencari informasi
tambahan yang relevan
 Bukan pemikir kritis
 Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi
sama pentingnya
 Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti.
Mengapa berfikir kritis?
 Berpikir kritis memungkinkan anda memanfaatkan potensi anda dalam
melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.

Mengapa Berpikir Kritis Penting, Sehingga Perlu Dipelajari?

 Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan


berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, ketika

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 19


mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun,
jadi merupakan aset berharga bagi karir seorang

 Berpikir kritis sangat penting di abad ke 21. Abad ke 21 merupakan era


informasi dan teknologi. Seorang harus merespons perubahan dengan
cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang
fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan
berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah.

 Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik.


Berpikir jernih dan sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan
gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis struktur teks
dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami

 Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi


kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi
gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas yang harus
diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru,
memilih yang terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.

 Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur


kehidupan sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka
diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan merefleksikan nilai
dan keputusan diri sendiri. Berpikir kritis merupakan meta-thinking skill,
ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan
keputusan yang diambil, lalu – dalam konteks membuat hidup lebih berarti
- melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi itu ke
dalam kehidupan sehari-hari.

2.7 Manfaat berfikir kritis


1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat
argumen
2. Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 20


3. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
4. Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan
yang kuat
5. Membiasakan berpikiran terbuka
6. Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada
lainnya

2.8 Soal fisika yang berhubungan dengan berfikir kritis

1. Sebuah rangkaian listrik terdiri dari 4 resistor R1 = 2Ω, R2 = 4Ω, R3 =


6Ω, DAN R4 = 8Ω dihubungkan dengan catu daya 12 V selama 1
menit. Hitunglah kuat arus dan tegangan yang digunakan pada masing-
masing resistor jika rangkaian tersebut disusun secara :
a. Seri b. Paralel
(soal menganalisis data : siswa mampu mengidentifikasi rangkaian
seri-paralel)

2. Seorang ibu rumah tangga membuat daftar penggunaan alat-alat listrik


di rumahnya sepanjang hari itu. Daftar yang berhasil dibuat ibu
tersebut adalah :

Alat Listrik Selang Waktu Penggunaan


Heater 500Ω, 2A 50 menit
Hairdryer 20Ω, 110V 10 menit
Lampu Pijar 40W, 220V 4 jam
Setrika 350W, 220V 1 jam
Lampu 60W, 220V 1,5 jam
Microwave 350W, 220V 30 menit

Berdasarkan data dalam tabel di atas, bantulah ibu tersebut untuk


mengetahui besarnya energi yang digunakan oleh setiap alat. Alat

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 21


manakah yang menggunakan energi listrik terbesar dan terkecil pada
hari itu ?
(soal mengkategorisasi : siswa mampu mengkategorikan berdasarkan
data yang ada)

3. Seorang anak diminta membuat rangkaian yang terdiri dari 6 lampu


identik. Ia berhasil menyusun rangkaian dalam dua bentuk yaitu seri
dan paralel dan membandingkan hasilnya saat dihubungkan ke sumber
tegangan yang sama. Jika kamu adalah anak tersebut, jelaskan
bagaimana perbandingan intensitas (terang-redupnya) lampu antara
rangkaian seri dan paralel yang telah dibuat !
(soal mengevaluasi : siswa mampu membandingkan penggunaan
rangkaian seri maupun paralel)

4. Lima buah lampu A, B, C, D, dan E yang


identik dihubungkan seperti pada gambar.
Ujung P dan Q dihubungkan dengan sumber
tegangan sehingga semua ampu menyala.
Pasangan lampu manakah yang menyala
paling redup? Jelaskan penyebabnya!
(soal sebab-akibat : siswa mampu menunjukkan hubungan sebab
akibat sesuai konsep yang ada dengan alasan yang logis)

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 22


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang
melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap
permasalahan.
Ciri-ciri berfikir kritis :
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan
terhadap kondisi yang ada
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan
konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang
kompleks.
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni
meliputi:
1. kegiatan merumuskan pertanyaan,
2. membatasi permasalahan,
3. menguji data-data,
4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6. menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8. mentoleransi ambiguitas.
Tahapan berfikir kritis meliputi :
1. Keterampilan menganalisis
2. Keterampian mensintesis
3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
4. Keterampilan menyimpulkan
5. Keterampilan mengevaluasi dan menilai

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 23


Keterampilan berfikir kritis meliputi : interpretasi, analisis, evaluasi,
inferensi, penjelasan, regulasi diri, Memahami hubungan-hubungan logis antar
gagasan, Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan umum dalam pemberian alasan,
serta Mengidentifikasi, mengkontruksi, dan mengevaluasi argument, dll
 Pemikir kritis
 Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkannya
dari informasi yang irelevan
 Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah
atau mengambil keputusan, dan jika perlu mencari informasi
tambahan yang relevan
 Bukan pemikir kritis
 Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi
sama pentingnya
 Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti.
Manfaat berfikir kritis adalah :
1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat
argumen
2. Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
3. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
4. Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan
yang kuat
5. Membiasakan berpikiran terbuka
6. Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada
lainnya

3.2 Saran
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang
berjudu Berfikir Kritis ini berguna untuk menambah pemahaman dan wawasan
bagi pembaca, terlebih lagi sebagai bekal untuk melakukan proses pembelajaran
sebagai calon guru. Selain itu juga diharapkan agar selalu berusaha terus
memenuhi rasa ingin tahu hasil dari kegiatan yang telah dilakukan.

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 24


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&ved=
0CEAQFjAG&url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F18468%2F1%2FBERFIKIR%2
520KRITIS-
PSPDG.pptx&ei=7kQNU5f3GoPprAeM0YHwBQ&usg=AFQjCNExSO7vTancUkN05VVyGee
U0ZSaQw&bvm=bv.61965928,d.bmk (Sumber: Internet. Diakses pada tanggal 26
Februari 2014)

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved=
0CEgQFjAH&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPMIPA%2FJUR._PEND._
MATEMATIKA%2F195101061976031-
TATANG_MULYANA%2FFile_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_Kreatif_Matematik.p
df&ei=7kQNU5f3GoPprAeM0YHwBQ&usg=AFQjCNFd4PCkYkmMIYmd-
qJXAzeZa1eqGA&bvm=bv.61965928,d.bmk (Sumber: Internet. Diakses pada tanggal
26 Februari 2014)

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&ved
=0CFgQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fwww.ditdik.itb.ac.id%2Fsoft_skills%2Fzip%2FArtikel%
252001.%2520Berpikir%2520Kritis_OK.doc&ei=7kQNU5f3GoPprAeM0YHwBQ&usg=AFQ
jCNEmGqmyIvmuWESwim33lAHurNqlZQ&bvm=bv.61965928,d.bmk (Sumber: Internet.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2014)

Pengembangan Program Pembelajaran Fisika 25

Anda mungkin juga menyukai