Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BERFIKIR KRITIS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Epidemiologi
Dosen: DR.Yuni Kusmiyati, S.ST.,M.PH

Oleh
Anisa Fitriyani
P07124217007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu
terlibat di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana
maupun yang kompleks. Proses dalam pengambilan keputusan selalu
terkait dengan proses berpikir. Proses berpikir yang berlainan atau berbeda
dapat menghasilkan suatu keputusan yang sama, atau sebaliknya
kesimpulan yang berbeda didapatkan dari proses berpikir yang sama.
Seseorang yang berpikir kritis tidak akan menerima informasi (baik verbal
atau tertulis) begitu saja, tetapi mereka akan mencari fakta-fakta yang
mendukung, mencari asumsi yang tersembunyi dan membentuk berbagai
macam keputusan atau kesimpulan. Sedangkan orang yang tidak berpikir
kritis, tidak dapat menggunakan dan menentukan pilihan secara rasional,
dapat membahayakan dirinya sendiri dan juga orang lain. Berpikir kritis
sangatlah berperan penting dalam penalaran klinis, sehingga didapatkan
suatu petimbangan klinis yang sesuai dengan diagnosis yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berfikir kritis?
2. Apa teori berfikir kritis?
3. Bagaimana tahap-tahap berfikir kritis?
4. Bagaimana berfikir kritis dalam epidemiologi?
C. Tujuan
1. Diketahuinya pengertian berfikir kritis
2. Diketahuinya teori berfikir kritis
3. Diketahuinya tahap-tahap berfikir kritis
4. Diketahuinya berfikir kritis dalam epidemiologi
BAB II
ISI

A. Pengertian
Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses disiplin intelektual
aktif dan kemahiran dalam mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan
atau mengevaluasi informasi dari hasil pengumpulan atau ditimbulkan
dari pengamatan, pengalaman, perenungan, penalaran atau komunikasi
sebagai petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam bertindak. (Ivone,
2010)
Scriven dan Pul (1996) dan Angelo (1995) memandang berpikir
kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang
dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman,
refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju
kepercayaan dan aksi. Selain itu, berpikir kritis juga telah
didefinisikan sebagai “berpikir yang memiliki maksud, masuk akal,
dan berorientasi tujuan” dan “kecakapan untuk menganalisis sesuatu
informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis dari berbagai macam
perspektif” (Silverman dan Smith, 2002 dalam Zubaidah, 2010)
B. Teori Berfikir Kritis
Berpikir kritis tidak menjamin akan tercapainya suatu kebenaran
atau kesimpulan yang benar. Pertama, mungkin tidak punya semua
informasi yang sesuai, mungkin informasi yang penting tidak
diketahui. Kedua, kemungkinan karena bias seseorang dalam
menemukan dan mengevaluasi informasi. Setiap orang harus
menyadari kemungkinan keliru dalam dirinya sendiri, dengan:
1. Menerima bahwa setiap orang mempunyai bias yang tidak disadari,
oleh karena itu meminta pendapat yang refleksif
2. Mengevaluasi kembali sebelum mempercayai sesuatu
3. Menyadari bahwa setiap orang memiliki beberapa “blind spot”.
Karakteristik dari berpikir kritis adalah kreatif, logis dan rasional,
berhati-hati dan mencari informasi, sistematik dan sesuai dengan
intelektual. Oleh karena itu seorang yang berpikir kritis akan
mengajukan pertanyaan anatara lain sebagai berikut:
1. Apa yang bisa saya jadikan jaminan;
2. Apakah saya sudah ‘menjelajahi’ semua pandangan;
3. Apakah saya mengerti pertanyaannya;
4. Informasi apa yang saya perlukan
Beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan membaca secara kritis, dengan
menggaris bawahi ide utama yang dibaca, belajar bersama dan
mencocokkan apakah ide utama yang dibuat sama dengan anggota
kelompok lainnya, menulis apa yang menjadi ide utama dalam
suatu bacaan dalam kata-kata sendiri.
2. Meningkatkan kemampuan mendengarkan secara kritis, dengan
membuat-pointpoint yang penting, fokus pada apa yang pembicara
katakan dan mendengar point-point utama atau kunci.
3. Meningkatkan kemampuan mengamati secara kritis, dengan
menghapuskan beberapa batasan yang ada dalam pikiran, batasi
atau kurangi beberapa gangguan, bertanya pada diri sendiri apakah
telah mengerti apa yang menjadi point yang paling penting,
menciptakan ‘jalan baru’ dalam mengamati sesuatu, selalu melihat
diluar situasi.
4. Meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, dengan
‘memelihara’ beberapa logika yang jelas dan akurat, mengambil
semua perincian sebagai pertimbangan, menggunakan proses
sistematik dan scientifically-based, menggunakan cognitive and
psychomotor skills.
Bepikir kritis dalam clinical practise merupakan suatu proses
intelektual dari penerapan proses penalaran yang mahir, sebagai
petunjuk ‘untuk dipercaya’ atau bertindak. Dengan maksud tertentu,
proses berpikir dalam usaha untuk memecahkan masalah. Berpikir
kritis adalah kemampuan yang utama dalam penyediaan pelayanan
kesehatan yang professional. Betapa pentingnya berpikir kritis
‘dibangun’ dalam praktek kedokteran, sehingga sesuai dengan
intelektual standard serta keahlian dalam menggunakan penalaran,
kemampuan untuk menggunakan “thinking skills” dan kemampuan
untuk mengambil pertimbangan klinis yang aman. Penalaran klinis
merupakan proses dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
critical thinking. Tabel dibawah ini menggambarkan hubungan antara
cognitive skills dengan bepikir kritis, penalaran klinis dan pengalaman
klinis dalam proses pertimbangan klinis.

Pengembangan Berfikir kritis


pengetahuan

Pertimbangan
klinis

Pengalaman klinis Penalaran klinis

Dalam mengembangkan proses berpikir kritis untuk menentukan


suatu pertimbangan klinis, diperlukan pengetahuan yang dijadikan
landasan untuk berpikir. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang, akan semakin banyak pula alternatif dalam melihat suatu
permasalahan.
Pengembangan pengetahuan dan pengalaman klinis adalah proses
yang saling melengkapi. Hampir semua pengalaman diinterpretasikan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, demikian pula sebaliknya,
pengalaman juga dapat merevisi pengetahuan yang telah dimiliki. Dari
pengalaman klinis, secara induktif akan muncul penalaran klinis, namun
hal ini belum cukup untuk membuat pertimbangan klinis. Proses berpikir
kritis yang berlandaskan pada pengetahuan yang dimiliki harus berjalan
seiring dengan pengalaman klinis dalam membuat pertimbangan klinis.
Beberapa karakteristik berpikir kritis dalam clinical practice, antara lain:
actionoriented dengan tujuan mengarahkan, pro-active dengan berinisiatif
dan mengantisipasi, menggunakan keahlian berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki, memadukan antara logika dengan perasaan
intuitif, mencari jawaban yang terbaik menjawab, tidak hanya berdasarkan
beberapa jawaban saja, dapat bekerja secara kolabaratif. Selain itu juga
diperlukan strategi dalam mengembangkan dan mengaplikasikan critical
thinking, dengan cara:
1. mengidentifikasikan tujuan
2. menentukan pengetahuan apa diperlukan
3. memperkirakan kemungkinan untuk kesalahan
4. menentukan waktu yang tersedia untuk pengambilan suatu keputusan
5. mengidentifikasi sumber daya yang tersedia
6. mengenali faktor yang mungkin berpengaruh dalam pengambilan
keputusan.
Beberapa hal yang dapat menghalangi proses berpikir kritis dalam
pengambilan keputusan, antara lain:
1. sulit berubah, mind set yang kaku, petunjuk praktek secara tradisional,
kebiasaan dan rutinitas
2. takut membuat kekeliruan
3. enggan untuk mengambil resiko atau mencari strategi alternatif
4. pengambilan keputusan tanpa cukup data atau tanpa didukung oleh
dasar pemikiran rasional
5. kegagalan menilai efektivitas dari pengobatan.
Berpikir kritis untuk pengambilan suatu pertimbangan klinis
berdasarkan kemampuan berpikir yang sistematik dan logis dengan
mengajukan pertanyaan terbuka dan mencerminkan proses penalaran
berguna untuk penangan klinis yang aman dan berkualitas.
Menurut APA Delphi Study (Facione, 1990), seorang pemikir kritis
memiliki cognitive skills sebagai berikut:
1. Penafsiran adalah memahami dan mengartikan secara cepat dan akurat
atas pengalaman, situasi, data, kejadian, kejadian, tata cara,
kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria yang bervariasi. Penafsiran
meliputi keahlian dalam menggolongkan dan menjelaskan arti.
2. Analisis adalah mengenali maksud dan hubungan, sehingga dapat
menyimpulkan secara benar antara pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi, atau bentuk lainnya, yang ditujukan untuk mengungkapkan
pendapat, pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat. Termasuk
kemampuan untuk menganalisis ide, mendeteksi argumen, dan
menganalisis argumen merupakan bagian dari analisis.
3. Evaluasi adalah menilai pernyataan yang logis atau bentuk lainnya
seperti perhitungan atau deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi,
keputusan, atau pendapat seseorang, dan menilai kebenaran secara
logis atau dapat menyimpulkan hubungan antara pernyataan, deskripsi,
pertanyaan atau bentuk lainnya.
4. Menarik kesimpulan berarti dapat mengenali dan dapat menyimpulkan
secara bertanggung jawab, kedalam bentuk hipotesis, menyesuaikan
dengan informasi yang sesuai dan mengembangkan dari data,
pernyataan, prinsip, bukti, keputusan, pendapat, konsep, deskripsi,
pertanyaan, atau bentuk lainnya.
5. Penjelasan adalah hasil penalaran seseorang, penalaran yang benar
berkaitan dengan kejadian, konseptual, metodologi, dan pertimbangan
kontekstual berdasarkan penelitian seseorang, dan menyajikan
penalaran dalam bentuk alasan yang kuat.
6. Self-regulation adalah menyadari kemampuan kognitif diri sendiri,
unsur yang digunakan dalamnya, dan perkembangan dari hasil yang
didapat, terutama dengan menerapkan kemampuan dalam menganalisis
dan mengevaluasi kesimpulan seseorang dengan bertanya,
menetapkan, pengesahan, atau mengoreksi penalaran atau hasil orang
lain.
C. Tahap-Tahap Berfikir Kritis
1. Mengidentifikasi masalah, informasi yang relevan dan semua
dugaan tentang masah tersebut. Ini termasuk kesadaran akan
kemungkinan adanya lebih dari satu solusi.
2. Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang
ada. Ini termasuk mengenali bias/prasangka yang ada,
menghubungkan alasan yang terkait dengan berbagai alternatif
pandangan dan mengorganisir informasi yang ada sehingga
menghasilkan data yang berarti.
3. Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan
kesimpulan. Ini termasuk proses menganalisa dengan cermat dalam
mengembangkan panduan yang dipakai untuk menetukan faktor,
dan mempertahankan solusi yang terpilih.
4. Mengintregasikan, memonitor dan menyaring srtegi untuk
penanganan ulang masalah. Ini termasuk mengetahui pembatasab
dari solusi yang terpilih dan mengembangkan suatu proses
berkelanjutan untuk membangkitkan dan menggunakan informasi
baru.
D. Cara Berfikir Kritis dalam Epidemiologi
Epidemiologi adalah: Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan distribusi (penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok orang
(masyarakat) serta determinannya. Dari definisi tersebut di atas, dapat
dilihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat 3 hal pokok
yaitu:
1. Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya
masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia
(masyarakat). Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah
kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu:
a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang
ditemukan tersebut.
c. Distribusi masalah kesehatan, distribusi masalah kesehatan
adalah menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan
menurut suatu keadaan tertentu.
Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah:
1. Menurut ciri – ciri manusia (man).
2. Menurut tempat (place).
3. Menurut waktu (time).
4. Determinan
Determinan menunjuk kepada faktor penyebab dari suatu
penyakit/masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekwensi,
penyebaran ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah
kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang biasa
dilakukan yaitu:
1. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
2. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah
disusun.
3. Menarik kesimpulan.
4. Aplikasi Epidemiologi di lapangan
Epidemiologi dan informasi tentang metode epidemiologi
mempunyai banyak kegunaan. Kegunaan-kegunaan tersebut antara
lain:
1. Assessment Kesehatan Masyarakat atau Populasi Stakeholder
Pemerintah daerah maupun pusat yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan, penerapan, dan evaluasi menggunakan
informasi epidemiologis sebagai kerangka nyata dalam
pengambilan keputusan. Untuk melaksanakan assessment
(pengukuran) kesehatan masyarakat atau populasi, datadata terkait
harus diidentifikasi dan dianalisis menurut waktu, tempat dan
personal.
2. Keputusan Individu.
Beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah
menggunakan informasi epidemiologi dalam keputusan harian
mereka. Ketika seseorang berhenti untuk merokok, atau
menggunakan kondom, mereka mungkin dipengaruhi baik sadar
atau secara tidak sadar oleh perkiraan epidemiologi tentang risiko
kesehatan. Pada tahun 1950-an, para ahli epidemiologi melaporkan
peningkatan risiko kanker paru-paru terhadap para perokok dan
pada pada pertengahan tahun 1980, para ahli epidemiologi
mengidentifikasi peningkatan risiko HIV yang dihubungkan
dengan perilaku seks dan penggunaan obat-obatan.
3. Melengkapi Gambaran Klinis
Pada saat meneliti Kejadian Luat Biasa (KLB), ahli
epidemiologi lapangan akan mengandalkan penyedia perawatan
kesehatan dan laboratorium untuk memberikan diagnosis yang
tepat terhadap pasien individu. Namun demikian, temuan para ahli
epidemiologi ini juga akan memberikan kontribusi terhadap
pemahaman mereka akan gambaran klinis dan perjalanan alamiah
dari penyakit yang menjangkit. Ahli epidemiologi juga telah
mencatat penyebaran infeksi HIV dari paparan awal hungga
perkembangan sindrom klinisyang bervariasi termasuk acquired
immnunodeficiency syndrome (AIDS).
4. Pencarian Sebab
Banyak penelitian Epidemiologi diperuntukkan kepada
pencarian sebab atau faktor yang mempengaruhi risiko penyakit
terhadap seseorang. Dalam penyelidikan lapangan, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab sehingga dapat diambil
tindakan kesehatan masyarakat yang tepat serta menyediakan
informasi yang cukup untuk mendukung tindakan yang efektif.
Dalam praktek penelitian epidemiologi, sedikitnya ada 5
langkah yang harus dilakukan yaitu:
1. Menghitung kasus atau kejadian
2. Mendeskripsikan kasus tersebut berdasarkan waktu, tempat dan
orang.
3. Mengekstraksi deskripsi menjadi kemungkinan-kemungkinan
tentang siapa saja yang berisiko terjangkit, mengapa dan
bagaimana bisa terjangkit dan membuat hipotesis yang akan
menjelaskan semua aspek-aspek penting dari epidemi.
4. Menampilkan banyak pembagian yaitu menentukan rerata
penyakit atau rerata paparan.
5. Membandingkan beberapa rerata untuk melihat maksud yang
terkandung didalamnya.
Langkah yang paling kritis adalah membandingkan rerata,
sesuatu yang dalam epidemiologi merupakan kegiatan yang harus
terjadi. Kita membandingkan antara orang sakit yang terpapar dan
orang sakit yang tidak terpapar terhadap agen penyebab atau
tingkat paparan di antara orang yang sakit dan orang yang sehat.
Perbedaan yang ada cukup jelas, sehingga bisa dipakai untuk
memberikan masukan (namun tidak bisa membuktikan) paparan
apa yang menjadi penyebab penyakit.
2. Baku Mutu dalam Penyelidikan Epidemiologi di Lapangan
Baku mutu suatu penyelidikan Epidemiologis lapangan adalah:
a. Tepat waktu
b. Menggarap suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting
di komunitas.
c. Memeriksa secara dini kebutuhan sumber daya dan
menyebarkannya secara tepat.
d. Menggunakan metode-metode epidemiologi deskriptif dan
analitik secara tepat.
e. Menggali kausalitas sampai taraf yang cukup mengidentifikasi
sumber dan/atau etiologi dari masalahnya
f. Menegakkan penanggulangan segera dan intervensi jangka
panjang.
g. Tantangan Seorang Epidemiologist dalam Penyelidikan
Epidemiologi di Lapangan
Seorang ahli Epidemiologi yang telah menyelidiki masalah-
masalah dilapangan dihadapkan pada berbagai tantangan yang
kadang-kadang membatasi penggunaan metode-metode ilmiah
secara ideal. Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam
penyelidikan lapangan yaitu:
1. Sumber data
Penyelidikan lapangan seringkali menggunakan informasi
yang disarikan dari berbagai sumber seperti rumah sakit, rekam
medik atau catatan kesehatan sekolah. Catatan-catatan ini
sangat bervariasi secara dramatis dalam hal kelengkapan dan
keakuratan diantara pasien, penyedia layanan kesehatan dan
fasilitas oleh karena catatan itu dibuat untuk tujuan-tujuan lain
selain penelitian epidemiologis. Dengan demikian, kualitas
catatan-catatan seperti itu sebagai sumber data bagi
penyelidikan epidemiologi mungkin jauh lebih rendah
dibandingkan kualitas informasi yang diperoleh, misalnya dari
kuisioner baku yang telah diujicoba lebih dahulu.
2. Angka yang kecil
Dalam suatu peneltian prospektif yang terencana, ahli
epidemiologi menetapkan besar sampel yang memadai
berdasarkan tuntutan statistik akan power. Di lain pihak, KLB
mungkin melibatkan sejumlah relatif kecil orang, sehingga
dengan demikian mengenakan pembatasanpembatasan yang
cukup besar terhadap desain penelitian, power statistik, dan
aspek-aspek lain dari analisis. Pada gilirannya, pembatasan-
pembatasan ini menghasilkan keterbatasan-keterbatasan dalam
inferensi dan kesimpulan yang bisa diambil dari suatu
penyelidikan.
3. Pengumpulan spesimen
Penyelidikan lapangan biasanya dilakukan setelah
peristiwa terjadi. Pengumpulan spesimen yang diperlukan tidak
selalu dimungkinkan untuk dilakukan, misalnya jenis-jenis
makanan yang dicurigai sudah dibuang, sistem air minum
sudah dikuras atau orang-orang yang sakit mungkin telah
sembuh. Dalam keadaan seperti ini, ahli epidemiologi
bergantung pada ketekunan penyedia layanan kesehatan yang
pertama kali memeriksa orang-orang yang terkena, dan
bergantung pada daya ingat orang – orang yang terkena,
sekeluarga atau komunitas mereka.
4. Publisitas
Epidemi penyakit akut seringkali menimbulkan perhatian
dan publisitas setempat yang cukup besar. Media cetak atau
televisi dapat membantu penyelidikan kasus dengan membantu
mengembangkan informasi, mengidentifikasi kasus, dan
membantu menerapkan langkah-langkah penanggulangan.
5. Kurang berpartisipasi
Dalam penyelidikan epidemiologi, sangat diharapkan
partisipasi dari berbagai pihak, baik pihak pemerintah, swasta
dan masyarakat setempat di wilayah kejadian. Di lapangan,
para epidemiologist sering menghadapi kurangnya partisipasi
dari pihak-pihak yang terlibat dalam penyelidikan, misalnya
keengganan memberi informasi apabila terjadi Epidemi suatu
penyakit yang berhubungan dengan usaha, pekerjaan dan
kepentingan lainnya.
6. Tekanan – tekanan untuk saling campur tangan
Para ahli epidemiologi yang melakukan penyelidikan
lapangan harus menimbang kebutuhan akan penyelidikan lebih
lanjut terhadap kebutuhan akan intervensi segera. Dilain pihak,
opini-opini yang muncul dari orang-orang yang terkena dan
orang-orang lain di komunitas dapat mengganggu pendekatan
ilmiah yang optimal. Apabila tekanan yang dari luar lebih
besar dibanding prosedur penyelidikan yang sesuai, maka
penyelidikan epidemiologi yang dilakukan tidak
menggambarkan evidence base yang ada di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses disiplin intelektual
aktif dan kemahiran dalam mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan atau
mengevaluasi informasi dari hasil pengumpulan atau ditimbulkan dari
pengamatan, pengalaman, perenungan, penalaran atau komunikasi sebagai
petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam bertindak. Berpikir kritis tidak
menjamin akan tercapainya suatu kebenaran atau kesimpulan yang benar.
Karakteristik dari berpikir kritis adalah kreatif, logis dan rasional, berhati-
hati dan mencari informasi, sistematik dan sesuai dengan intelektual.
DAFTAR PUSTAKA

Ivone, J. (2010). Critical Thinking, Intelektual Skill, Reasoning and Clinical


Reasoning. Universitas Kristen Maranatha.
Novitarina. (2018). Berfikir Kritis Dalam Pengambilan Keputusan Pada Masalah
Epidemiologi Terkait Kesehatan Reproduksi. Wordpress
Zubaidah, S. (2010). Berfikir Kritis Kemampuan Berikir Tingkat Tinggi yang
Dapat Dikembangkan melalui pembelajaran Sains. Jurnal Universitas
Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai