Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator keberhasilan upaya


kesehatan. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,
tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat.(1)World Health
Organization (WHO) mencatat bahwa sekitar 99% kematian ibu terjadi di
negara berkembang, terutama di Afrika Sub Sahara dan Asia Selatan. (2)
Kematian ibu dinegara berkembang pada tahun 2015 adalah 293/100.000
kelahiran hidup (KH) sedangkan negara maju yang hanya mencapai
12/100.000 KH.(2) World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
penyebab utama kematian ibu pada wanita umur produktif di negara
berkembang karena komplikasi selama masa kehamilan dan persalinan.

Kematian ibu di dunia akibat komplikasi selama kehamilan dan setelah


kehamilan. Komplikasi ini sebagian besar berkembang selama kehamilan dan
sebagian dapat diobati atau dicegah. Komplikasi utama yang menyebabkan
hampir 75% dari semua kematian ibu adalah(3): perdarahan hebat (perdarahan
postpartum), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi
selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia), komplikasi dari persalinan dan
aborsi tidak aman. Perdarahan postpartum, penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu, sekitar 3-5% pasien kebidanan mengalami perdarahan
postpartum.(4)(5)Perdarahan postpartum menyebabkan seperempat kematian ibu
di seluruh dunia dan 12% kematian ibu di Amerika Serikat.(4)

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2012, AKI di Indonesia


sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedagkan pada tahun 2015
menunjukan penurunan. Walaupun menunjukan penurunan AKI di Indonesia
lebih tinggi dari angka yang berasal dari WHO, dimana AKI mencapai
305/100.000 KH.(1)Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)
merencanakan rata-rata penurunan 5,5% per tahun menjadi target kinerja.
Sehingga diperkirakan pada tahun 2030 AKI di Indonesia akan mencapai
131/100.000 KH.(1)

Penyebab kematian terbesar Indonesia tahun 2014 adalah perdarahan


sebanyak 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27.1%, infeksi 7,3% dan
lain-lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti kondisi penyakit
kanker, ginjal, jantung atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar 35,3%.(6)

Kematian ibu di DIY tahun 2015 (29 ibu) mengalami peningkatan pada
tahun 2016 menjadi 39 dan kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017,
namun naik lagi di tahun 2018 menjadi 36. Kasus terbanyak terjadi di
Kabupaten Bantul (14 kasus) dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3
kasus). Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah
karena perdarahan (11 kasus), hipertensi dalam kehamilan (6 kasus), TBC (4
kasus), jantung (4 kasus), kanker (3 kasus), hipertiroid (2 kasus), sepsis, asma,
syok, emboli, aspirasi, dan gagal ginjal masing-masing 1 kasus.(7)

Kematian ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2018 naik dibandingkan


pada tahun 2017. AKI Tahun 2017 sebesar 72,85/100.000 KH yaitu sejumlah 9
kasus, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 14 kasus sebesar 108,36/100.000.
(8)
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab
kematian ibu adalah Pendarahan sebesar 36%, TB 22%, PEB 14%,
Hypertiroid, Jantung, Asma, dan Ca Otak 7%. Penyebaran kasus kematian ibu
di Kabupaten Bantul terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah
kasus terbanyak dilaporkan terjadi adalah Pendarahan.(8)

Perdarahan hebat setelah setelah lahir dapat membunuh wanita sehat


dalam bebeapa jam jika tidak di rawat.(2)Perdarahan postpartum didefinisikan
sebagai kehilangan darah 1.000 mL atau lebih dengan tanda dan gejala
hipovolemia dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan hingga 12 minggu
postpartum, terlepas dari metode persalinan (pervaginam atau sesar). (9)(10)
Perdarahan postpartum awal atau primer merupakan jenis yang paling umum,
terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, sedangkan perdarahan
sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.(10)Salah satu pendekatan pencegahan
adalah untuk mengidenfitikasi pasien berisiko tinggi mengalami perdarahan
postpartum sebelum persalinan, sehingga komponenen darah dan peralatan
dapat dimobilisasi sebelum perdarahan terjadi.(11)

Menarche menandai mulainya kemampuan reproduksi pada wanita dan


saat tubuh remaja mengalokasikan nutrisi dan hormon dari pertumbuhan ke
fungsi sistim reproduksi.(11)Menarche menunjukan permulaan siklus menstruasi
dan biasanya terjadi rata-rata pada usia 12-14 tahun. Dalam beberapa dekade
terakhir, usia menarche telah menurun bertahap di seluruh dunia. Tren global
penurunan usia menarche, telah meingkat sebesar 25-33% pada generasi
terakhir di beberapa negara dan kelompok etnis.(12)Beberapa penelitian
menunjukan bahwa usia menarche terus menurun setelah tahun 1950.(13)

Terjadi tren penurunan usia menarche pada perempuan Indonesia.


(14)
Umur termuda menarhe pada remaja putri adalah 9 tahun dan umur
menarche wanita tertua adalah 18 tahun. Kebanyakan wanita di Indonesia
mengalami menarche pada umur 12 tahun (31,33%), umur 13 tahun (31,30%)
dan pada umur 14 tahun (18,24%). Umur rata-rata menarche terendah terdapat
di Yogyakarta 12,45 tahun dan tertinggi di Kupang 13,86 tahun. Hal ini akibat
membaiknya standar kehidupan berdampak pada lebih cepatnya usia menarche.
(15)
Menarche dini, yaitu usia pertama kali menstruasi <12 tahun.(16)

Usia saat menarche ditentukan oleh faktor genetik, epigenetik dan


lingkungan. Menarche dini telah dilaporkan sebagai faktor risiko untuk
perawakan pendek, penyakit kardiovakular, penyakit iskemik, obesitas,
diabetes dan infertilitas.(17)(11)Selain itu penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa usia dini saat menarhe berhubungan dengan beberapa
hasil kehamilan yang merugikan seperti diabetus militus gestasional,
keguguran, kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah.(11)(18)Namun
pengaruh usia dini saat menarche pada perdarahan postpartm sebagian besar
tidak diketahui.(11)
Faktor risiko perdarahan postpartum termasuk plasenta previa,
makrosomia janin, usia, kehamilan ganda, obesitas, stres psikologis, diabetus
mellitus gestasional dan gangguan hipertensi kehamilan.(19)(11)Penelitian
sebelumnya telah melaporkan bahwa usia dini saat menarche dikaitkan dengan
faktor risiko perdarahan postpartum, seperti obesitas, gangguan hipertensi pada
kehamilan, diabetus millitus gestasional dan stress psikologis. (20)Usia dini saat
menarche (≤12 tahun) memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami perdarahan
postpartum, dibandingkan wanita menarche pada usia 13 tahun.(11)

Data uraian diatas masih menunjukan besarnya masalah perdarahan,


dan baru terdapat satu penelitian yang mengatakan bahwa usia dini saat
menarche meningkatkan risiko perdarahan postpartum, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang hubungan usia dini saat menarche dengan peningkatan
risiko perdarahan postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

B. Rumusan Masalah

Angka Kematian Ibu (AKI) di Yogyakarta (DIY) pada tahun 2018


terdapat 36 kasus, dan kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul sebanyak
(14 kasus). Angka kejadian perdarahan di DIY menyumbang sebesar 11 kasus
dari kematian ibu pada tahun 2018. Bantul merupakan penyumbang AKI
terbesar di DIY sebanyak 14 kasus, dengan penyebab kematian ibu adalah
perdarahan sebesar 36%. Terdapat peningkatan kasus AKI di Bantul, tahun
2017 sebanyak 9 kasus dan 14 kasus pada tahun 2018. Hasil penelitian Huang,
Chaolin.et.al (2020) merupakan studi pertama yang menunjukan adanya
hubungan antara usia dini saat menarche dengan peningkatan risiko perdarahan
postpartum yang signifikan pada wanita China. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut maka dapat diambil suatu rumusan masalah “Adakah
hubungan antara usia dini saat menarche dengan peningkatan risiko perdarahan
postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara usia dini saat menarche dengan
peningkatan risiko perdarahan postpartum di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui usia dini saat menarche pada subjek penelitian di


RSUD Panembahan Senopati

b. Mengetahui jumlah kejadian perdarahan postpartum di RSUD


Panembahan Senopati

c. Mengetahui kebermaknaan hubungan antara usia dini saat


menarche dengan peningkatan risiko perdarahan postpartum

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan kebidanan.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan informasi


di bidang kesehatan khususnya mengenai hubungan usia dini saat
menarche dengan peningkatan risiko perdarahan postpartum.

2. Manfaat Praktis

a Bagi RSUD Panembahan Senopati

Diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan dasar


kewaspadaan dalam pelayanan kebidanan. Diharapkan pada
informasi dapat mengurangi dan juga menekan angka kejadian
perdarahan postpartum di RSUD Panembahan Senopati.

b Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat menjadi bacaan kepustakaan awal bagi penelitian
yang serupa sehingga diharapkan peneliti berikutnya dapat
melakukkan penelitian lebih baik.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini diantaranya

Tabel 1.Keaslian Penelitian

No Judul Peneliti, Tahun, Desain, Teknik Perbedaan


Sampling, jumlah Sampel, Hasil Penelitian
1 Early age at Peneliti (tahun): Judul penelitian
menarche and Huang, Chaolin, Deng, Jie, Xu Yao, Wu berbeda. Desain
risk of Haiyan, Peng Cong, Wu Lingjiao, Yu penelitian yang
postpartum Jun, Ma Junru (2020) digunakan
hemorrhage: a Desain dan teknik: berbeda. Teknik
retrospective electronic medical records system pengambilan
study in Chinese dengan logistic regression analysis sampel. Jumlah
women Jumlah sampel: sampel dan
A total of 6383 participants met the tempat penelitian
inclusion and exclusion criteria for the berbeda.
analysis.
Hasil:
After controlling for potential
confounders, women with menarche at
an early age with an age at menarche of
13 years, and the ORs (95% CIs) for
postpartum hemorrhage across (≤12
years) had a significantly higher risk of
developing postpartum hemorrhage than
women 0.95 (0.61–1.57), and 0.91
(0.51–1.58), respectively. Moreover,
age at menarche was inversely the
menarche age categories (≤12, 13, 14
and ?15 years) were 1.27 (1.02–1.81),
1.00 (reference), associated with the
risk of postpartum hemorrhage after
adjustment for all relevant confound-
ing factors, and the OR (95% CI) for
postpartum hemorrhage per year of
increasing in the age at menarche was
0.93 (0.74–0.99).
DATAR PUSTAKA
1. Kementerian kesehatan Repubelik Indonesia. Data dan Informasi profil
Kesehatan Indonesia 2018. 2018;

2. Dewie A, Tangahu R. Jarak Persalinan Berhubungan Dengan Perdarahan


Postpartum Di RSUD Undata Palu Tahun 2017-2018. 2018;111–8.

3. Say L, Chou D, Gemmill A, Tunçalp Ö, Moller A-B, Daniels J, et al.


Global causes of maternal death: a WHO systematic analysis. Lancet Glob
Heal. 2014;2(6):e323–33.

4. Evensen A, Anderson JM, Fontaine P. Postpartum hemorrhage: Prevention


and treatment. Am Fam Physician. 2017;95(7):442–9.

5. Meher S, Cuthbert A, Kirkham JJ, Williamson P, Abalos E, Aflaifel N, et


al. Core outcome sets for prevention and treatment of postpartum
haemorrhage: an international Delphi consensus study. BJOG An Int J
Obstet Gynaecol. 2019;126(1):83–93.

6. Sri H, Mubarokah K. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT Kondisi Demografi Ibu dan Suami
pada Kasus Kematian Ibu. Higeia J Public Heal Res Dev [Internet].
2018;3(5):99–108. Available from:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

7. Dinas Kesehatan DIY. Profil Kesehatan D.I Yogyakarta tahun 2018. Profil
Kesehat Drh Istimewa Yogyakarta tahun 2018 [Internet]. 2019;32.
Available from: http://www.dinkes.jogjaprov.go.id/download/download/27.

8. Dinkes Bantul. Narasi Profil Kesehatan 2019. Profil Kesehat Kabupaten


Bantul. 2019;1–47.

9. Gynecologists AC of O and. Practice bulletin no. 183: postpartum


hemorrhage. Obs Gynecol. 2017;130(4):e168–86.

10. Watkins EJ, Stem K. Postpartum hemorrhage. JAAPA. 2020;33(4):29–33.

11. Huang C, Deng J, Xu Y, Wu H, Peng C, Wu L, et al. Early age at menarche


and risk of postpartum hemorrhage: a retrospective study in Chinese
women. J Matern Neonatal Med [Internet]. 2020;0(0):1–7. Available from:
https://doi.org/10.1080/14767058.2020.1784871

12. Yu EJ, Choe SA, Yun JW, Son M. Association of Early Menarche with
Adolescent Health in the Setting of Rapidly Decreasing Age at Menarche. J
Pediatr Adolesc Gynecol [Internet]. 2020;33(3):264–70. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.jpag.2019.12.006

13. Gottschalk MS, Eskild A, Hofvind S, Gran JM, Bjelland EK. Temporal
trends in age at menarche and age at menopause: A population study of 312
656 women in Norway. Hum Reprod. 2020;35(2):464–71.

14. Sandjaja S. USIA MENARCHE PEREMPUAN INDONESIA SEMAKIN


MUDA: HASIL ANALISIS RISKESDAS 2010. J Kesehat Reproduksi.
2019;10(2):163–71.

15. Sadiman S, Islamiyati I. Status Gizi dan Keterpaparan Media


Meningkatkan Kejadian Menarche Dini pada Siswi. J Kesehat Metro Sai
Wawai. 2019;12(1):50.

16. Wulandari ET, Nuraeni R, Maesaroh S. Perbedaan Usia Menarche Pasien


Kanker Payudara dan Pasien Kanker Ovarium yang Menjalani Pengobatan
di Rumah Sakit. Wellness Heal Mag. 2019;1(2):115–22.

17. Cao M, Cui B. Negative Effects of Age at Menarche on Risk of


Cardiometabolic Diseases in Adulthood: A Mendelian Randomization
Study. J Clin Endocrinol Metab [Internet]. 2019 Oct 16;105(2):515–22.
Available from: https://doi.org/10.1210/clinem/dgz071

18. Li H, Song L, Shen L, Liu B, Zheng X, Zhang L, et al. Age at menarche


and prevalence of preterm birth: Results from the Healthy Baby Cohort
study. Sci Rep [Internet]. 2017;7(1):1–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1038/s41598-017-12817-2

19. Higgins N, Patel SK, Toledo P. Postpartum hemorrhage revisited: New


challenges and solutions. Curr Opin Anaesthesiol. 2019;32(3):278–84.

20. Shen Y, Varma DS, Zheng Y, Boc J, Hu H. Age at menarche and


depression: results from the NHANES 2005–2016. PeerJ. 2019;7:e7150.

Anda mungkin juga menyukai