Anda di halaman 1dari 5

Makalah Perubahan Sosial dan Konflik Sosial

Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I

BAB I
PENDAHULUAN

Pada konteks pemikiran sistem, masyarakat akan dapat dipandang sebagai sebuah sistem.
Pada satu segi, hal ini menunjukkan adanya suatu satuan masyarakat kecil seperti keluarga,
sekolah, perkantoran dan sebagainya. Dan pada segi lainnya, pandangan ini menunjukkan
adanya suatu satuan masyarakat besar seperti masyarakat kota, atau masyarakat desa. Di segi
lain, Jika kita melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial, maka sistem sosial tersebut
dikonstruksikan terdiri dari beberapa sub-sistem yang diantaranya merupakan hal penting adalah
fungsi untuk mempertahankan atau menegakkan pola dan struktur masyarakat. Diantara stuktur
yang kerap dibicarakan para ahli adalah mengenai pengelompokan sosial, stratifikasi (lapisan)
sosial, perubahan sosial dan konflik pertentangan sosial. Pemahaman dalam pengetahuan
tentang struktur masyarakat ini dapat membantu kita dalam mengenal suatu eksistensi dalam
tatanan masyarakat tertentu, juga dalam usaha menyelesaikan problematika yang muncul dalam
masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Perubahan Sosial dan Konflik Sosial

A. Perubahan Sosial
1. Pengertian Perubahan Sosial
Menurut Selo Sumarjan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.[1]

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan, karena tidak ada masyarakat yang
bersifat mandek (stagant). Perubahan tersebut ada yang sedikit dan ada juga yang banyak, ada
yang cepat dan ada juga yang lambat. Pengaruh perubahan hanya dapat diketahui oleh
seseorang yang sempat mengadakan penelitian susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu tertentu, yang kemudian dibandingkan pada suatu waktu lain.
Perubahan-perubahan di dalam masyarakat adalah perubahan-perubahan norma-norma sosial,
nilai-nilai sosial, interaksi sosial, pola-pola prilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan masyarakat, susunan kekuasaan dan wewenang. [2] Setelah terjadi perubahan
unsur-unsur sosial, ada sebagian anggota masyarakat yang tidak dapat menyesuaikan antara
unsur-unsur sosial yang ada dalam kehidupan sosialnya, sehingga tidak akan terwujud pola
kehidupan masyarakat yang serasi. Apabila di dalam masyarakat proses integrasi sosial tidak
bekerja dengan baik, dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi dan disintegrasi sosial.
Disorganisasi sosial akan mendahului disintegrasi sosial. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan
paham mengenai tujuan sosial, sistem norma yang tidak ketat, adanya prilaku menyimpang, dan
pengendalian sosial kurang berfungsi, serta sistem tindakan sosial yang kurang berfungsi.[3]

Perubahan dalam norma sosial telah banyak diteliti para pengkaji memiliki hubungan dengan
perubahan sosial. Apabil norma adalah suatu dasar dari dari keteraturan kehidupan sosial, maka
perubahan sosial terjadi dalam struktur masyarakat, terjadi sebagai akibat dari perubahan dalam
norma-norma sosial. Banyaknya kecendurngan-kecendrungan yang buruk masa kini, seperti
pemogokan buruh industri, tindakan-tindakan kriminal, kebebasan sex adalah hasil dari
kebobrokan moral, dan hanya dapat diatasi dengan regenerasi moral.[4]

2. Beberapa bentuk perubahan sosial


Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa bentuk,
diantaranya:

 Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat. Perubahan-perubahan yang


memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan
kecily saling mengikuti lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi
dengan sendirinya, tanpa rencana atau kehendakn tertentu. Perubah tersebut terjadi
karena adanya usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-
keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan tersbut tidak perlu sejalan dengan
rentetan peristowa sejarah masyarakat bersangkutan.
 Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang direncanakan serta perubahan-
perubahan yang tidak dikehdaki dan perubahan yang tidak direncanakan.
 Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan-perubahan
yang direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang menginginkan perubahan
dalam masyarakat. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki dan direncanakan adalah
perubahan tanpa ada kehendak serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan masyarakat.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan Sosial


Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya
perubahan dalam suatu komunitas masyarakat bersumber pada masyarakat itu sendiri dan ada
juga yang bersumber dari luar. Sebab-sebab yang bersumber dari masyarakat itu sendiri
misalnya;
Bertambah atau berkurangnya penduduk. Misalnya perubahan pesat yang terjadi di pulau Jawa,
menyebabkan terjadinya perubahan dalam sturktur masyarakat.
Adanya penemuan-penemuan baru. Misalnya penemuan dalam bidang iptek, yang membawa
pengaruh dalam metode peperangan, yang kemudian pada akhirnya menambah perbedaan
antara negara-negara besar dan maju dengan negara-negara kecil dan yang sedang
berkembang.

B. Konflik Sosial
Konflik atau pertentangan di dalam suatu asyarakat juga mungkin menjadi penyebab terjadinya
perubahan sosial dalam suatu komunitas masyarakat. Pertentangan-pertentangan ini mungkin
terjadi antar individu ataupun antar suatu kelompok dalam suatu masyarakat.

Masyarakat tradisional Indonesia, pada umumnya bersifat kolektif. Segala kepentingan


didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan-kepentingan individu walupun diakui
mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang timbul pertentangan antara kepentingan-kepentingan
individu dengan kelompok tersebut, dalam dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan
perubahan-perubahan. Misalnya di kalangan suku batak yang sistem kekeluargaannya adalah
patrinial murni.

Petentangan antar kelompok mungkin saja terjadi antara generasi tua dengan generasi muda.
Pertentangan tersebut kerap terjadi apalagi pada masyarakat yang sedang berada pada tahap
berkembang dari tradisonal ke tahap modren. Generasi muda yang keperibadainnay belum
terbentuk, lebih mudah untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang dalam beberapa
bidang memiliki taraf yang lebih tinggi. Keadaan tersebut dapat menimbulkan perubahan-
perubahan tertentu dalam masyarakat, misalnya pergaulan yang lebih bebas antara pria dan
wanita, kedudukan wanita yang sederajat dengan kaum lelaki di dalam masyarak dan juga lain
sebagainya.[5]

Sebenarnya pertentangan ini bukanlah suatu hal yang harus ditakuti, karena terkadang
pertentangan ini dapat membantu menghilangkan unsur-unsur yang memisahkandalam suatu
antar hubungan sosial dan untuk membangun kesatuan kembali. Selain pertentangan itu dapat
menyelesaikan ketegangan antar pihak-pihak yang bertentangan, ia juga berfungsi menstabilkan
dan menjadi satu komponen yang menyatukan antara hubungan sosial.[6]

BAB III
KESIMPULAN
Makalah Perubahan Sosial dan Konflik Sosial

Adanya lapisan sosial dalam masyarakat dilandaskan beberapa faktor seperti, faktor ekonomis,
politik, pangkat, jabatan serta status peran dalam masyarakat. Sedangkan adanya pertentangan
sosial baik yang sifatnya antar individu maupun kelompok dengan masyarakat sekitar memiliki
dampak positif, disamping juga ada dampak negatif yang ditimbulkannya. Dengan demikian
struktur sosial yang ada dalam sebuah tatanan bermasyarakat terdiri dari pengelompokan sosial,
lapisan sosial, perubahan sosial serta pertentangan sosial. Pemahaman mengenai hal ini dapat
membantu dalam memahami sebuah tatanan masyarakat, juga dalam usaha menyelesaikan
problematika yang muncul dalam masyarakat itu.

DAFTAR PUSTAKA

 David Berry, The Principles of Sosiologi, Trjm Paulus Wirutomo, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1995, Ed. I, Cet ke-3.
 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1982.
 Dra Siti Waridah dkk, Sosiologi, Jakarta, Bumi Aksara, 2003, h. 109.
 Soekandar Wiriaatmadja. Pokok-pokok Sosiologi. (Jakarta: Yasaguna, 1991),
 Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi. (Jakarta:
Fakultas Ekonomi UI, 1964, Ed. I).

========================
[1] Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi. (Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI, 1964, Ed. I), h. 375.
[2] Dra Siti Waridah dkk. Sosiologi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 109.
[3] Ibid, h. 110.
[4] David Berry. The Principles of Sosiologi. Trjm Paulus Wirutomo, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1995), Ed. I, Cet ke-3, h. 67.
[5] Soekanto, Sosiologi, h. 305
[6] Soekandar Wiriaatmadja. Pokok-pokok Sosiologi. (Jakarta: Yasaguna, 1991), h. 115.

Anda mungkin juga menyukai