Anda di halaman 1dari 19

TEORI – TEORI PERUBAHAN SOSIAL

INCE SALSABILA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG PERS MAMUJU TENGAH
Adeliasalsabila618@gmail.com
Abstract

A society will experience changes and social dynamics. This is the impact of
interactions between humans and groups, especially in the era of globalization,
where technological advances bring various effects. Social change is all changes
in social institutions in a society that affect the social system, which includes
values, attitudes, and behavior patterns among groups in society. Social change is
caused by several factors, such as individual desires and decisions, external
influences, certain events, and the emergence of shared goals.
Keywords : Social change theories

Abstrak

Suatu masyarakat akan mengalami perubahan dan dinamika sosial. Inilah


dampak interaksi antara manusia dan kelompok, terutama di era globalisasi,
dimana kemajuan teknologi membawa berbagai efek. Perubahan sosial adalah
segala perubahan pranata sosial dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosial, yang meliputi nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti keinginan dan keputusan individu, pengaruh eksternal, peristiwa tertentu,
dan munculnya tujuan bersama.

Kata Kunci : Teori-teori perubahan social

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala sesuatu yang ada di dunia pasti mengalami perubahan tanpa
terkecuali manusia secara individu maupun masyararakat, dan perubahan ini
ada yang berjalan dengan sangat cepat dan ada juga yang berjalan dengan
lambat. Perubahan yang terjadi bagi individu manusia dapat berupa
berubahnya pola pikir, tindakan dan lain sebagainya. Sedangkan perubahan
yang terjai pada msayarakat dapat berupa nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial dan lain sebagainya.
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan yang sudah pasti terjadi,
yang sudah ada sejak zaman dahulu dan terjadi pada masyarakat di sekitarnya.
Perubahan itu terjadi sangat cepat, sehingga untuk menghadapinya harus ada
yang berperan dalam membina dan membimbing masyarakat dalam
mengarungi perubahan yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi, agar
tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan sosial dalam terjadinya perubahan.
Seperti yang di nyatakan T.S Eliot, Kehidupan di dunia ini mungkin
akan berakhir dengan rengekan ketimbang jeritan. Dunia ini mungkin akan
terjerumus ke dalam masa depan yang suram, di ledakkan oleh konflik,
menderita ketidak adilan, yang dengan nekad mencoba mencari bentuk
kehidupan yang lebih berarti. Dunia seperti itu memerlukan pemahaman
tentang perubahan sosial.
Manusia memiliki karakter yang beraneka ragam, tujuan hidup manusia
memiliki makna masing-masing, walaupun terkadang dalam hidup ini terdapat
suatu wadah yang telah disajikan leh Allah SWT, bahwa sesungguhnya
kegiatan manusia yang dijalani dan diperjuangkan selalu bertujuan kepada
sebuah status sosial, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang yang berada
di muka bumi ini ingin memiliki status sosial yang baik dan selalu berperan
dalam setiap situasi dan kondisi, baik berperan dalam bidang agama, sosial,
ekonomi, politik maupun budaya.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas ialah, Bagaimana
Toeri-teori perubahan sosial ?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui bagaiamana Toeri-teori perubahan sosial
3. Sebagai syarat mengikuti LK 2 HMI Cabang Palu Tingkat Nasional.

1.4 Manfaat
Dengan membuat makalah ini, maka penulis dapat menggambil
manfaat yaitu dapat mengetahui bagaiamana permasalahan yang di hadapi
manusia dalam mengarungi perubahan-perubahan sosial

1.5 Metode Penulisan


2 Penulisan yang digunakan untuk menyelesaikan karya ini adalah metode
deskriptif penelitian sastra yang dilakukan untuk mendukung penulisan dari
awal hingga akhir karya ini. Selain itu, tinjauan literatur telah dilakukan untuk
memberikan landasan teoritis yang kuat untuk risalah ini, yang dapat menjadi
referensi untuk diskusi. Studi kepustakaan meliputi pengumpulan data dan
buku-buku serta jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian ini.

1.6 Sistematika Penulisan

1. Pendahuluan (berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan


penulisan, manfaat penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan
sistematika penulisan).
2. Landasan teori
3. Pembahasan (isi masalah yang akan di bahas)
4. Penutup (berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran atau solusi
untuk masalah yang di bahas)

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perubahan sosial


2.1.1 Pengertian Perubahan Sosial
Perubahann sosial menjadi tema kajian utama yang hadir setiap
pembahasan masalah sosial, dalam dokumentasi penelitian ilmu-ilmu
sosial dibanyak negara berkembang. Seperti sebuah keyakinan, bahwa
peradaban manusia menujukepada perbaikan, kesempurnaan dan
semua teori perubahan sosial sebetulnya merupakan suatu realitas
yang majemuk, bukam realitas tunggal yang diakibatkan oleh
dinamika masyarakat tertentu. Perubahan sosial adalah suatu bentuk
peradaban ummat manusia akibat adanya ekskalasi alam, biologis,
fisik yang terjadi sepanjang kehidupan manusia. 1
Wilbort Moore, mendefinisikan perubahan sosial sebagai
“Perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang dimaksud dengan
struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”. Moor
memasukkan kedalam definisi perubahan sosial sebagai ekspresi
mengenai struktur, seperti norma, nilai dan fenomena kultural. 2
Dengan demikian perubahan sosial akan dipandang sebagai
sebuah konsep yang serba mencakup, yang menunjuk kepada
perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia,
mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.
Dalam terminologi sosiologis, transformasi sosial sering
diartikan sebagai perubahan sosial, yaitu suatu perubahan secara
menyeluruh dalam bentuk, rupa, sifat, watak dan sebagainya dalam
hubungan timbal balik antar manusia, baik sebagai individu maupun
kelompok.3
2
Agus salim, perubahan sosial: sketsa teori dan refleksi metodologi kasus indonesia (Yogyakarta:
PT Tiara Wacana, 2002). Cet 1. Hal 1
Robert H. Lauer, prespektif tentang perubahan sosial (Jakarta: Bina Aksara, 1989). Cet 1. Hal 4
3
Robert H. Lauer, prespektif tentang perubahan sosial (Jakarta: Bina Aksara, 1989). Cet 1. Hal 23

4
Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial untuk
suatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik
karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi
penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun perubahan-
perubahan baru dalam masyarakat tersebut. 4
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan budaya.
Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil dari adanya
masyarakat, sehingga tidak akan ada kebudayaan apabila tidak ada
masyakat yang mendukungnya, dan tidak ada satupun masyarakat
yang tidak memiliki kebudayaan.
Cara yang paling sederhana untuk memahami terjadinya
perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua
perubahan yang terjadi dalam masyarakata sebelumnya. Perubahan
yang terjadi dalam masyarakata dapat di anaalisis dari berbagai segi:
 Ke arah mana perubahan dalam masyarakat bergerak, bahwa
perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan
tetapi setelah minggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan
itu bergerak pada sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi
mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah ada
pada waktu yang lampau.
 Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan
kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat. 5
Perubahan sosial pada umumnya dapat terjadi secara wajar dan
teratur, apalagi jika perubahan itu untuk kepentingan masyarakat. Jika
tidak, orang biasanya dilarang untuk berubah karena kekhawatiran dan
ketakutan bahwa masalah ini dapat mengganggu stabilitas kehidupan
mereka. Namun, dalam kondisi tertentu, perubahan sosial tidak dapat
dihindari, terutama jika situasi saat ini dianggap kurang berkembang
atau tidak memadai. Munculnya ketidakpuasan saat ini disebabkan oleh
nilai-nilai, norma sosial, pengetahuan teknis terkini, dan

4
Dr. Elly M. Setiadi, Msi., Ilmu sosial dan budaya dasar (Jakrta:Kencana perdana, 2009). Cet 5. Hal
50

5
Dr. Elly M. Setiadi, Msi., Ilmu sosial dan budaya dasar (Jakrta:Kencana perdana, 2009). Cet 5. Hal
51

5
ketidakmampuan untuk memenuhi kepentingan yang sangat kompleks
dan tidak ada habisnya.

Tidak semua orang menyambut perubahan sosial dengan gembira


dan positif. Konservatif umumnya menyesali perubahan dan
bernostalgia dengan masa lalu, sedangkan orang progresif
umumnya menginginkan perubahan terus-menerus. Dalam konteks
ini, tidak semuanya berubah pada saat yang sama dalam kehidupan
manusia, tetapi menurut kodrat manusia selalu ada kebutuhan
manusia yang tidak dapat diubah.

2.2 Teori Perubahan Sosial


2.2.1 Teori Sebab-Akibat
Beberapa faktor dikemukakan oleh para ahli
menerangkan sebab-sebab perubahan sosial yang terjadi, beberapa
pendekatan sebagai berikut:
1. Analisis dialektis
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat-syarat dan
keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan daalam suatu
sistem masyarakat. Perubahan yang terjadi pada suatu bagia sistem
masyarakat dan membawa pola perubahan pada yang lain, sering
menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan sebelumnya,
bahkan menimbulkan konflik. Konflik ini dapat mendorong
terjadinya perubahansosial yang lebih lanjut, meluas dan
mendalam. Hal ini dirumuskan oleh Hegell dan Marx sebagai
dialektika.
2. Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
Teori tunggal menerangkan sebab-sebab perubahan sosial, atau
pola kebudayaan dengan menunjukkan terhadap satu faktor
penyebab. Teori tunggal maupun deterministik menurut Soejarno
Soekanto (1983) tidak bertahan lama-lama, timbulnya pola analisis
yang lebih cermat dan lebih didasarkan fakta.

2.2.2 Teori Proses atau Arah Perubahan Sosial

6
Kebanyakan teori-teori mengenahi arah perubahan
sosial mempunyai kebenderungan yang bersifat kumulatif atau
evolusioner. Walaupun berbeda namun pada dasarnya sama, mempunyai
asumsi bahwa sejarah manusia ditandai adanya gejala pertumbuhan.
1. Teori Evolusi Unilinier
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu, semula dari bentuk
sederhana kemudian yang kompleks sampai pada tahap yang
sempurna. Pelopor teori ini adalah August Conte dan Herbert Spenser.
Teori garis lurus menggambarkan arah perubahan yang mungkin saja
akurat, apabila diterapkan pada jangka waktu yang relatif lebih
pendek dan bagi tipe gejala-gejala sosial tertentu, dari suatu sistem
ekonomi tertentu.
Spancer adalah label yang diberikan pada model yang
menekankan pada evolusi sosial. Dengan kata lain perubahan sosial
yang berlangsung secara pelan-pelan dan kumulatif (“ Evolusi”
Bukannya “Revolusi”). Dan perubahan sosial itu di tentukan dari
dalam (“ Endogen” bukannya “Eksogenus”). Proses endogen ini
sering digambarkan dalam arti “ Diferensiasi Struktural”, atau dengan
kata lain suatu perubahan dari yang sederhana, tidak terspesialisasi
dan informal ke yang kompleks, terspesialisasi dan formal, atau
menurut ungkapan spencer sendiri, perubahan dari “Homogenitas
yang tidak koheren ke heterogenitas koheren.6
2. Teori Multilinier
Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi di
dasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa perubahan
sosial atau kebudayaan didapatkan gejala keteraturan yang nyata
dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau skema apriori,
tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan
dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian-bagian tertentu.7
6
Peter Burke, sejarah dan teori sosial (Jakarta: Yayasan Obor, 2003). Cet 2. Hal 198
7
Dr. Elly M. Setiadi, Msi., Ilmu sosial dan budaya dasar (Jakrta:Kencana perdana, 2009). Cet 5. Hal
53

7
.
2.2.3 Komparasi Teori Perubahan sosial klasik dan Islam
1. Teori Klasik

Teori sosial klasik muncul dari Tiga Tokoh (Karl Marx, Marx
Weber,dan Emil Durkheim) yang secara khusus memang meletakkan
dasar teori yang nantinya menjadi induk dari perkembangan teori-teori
sosiologi yang muncul dikemudian. Dalam memahami perubahan sosial
ketiga tokoh ini berusaha memahami fenomena perubahan secara
radikal terutama untuk masyarakat barat yang sedang beralih dari
struktur agraris ke struktur industri.8 Ketiga teori Barat itu Berbeda-
beda dalam menjelaskan mana yang lebih utama di antara struktur
budaya, sosial dan teknik yang paling memungkin kan terjadinya proses
perubahan sosial.
Teori Marx melihat struktur sosial sebagai variable yang paling
signifikan yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial. Dengan
teori besarnya mengenai materealisme historis dan determinisme
ekonomi. Teori marx menganggap bahwa strukur sosiallah yang
menentukan corak struktur teknik dan budaya. Dalam setiap masyarakat
selalu terdapat kelas sosial yang menguasai alat produksi. Masyarakat
feodal agraris mengenal kelas semacam itu sebagai kelas aristokrasi
yang menguasai tanah sebagai alat produksi vital. Dari struktur sosial
yang terbentuk karen stratifikasi kelas ini muncullah struktur teknik
dalam bentuk organisasi organissasi sosial, yang pada ahirnya juga
mempengaruhi terbentuknya simbol-simbol budaya.
Teori Weber, Melihat hubungan kausal dari terjadinya perubahan
sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan pada tingkat struktur
teknik. Pada mulanya terdapat sebuah otoritas kaum elit dalam
masyarakat, kaum elit ini kemudian menciptakan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasannya melalui sistem simbol sebagai justifikasi
kultural atas posisinya yang dominan, baik secara ekonomis maupun
8
Agus salim, perubahan sosial: sketsa teori dan refleksi metodologi kasus indonesia (Yogyakarta:
PT Tiara Wacana, 2002). Cet 1. Hal 24

8
politis. Legitimasi melalui sistem simbol ini tak lain dituukan untuk
membenarkan akumulasi kehormatan dan kekayaan pada kelas elit,
sehingga dengan demikian ia menjadi alat untuk melegitimasi
stratifikasi sosial. Weber melihat kaum elit yang mendominasi struktur
tknik sebagai agen perubahan budaya, yang pada ahirnya akan
mempengaruhi struktur sosial.
Teori durkheim, Ururtan kausalitas transformasi berasal dari
perubahan stuktur budaya, ke struktur sosial, dan ahirnya ke struktur
teknik. Dengan struktur budaya ia maksudkan kedalam sentimen-
sentimen kolektif atau nilai-nilai sosial. Sentimen-sentimen inilah yang
pada hakikatnya menjadi dasar dari kohesi dan integrasi sosial,
sehingga dalam pengertian itu, mentrandensikan hubungan-hubungan
materil yang terjadi secara rill dalam masyarakat. Terjadinya proses
perubahan sosial menurut Durkheim selalu menimbulkan dengan apa
yang disebut “anomie” dan krisis makna itu, menandakan terjadinya
kontradiksi-kontradiksi sistem sosial, yaitu dengan munculnya
diferensiasi fungsional karena terciptanya lembaga-lembaga ekonomi
dan sosial yang baru.9
Menurut Durkheim, perubahan dalam struktur budaya, artinya
perubahaan pada nilai-nilai sosial akan mempengaruhi terjadinya
perubahan struktur sosial, dan juga mempengaruhi terjadinya perubhan
struktur teknik
Table 1
Pembagian abad dan peradaban di eropa
Abad Massa
5 Kuno (Abad Kegelapan, perkembangan pengetahuan ilmiah
dasar Eropa stagnan, terlalu besar untuk kekuasaan dan
gereja). Ada zaman keemasan parisme Yunani untuk integrasi
ajaran Kristen dan Hindu
13 Midlle age (abad pertengahan, masa transisi yang memberi
jeda bagi tubuh dan matangnya ilmu pengetahuan yang

9
Kuntowijoyo,A. E. Priyono, Paradigma islam: interpretasi untuk aksi(Bandung: Mizan, 1991), 569

9
rasional)
16&1 Enlightment (abad pencerahan terjadi bentuk
7 rasionalisasidalam pola pikir manusia dan perubahan pola
hubungan sosial). Masa aufklarung, ditandai dengan lahirnya
revolusi prancis, cara-cara berfikir rasional dan dimulainya
penulisan enciklopedia
18-19 Modernisasi era (industrialisasi di eropa, berubahnya relasi
sosial dan kelembagaan)
21 Post modern era (orang mulai mengkritisi dirinya dan
kehidupan yang dialami)

Tabel 2
Hubungan kausal struktur budaya, struktur sosial dan struktur teknik: paradigma
modern teori-teori transformasi sosial (Marx, Weber dan Durkheim)

Marx Struktur sosial Struktur Teknik Struktur Budaya


(kelas, elsploitasi, (Kekusaan kelas (Dominasi,
alienasi) melalui negara) intelektual,estetika,nilai)
Weber Struktur Teknik Struktur Budaya Struktur sosial
(Kekusaan otoritas, (Legitimasi,smbolik (stratifikasi,akumulasi
kekuasaan kaum ) kehormatan dan
elite) kemakmuran
Durkheim Struktur Budaya Struktur sosial Struktur Teknik
(sentimen (diferensiasi sosial (Kepemimpinan)
kolektif,nilai nilai dan insntif)
sosial)

BAB III

10
PEMBAHASAN

3.1 Peran Agama Islam Dalam Perubahan Sosial


Saat ini ilmu sosial mengalami stagnasi dalam memecahkan masalah.
Manusia membutuhkan ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan fenomena
sosial, tetapi dapat memecahkan dan memuaskan hasilnya. Menurut Kuntowijoyo,
kita membutuhkan ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya
menjelaskan dan mentransformasikan fenomena sosial, tetapi juga memberi
petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa..
Ilmu sosial yang dimaksud adalah ilmu sosial yang mampu mengubah
fenomena berdasarkan pada tiga hal, yaitu: cita-cita kemanusiaan, liberasi dan
transendensi. Cita-cita profetik tersebut dapat diderivikasikan dari misi historis
Islam sebagaimana terkandung QS. Ali „Imran ayat 10:
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik (Q.S Al-Imran:110).
Nilai-nilai kemanusiaan, pembebasan dan transendensi yang dapat
digali dari ayat tersebut adalah bahwa: tujuan humanisasi adalah untuk
memanusiakan manusia, dari proses dehumanisasi. Sedangkan liberation adalah
pembebasan manusia dari kungkungan teknologi, pemerasan hidup, penyatuan
dengan kaum miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dan berusaha
membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri.
Kuntowijoyo menekankan pada nilai transendensi yang harus menjadi
dasar dari unsur kemampuan kritis ilmu sosial dan nilai-nilai agama, itu
menunjukan pusat perhatian Kuntowijoyo terhadap signifikasi agama dalam
proses teori building dalam ilmu sosial. Melalui transendensi, ilmu sosial
pprofetik hendak menjadikan nilai-nilai agama sebagai bagian penting dalam
proses membangung peradaban. Ada tiga unsur penting dalam ilmu sosial profetik
ini, yaitu :
Pertama, humanisasi yang merupakan interpretasi atas konsep amar
ma’ruf yang makna asalnya adalah menganjurkan atau menegakkan kebajikan.

11
Dalam ilmu sosial profetik, humanisasi mempunyai arti, memanusiakan manusia,
menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari
manusia.
Kedua, liberasi, merupakan hasil pemaknaan atau suatu interpretasi
terhadap konsep nahi mungkar. Liberasi dalam ilmu sosial profetik sesuai dengan
prinsip sosialisme. Liberasi dalam ilmu sosial profetik berpijak pada fenomena
sosio kemanusiaan dan peka terhadap bentuk diskriminasi, eksploitasi,
kemiskinan dan penindasan yang memiskinkan rakyat dengan kebijakan yang
timpang. Disitulah proyek liberasi bergerak.
Ketiga, transendensi, yang merupakaan konsep yang di derivikasikan
dari tu’minunna bi Allah (Beriman Kepada Allah). Transendensi hendak
mencipatakan nilai-nilai transendental (Kimanan) sebagai bagian penting dari
proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama pada
kedudukan yang sangat sentral dalam ilmu sosial profetik. Ekses-ekses negatif
yang ditimbulkan oleh modernisasi mendorong terjadinya gairah untuk
menangkap kembali alternatif yang ditawarkan oleh agama untuk menyelesaikan
persoalan kemanusiaan.10
Setiap upaya dalam memahami parameter perubahan pada
zaman modern tentu saja harus mengakui signifikasi dasar dari aspek
perluasan sistem sosial di dalam ruang dan waktu, dimana historitas dan
de-rutinitas merupakan dua unsur penting perluasan tersebut kesadaran
akan sejarah sebagai gerak maju perubahan bukan sebagai pengesah
ulangan tradisi secara terus menerus, ketersediaan contoh yang
terpoposisikan secara berbeda dalam ruang atau waktu bagi proses-proses
transformasi yang sedang berlangsung, pada dasarnya mengubah kondisi
reproduksi sosial dalam masyarakay kontemporer.11
Salah satu syarat kehidupan manusia yang teramat penting adalah
keyakinan, yang oleh sebagian orang dianggap menjelma sebagai agama.Agama
ini bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani.Untuk

10
Dr.syarifuddin jurdi, Sosiologi Nusantara: memahami sosiologi integralistik (Jakarta: Kencana
Prenada media,2013)Hal. 128
11
KI H. Ashad Kusuma Djaya, Islam bagi Kaum tertindas: Kerangka pembebasan Kaum
Mustadl’afin dari teologi ke sosiologi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2016) Hal.166

12
mencapai kedua ini harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya
Tuhan Yang Maha Esa.
Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut
memberikan gamabaran tentang ajaran yang berkenaan dengan: hubungan
manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan.
Seluruh konsep kemasyaraktan yang ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling
menolong antara sesama manusia. Sebagaimana yang termaktub dalam Surat al-
Maidah ayat 2:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannyadan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya (Q.S al-Maidah:2).
Perubahan sosial yang dikehendaki ajaran Islam adalah perubahan
yang memiliki dan mengutamakan nilai-nilai, yaitu perubahan dari suatu yang
kurang baik menjadi baik atau yang baik menjadi lebih baik dan segala bentuk
perubahan yang terjadi di berbagai bidang harus sesuai dengan norma-norma
ajaran Islam.
Menurut Tjokroaminoto, Sosialisme sesuai tujuan islam bertujuan
untuk melaksanakan kedamaian dan keselamatan berdasarkan pada tafsir makna
islam yang memiliki empat makna utama :
1. Aslama yang bermakna ketundukan. ketundukan harus diutamakan kepada
Allah,Rasul, dan para nabi serta pemimpin islam.

13
2. Salima yang bermakna keselamatan. Dalam hal ini keselamatan didunia dan
akhirat. Apabila setiap Muslim menjalankan ajaran islam secara sunggu-
sungguh.
3. Salmi yang bermakna kerukunan. Kerukunan harus dilaksanakan dan di
implementasikan diantara sesama Muslim.
4. Sulami yang bermakna tangga. Stiap muslim yang menjalankan ajaran islam
dengan sungguh-sungguh haruslah melalui tingkatan-tingkatan yang
bermakna keselarasan dunia dan akhirat sebagai simbol menuju
kesempuranaan hidup.
Berdasarkan keempat makna islam tersebut, Tjokroaminoto
menggagaskan dua prinsip utama Sosialisme Islam atau Sosialisme cara islam
yakni kedermawanan islami dan persaudaraan islam.12
Sebagai upaya reproduksi sosial, penelitian sosial dalam sosiologi islam
bagi masyarat di arahkan untuk menciptakan peluang-peluang baru yang lebih
membebaskan manusia dari problematika-problematika kontemporer yang di
hadapinya. Tidak ada bentuk baku yang dipastikan menjadi model universal yang
bisa diterapkan sepanjang waktu dan disemua tempat. Penelitian sosial seperti ini
ibarat belajar sepanjang hayat sebagaiman pesan nabi,: Tuntutlah Ilmu dari
ayunan sampai liang lahat.13

Melihat fungsi agama yang begitu penting dalam kehidupan manusia,


maka seyogyanya manusia memahami dan mengamalkan keyakinan
keberagamaannya dengan sepenuh hati. Agar fungsi agama tersebut dapat kita
rasakan dalam hidup bermasyarakat di era modern seperti saat ini. Seperti halnya
masyarakat Madura yang menjadi sorotan penulis saat ini, nampaknya masyarakat
madura yang mayoritas beragama Islam, belum sepenuhnya memahami dan
mengamalkannya, sebagian masyarakat memahami agama itu hanyalah sebagai
ritualitas saja, urusan akhirat saja, bahkan ada yang berasumsi bahwa
kesejahteraan dibidang ekonomi itu merupakan kesenangan dunia, dan tidak ada
hubungannya dengan akhirat.
12
Dr.syarifuddin jurdi, Sosiologi Nusantara: memahami sosiologi integralistik (Jakarta: Kencana
Prenada media,2013)Hal. 118
13
KI H. Ashad Kusuma Djaya, Islam bagi Kaum tertindas: Kerangka pembebasan Kaum
Mustadl’afin dari teologi ke sosiologi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2016) Hal 154

14
Pada dasarnya dalamdiri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah
dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut antara lain :
1) Hidayat Al-Ghaziyyat (naluriah)
2) Hidayat Al-Hissyyat (indrawi)
3) Hidayat Al-Aqliyyat (nalar)
4) Hidayat Al-Dinniyyat (agama)

Melalui pendekatan ini, maka agama Islam sudah menjadi potensi fitrah yang
dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam
kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan
menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain
menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. 14
Agama Islam berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu
untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar
belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan.
Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Sedangkan agama sebagai nilai etik dan sebagi petunjuk bagi manusia karena
dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang
dianutnya. Ajaran agama Islam mendorong penganutnya untuk berbuat kebaikan,
al-Qur‟an sebagi kitab suci dan sumber ajaran Islam berfungsi sebagai pedoman
dan petunjuk bagi kehidupan manusia.

BAB IV
PENUTUP

14
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/1152/868

15
4.1 Kesimpulan
Perilaku dan pola pikir manusia selalu berubah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor internal dan eksternal, karena sesungguhnya Tuhan menciptakan
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berubah. Namun perubahan ini tidak
selalu mulus dalam artian tidak selalu mengandung nilai-nilai positif, di era
globalisasi ini banyak fakta yang membuktikan bahwa perubahan terkadang
mengarah pada nilai-nilai negatif, oleh karena itu manusia sebagai makhluk sosial
harus memiliki landasan yang kokoh sehingga agar tidak terbawa arus perubahan
negatif.
Satu-satunya landasan untuk melindungi manusia dari arus perubahan
adalah keimanan dan ketaqwaan, yang dalam Islam disebut dengan Iman. Di
sinilah peran Islam sangat penting dalam menghadapi fenomena kehidupan
manusia yang terus mengalami perubahan sosial yang semakin pesat, ditandai
dengan kemajuan yang terjadi di berbagai bidang yang pada tahap selanjutnya
memaksa manusia untuk beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi. .

DAFTAR PUSTAKA

16
Elizabeth K. Notingham, agama dan masyarakat : suatu pengantar sosiologi
agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)

Dede Mulyanto, Antropologi marx, Karl marx tentang masyarakat dan budaya
(Bandung: CV. Ultimus , 2011), Cet.1

Nur Cholis Madjid, islam keindonesiaan dan kemodernan (Mizan, 1987) Cet, 1

Nur Cholis Madjid, islam doktrin & peradaban: sebuah telaah kritis tentang
masalah keimanan, kemanusiaan dan kemodernan (Jakarta: Paramadina, 2005).
Cet ke 5
Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, b,24

Sir Hamilton A.R. GIBB, Islam dalam lintasan sejarah (Jakarta: BHRATA
KARYA AKSARA, 1983). Cet Ke 4

Agus salim, perubahan sosial: sketsa teori dan refleksi metodologi kasus
indonesia (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002). Cet 1

Robert H. Lauer, prespektif tentang perubahan sosial (Jakarta: Bina Aksara,


1989). Cet 1

Dr. Elly M. Setiadi, Msi., Ilmu sosial dan budaya dasar (Jakrta:Kencana perdana,
2009). Cet 5.

Peter Burke, sejarah dan teori sosial (Jakarta: Yayasan Obor, 2003). Cet 2

Kuntowijoyo,A. E. Priyono, Paradigma islam: interpretasi untuk aksi(Bandung:


Mizan, 1991), e-book

Dr.syarifuddin jurdi, Sosiologi Nusantara: memahami sosiologi integralistik


(Jakarta: Kencana Prenada media,2013)Hal. 128
KI H. Ashad Kusuma Djaya, Islam bagi Kaum tertindas: Kerangka pembebasan
Kaum Mustadl’afin dari teologi ke sosiologi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2016)

Dr.syarifuddin jurdi, Sosiologi Nusantara: memahami sosiologi integralistik


(Jakarta: Kencana Prenada media,2013)
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/1152/868

17
BIODATA

Nama
: Ince Salsabila

18
Tempat dan Tanggal Lahir : Patulana , 15 Maret 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 20
Agama : Islam
Status : Mahasiswi
Alamat : Dusun Patulana, Desa Budong-
Budong
Nomor Telepon : 082293874992
Email :
adeliasaalsabila618@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Formal
Tahun Pendidikan
2008 - 2014 SD MIS AL-KAHAR KOTAJAWA AMBON
2014 - 2017 SMP IT AS-SALAM AMBON
2017 - 2020 SMA NEGERI 3 AMBON
2020 - sekarang UNIVERSITAS TOMAKAKA MAMUJU TENGAH

PENGALAMAN ORGANISASI EKSTERNAL HMI


Tahun Organisasi
2020 - sekarang UKM SEBAYA UNIKA TOPOYO
2021 - sekarang SANGGAR SENI BATUREDE
2021 - sekarang LINGKAR ADVOKASI SRIKANDI
2021 - sekarang HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA PATULANA
2021 - sekarang SEKOLAH KADER PENGAWASAN PARTISIPATIF
2022 - sekarang PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA MAMUJU TENGAH

INTERNAL HMI
Tahun Organisasi
2022 - 2023 DEPARTEMEN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

19

Anda mungkin juga menyukai