TINJAUAN TEORI
A. Konsep Komunitas
Komunitas adalah asosiasi orang-orang yang berbagi tempat tinggal
yang sama dan bertemu secara teratur. Komunitas adalah kelompok sosial
yang berasal dari beberapa orang yang berinteraksi dalam area tertentu dan
berbagi satu sama lain dengan lingkungan. Dengan memiliki tujuan yang
sama, definisi komunitas lain adalah kelompok yang menunjukkan tujuan
atau kesamaan yang sama dengan karakteristik sosial yang sama dan
karakteristik keanggotaannya seperti persamaan profesi, persamaan tempat
tinggal, kemiripan hobi dan sebagainya. Komunitas dapat diibaratkan
seperti kelompok warga/ kelompok masyarakat, kelompok petani, kelompok
pendukung sepak bola dan lain sebagainya.5
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga. Keluarga merupakan
bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya
dari sudut biologis saja. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi maupun
lingkungan di sekelilingnya.
50
5. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
bergabai sebab dan penyakit.6
3. Waktu pelayanan
Pelayanan pasca persalinan dilaksanakan minimal 4 kali dengan
waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu. :
a. Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6-48 jam setelah
persalinan.
b. Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan.
c. Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah
persalinan.
d. Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah
persalinan untuk ibu dan bayi berumur lebih dari 28 hari
Tabel 1. Jenis Pelayanan Pasca Persalinan Ibu
No Jenis Pemeriksaan / KF1 KF2 KF3 KF4
6-48
Pelayanan 3-7 hr 8-28 hr 29-42 hr
jam
1 Pemeriksaan V V V V
menggunakan Formulir
Pemeriksaan ibu nifas
2 Skrining status T dan - - - V
berikan imunisasi Td
apabila diperlukan
3 Skrining status HIV, * * * *
Hepatitis B, Sifilis*
4 Skrining Status TB * * * *
5 KIE Masa Nifas V V V V
6 Pencatatan pada Buku V V V V
KIA dan Kartu Ibu
*sesuai indikasi
(Sumber: Kemenkes RI, 2019)
4. Ruang Lingkup Pelayanan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c. Pemeriksaan tanda-tanda anemia
d. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
e. Pemeriksaan kontraksi uteri
f. Pemeriksaan kandung kemih dan saluran kencing
g. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
h. Pemeriksaan jalan lahir
i. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Ekslusif
j. Identifikasi risiko dan komplikasi
k. Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
l. Pemeriksaan status mental ibu
m. Pelayanan Kontrasepsi pascapersalinan
n. Pemberian KIE dan Konseling
o. Pemberian kapsul vitamin A11
5. Pedoman Pelayanan Ibu Nifas pada Pandemi COVID-19
a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas
(lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka
periksakan diri ke tenaga kesehatan
b. Pelaksanaan kunjungan nifas lanjut (KF 2 dan KF 3) dapat
dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan
atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan
kondisi daerah terdampak COVID-19) dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga
c. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian dengan petugas.12
G. Tinjauan Teori tentang Perawatan Pasca Persalinan bagi Bayi
Perawatan neonatal esensial setelah lahir merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan neonatal esensial yang melekat pada periode postnatal
(pasca persalinan) dan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu di masa
nifas yang dikenal menjadi pelayanan pasca persalinan ibu dan bayi baru
lahir.11 Ruang lingkup pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah
lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari meliputi:
1. Menjaga bayi tetap hangat
2. Pemeriksaan neonatus menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM)
3. Bimbingan pemberian ASI dan memantau kecukupan ASI
4. Perawatan metode Kangguru (PMK)
5. Pemantauan pertumbuhan neonates
6. Penilaian masalah yang paling sering dijumpai pada neonatus
Pelayanan neonatal esensial dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali kunjungan
yang meliputi:
1. 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam; (KN 1)
2. 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari (KN 2)
3. 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari. (KN 3)
Tabel 2. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Jenis
KN1/PNC1 KN2/PNC2 KN3/PNC3
No pemeriksaan/pelayana
6-48 jam 3-7 hr 8-28 hr
n
1 Pemeriksaan v v v
menggunakan formulir
MTBM
2 Bagi Daerah yang sudah
melaksanakan
Skrining Hipotiroid
Kongenital (SHK)
- Pemeriksaan SHK - v -
- Hasil test SHK - v v
- Konfirmasi Hasil SHK - v v
3 Tindakan v v v
(terapi/rujukan/umpan
balik)
4 Pencatatan di buku KIA v v v
dan kohort bayi
(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Pada pandemi COVID-19 telah diatur pedoman pelayanan bagi bayi baru
lahir sebagai berikut:
1. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat
lahir (0–6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi
menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata
antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.
2. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan
dan telah mendapat pelayanan KN 1, pengambilan sampel skrining
hipotiroid kongenital (SHK) dapatdilakukan oleh tenaga kesehatan.
3. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau KN lanjut tetap
dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan dengan melakukan upaya pencegahan penularan COVID-
19 baik dari petugas ataupun ibu dan keluarga
4. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI
ekslusif dan tanda–tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang
tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada
bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila
ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah
Sakit.12
H. Tinjauan Teori tentang Perawatan dan Pencegahan Diare pada Balita
1. Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar
(BAB) dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air
saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam
satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau
infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan
ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.13
2. Jenis Diare
Jenis diare ada dua yaitu Diare akut dan Diare persisten atau Diare
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.13
3. Dehidrasi dalam Diare
Diare merupakan salah satau penyebab utama kematian balita di
Indonesia. Pada saat diare, anak menjadi mudah terserang dehidrasi
akibat pengeluaran volume air berlebih saat BAB. Hal ini yang utama
untuk diantisipasi dengan upaya pencegahan dan penanganan di rumah
sebelum memerlukan tindakan pemeriksaan ke falisitas kesehatan. Cara
menilai anak diare adalah dengan melihat tanda-tanda dehidrasi. Tanda
umum diare adalah sebagai berikut:
Tanya:
a. BAB 3 kali atau lebih dalam sehari
b. Muntah
c. Lemas atau terlihat sangat mengantuk
d. Tampak gelisah
Apabila terdapat dua atau lebih dari tanda tersebut, nilai derajat
dehidrasi dengan klasifikasi sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Dehidrasi dalam Diare
Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi
dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/
umum tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan Normal, tidak Ingin minum terus, Malas minum
untuk minum ada rasa haus ada rasa haus
Turgor (cubit Kembali Kembali lambat Kembali sangat
kulit perut) Segera (Kembali dalam 2 lambat (Kembali
detik) lebih dari 2 detik)
(Sumber: Depkes RI, 2012)
4. Penanganan Diare di Rumah
Penanganan diare di rumah perlu dilakukan untuk mencegah dehidrasi.
Upaya yang dilakukan di rumah adalah sebagai berikut:
a. Teruskan ASI lebih sering dan lama. Pada anak yang sudah tidak
minum ASI, berikan susu yang biasa diminum.
b. Berikan minum sebanyak mungkin dengan tambahan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur dan sari buah.
c. Beri cairan oralit sesuai anjuran sampai diare berhenti. Bila muntah
maka tunggu 10 menit dan beri sedikit demi sedikit. Berikan oralit
formula terbaru yang didapatkan di apotek, posyandu maupun
fasilitas kesehatan terdekat.
d. Amati tanda bahaya diare dan bawa segera ke fasilitas kesehatan
bila mendapati tanda seperti diare semakin sering, badan semakin
lemas/ tidak sadar, tidak bisa/ malas minum, BAB dengan darah,
air kencing berkurang, suhu badan meningkat maupun muntah
berulang.
5. Pencegahan Diare
a. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
c. Memberikan minum air yang sudah direbus mendidih dan
menggunakan air bersih yang cukup
d. Memasak makanan dengan matang
e. Menjaga kebersihan peralatan makan dan minum serta kebersihan
lingkungan
f. Mencuci tangan dengan air dan sabun minimal sebelum makan dan
sesudah buang air besar
g. Buang air besar di jamban
h. Membuang tinja bayi dengan benar
i. Memberikan imunisasi campak
I. Tinjauan Teori tentang Pelaksanaan IVA/ Pap-Smear
Kanker Leher Rahim (kanker serviks) adalah keganasan yang terjadi
pada leher rahim yang merupakan bagian terendah dari rahim, menonjol ke
puncak liang senggama. Penanggulangan kanker leher rahim adalah
program pelayanan kesehatan masyarakat berkesinambungan di bidang
penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif kepada masyarakat disertai pelayanan
kesehatan perorangan secara kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang
berasal dari masyarakat sasaran program maupun atas inisiatif perorangan
itu sendiri yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif dan efisien.14
Pada kegiatan promotif dan preventif dikenal beberapa metode untuk
melakukan skrining kanker leher rahim. Tujuan skrining untuk menemukan
lesi prakanker. Beberapa metode itu antara lain:
1. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan
spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat
atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna
bercak putih yang disebut acetowhite epitelium. IVA adalah praktik
yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya sederhana.
Pemeriksaan IVA termasuk pemeriksaan yang aman, tidak mahal,
mudah, akurasi sama dengan tes lain untuk skrining, dapat dipelajari
dan dilakukan oleh hampir setiap tenaga kesehatan serta memberikan
hasil segera sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan. Suplai
sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini juga mudah
didapat dan tersedia. Pengobatan langsung pada hasil IVA positif
dengan krioterapi berkaitan dengan skrining yang tidak bersifat invasif
dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai lesi prakanker.15
Langkah-langkah pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut:14
a) Konseling kelompok atau perorangan
Sebelum menjalani tes IVA, Ibu dikumpulkan untuk edukasi
kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat
presentasi dalam edukasi kelompok, topik-topik berikut harus
dibahas:
1) Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA
dan krioterapi
2) Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit
3) Faktor-faktor risiko terkena penyakit tersebut
4) Pentingnya skrining dan pengobatan dini
5) Konsekuensi bila tidak menjalani skrining
6) Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA positif
7) Peran pasangan pria dalam skrining dan keputusan menjalani
pengobatan
8) Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga Ibu siap
menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat
hasil IVA positif
9) Arti dari tes IVA positif atau negatif
b) Pelaksanaan IVA
Pelaksanaan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan,
tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil
pemeriksaan. Penilaian klien didahului dengan menanyakan
riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis di
status.
Tabel 4. Kategori Klasifikasi dan Tindak Lanjut IVA
Klasifiksi Tindakan yang
Kriteria Klinis
IVA dianjurkan
Tes Negatif Halus, berwarna merah muda, Ulang tes IVA setiap
seragam, tidak berfitur, 3-5 tahun sekali.
ectropion, cervicitis, kista
Nabothy dan lesi acetowhite
tidak signifikan
Tes Positif Bercak putih (acetowhite), Krioterapi
(Persisten) epithelium sangat meninggi,
tidak mengkilap yang
terhubung namun lesi <75%
permukaan leher rahim.
Tes Positif Gambaran inflamasi, Rujuk ke fasilitas
(Servisitis) hiperemis, multipel ovulo kesehatan untuk
naboti, polipus servisis dan diagnosa dan
lesi menutupi >75% dari pengobatan lebih
permukaan leher rahim. lanjut.
Dicurigai Pertumbuhan massa seperti Rujuk ke fasilitas
Kanker kembang kol yang mudah kesehatan yang dapat
berdarah atau luka memberikan
bernanah/ulcer. pengobatan kanker
invasif.
(Sumber: PMK No 29 tahun 2017)