Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Komunitas
Komunitas adalah asosiasi orang-orang yang berbagi tempat tinggal
yang sama dan bertemu secara teratur. Komunitas adalah kelompok sosial
yang berasal dari beberapa orang yang berinteraksi dalam area tertentu dan
berbagi satu sama lain dengan lingkungan. Dengan memiliki tujuan yang
sama, definisi komunitas lain adalah kelompok yang menunjukkan tujuan
atau kesamaan yang sama dengan karakteristik sosial yang sama dan
karakteristik keanggotaannya seperti persamaan profesi, persamaan tempat
tinggal, kemiripan hobi dan sebagainya. Komunitas dapat diibaratkan
seperti kelompok warga/ kelompok masyarakat, kelompok petani, kelompok
pendukung sepak bola dan lain sebagainya.5
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga. Keluarga merupakan
bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya
dari sudut biologis saja. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi maupun
lingkungan di sekelilingnya.

B. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat


Ciri-ciri masyarakat yang sehat adalah sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan kemapuan dari masyarakat untuk hidup sehat
2. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
pengangkatan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak
3. Berupaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan terutama
penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup
4. Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan
peningkatakan status sosial ekonomi masyarakat

50
5. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
bergabai sebab dan penyakit.6

C. Konsep Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak dalam keluarga di
masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit
atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau
kelanjutan dari pelayanan yang diberikan di rumah sakit atau institusi
tertentu dalam upaya menyelamatkan ibu dan anak. Bidan komunitas
mempunyai pengetahuan dalam segala aspek kesehatan ibu dan anak serta
mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara
individual berdasarkan informasi yang telah diberikan.4
Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area
praktik bidan yang pelayanannya diberikan baik pada individu dengan
masalah kesehatan, keluarga dengan mengutamakan kelompok risiko tinggi,
kelompok penduduk diutamakan pada kelompok khusus seperti kelompok
penduduk daerah kumuh termasuk kelompok ibu hamil, ibu nifas, bayi dan
balita maupun masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai
budaya dan nilai-nilai masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas
hidup perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/ manajemen
kebidanan.4

Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah


sebagai berikut:
1. Peningkatan kesehatan (promotif)
Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap asuhannya,
seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di
tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh
kembang di posyandu.
2. Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan adalah
pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
3. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk
menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga
dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
4. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara
fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai
dengan kondisi klien
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi)
Pada masa pemulihan bidan dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan
lain untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh
adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan
tindakan persalinan caesar. Pada area rehabilitasi, kemitraan dengan
LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial, kelompok
masyarakat dilakukan sebagai upaya untuk mengembalikan individu ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa
stigma masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta,
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak
diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi,
korban perkosaan, dan injecting drug user (IDU).4

D. Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga di Komunitas


1. Pengkajian
Pengkajian dimulai dengan pengenalan keluarga, pengumpulan data,
riwayat keluarga, tahap dan tugas perkembangan keluarga. Metode
yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara, pemeriksaan
fisik dan observasi.4
a. Persiapan
Persiapan yang disiapkan adalah instrumen/format
pengkajian data keluarga yang telah disusun secara sistematis
serta alat tulis yang mendukung serta alat kesehatan yang
diperlukan saat melakukan pemeriksaan.
b. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan perlu dijelaskan maksud dan tujuan
melakukan pengkajian data keluarga dengan komunikasi dan
wawancara yang kondusif. Wawancara bisa dilaksanakan di
dalam lingkungan rumah atau di luar rumah, diawali dengan
mengkaji identitas keluarga secara umum seperti data anggota
keluarga, mulailah dengan menanyakan nama istri atau suami,
nama anak-anak atau anggota keluarga di rumah hingga suatu
data yang lebih spesfisik tentang kesehatan anggota keluarga.
Pertanyaan diajukaan seputar nama, usia, jenis kelamin, hubungan
keluarga, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penyakit yang
sedang diderita, kondisi saat ini serta jenis jaminan kesehatan.
Data yang dihimpun selanjutnya adalah struktur keluarga yang
meliputi tahap perkembangan keluarga dan pola komunikasi. Kaji
peran keluarga dengan menggali informasi apakah setiap anggota
keluarga dapat menjalankan perannya seperti ayah pencari
nafkah, ibu sebagai pendidik anak dan lain sebagainya. Kaji nilai
budaya dan norma keluarga. Pengkajian data penunjang keluarga
dapat dilakukan antara lain pengambil keputusan dalam keluarga
serta pendapat tentang fasilitas kesehatan yang dijelaskan
berdasarkan opini kepala keluarga untuk posyandu, poskesdes,
puskesmas maupun pengetahuan tentang jaminan kesehatan. Jika
di dalam keluarga ada ibu hamil, nifas dan bayi balita, gunakan
formulir pengkajian sesuai dengan data yang dibutuhkan. Setelah
mengkaji semua data dan melakukan pemeriksaan fisik, artinya
telah selesai melakukan pengkajian keluarga.
c. Pelaporan
Semua data yang terkumpul selama proses pengkajian
dikumpulkan untuk penyusunan laporan. Laporan disusun sesuai
dengan urutan-urutan dalam pengkajian.
2. Analisis Data
Bidan harus mampu menganalisis data yang diperoleh pada
pengkajian dan menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada keluarga.
Praktik merumuskan diagnosa asuhan kebidanan terdiri dari 2 langkah
yaitu langkah pertama mengidentifikasi dan menganalisis data senjang
hasil pengkajian keluarga dan tahap kedua yaitu menegakkan
diagnosa. Merumuskan diagnosa dan/atau masalah harus melibatkan
keluarga, oleh karena itulah mengapa keluarga merupakan latar
belakang sebagai sasaran pelayanan kebidanan. Perumusan diagnosa
dan/atau masalah dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria yaitu
diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan, masalah dirumuskan
sesuai dengan kondisi keluarga/klien, serta dapat diselesaikan dengan
asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.4
Pada tahap analisa data berdasar pengkajian di komunitas, dapat
dilakukan interpretasi data untuk menentukan perumusan masalah.
Data dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan/ atau
persentase. Interpretasi data dapat dilakukan sebagai berikut:7
a. 100% : Seluruh
b. 76%-99% : Hampir seluruh
c. 51%-75% : Sebagian besar
d. 50% : Sebagian
e. 26%-49% : Hampir sebagian
f. 1%-25% : Sebagian kecil
g. 0% : Tidak satupun
3. Penentuan Skala Prioritas
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah yaitu
tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan kebidanan yang
ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus, perlu
mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam
kehidupan keluarga seperti masalah penyakit atau masalah kesehatan
ibu dan anak, perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga
terhadap asuhan kebidanan yang akan diberikan, keterlibatan keluarga
dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, sumber daya
keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan/
kebidanan pada keluarga, pengetahuan dan kebudayaan keluarga,
diutamakan terhadap keluarga yang termasuk kelompok risiko tinggi.4
Metode Hanlon merupakan alat yang digunakan untuk
membandingkan berbagai masalah yang berbeda-beda dengan cara
relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin dan objektif.
Metode Hanlon menjawab permasalahan penentuan prioritas dengan
menghitung 4 komponen kriteria, yakni komponen A adalah
ukuran/besarnya masalah, komponen B adalah tingkat keseriusan
masalah, komponen C adalah kemudahan penanggulangan masalah
dan komponen D adalah faktor yang menentukan dapat tidaknya
program dilaksanakan (PEARL factor). Sehingga dapat diperoleh hasil
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan dalam menentukan prioritas masalah.8
Metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama:9
a. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi
factor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan
prioritas.
b. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang
memiliki bobot relatif satu sama lain
c. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan dinilai secara individual
Semua komponen hanlon akan diterjemahkan ke dalam dua rumus
nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada permasalahan
dengan skor nilai prioritas tertinggi, formula perhitungan dengan
metode hanlon adalah sebagai berikut:
a. A = Nilai dari besarnya masalah dari setiap masalah dengan
rentang 0- 10
b. B = Nilai keseriusan/ kegawatan masalah dari setiap masalah
dengan rentang 0- 10
c. C = Nilai dari kemudahan penanggulangan setiap masalah dengan
rentang nilai 0- 10
d. D = Nilai dari setiap faktor PEARL dengan nilai 0 atau 1
e. Perhitungan Nilai Prioritas Dasar/ NPD = (A + B) C
f. Perhitungan Nilai Prioritas Keseluruhan/ NPT = (A + B) C D
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan kebidanan di komunitas merupakan
bentuk pelaksanaan yang bersifat operasional pelayanan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa dan prioritas
masalah. Bentuk pelaksanaan kegiatan bisa berupa kegiatan pelayanan
yang bersifat mandiri, kolaborasi maupun rujukan sesuai lingkup
wewenang bidan. Implementasi disusun berdasarkan rencana prioritas
masalah kemudian persiapkan alat atau media dan selalu melakukan
pelibatan seluruh keluarga dalam penatalaksanaan dan evaluasi
asuhan.4
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu
pengkajian dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukkan data yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Bila kegiatan berhasil
mencapai tujuan maka identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadi masalah lain yang timbul akibat keberhasilan
tersebut.4

E. Program Inovasi di Masyarakat


Bidan dalam komunitas melakukan berbagai kegiatan yang
melibatkan peran serta masyarakat serta menumbuhkan inovasi dalam hal
pemberian pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut tentunya juga
demi mendukung dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Pada
komunitas, sasaran bidan bukan hanya individu melainkan melibatkan
keluarga, kelompok khusus maupun masyarakat secara luas. Oleh karena
itu, program-program inovasi di masyarakat juga ditujukan untuk kebaikan
bersama. Program-program yang dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi
antar profesi di Puskesmas Berbah diantaranya yaitu:
1. Kelas Ibu Hamil
Kelas ibu hamil merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam
kelas dengan anggota beberapa ibu hamil dibawah bimbingan satu atau
beberapa fasilitator (pengajar) dengan memakai buku KIA sebagai alat
pembelajaran. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah
sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, perawatan
nifas dan perawatan bayi baru lahir. Sehingga didapatkan out put bayi
lahir sehat ibu selamat. Selama masa pandemi peserta kelas ibu hamil
dibatasi 10-15 ibu hamil. Pada masa pandemi ini, kelasa ibu hamil
dilaksanakan lebih maksimal melalui daring dan pemantauan grup kelas
ibu hamil yang dikelola oleh bidan. Kelas ibu hamil dilakukan minimal
sebanyak 4 kali dalam satu tahun.
2. Kunjungan Ibu Hamil dan Ibu Nifas Risiko Tinggi
Bidan dalam komunitas memiliki sasaran keluarga. Keluarga yang
dimaksud merupakan keluarga dengan masalah khusus maupun
keluarga yang memiliki kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil,
kelompok bayi baru lahir, dll. Pelaksanaan asuhan keluarga dapat
menjadi lanjutan asuhan yang diberikan di puskesmas dengan
pelayanan kepada sasaran berisiko. Oleh karena itu, kunjungan ibu
hamil dan ibu nifas dengan risiko tinggi dilaksanakan oleh bidan
komunitas agar terdapat pemantauan serta pelayanan khusus sehingga
dapat menekan AKI dan AKN.
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
STBM adalah suatu kegiatan pembersihan lingkungan secara serentak.
Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi lintas program. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga juga meliputi indikator
tercapainya sarana air bersih dan penggunaan jamban sehat.
Terpenuhinya PHBS dalam keluarga juga dapat menjadi faktor penting
dalam menunjang kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini dilakukan
minimal 4 kali dalam satu tahun.
4. Gotong Royong Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gentong Banyu)
Gentong Banyu adalah suatu kegiatan untuk memberantas sarang
nyamuk. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi lintas sektor dan
lintas program yang dikoordinasikan oleh pihak Kecamatan Berbah.
Kegiatan yang melibatkan lintas program dan lintas sektoral dalam
komunitas juga membantu pemecahan masalah dalam sebuh komunitas.
Kegiatan ini dilakukan minimal 4 kali dalam satu tahun.

F. Tinjauan Teori tentang Perawatan Pasca Persalinan bagi Ibu


1. Pengertian
Nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira enam minggu atau 42 hari.10
Pelayanan pasca persalinan adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan bagi ibu dan bayi baru lahir dalam kurun waktu 6 jam sampai
42 hari setelah melahirkan yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
komprehensif. Ibu nifas dan bayi baru lahir yang sehat dipulangkan
setelah 24 jam pasca melahirkan sehingga sebelum pulang diharapkan
ibu dan bayinya mendapat 1 kali pelayanan pasca persalinan. Pelayanan
pasca persalinan yang komprehensif adalah pelayanan pasca persalinan
diberikan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (termasuk laboratorium), pelayanan KB pasca persalinan,
tata laksana kasus, KIE dan rujukan bila diperlukan.11
2. Tujuan pelayanan
Pelayanan pasca persalinan diperlukan karena dalam periode ini
merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun bayinya yang bertujuan :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun
psikologis.
b. Deteksi dini masalah , penyakit dan penyulit pasca persalinan.
c. Memberikan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dan konseling
untuk memastikan perawatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi dan asuhan bayi baru lahir pada ibu
beserta keluarganya.
d. Melibatkan ibu, suami dan keluarga dalam menjaga kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir.
e. Memberikan pelayanan KB sesegera mungkin setelah
persalinan.11

3. Waktu pelayanan
Pelayanan pasca persalinan dilaksanakan minimal 4 kali dengan
waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu. :
a. Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6-48 jam setelah
persalinan.
b. Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan.
c. Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah
persalinan.
d. Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah
persalinan untuk ibu dan bayi berumur lebih dari 28 hari
Tabel 1. Jenis Pelayanan Pasca Persalinan Ibu
No Jenis Pemeriksaan / KF1 KF2 KF3 KF4
6-48
Pelayanan 3-7 hr 8-28 hr 29-42 hr
jam
1 Pemeriksaan V V V V
menggunakan Formulir
Pemeriksaan ibu nifas
2 Skrining status T dan - - - V
berikan imunisasi Td
apabila diperlukan
3 Skrining status HIV, * * * *
Hepatitis B, Sifilis*
4 Skrining Status TB * * * *
5 KIE Masa Nifas V V V V
6 Pencatatan pada Buku V V V V
KIA dan Kartu Ibu
*sesuai indikasi
(Sumber: Kemenkes RI, 2019)
4. Ruang Lingkup Pelayanan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c. Pemeriksaan tanda-tanda anemia
d. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
e. Pemeriksaan kontraksi uteri
f. Pemeriksaan kandung kemih dan saluran kencing
g. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
h. Pemeriksaan jalan lahir
i. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Ekslusif
j. Identifikasi risiko dan komplikasi
k. Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
l. Pemeriksaan status mental ibu
m. Pelayanan Kontrasepsi pascapersalinan
n. Pemberian KIE dan Konseling
o. Pemberian kapsul vitamin A11
5. Pedoman Pelayanan Ibu Nifas pada Pandemi COVID-19
a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas
(lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka
periksakan diri ke tenaga kesehatan
b. Pelaksanaan kunjungan nifas lanjut (KF 2 dan KF 3) dapat
dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan
atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan
kondisi daerah terdampak COVID-19) dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga
c. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian dengan petugas.12
G. Tinjauan Teori tentang Perawatan Pasca Persalinan bagi Bayi
Perawatan neonatal esensial setelah lahir merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan neonatal esensial yang melekat pada periode postnatal
(pasca persalinan) dan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu di masa
nifas yang dikenal menjadi pelayanan pasca persalinan ibu dan bayi baru
lahir.11 Ruang lingkup pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah
lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari meliputi:
1. Menjaga bayi tetap hangat
2. Pemeriksaan neonatus menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM)
3. Bimbingan pemberian ASI dan memantau kecukupan ASI
4. Perawatan metode Kangguru (PMK)
5. Pemantauan pertumbuhan neonates
6. Penilaian masalah yang paling sering dijumpai pada neonatus
Pelayanan neonatal esensial dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali kunjungan
yang meliputi:
1. 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam; (KN 1)
2. 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari (KN 2)
3. 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari. (KN 3)
Tabel 2. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Jenis
KN1/PNC1 KN2/PNC2 KN3/PNC3
No pemeriksaan/pelayana
6-48 jam 3-7 hr 8-28 hr
n
1 Pemeriksaan v v v
menggunakan formulir
MTBM
2 Bagi Daerah yang sudah
melaksanakan
Skrining Hipotiroid
Kongenital (SHK)
- Pemeriksaan SHK - v -
- Hasil test SHK - v v
- Konfirmasi Hasil SHK - v v
3 Tindakan v v v
(terapi/rujukan/umpan
balik)
4 Pencatatan di buku KIA v v v
dan kohort bayi
(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Pada pandemi COVID-19 telah diatur pedoman pelayanan bagi bayi baru
lahir sebagai berikut:
1. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat
lahir (0–6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi
menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata
antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.
2. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan
dan telah mendapat pelayanan KN 1, pengambilan sampel skrining
hipotiroid kongenital (SHK) dapatdilakukan oleh tenaga kesehatan.
3. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau KN lanjut tetap
dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan dengan melakukan upaya pencegahan penularan COVID-
19 baik dari petugas ataupun ibu dan keluarga
4. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI
ekslusif dan tanda–tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang
tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada
bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila
ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah
Sakit.12
H. Tinjauan Teori tentang Perawatan dan Pencegahan Diare pada Balita
1. Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar
(BAB) dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air
saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam
satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau
infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan
ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.13
2. Jenis Diare
Jenis diare ada dua yaitu Diare akut dan Diare persisten atau Diare
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.13
3. Dehidrasi dalam Diare
Diare merupakan salah satau penyebab utama kematian balita di
Indonesia. Pada saat diare, anak menjadi mudah terserang dehidrasi
akibat pengeluaran volume air berlebih saat BAB. Hal ini yang utama
untuk diantisipasi dengan upaya pencegahan dan penanganan di rumah
sebelum memerlukan tindakan pemeriksaan ke falisitas kesehatan. Cara
menilai anak diare adalah dengan melihat tanda-tanda dehidrasi. Tanda
umum diare adalah sebagai berikut:
Tanya:
a. BAB 3 kali atau lebih dalam sehari
b. Muntah
c. Lemas atau terlihat sangat mengantuk
d. Tampak gelisah
Apabila terdapat dua atau lebih dari tanda tersebut, nilai derajat
dehidrasi dengan klasifikasi sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Dehidrasi dalam Diare
Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi
dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/
umum tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan Normal, tidak Ingin minum terus, Malas minum
untuk minum ada rasa haus ada rasa haus
Turgor (cubit Kembali Kembali lambat Kembali sangat
kulit perut) Segera (Kembali dalam 2 lambat (Kembali
detik) lebih dari 2 detik)
(Sumber: Depkes RI, 2012)
4. Penanganan Diare di Rumah
Penanganan diare di rumah perlu dilakukan untuk mencegah dehidrasi.
Upaya yang dilakukan di rumah adalah sebagai berikut:
a. Teruskan ASI lebih sering dan lama. Pada anak yang sudah tidak
minum ASI, berikan susu yang biasa diminum.
b. Berikan minum sebanyak mungkin dengan tambahan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur dan sari buah.
c. Beri cairan oralit sesuai anjuran sampai diare berhenti. Bila muntah
maka tunggu 10 menit dan beri sedikit demi sedikit. Berikan oralit
formula terbaru yang didapatkan di apotek, posyandu maupun
fasilitas kesehatan terdekat.
d. Amati tanda bahaya diare dan bawa segera ke fasilitas kesehatan
bila mendapati tanda seperti diare semakin sering, badan semakin
lemas/ tidak sadar, tidak bisa/ malas minum, BAB dengan darah,
air kencing berkurang, suhu badan meningkat maupun muntah
berulang.
5. Pencegahan Diare
a. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
c. Memberikan minum air yang sudah direbus mendidih dan
menggunakan air bersih yang cukup
d. Memasak makanan dengan matang
e. Menjaga kebersihan peralatan makan dan minum serta kebersihan
lingkungan
f. Mencuci tangan dengan air dan sabun minimal sebelum makan dan
sesudah buang air besar
g. Buang air besar di jamban
h. Membuang tinja bayi dengan benar
i. Memberikan imunisasi campak
I. Tinjauan Teori tentang Pelaksanaan IVA/ Pap-Smear
Kanker Leher Rahim (kanker serviks) adalah keganasan yang terjadi
pada leher rahim yang merupakan bagian terendah dari rahim, menonjol ke
puncak liang senggama. Penanggulangan kanker leher rahim adalah
program pelayanan kesehatan masyarakat berkesinambungan di bidang
penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif kepada masyarakat disertai pelayanan
kesehatan perorangan secara kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang
berasal dari masyarakat sasaran program maupun atas inisiatif perorangan
itu sendiri yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif dan efisien.14
Pada kegiatan promotif dan preventif dikenal beberapa metode untuk
melakukan skrining kanker leher rahim. Tujuan skrining untuk menemukan
lesi prakanker. Beberapa metode itu antara lain:
1. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan
spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat
atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna
bercak putih yang disebut acetowhite epitelium. IVA adalah praktik
yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya sederhana.
Pemeriksaan IVA termasuk pemeriksaan yang aman, tidak mahal,
mudah, akurasi sama dengan tes lain untuk skrining, dapat dipelajari
dan dilakukan oleh hampir setiap tenaga kesehatan serta memberikan
hasil segera sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan. Suplai
sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini juga mudah
didapat dan tersedia. Pengobatan langsung pada hasil IVA positif
dengan krioterapi berkaitan dengan skrining yang tidak bersifat invasif
dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai lesi prakanker.15
Langkah-langkah pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut:14
a) Konseling kelompok atau perorangan
Sebelum menjalani tes IVA, Ibu dikumpulkan untuk edukasi
kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat
presentasi dalam edukasi kelompok, topik-topik berikut harus
dibahas:
1) Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA
dan krioterapi
2) Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit
3) Faktor-faktor risiko terkena penyakit tersebut
4) Pentingnya skrining dan pengobatan dini
5) Konsekuensi bila tidak menjalani skrining
6) Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA positif
7) Peran pasangan pria dalam skrining dan keputusan menjalani
pengobatan
8) Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga Ibu siap
menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat
hasil IVA positif
9) Arti dari tes IVA positif atau negatif
b) Pelaksanaan IVA
Pelaksanaan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan,
tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil
pemeriksaan. Penilaian klien didahului dengan menanyakan
riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis di
status.
Tabel 4. Kategori Klasifikasi dan Tindak Lanjut IVA
Klasifiksi Tindakan yang
Kriteria Klinis
IVA dianjurkan
Tes Negatif Halus, berwarna merah muda, Ulang tes IVA setiap
seragam, tidak berfitur, 3-5 tahun sekali.
ectropion, cervicitis, kista
Nabothy dan lesi acetowhite
tidak signifikan
Tes Positif Bercak putih (acetowhite), Krioterapi
(Persisten) epithelium sangat meninggi,
tidak mengkilap yang
terhubung namun lesi <75%
permukaan leher rahim.
Tes Positif Gambaran inflamasi, Rujuk ke fasilitas
(Servisitis) hiperemis, multipel ovulo kesehatan untuk
naboti, polipus servisis dan diagnosa dan
lesi menutupi >75% dari pengobatan lebih
permukaan leher rahim. lanjut.
Dicurigai Pertumbuhan massa seperti Rujuk ke fasilitas
Kanker kembang kol yang mudah kesehatan yang dapat
berdarah atau luka memberikan
bernanah/ulcer. pengobatan kanker
invasif.
(Sumber: PMK No 29 tahun 2017)

2. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/Papsmear)


Pap smear adalah prosedur pemeriksaan sederhana melalui
pemeriksaan sitopatologi yang dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel leher rahim yang
ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker. Pap smear adalah suatu
pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan
serviks untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam
serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker.14
Manfaat pemeriksaan Pap smear adalah sebagai berikut:
a) Mendiagnosis kelainan pra ganas atau keganasan portio atau
serviks terutama untuk penemuan dini kanker serviks
b) Membantu mendiagnosis adanya proses peradangan serta
penyebabnya
c) Mengetahui fungsi hormonal karena pengaruh estrogen dan
progesteron menyebabkan perubahan-perubahan khas pada sel
selaput lendir vagina
Syarat pemeriksaan Pap smear agar menghasilkan interprestasi
sitologi yang akurat adalah sebagai berikut:
a) Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim
b) Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa
haid yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa
pramenstruasi
c) Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai
selesai pengobatan
d) Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina
(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui
vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam,
sebaiknya 48 jam
e) Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan
saja
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 2015 yang
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 29
tahun 2017 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim menyebutkan bahwa perempuan yang sudah melakukan
hubungan seksual dan sudah pernah Pap smear mendapatkan hasil tes
negatif harus menjalani pemeriksaan 3–5 tahun sekali. Perempuan yang
memiliki hasil Pap smear terindikasi ada kondisi abnormal harus
mendapatkan pengobatan dan melalakukan Pap smear setiap 6 bulan
sekali.14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017.


2017.
2. DIY DKK. Profil Kesehatan DI Yogyakarta tahun 2020. 2020.
3. World Health Organization. Millenium Development Goals (MDGs). 2015.
4. Wahyuni ED. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2018.
5. Kusumastuti A. Peran Komunitas dalam Interaksi Sosial di Komunitas
Angklung Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta; 2016.
6. Maryam. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC;
2016.
7. Arikunto S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Rineka Cipta;
2010.
8. R W Fudholi A. Evaluation of Drugs Management and Improvement
Strategies Using Hanlon Method in The Pharmaceutical Installation of
Hospital. 2014;
9. Krisma. Tahap Penentuan, Prioritas Masalah Metode Hanlon dan Tahap
Analisis Akar Penyebab Masalah. 2015;1–28.
10. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2016.
11. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu
dan Bayi Baru Lahir. 2019. 1–31 p.
12. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi
Baru Lahir selama Social Distancing. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2020.
13. RI DK. Buku Saku Lintas Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2012.
14. Kementerian Kesehatan RI. PMK No 29 tahun 2017: Penanggulangan
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. In 2017.
15. NML D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS dengan
Pemeriksaan IVA di Puskesmas Buleleng. Keperawatan Matern.
2016;1(1):55–60.

Anda mungkin juga menyukai