Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGHADAPI COVID-19

Oleh
Anisa Fitriyani
P07124217007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
2020
PENDAHULUAN

Pandemi telah terjadi di seluruh dunia pada saat ini, dampak yang
ditimbulkan cukup besar di berbagai sector kehidupan manusia. World Health
Organization (WHO) telah memastikan Coronavirus Disease 2019 atau COVID-
19 sebagai sebuah ancaman pandemi. Pandemi merupakan wabah penyakitn yang
serempak terjadi dimana-mana, secara luas di seluruh dunia. Kasus ini bermula
terjadi di Wuhan, Tiongkok dan menyebar ke seluruh dunia. Virus corona atau
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus
yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada system
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian

Penyebaran COVID-19 sangat cepat dan tidak dapat diprediksi kapan akan
berakhir. Pandemi ini menyebabkan kekhawatiran dari berbagai kalangan
masyarakat. Kasus terus bertambah, hal ini yang membuat kekhawatiran
masyarakat semakin terasa. Lonjakan kasus yang cukup cepat dan melihat
kurangnya kesiapan beberapa elemen yang cukup vital guna mengatasi COVID-
19. Melihat tingginya tingkat persebarannya yang terjadi, menuntut pemerintah
untuk segera mengambil beberapa langkah yang strategis. Ditetapkannya
kebijakan antisipatif untuk mengatasi dampak COVID-19. Konferasi pers yang
dilakukkan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 31 Maret 2020 bertujuan untuk
menegumumkan kepada publik mengenai kebijakan yang dipilihnya guna
meyikapi COVID-19 sebagai pandemic global yang harus dihadapi masyarakat.
Dalam konfersi pers, Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan bahwa kebijakan
Pematasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan kebijakan yang dipilih.
Setelah menetapkan PSBB pemerintah memberlakukkan New Normal yang
berlaku sejak tanggal 1 Juni 2020, new normal adalah skenario untuk
mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi.
KAJIAN PUSTAKA

A. COVID-19

Virus Corona merupakan kelauraga besar virus yang menyebabkan


infeksi saluran pernafasan atas. Virus ini mampu menyebabkan infeksi
pernafasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Virus corona
merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinkan virus berasal dari
hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui
dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data
filogenetik memungkinkan COVID-19 juga merupakan zoonosis.
Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar manusia
(human to human), yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak dengan
virus yang dikeluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian
penularan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19,
disertai bukti lain penularan di luar Cina dari seorang yang datang dari
Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan diiringi penemuan hasil positif pada
orang yang ditemui dalam kantor. Pada laporan kasus ini bahkan dikatakan
penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami gejala
(asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi. Laporan lain mendukung
penularan antar manusia adalah laporan 9 kasus penularan langsung antar
manusia di luar Cina dari kasus index ke orang kontak erat yang tidak
memiliki riwayat perjalanan manapun.

Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan


virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu
analisis mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi,
gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis
tersebut mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di
sekitarnya, tetapi kemungkinan penularan di masa inkubasi menyebabkan
masa kontak pasien ke orang sekitar lebih lama sehingga risiko jumlah
kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih besar. Berdasarkan
Panduan Surveilans Global WHO untuk novel Corona-virus 2019
(COVID-19) per 20 Maret 2020, definisi infeksi COVID-19 ini
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kasus Terduga (suspect case)

a. Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya


satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak
napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang
melaporkan penularan di komunitas dari penyakit COVID-19
selama 14 hari sebelum onset gejala; atau

b. Pasien dengan gangguan napas akut DAN mempunyai kontak


dengan kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14
hari terakhir sebelum onset; atau

c. Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya


satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak
napas DAN memerlukan rawat inap) DAN tidak adanya
alternatif diagnosis lain yang secara lengkap dapat menjelaskan
presentasi klinis tersebut.

2. Kasus probable (probable case)

a. Kasus terduga yang hasil tes dari COVID-19 inkonklusif; atau

b. Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena


alasan apapun.

3. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan


laboratorium infeksi COVID-19 positif, terlepas dari ada atau
tidaknya gejala dan tanda klinis.

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan


pemeriksaan penunjang. Anamnesis terutama gambaran riwayat
perjalanan atau riwayat kontak erat dengan kasus terkonfirmasi atau
bekerja di fasyankes yang merawat pasien infeksi COVID-19 atau
berada dalam satu rumah atau lingkungan dengan pasien terkonfirmasi
COVID-19 disertai gejala klinis dan komorbid. Gejala klinis bervariasi
tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama adalah demam,
batuk, mialgia, sesak, sakit kepala, diare, mual dan nyeri abdomen.
Gejala yang paling sering ditemui hingga saat ini adalah demam
(98%), batuk dan myalgia.

Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang


berisiko hingga masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan
daya tahan tubuh melalui asupan makanan sehat, meperbanyak cuci
tangan, menggunakan masker bila berada di daerah berisiko atau padat,
melakukan olah raga, istirahat cukup serta makan makanan yang
dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat ke RS rujukan
untuk dievaluasi.

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan primer.


Pencegahan sekunder adalah segera menghentikan proses pertumbuhan
virus, sehingga pasien tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya
pencegahan yang penting termasuk berhenti merokok untuk mencegah
kelainan parenkim paru. Pencegahan pada petugas kesehatan juga
harus dilakukan dengan cara memperhatikan penempatan pasien di
ruang rawat atau ruang intensif isolasi. Pengendalian infeksi di tempat
layanan kesehatan pasien terduga di ruang instalasi gawat darurat
(IGD) isolasi serta mengatur alur pasien masuk dan keluar.
Pencegahan terhadap petugas kesehatan dimulai dari pintu pertama
pasien termasuk triase. Pada pasien yang mungkin mengalami infeksi
COVID-19 petugas kesehatan perlu menggunakan APD standar untuk
penyakit menular. Kewaspadaan standar dilakukan rutin,
menggunakan APD termasuk masker untuk tenaga medis (N95),
proteksi mata, sarung tangan dan gaun panjang (gown).
B. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah meberikan kebijakan dalam penanganan penyebaran


COVID-19 dengan beberapa cara. Kebijakan yang diberikan oleh
pemerintah pada masa pandemui sesuai dengan UUD NKRI tahun
1945. Kebijakan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
di Indonesia untuk yang pertama kali diterapkan pada tanggal 10 April
2020 di Jakarta kemudian diikuti oleh beberapa daerah lainnya di
Indonesia. Ada beberapa regulasi yang berkaitan dengan penerapan
PSBB tersebut. Antara lain adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020
tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dan
juga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor
1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus disease
2019 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perkekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan. Pemerintah merespon dalam penanganan kasus COVID-19
dengan berbagai cara seperti:

1. Pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu


masuk negara di bandara/pelabuhan/pos lintas batas darat negara
(PLBDN).

2. Pada 18 Januari 2020, Indonesia melakukan pemeriksaan


kesehatan di 135 titik bandar udara, darat, dan pelabuhan
menggunakan alat pemindai suhu.
3. Kementerian Kesehatan (Kemkes) menunjuk sedikitnya 100
Rumah Sakit rujukan yang sebelumnya dipakai pada kasus flu
burung.

4. Kemkes mengembangkan pedoman kesiapsiagaan mengacu


pada pedoman sementara World Health Organization (WHO).

5. Kemkes membuka kontak layanan yang dapat diakses umum.


Layanan ini digunakan untuk mengomunikasikan hal-hal terkait
Covid-19.

6. Pada 2 Februari 2020, Pemri mengumumkan penundaan


penerbangan dari dan ke RRT daratan yang berlaku mulai 5
Februari 2020 pukul 00.00 WIB. Pada 4 Februari 2020, Pemri
menghentikan sementara impor hewan hidup dari RRT daratan.

7. Pada 2 Februari 2020, memulangkan WNI dari Provinsi Hubei,


RRT.

8. Penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) No. 7 Tahun 2020


tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) pada 13 Maret 2020; dan Keppres No.
9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Keppres No. 7 Tahun
2020 pada 20 Maret 2020.
PEMBAHASAN

Hasil penelusuran dari berbagai media surat kabar, bahwa ada beberapa
langkah taktis yang diambil oleh kepala daerah dalam pencegahan penularan
Covid-19 di masyarakat telah diambil dengan berbagai strategi komunikasi
dilakukan. Ketika Presiden Jokowi mengumumkan langkah-langkah pengendalian
penyebaran Covid-19 yang dianggap ahli kesehatan dinilai lamban, saat itu
Jokowi memerintahkan kepala daerah mulai Provinsi hingga kabupaten dan kota
menetapkan situasi penyebaran Covid-19 di wilayahnya dengan berkonsultasi
dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pernyataan presiden
tersebut dan kemudian menyusul pada penetapan Indonesia dalam status bencana
nasional Non Alam Covid-19 yang meningkat tajam dalam beberapa bulan yang
lalu. Langkah-langkah yang diinstruksikan adalah agar proses belajar dan bekerja
dapat dilakukan di rumah, dan juga menganjurkan untuk menunda kegiatan-
kegiatan yang melibatkan peserta banyak orang serta melakukan pengetesan
infeksi Covid-19 dan pengobatan secara maksimal.
Pada 31 Maret 2020, Presiden RI menerbitkan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No 1 Tahun 2020 (PERPPU 01/2020) tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan. Total anggaran untuk ini adalah sebesar Rp 405,1 triliun.
Pada 3 April 2020, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No.
54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur Rincian dan APBN Tahun 2020. Perpres
ini merupakan tindak lanjut dari Perppu No. 1 Tahun 2020. Anggaran dari
beberapa kementerian dipotong sebesar Rp 97,42 triliun. Namun, beberapa
Kementerian mengalami peningkatan anggaran, seperti Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan sebesar dari Rp 36 triliun menjadi Rp 70 triliun; dan
Kementerian Kesehatan dari Rp 57 triliun menjadi 76 triliun.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) ditetapkan pada 31 Maret 2020. Pemerintah Daerah (Pemda)
dapat melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk satu provinsi
atau kabupaten/kota tertentu. PSBB dilakukan dengan pengusulan oleh
gubernur/bupati/walikota kepada Menteri Kesehatan. 
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) telah membebaskan
22.158 orang narapidana dan anak. Sebanyak 15.477 orang di antaranya keluar
penjara melalui program asimilasi. Sementara 6.681 orang lainnya menghirup
udara bebas melalui program hak integrasi, baik berupa pembebasan bersyarat,
cuti bersyarat, maupun cuti menjelang bebas.
Pemri membangun fasilitas observasi, penampungan, dan karantina untuk
mengendalikan infeksi Covid-19 di Pulau Galang. Kapasitas ini terdiri dari 1.000
tempat tidur. Fasilitas ini siap pada 6 April 2020. Pada 23 Maret 2020, Wisma
Atlet Kemayoran diresmikan menjadi rumah sakit darurat Covid-19. Fasilitas ini
dilengkapi dengan laboratorium, farmasi, dan peralatan medis portable. Fasilitas
ini mampu menampung sampai dengan 3.000 tempat tidur. 
PENUTUP

A. Kesimpulan

Covid-19 merupakan infeksi virus baru yang


mengakibatkan kematian. Virus ini bermula di Wuhan, China yang
merupakan virus RNA strain tunggal yang menginfeksi saluran
pernafasan. Penegakan diagnosis dimualai dari gjala umum berupa
demam, batuk dan sulit bernafas. Kebijakan pemerintah Indonesia
dalam menangani pandemic COVID-19 mulai diberlakukkannya
PSBB serta New Normal dengan memperhatikan protokol
kesehatan. Pemerintah juga memberikan anggaran kepada beberapa
sektor sepert kesehatan, perekonomian hingga sektor pendidikan
utuk penanganan pandemic COVID-19.
SUMBER

https://kemlu.go.id/brussels/id/news/6349/kebijakan-pemerintah-republik-
indonesia-terkait-wabah-covid-19

Zahrotunnimah. Langkah Taktis Pemerintah Daerah Dalam Pencegahan


Penyebaran Virus Corona Covid-19 di Indonesia. Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Vol. 7 No. 3 (2020), pp.247-260, DOI: 10.15408/sjsbs.v7i3.15103

Yuliana. Corona virus diseases (Covid-19) sebuah tinjauan literatur. Wellness and
health magazine. Vol 2. No. 1 (2020)

Anda mungkin juga menyukai