Anda di halaman 1dari 23

Critical Thinking

Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM.

Fakultas Ilmu Kesehatan UMT

1 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


BERFIKIR KRITIS DALAM KEBIDANAN

(CRITICAL THINKING)

PENDAHULUAN
Dalam bahasan ini, kita akan mempelajari tentang Berfikir Kritis dalam
Kebidanan. Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat melaksanakan
praktik kebidanan berdasarkan prinsip Berfikir Kritis (critical thinking). Setelah
mempelajari materi ini, secara umum Anda diharapkan dapat menerapkan berfikir
kritis dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Sedangkan secara khusus Anda
diharapkan mampu:
1. Mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam berfikir kritis.
2. Menyampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan.
3. Mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
4. Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah
yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
5. Mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang
didapat.
6. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5)
dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah
yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami.

URAIAN MATERI
Berfikir kritis kadang-kadang dapat menjadi proses yang rumit dan
membutuhkan sumber ilmiah yang sistematik dan pemikiran kritis yang kadang
membingungkan. Namun, dalam pelayanan asuhan kebidanan, prose s berfikir kritis
merupakan dasar dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan, sehingga sangat
penting dikuasai sebagai landasan dalam pengambilan keputusan klinis.
Scriven, M & Paul, R, dalam Anonim (2019) mendefinisikan berpikir kritis
sebagai suatu proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil
mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan

2 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya ini, didasarkan pada nilai-nilai
intelektual universal yang melampaui pembagian materi: kejelasan, akurasi, presisi,
konsistensi, relevansi, bukti yang kuat, alasan yang baik, kedalaman, luas, dan
keadilan. Sedangkan menurut John (2016), berfikir kritis adalah suatu cara berpikir
tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan
terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas
mereka. Untuk dapat menerapkan berfikir kritis, diperlukan kemampuan kemampuan
intelektualitas, pengalaman, dan sumber referensi/ bukti yang kuat.

Karakteristik Berpikir Keras


Beyer (dalam Surya, 2011: 137) menyatakan ada delapan karakteristik/ciri-ciri berpikir
keras, antara lain sebagai berikut:
1. Watak (Dispositions) adalah seseorang yang mempunyai suatu keterampilan
berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka,
menghargai kejujuran, merespon pada berbagai data dan opini, respon terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap pada saat ada suatu pendapat yang dianggapnya baik.
2. Kriteria (Criteria) dalam berpikir kritis harus mempunyai suatu kriteria
maupun patokan. Agar sampai ke arah itu maka harus menemukan sesuatu
untuk diputuskan atau dipercaya. Walaupun suatu argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, tetapi akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka harus menurut kepada
relevansi, keakuratan fakta, dengan landasan sumber yang kredibel, teliti, tidak
bias, bebas dari logika yang salah, logika yang konsisten, dan pertimbangan
yang matang.
3. Argumen (argumen) merupakan pernyataan atau proposisi yang memiliki
landasan berdasarkan data-data. Namun, secara umum argumen dimaknai
sebagai landasan yang dapat dimanfaatkan untuk menguatkan atau menolak
suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis mencakup
kegiatan pengenalan, penilaian, dan penyusunan argumen.
4. Pertimbangan atau Pemikiran (Reasoning) adalah kemampuan untuk
meringkas kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan
mencakup aktivitas menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
5. Sudut Pandang (Point of view) Sudut pandang merupakan cara memandang
atau lanasan yang dipakai untuk memberi penafsiran sesuatu dan yang akan
menjadi penentu konstruksi makna. Seorang yang berpikir kritis akan

3 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


memandang atau menafsirkan fenome dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.
6. Prosedur Penerapan Kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur ini
mencakup merumuskan masalah, menetukan keputusan yang akan diambil dan
mengidentifikasikan asumsi atau perkiraan.

Komponen Berpikir Kritis


Seifert dan Hoffinung (dalam Desmita, 2010: 154) menyatakan ada empat komponen
berpikir kritis antara lain yaitu:
Basic Operations of Reasoning
Untuk berpikir kritis, seseorang mempunyai kemampuna untuk memberi penjelasan,
melakukan generalisai, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah logis
lainnya secara mental.
Domain Specific Knowledge
Dalam menhadapi suatu masalah, seseorang harus mengetahu topik atau kontennya.
Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus mempunyai pengetahuan
mengenai person dan dengan siapa yang mempunyai konflik tersebut.
Metakognitive Knowledge
Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia
mencoba untuk benar memahami suatu ide, sadar kapan ia memerlukan informasi baru
dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkn dan mempelajari
informasi tersebut.

Values, Beliefs and Dispositions


Berpikir dengan kritis artinya melakukan penilaina secara fair dan objektif. Ini artinya
ada semacam keyakinan pada diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi.
Daripada itu, hal ini juga mempunyai arti terdapat semacam disposisi yang persisten
dan reflektif pada saat berpikir.

Proses berfikir kritis bertujuan untuk:


1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.
4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk
masalah yang kompleks.

4 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


Adapun untuk mengembangkan proses berfikir kritis, diperlukan keterampilan
dalam hal: analisis, reasoning, evaluating, desision making, dan problem solving.
Dalam penerapan asuhan kebidanan, penerapan berfikir kritis ditujukan agar
mahasiswa dapat melakukan pemecahan masalah (problem solving) yang mungkin
dijumpai dalam kasus-kasus kebidanan yang dijumpai di lapangan. Untuk dapat
melakukan pemecahan masalah sesuai dengan prinsip berfikir kritis, maka perhatikan
langkah-langkah berikut:
1. Lakukan identifikasi masalah. Dalam asuhan kebidanan, identifikasi masalah
merupakan diagnosis kasus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan baik apabila
pengumpulan data subjektif dan objektif dilakukan secara benar dan menyeluruh.
2. Mengeksplorasi informasi dan membangun ide. Eksplorasi informasi berarti
mengumpulkan dasar/bukti ilmiah yang relevan sebagai bahan rujukan dalam
penatalaksanaan kasus. Sedangkan membangun ide adalah mengambil
kemungkinan-kemungkinan keputusan klinik berdasarkan bukti ilmiah/ referensi
terbaik dan berdasarkan standar prosedur yang berlaku.
3. Memilih ide terbaik. Dalam tahapan ini, kita dapat salah satu keputusan klinik
yang telah kita bangun (berdasarkan kajian ilmiah) guna mendukung asuhan
yang evidence based.
4. Uji coba keputusan klinik. Pada tahapan ini, solusi yang ditawarkan sebelumnya,
kita uji coba pada pasien berdasarkan prinsip-prinsip etika yang berlaku.
5. Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi hasil. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui keefektifan metode yang digunakan, sehingga dapat diaplikasikan
pada banyak kasus.
Dalam mengimplementasikan berfikir kritis, perlu diperhatikan beberapa kunci
pokok sebagai berikut:
1. Setiap menjumpai masalah klinis, kita berhenti sejenak dari aktivitas untuk
sejenak berfikir tentang keilmiahan kasus tersebut.
2. Kemudian kita bangun asumsi-asumsi yang mungkin dari aksus tersebut,
meliputi: kemungkinan penyebab, kemungkinan diagnosis, kemungkinan asuhan
yang dapat diberikan, kemungkinan respon klien dan kemungkinan komplikasi
yang dapat timbul.
3. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi informasi-informasi yang telah kita
dapatkan sebagai dasar pemecahan masalah.
4. Langkah berikutnya adalah menyusun kesimpulan sebagai bekal pada langkah
terakhir.
5. Terakhir, kita susun rencana tindakan berdasarkan kesimpulan yang telah kita
buat.

5 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang cukup akan
kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical experience), dan lakukan
penilaian akhir dengan menggunakan akal sehat. Adapun langkah-langkah berfikir
kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:
1. Knowledge. Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai
sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis.
Langkah ini mengidentifikasi argumen atau masalah yang perlu diselesaikan.
Pertanyaan harus diajukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang
masalah tersebut. Dalam beberapa kasus, tidak ada masalah aktual, sehingga tidak
perlu menggunakan langkah selanjutnya dalam langkah-langkah model berpikir
kritis. Pertanyaan-pertanyaan dalam tahap ini harus terbuka untuk memungkinkan
kesempatan untuk membahas dan mengeksplorasi alasan utama. Pada tahap ini,
dua pertanyaan utama yang perlu diajukan: Apa masalahnya? Dan mengapa kita
harus menyelesaikannya?
2. Comprehension. Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang
dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif. Setelah masalah
teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah memahami situasi dan fakta-fakta
yang sesuai. Data dikumpulkan berdasarkan permasalahannya menggunakan
salah satu metode penelitian yang dapat diadopsi tergantung pada masalah, jenis
data yang tersedia, dan batas waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
3. Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif,
dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan. Langkah ini melanjutkan langkah sebelumnya
untuk melengkapi pemahaman tentang berbagai fakta dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan membangun hubungan antara
informasi dan sumber daya. Peta pikiran dapat digunakan untuk menganalisis
situasi, membangun hubungan antaranya dan masalah inti, dan menentukan cara
terbaik untuk langkah selanjutnya.
4. Analize. Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah
dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi
asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat
untuk dilakukan analisis kritis. Setelah informasi dikumpulkan dan hubungan
dibangun di antara masalah utama, situasinya dianalisis untuk mengidentifikasi
situasi, titik kuat, titik lemah, dan tantangan yang dihadapi saat memecahkan
masalah. Prioritas ditetapkan untuk penyebab utama dan menentukan bagaimana

6 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


hal tersebut dapat diatasi dalam solusi. Salah satu alat yang umum digunakan
yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah dan keadaan di sekitarnya
adalah diagram sebab akibat, yang membagi masalah dari penyebabnya dan
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai penyebab dan mengelompokkannya
berdasarkan jenis dan dampaknya pada masalah.
5. Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang
telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi
pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat. Pada
tahap ini, setelah masalah sepenuhnya dianalisis dan semua informasi yang
berkaitan dengannya dipertimbangkan, keputusan harus dibuat tentang
bagaimana menyelesaikan masalah dan rute awal yang harus diikuti untuk
mengambil keputusan ini menjadi tindakan. Jika ada sejumlah solusi, mereka
harus dievaluasi dan diprioritaskan untuk menemukan solusi yang paling
menguntungkan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam memilih solusi
masalah adalah analisis SWOT yang cenderung mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman.
6. Take action. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi
(langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan
dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang
mudah dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi tentang
masalah yang dapat diterapkan. Evaluasi dengan menyimpulkan berdasarkan
pertimbangan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah
dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Hasil
pemikiran kritis harus ditransfer ke dalam langkah-langkah tindakan. Jika
keputusan melibatkan proyek atau tim tertentu, rencana tindakan dapat
diimplementasikan untuk memastikan bahwa solusi tersebut diadopsi dan
dilaksanakan sesuai rencana.

PENGERTIAN FAKTA DAN OPINI


Fakta
Fakta adalah pernyataan yang menampilkan situasi riil dari sebuah masalah ataupun kejadian.
Karena hal inilah, bisa dikatakan bahwa kebenaran sebuah fakta sudah teruji. Di dalam fakta,
tidak ada lagi pendapat antara orang yang satu ataupun yang lain. Yang ada hanyalah situasi
nyata yang memang telah terbukti dan terverifikasi.
Leonardo W. Dood via Sumirat (2004) yang menyatakan, opini adalah suatu sikap atau
pendapat seseorang mengenai sebuah persoalan ataupun keadaan yang pernah maupun

7 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


sedang terjadi. Opini antara satu orang dengan orang lainnya cenderung tidak sama sebab
dipengaruhi pola pikir, pengetahuan, serta lingkungannya dalam menanggapinya situasi
ataupun persoalan tersebut.
Fakta yaitu pernyataan yang menampilkan kondisi riil atau nyata dari suatu kejadian. Fakta
merupakan sebuah kebenaran yang sudah teruji. Fakta dapat dikenali oleh indra dan diukur
secara kualitatif.

Ciri-Ciri Kalimat Fakta


Memiliki Data Akurat
Kalimat fakta biasanya memberikan informasi berupa data yang jelas berupa statistik, tanggal
dan waktu kejadian yang sudah terverifikasi. Contohnya, jumlah penduduk Indonesia yaitu
237 juta jiwa pada tahun 2010 yang berdasarkan pada hasil sensus.

Bersifat Objektif
Kalimat fakta yang pernyataannya bersifat umum dan diakui oleh kebenarannya oleh
berbagai pihak khususnya lembaga atau badan resmi. Contohnya, Berdasarkan catatan
Komnas Perempuan, angka kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga meningkat sebesar
9 % pada tahun 2015.

Benar-Benar Terjadi
Kalimat fakta berisikan kalimat yang menjelaskan situasi yang benar-benar terjadi.
Contohnya, di Jogja terjadi kecelakaan yang menyebabkan beberapa orang terluka

Opini

Opini yaitu pendapat, dugaan atau pandangan seseorang tentang suatu peristiwa atau
persoalan tertentu. Atau suatu pernyataan yang belum diketahui kebenarannya. Opini yang

8 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


terbentuk antara satu orang dengan orang lain akan berbeda karena masing-masing orang
memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.

Ciri-Ciri Kalimat Opini


Merupakan Pendapat Pribadi atau Orang Lain
Kalimat opini mengandung pendapat dari diri sendiri atau orang lain yang belum bisa
dibuktikan kebenarannya. Contohnya, Kepala Pengamat Ekonomi masih menduga adanya
permainan di bidang perdagangan di Indonesia. Disitu ada kata-kata “menduga” yang
merupakan kata yang menunjukkan dugaan atau perkiraan yang belum bisa dipastikan.

Bersifat Subjektif
Bersifat subjektif artinya sesuatu yang dikemukakan merupakan sudut pandang dari orang
yang membuat opini. Atau sesuatu yang dikemukakan hanya berasal dari satu pihak sehingga
tidak dikatakan netral. Contohnya, Saya yakin dia mencotek. Dari contoh di atas merupakan
pendapat hanya dari satu orang.

Mempunyai Kata-Kata yang Bersifat Relatif


Pada kalimat opini ditemukan kata-kata yang bersifat relative seperti paling, lebih, biasanya,
atau agak. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang tidak pasti. Contohnya, Biasanya jam
07.00 pagi Amar sudah datang ke Sekolah.

Cara Membedakan Fakta dan Opini Secara Umum

9 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


Fakta Opini

Bisa dibuktikan kebenarannya Tidak dapat dibuktikan kebenarannya

Informasi yang disampaikan bersifat Informasi berisi pernyataan atau rekomendasi


akurat dan nyata atau paparan yang bersifat individual

Mempunyai narasumber yang bisa Tidak mempunyai narasumber yang bisa


dipercaya dipercaya

Kalimat fakta mengandung unsur 5W +


Kalimat mengandung tanggapan
1H

Pernyataan bersifat nyata, atau Informasi yang disampaikan belum bisa


berdasarkan riset dibuktikan kebenarannya

Menggunakan kata-kata yang bersifat Menggunakan mungkin, bisa jadi, menurut,


pasti seharusnya

Teks editorial atau opini merupakan teks yang tidak memiliki struktur yang pasti. Struktur
teks editorial dibagi menjadi 3 bagian yaitu pernyataan pendapat, argumentasi dan pernyataan
ulang pendapat.
Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan bias teliti ketika
mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu untuk mengadopsi pemikiran
kritis bervariasi berdasarkan masalah, mungkin perlu beberapa menit hingga beberapa hari.
Keuntungan menggunakan metode berfikir kritis adalah memberikan kontribusi untuk
memperluas perspektif kita tentang situasi dan memperluas kemungkinan pemikiran kita.
Namun, langkah-langkah ini harus diterjemahkan ke dalam rencana tindakan yang
memastikan bahwa resolusi yang diputuskan dicapai dengan baik dan terintegrasi antara
semua cabang ilmu yang terkait dan sistem yang terlibat.
Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip
manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah
(Varney, 1997), meliputi:
1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif

10 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau catatan
dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari pemeriksaan
langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar
diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan
klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan
masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut
mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh:
seorang wanita yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal
(misalnya: bayi letak sungsang), yang harus diantisipasi adalah terhadap
kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila ingin dilahirkan pervaginam, maka
bidan harus dipertimbangkan besarnya janin dan ukuran panggul ibu, juga harus
dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet (aftercoming head) pada
waktu melahirkan kepala.
4. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi

11 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
5. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan
pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat
dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.
6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya.

12 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan,
bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah
diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi
secara keseluruhan.

Penerapan berfikir kritis dalam asuhan kebidanan pada dasarnya sudah tergambar
dalam manajemen kebidanan. Namun, dalam bahasan ini, kita akan lebih
memperdalam lagi tentang proses (perjalanan) berfikir kritis. Sebagai bahan belajar
dan agar lebih memahami proses dalam berfikir kritis, perhatikan daftar tilik
“Keterampilan Berfikir Kritis” yang diadopsi dari Lamm (2016), sebagai berikut:
No. Langkah Penjelasan Keterangan

PROBLEM Presentasi masalah ketua Waktu yang
kelompok bertugas disarankan: 5 menit.
menjelaskan kasus/ masalah Sangat membantu
kebidanan ataupun situasi untuk memberikan
yang berkaitan dengan deskripsi tertulis
masalah kebdianan kepada tentang masalah
anggota tim, dan solusi- sebelum sesi.
solusi yang sebelumnya telah
dipaparkan.

1 INTERPRETATION INTERPRETASI - Untuk Waktu yang


mengklarifikasi masalah atau Disarankan: 10 menit.
situasi dan memastikan Anggota tim
bahwa semua anggota tim mengajukan pertanyaan
memiliki pemahaman yang untuk mengklarifikasi
sama tentang masalah ini. masalah.
a. Pertimbangkan 5W:
siapa, apa, kapan, Begitu anggota tim
mengapa, di mana dan merasa bahwa mereka
bagaimana memahami masalahnya
b. Apa yang terjadi? secara mendalam,
c. Siapa orang yang terlibat? mereka siap untuk
d. Siapa yang memiliki beralih ke ANALISIS
kepemilikan atau
kepentingan besar dalam
proses tersebut?
e. Apa cara terbaik untuk
mengkarakterisasi,
mengelompokkan, atau
mengklasifikasikan ini?

2 ANALYSIS ANALISIS - Untuk Waktu yang


membahas masalah secara Disarankan: 20 menit.
menyeluruh, mengeksplorasi Anggota tim membahas
hubungan inferensial yang masalah, jelajahi
dimaksudkan dan aktual penilaian, argumen,
antara pernyataan dan pendapat, dan
pertanyaan dari anggota tim. kesimpulan masing-

13 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


Pertimbangkan perspektif, masing orang.
keyakinan, asumsi, dan Pemimpin tim
pendapat setiap orang. mendengarkan diskusi.
Analisis fakta dan metrik
yang tersedia untuk
menguatkan bukti.
a. Beri tahu kami alasan
Anda membuat klaim itu.
b. Apa kesimpulan Anda?
c. Apa yang Anda klaim?
d. Mengapa Anda berpikir
begitu?
e. Apa argumennya (pro dan
kontra)?
f. Asumsi apa yang harus
kita buat untuk menerima
kesimpulan itu?
g. Apa dasar Anda untuk
mengatakan itu?
h. Apa masalah mendasar
atau tersembunyi?
i. Seperti apakah
kesuksesan itu bagi
semua orang yang terlibat
dalam masalah?
j. Kontribusi apa yang
diberikan ketua tim /
penyaji terhadap
masalah?

3 INFERENCE INFERENSI - Untuk Waktu yang


mengidentifikasi dan Disarankan: 20 menit.
mengamankan elemen yang Anggota tim
diperlukan guna menarik melakukan
kesimpulan yang masuk akal. brainstorming solusi
Tim akan menggunakan data, yang mungkin,
pernyataan, prinsip, bukti, menggunakan semua
kepercayaan, dan pendapat informasi yang tersedia.
dari fase analisis dan gagasan Pemimpin tim dapat
curah pendapat. Ini adalah memberikan masukan
waktu untuk dan arahan, jika
mengidentifikasi solusi yang diinginkan.
mungkin dan mendiskusikan
kelayakan setiap solusi. Setelah anggota tim
a. Mengingat apa yang kita merasa bahwa mereka
ketahui sejauh ini, telah menjelajahi
kesimpulan apa yang bisa semua informasi, data,
kita tarik? dan pertanyaan,
b. Mengingat apa yang kita istirahat disarankan.
ketahui sejauh ini, apa Ketika tim berkumpul
yang bisa kita kembali, mereka siap
singkirkan? untuk melanjutkan ke
c. Apa yang disiratkan oleh EVALUASI, dimulai
bukti ini? dengan rekap proses

14 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


d. Jika kita mengabaikan dan kemungkinan
atau menerima asumsi solusi.
itu, bagaimana hal akan
berubah?
e. Informasi tambahan apa
yang kita butuhkan untuk
menyelesaikan
pertanyaan ini?
f. Jika kita mempercayai
hal-hal ini, apa
implikasinya bagi kita
untuk langkah
selanjutnya?
g. Apa konsekuensi dari
melakukan hal-hal seperti
itu?
h. Apa saja alternatif yang
belum kita jelajahi?
i. Mari kita pertimbangkan
setiap opsi dan lihat ke
mana kita membawa.
j. Apakah ada konsekuensi
yang tidak diinginkan
yang dapat dan harus kita
ramalkan?

4 EVALUATION EVALUASI - Untuk menilai Waktu yang


kredibilitas solusi dari fase Disarankan: 10 menit.
inferensi dan meninjau setiap Mulailah dengan
bukti dan ide baru yang merekam ulang proses,
dihasilkan sejak sesi solusi yang mungkin
sebelumnya. Evaluasilah dan bagaimana tim
dengan mata segar, validitas sampai pada mereka.
solusi yang mungkin dan Ketua tim mengajukan
selidiki kelemahan dalam pertanyaan tentang
berpikir dan logis. solusi yang mungkin.
a. Seberapa kredibel klaim Kemudian anggota tim
itu? mengevaluasi validitas
b. Mengapa kita berpikir argumen atau solusi
kita bisa mempercayai mereka.
apa yang dikatakan orang
ini? Setelah anggota tim
c. Seberapa kuat argumen merasa bahwa mereka
itu? telah mengevaluasi
d. Apakah kita memiliki argumen atau solusi
fakta yang benar? mereka secara
e. Seberapa yakin kita menyeluruh, mereka
dalam kesimpulan kita, siap untuk
mengingat apa yang kita mempersiapkan
ketahui sekarang? PENJELASAN mereka
f. Apa konsekuensi dari dan
solusi ini? mempertimbangkan
g. Akan seperti apa dalam langkah-langkah
setahun jika kami tindakan.

15 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


menerapkan solusi ini?

5 EXPLANATION PENJELASAN - Untuk Waktu yang


menggambarkan proses yang Disarankan: 10 mnt.
tim jalani untuk sampai pada Anggota tim
solusi. Mengklarifikasi menyampaikan dan
proses berpikir memberikan menguraikan
konteks bagaimana proses penjelasan mereka
pemikiran berkembang. tentang keputusan atau
a. Apa temuan spesifik atau solusi yang diusulkan.
hasil investigasi?
b. Jelaskan bagaimana Anda Setelah anggota tim
melakukan analisis itu! memiliki konsensus
a. Bagaimana Anda sampai tentang keputusan atau
pada penafsiran itu? solusi yang diusulkan,
b. Bawa kami melalui mereka laporkan pada
alasan Anda sekali lagi! ketua tim.
c. Mengapa menurut Anda
itu jawaban yang tepat
atau solusinya?
d. Bagaimana Anda akan
menjelaskan mengapa
keputusan khusus ini
dibuat?
e. Apa konteks di mana
Anda membuat keputusan
ini?

6 SELF- REGULASI DIRI/ Waktu yang


REGULATION KONTROL DIRI - Untuk Disarankan: 10 menit.
secara sadar memeriksa Ketua tim
pemikiran Anda dan mempertanyakan,
mengevaluasi potensi bias mengonfirmasi,
Anda. Mengevaluasi memvalidasi, dan
penilaian inferensial tim menghubungkan
dengan pandangan terhadap keputusan atau solusi
pertanyaan, konfirmasi, yang diusulkan untuk
validasi, atau memastikan proses dan
menghubungkan salah satu kesimpulan yang
alasan seseorang atau hasil lengkap.
seseorang.
a. Posisi kami tentang Setelah tim
masalah ini masih terlalu merefleksikan dan
kabur. Bisakah kita lebih merasa yakin dengan
tepat? solusi, bersiaplah untuk
b. Seberapa baik membuat langkah
metodologi kami, dan tindakan spesifik.
seberapa baik kami
mengikutinya?
c. Apakah ada cara kita
merekonsiliasi dua
kesimpulan yang
tampaknya saling
bertentangan ini?

16 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


d. Seberapa baik bukti kita?
e. OK, sebelum kita
berkomitmen, apa yang
kita lewatkan?
f. Saya menemukan
beberapa definisi kami
sedikit membingungkan.
Bisakah kita meninjau
kembali apa yang kita
maksudkan dengan hal-
hal tertentu sebelum
membuat keputusan
akhir?

EXECUTION LANGKAH TINDAKAN - Waktu yang


Ketua tim atau fasilitator Disarankan: 15 mnt.
menguraikan langkah- Sangat membantu
langkah tindakan spesifik untuk memasukkan
dan menugaskan anggota tim langkah-langkah
untuk setiap tugas dengan tindakan ke lembar
tenggat waktu yang excel bersama sehingga
diharapkan. semua anggota tim
dapat memantau
Akhirnya pemimpin tim implementasi.
menutup proses dengan
meminta masukan tim
tentang proses tersebut. Apa
yang berhasil dan apa yang
bisa diperbaiki untuk sesi
pemecahan masalah di masa
depan.

MEMBUAT SILOGISME UNTUK MENARIK KESIMPULAN


Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari
dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Silogisme merupakan bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal dan dianggap
sebagian yang paling penting dalam ilmu logika . Dilihat dari bentuknya silogisme adalah
contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus
dari kesimpulan umum . hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri
dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal dan dalam dua
keputusan tersebut harus ada usur – unsur yang sama – sama dipunyai oleh kedua
keputusannnya
Jadi tegasnya yang di namakan dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari
dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus
universal) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang

17 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


mendahuluinya . Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun
dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pada dasarnya silogisme mempuyai empat bagian
1. Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis
mayor. Premis mempuyai arti kalimat yang di jadikan dasar penarikan
kesimpulan, ada juga yang mengatakan primes adalah kata- kata atau tulisan
sebagai pendahulu untuk menarik suatu kesimpulan atau dapat juga diartikan
sebagai pangkal pikiran. Mayor artinya besar. Primis mayor artinya pangkal pikir
yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul
menjadi predikat dalam kongklusi (kesimpulan)
2. Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umunya di sebut dengan premis
minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor
(Kecil) dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam
kongklusi.
3. Bagian ketiga adalah bagian – bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut ,
yang biasanya disebut medium atau term menengah ( middle term ) , Karena ia
terdapat pada kedua premis ( Mayor dan minor ) , maka bertindak sebagai
penghubung ( medium ) antara keduanya , tetapi tidak muncul dalam kongklusi.
4. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut kongklusi atau
kesimpulan, adalah merupakan keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya)
yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam term
minor
Ada beberapa aspek penalaran klinis yang harus diaplikasikan oleh seorang bidan
dalam menjalankan manajemen asuhan kebidanan. diantaranya adalah:
1. Pertama, penalaran berdasarkan pengetahuan atau ilmiah Penalaran ilmiah digunakan
untuk mengerti suatu kondisi yang sedang terjadi pada seseorang dan memutuskan
untuk mengintervensinya. Ini merupakan proses logis yang sejalan dengan permintaan
ilmiah.
2. Kedua adalah penalaran naratif . Penalaran naratif artinya melibatkan cara berpikir
dalam bentuk narasi. Penalaran naratif memahami arti kondisi atau penderitaan
tersebut bagi penderita atau klien.
3. Ketiga adalah penalaran pragmatik. Penalaran klinis merupakan ‘kegiatan’ dalam
praktek klinis sehari-hari, maka isu-isu yang ditemukan tiap hari harus dapat
teridentifikasi atau dibuktikan kebenarannya dan hal ini akan mempengaruhi proses
terapi. Ini meliputi pembaharuan di dalam sumber daya, kultur organisasi, kekuatan
hubungan antar anggota tim, dan kegiatan ilmiah.

18 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


4. Keempat adalah penalaran etis. Proses penalaran klinis lebih sering berakhir dalam
keputusan etis, daripada berdasarkan ilmu pengetahuan, dan etika alami merupakan
tujuan akhir dari penalaran klinis secara keseluruhan. Bidan dalam mengaplikasikan
penalaran, berpikir kritis, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu knowledge base,
memory atau daya ingat, representation atau mental representative dan kualitas
perumusan masalah.

Knowledge Base atau landasan pengetahuan adalah awal mula dari interpretasi dari
suatu masalah, semakin bervariasi pengetahuan yang berkaitan dengan gejalagejala tersebut
makin memungkinkan merumuskan masalah lebih akurat. Memory atau daya ingat
menunjukan seberapa efektifnya pengetahuan yang dimiliki untuk digunakan dalam
mempelajari atau merumuskan suatu masalah.
Berpikir kritis dalam manajemen asuhan kebidan menggambarkan bahwa seorang
bidan tersebut memiliki basis pengetahuan dan kemampuan untuk menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan terbaru, mengaplikasikan logika dan rasionalnya untuk
mengambil sutu keputusan klinis. Berpikir kritis diiringi pengalaman bidan maka akan
meminimalkan atau tidak adanya kesalahan, bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain akan
menjadikan bidan lebih memahami kebutuhan klien.
Bidan menerapkan setiap kegiatan manajemen asuhan kebidanan selalu menggunakan
penalaran, berpikir kritis. Hal ini dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan proses
pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang teruji
validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis
dari aspek ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom.
Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi kognitif, serta
sikap.

19 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


KESIMPULAN

Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang cukup akan


kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical experience), dan lakukan
penilaian akhir dengan menggunakan akal sehat. Adapun langkah-langkah berfikir
kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:
1. Knowledge. Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai
sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis.
2. Comprehension. Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang
dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif.
3. Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif,
dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan.
4. Analize. Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah
dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi
asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat
untuk dilakukan analisis kritis.
5. Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang
telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi
pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat.
6. Take action. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi
(langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan
dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang
mudah dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi tentang
masalah yang dapat diterapkan.
Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan bias teliti
ketika mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu untuk
mengadopsi pemikiran kritis bervariasi berdasarkan masalah, mungkin perlu
beberapa menit hingga beberapa hari. Keuntungan menggunakan metode berfikir
kritis adalah memberikan kontribusi untuk memperluas perspektif kita tentang situasi
dan memperluas kemungkinan pemikiran kita. Namun, langkah-langkah ini harus
diterjemahkan ke dalam rencana tindakan yang memastikan bahwa resolusi yang
diputuskan dicapai dengan baik dan terintegrasi antara semua cabang ilmu yang
terkait dan sistem yang terlibat.

20 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip
manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah
(Varney, 1997), meliputi:
1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar. Pada langkah pertama ini dilakukan
pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan
data objektif.
2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar. Pada langkah ini, data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik
(sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang
menyertai.
3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial. Pada langkah
ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi..
4. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
5. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh. Pada langkah ini
direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya.
6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan. Pada langkah ini, rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman.
7. Langkah VII: Evaluasi. Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

21 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Article Scriven, Michael & Paul, Richard about Critical thinking, the
awakening of the intellect to the study of itself, a paper that presented at the
8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education
Reform,

Elmansy, R. 2016. 6 Steps for Effective Critical Thinking.


https://www.designorate.com/steps-effective-critical-thinking/

Fisher, Alec. 2011. Critical Thinking, an Introduction, 2nd Ed. Ca,bridge University
Press: London, UK.

John, E.McPeck. 2016. Critical Thinking and Education. McGraw-Hill Book


Company: Ontario, London.

Lamm,Alexa. 2016. A Systematic Process for Critical Thinking. Bulletin of


University of Florida. http://hr.ufl.edu/learn-grow/training-organizational-
development/.

Mottola CA, Murphy P. 2001. Antidote dilemma—an activity to promote critical


thinking. Journal of Continuing Education in Nursing 32(4).pp.161-164. Paul,
Richard and Linda Elder. 2006. Critical Thinking “Concepts and Tools. The
Foundation for Critical Thinking. Available at

Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi
Jaya nyalaran Pamekasan 2001)

Summer 1987. https://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766

22 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)


17

23 | Critical Thinking (Eka Mardiana Afrilia, SST.Keb., MKM)

Anda mungkin juga menyukai