Anda di halaman 1dari 13

APLIKASI CRITICAL THINKING, CLINICAL JUDGEMENT DAN PROBLEM SOLVING

PADA KEHAMILAN TRIMESTER 2

Disusun Oleh :

AULIA SEPTIANI
RAHMADONA
TENGKU YULIANI R
SELVI SRI
ERNITA HUTABARAT

PRODI DIV KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG


POLTEKKES KEMENKES RIAU
2021/2022
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan


Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan
intelektual dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan,
sehingga bentuk keterampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk maisng-masing disiplin
ilmu.
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh
pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas
intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu
konsep dan atau dalam melakukan tindakan.
Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui
cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan
yang baik, kedalaman, luasnya ilmu,dankeadilan.
Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
1) Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian dapat
merumuskan masalah dengan jelas dan tepat
2) Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk
menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan masalah,
menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan
3) Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap
permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi
praktis
4) Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang
komplek.

Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah
serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur:
1) Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan
masalah tersebut
2) Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah
3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan)
Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai
4) Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam
5) Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat
6) Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi
7) Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan
8) Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah
9) Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas
10) Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari-
hari.

Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions, Evaluate
arguments dan Draw conclusions) mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik
kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence
based) yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka
bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil
adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya
pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat
berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.

2.2 Clinical Judgment (Penilaian Klinis) dalam Asuhan Kebidanan


Kata penilaian sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk membuat keputusan logis/
rasional dan menentukan apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar atau salah. Sedangkan kata
klinis, berkaitan dengan klinik atau tempat perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien
yang sebenarnya, yang dibedakan antara konsep teori dan eksperimental; dan terdiri atas tanda-tanda
klinis dari suatu masalah kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, diuraikan bahwa penilaian klinis merupakan penerapan informasi
berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif
yang mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Dapat diartikan juga sebagai suatu proses
dimana perawat/ bidan menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang akan dikumpulkan,
kemudian membuat interpretasi data, dan diakhiri dengan penetapan diagnosis keperawatan/ kebidanan,
kemudian mengidentifikasi tindakan keperawatan/ kebidanan yang tepat. Hal ini termasuk proses
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan berfikir kritis. Maka, disimpulkan bahwa penilaian
klinis merupakan bagian dari proses berfikir kritis.
Ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan:
1) Pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2) Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematis,
3) Masalah harus diketahui dengan jelas.
4) Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5) Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah
dianalisa secara matang.

Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas akan menimbulkan
berbagai masalah:
1) Tidak tepatnya keputusan.
2) Tidak terlaksananya keputusan.
3) Ketidak mampuan pelaksana untuk bekerja.
4) Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

2.3 Problem Solvingdalam Asuhan Kebidanan


Pengertian problem solving secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem
dan solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand” (suatu
hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan “a question to be answered
or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find
an answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah). Sedangkan secara terminologi problem
solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara
ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah.
Menurut istilah Mulyasa problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan
pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari
materi pembelajaran.
Siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika untuk
menentukan sebab-akibat, menganalisa, menarik kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum-hukum
(kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Dari berbagai pendapat di atas metode problem solving atau
sering juga disebut dengan nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang
merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di
mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri.
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
Langkah- langkah metode ini antara lain:
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai
dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan
kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji
kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas
diskusi, dan lain-lain.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban
dari masalah yang ada.

2.4 Perubahan-Perubahan Fisik dan psikologis yang terjadi di Trimester II :

a) Perut semakin membesar


Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga panggul.
Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian
teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada
kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.
b) Sendawa dan buang angina
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena
akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan
terasa kembung dan tidak nyama
c) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk
atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan
rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak
menetap.
d) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua,

karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga

menyebabkan tekanan darah menurun

e) Perubahan Kulit

Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk

garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang

disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng

kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark

terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan
payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa
7
gatal, sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi

dapat diobati setelah persalinan.

f) Payudara

Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang

disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar.

Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.

g) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi

dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki

ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.

h) Sedikit Pembengkakan

Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil

mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan

cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan

terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki.

2.5 Pengertian Abortus Immiens

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat belum

mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada

wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan Ultrasonografi (USG), sekarang

dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama

adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana gambaran

Ultrasonografi (USG) menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan

jenis yang kedua adalah abortus karena kematian janin dimana janin tidak

menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakkan yang

sesuai dengan usia kehamilan


8
Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan

gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu,

dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan

ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2

keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih

keguguran yang berurutan

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20

minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Abortus adalah pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan yang

kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu.

Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum

sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu

beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur

dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang

dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses

pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tubuh. Apabila janin

lahir selamat ( hidup ) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka

istilahnya adalah kelahiran premature

Secara klinis karena ibu tidak menyadari sebenarnya sedang dalam keadaan hamil. Konsepsi

yang terjadi lebih kurang 14 hari dari jadwal haid yang akan datang (ovulasi siklus 28 hari) kemudian

terjadi abortus yang ditandai dengan perdarahan, ibu tidak menduga itu adalah proses abortus tetapi

merasa sebagai siklus haid bulanan.


9
2.6 Penanganan awal terhadap ibu abortus imminem

a) Penderita di minta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan terhenti.

Pasien diingatkan untuk tidak melakukan senggama selama lebih kurang 2

minggu.

b) Tidak ada pengobatan khusus hanya dapat di beri sadativa, misalnya dengan

codein atau morfin (sesuai protaf dan intruksi dokter)

c) Keluarnya janin masih dapat dicegah dengan memberi obat-obatan hormonal

misalnya progesteron 10 mg setiap hari untuk terapi dan mengurangi kerentanan

otot-otot uterus

d) Pemberian analgetik agar uterus tidak terus berkontraksi hingga rangsangan

mekanik uterus berkurang.

2.7 Etiologi abortus

Penyebab Abortus spontan tidak selalu bisa dihentikan,yang paling umum

ditemukan adalah :

1. Kelaninan Kromosom

Kelainan kromosom yang terjadi saat proses pembuahan yang paling sering

terjadi karena sperma yang masuk memiliki jumlah kromosom yang salah,

sehingga sel telur atau embrio yang dibuahi tidak dapat berkembang secara

normal, dan adapun kelainan kromosom bisa juga di sebabkan oleh faktor

genetik, dimana faktor genetikini sering menimbulkan abortus spontan pada kromosom janin

lebih dari 60%, dan abortus spontan ini terjadi pada masa

kehamilan dimana kehamilan yang kurang dari 22 minggu.

2. Kelainan pada plasenta

Peradangan yang terdapat pada dinding uterus dan menyebabkan oksigenisasi

pada plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin, dan keadaan ini bisa terjadi sejak ibu mengalami kehamilan
10
muda dan akan mengakibatkan terjadinya abortus sebanyak 40%, misalnya

karena ibu mengalami hipertensi bertahun- tahun.

3. Diabetes

Diabetes pada kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan hormon

insulin dan biasanya diabetes ini terdapat pertama kali pada saat masa

kehamilan pada trimester kedua atau ketiga, adapun diabetes kehamilan di

Indonesia sebesar 1,5-2,3% dengan usia penduduk yang kurang dari > 20

tahun. Adapun diabetes pada kehamilan ini yaitu termasuk diabetes tipe-1

yang dimana terdapat karena faktor genetik dan faktor imuniologi pada saat

ibu sedang hamil.

4. Faktor hormonal

Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan,

dan adapun faktor hormonal yang dapat mengakibatkan terjadinya abortus

berulang sekitar 50-60%, karena faktor hormonal dan juga ibu hamil yang

memiliki kelainan pada sistem hormonal ( bisa hormon prolaktin ibu yang

terlalu tinggi atau progesteron ibu yang terlalu rendah yang dapat

mengakibatkan terjadinya keguguran

5. Infeksi

Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang kemudian

menyebabkan abortus spontan. Contoh infeksi yang telah dikaitkan dengan

abortus spontan sebanyak 20-30% termasuk infeksi oleh Listeria

monocytogenes,dimana infeksi tersebut dapat menyebabkan keguguran pada

perempuan yang hamil dan akan muncul gejala seperti flu ringan

6. Abnormal Stuktural Anatomi

Anatomi abnormal uterus juga dapat menyebabkan abortus spontan. Pada

beberapa wanita terdapat jembatan jaringan (septum rahim), yang bertindak

seperti sebagian dinding rongga rahim membagi menjadi beberapa bagian.


11
Septum biasanya memiliki suplai darah sangat sedikit, dan tidak cocok untuk

pertumbuhan plasenta. Oleh karena itu, embrio yang berimplantasi pada

septum akan meningkatkan resiko abortus spontan sebanyak 40-50%.

7. Gaya Hidup

a) Merokok lebih dari 10 batang per hari dikaitkan dengan peningkatan

resiko abortus spontan, dan beberapa studi menunjukkan bahwa resiko

abortus spontan meningkatkan dengan ayah perokok, faktor- faktor lain,

seperti penggunaan alkohol dapat keracunan secara langsung pada janin.

b) Obesitas juga dapat memiliki gangguan hormonal yang akan berakibat

gangguan pada kehamilan.

c) Wanita yang minum kopi rata – rata atau lebih dari 8 gelas sehari

mempunyai resiko 75% terjadi abortus dan akan beresiko juga kepada

kematian janin

2.8 Patofisiologi Abortus

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau

seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin

kekurangan nutrisi dan O2 pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya

atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena

itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,

terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.

Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya: Sedikit- sedikit dan berlangsung

lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan, akibat perdarahan,

dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral)

dingin

Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan

perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat


12
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi

benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan

mengakibatkan pengeluaran janin

2.9 Diagnosis Abortus

Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi

mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,

sering pula terdapat rasa mulas, kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya

kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes

kehamilan secara biologis. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan,

pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina

2.10 Komplikasi Abortus

Komplikasi yang serius kebanyakkan terjadi pada fase abortus yang tidak

aman (unsafe abortion) walaupun kadang- kadang dijumpai juga pada abortus

spontan.

Komplikasi Abortus :

1. Perdarahan

a) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah

b) Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya

2. Perforasi

a) Perforasi uterus pada kerokkan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati

dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau

perlu histerektomi
13
b) Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam

menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,

mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya

dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan

luasnya cedera, untuk selanjutnya guna

mengatasi komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu

abortus yang tidak aman (unsafe abortion).

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik)

2.11 Pemeriksaan Penunjang

a) Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah

abortus

b) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada Missed Abortion

Anda mungkin juga menyukai