Anda di halaman 1dari 41

APLIKASI CRITICAL THINKING, CLINICAL JUDGEMENT DAN PROBLEM SOLVING

PADA KEHAMILAN TRIMESTER 2

Disusun Oleh :

AULIA SEPTIANI

RAHMADONA

TENGKU YULIANI R

SELVI SRI

ERNITA HUTABARAT

PRODI DIV KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG

POLTEKKES KEMENKES RIAU

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih
di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi (Kurniawan, 2016).

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus antara
15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati
50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak diketahui pada 2-4
minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet,
misalnya sperma dan disfungsi oosit (Prawirohardjo, 2014). Di Amerika Serikat, angka kejadian abortus
secara nasional berkisar antara 10–20%. Menurut Depkes RI di Indonesia abortus menempati urutan
kedua penyebab AKI yaitu sebanyak 26%, di Indonesia terdapat 43 kasus abortus per 100 ribu kelahiran
hidup. Kejadian abortus di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar dua juta dari 4,2 juta
kasus (Rahmani, 2014).

Berdasarkan SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
Indonesia yang mencapai 305 per 100.000 pada tahun 2015, Penyebab langsung kematian ibu tahun
2013 adalah pendarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 0%, abortus 0%, lain-lain
40,8%, (Kemenkes RI, 2015).

Angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu, diperkirakan 13% atau
67.000 kematian, diakibatkan oleh abortus yang tidak aman. Hampir 95% abortus yang tidak aman
berlangsung di Negara berkembang dan diperkirakan bahwa diseluruh dunia hampir 80.000 wanita
meninggal tiap tahun akibat komplikasi setelah abortus, diperkirakan bahwa diantara 10% dan 50% dari
seluruh wanita yang mengalami abortus yang tidak aman memerlukan pelayanan medis akibat
komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah abortus inkomplit, sepsis, hemoragi, dan
cedera intra abdomen (WHO, 2012). Target global Millenium Development Goals (MDGs) ke-5 adalah
menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu kondisi ini
mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah diperlukan kerja keras dan sungguh
sungguh untuk mencapainya (Kemenkes RI, 2014).

Saat ini keguguran/abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di
Indonesia bahkan di dunia. Estimasi Nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di
Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup pada perempuan usia produktif
sekitar 15% sampai 20% (Prawirohardjo, 2009). Abortus (keguguran) merupakan salah satu dari
penyebab kematian langsung ibu yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan
kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan dapat di pertahankan,
sehingga pada kehamilan ini dianggap sebagai kelainan yang berbahaya karena dapat mengancam
kesehatan ibu dan janinnya (Prawirohardjo, 2010).

Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 20 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
Abortus dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu abortus spontan terdiri dari abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, missed abortion, abortus habitualis, abortus
infeksiosus, abortus septik dan abortus provokatus terdiri dari abortus therapiutica dan abortus
kriminalis (Manuaba, 2008).

Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena pada saat
pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin
karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks (Rukiyah, 2010).

Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan menyebabkan beban emosional
serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat
badan lahir rendah (BBLR), kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD)
namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena
terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau
tidak sama sekali, serviks tertutup, dan janin masih hidup (Prawirohardjo, 2014).

Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia
ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka semakin tinggi angka kejadian abortus dan
semakin rendah paritas maka angka kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya
pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik, wanita yang
mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti adanya konflik dalam pengambilan
keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu dalam membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa,
merasa tidak kuasa memutuskan atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010). Sehingga abortus
imminens memerlukan asuhan yang komprehensif, apabila tidak dilakukan secara tepat akan berlanjut
abortus insipiens dan akan menyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) (Cunningham, 2011).

Upaya untuk mengurangi dampak dari kasus abortus imminens dengan melakukan ANC secara teratur,
cakupan antenatal dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil K1 sampai kunjungan K4 dan pelayanan
ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) yaitu pada usia kehamilan trimester pertama,
trimester kedua dan pada kehamilan trimester ke tiga (Kemenkes, 2010).

Sebagai bidan memberikan asuhan khususnya pada ibu hamil pada kasus abortus harus didukung
dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik, dan bidan sebagai tenaga kesehatan mampu
memastikan bahwa kehamilan berlangsung secara normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, karena penatalaksanaan yang benar akan memberikan kontribusi
keberhasilan pemberian asuhan kebidanan dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu (Sofyan, 2006). Evaluasi tanda-tanda vital kemudian dilakukan kolaborasi dengan
dokter, pemeriksaan USG untuk mengetahui pertumbuhan janin dan untuk mengetahui keadaan
plasenta. Pasien dianjurkan untuk tirah baring secara total, sehingga tidak berlanjut abortus insipiens.

Penanganan abortus Imminens tidak hanya sampai disitu bila terjadi perdarahan dilakukan asuhan
antenatal terjadwal hingga perdarahan berhenti secara total.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil dan menyusun makalah
Problem Solving dalam Asuhan Kebidanan pada Kehamilan trimester dua dengan judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. W dengan Abortus Imminens”

B. Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. W dengan Abortus Imminens”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menangani Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.
W dengan Abortus Imminens sesuai dengan teori manajemen kebidanan menggunakan
pendokumentasian secara 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus
Tujuan dalam asuhan kebidanan ini adalah penulis dapat memberikan asuhan kebidanan ibu hamil pada
Ny. W dengan abortus imminens dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Melakukan pengkajian ibu hamil pada Ny. W dengan Abortus Imminens


b) Menginterpretasikan data meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu hamil pada Ny. W
dengan abortus imminens
c) Merumuskan diagnosa potensial asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan abortus
imminens
d) Menerapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga
kesehatan dan lain serta rujukan ibu hamil pada Ny. W dengan abortus imminens
e) Menyusun rencana asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan abortus imminens
f) Melaksanakan rencana tindakan pada asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan abortus
imminens
g) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan abortus
imminens

D. Manfaat Penulisan
Bagi Penulis Penulis dapat meningkatkan wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam
memberikan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus imminens.

Bagi profesi dapat menambah wawasan dan meningkatkan kualitas terhadap pelayanan dalam
memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Imminens.

Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai sumber bacaan referensi khususnya tentang
penanganan Abortus Imminens.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan


Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan
intelektual dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan,
sehingga bentuk keterampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk maisng-masing disiplin
ilmu.
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh
pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas
intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu
konsep dan atau dalam melakukan tindakan.
Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui
cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan
yang baik, kedalaman, luasnya ilmu,dankeadilan.
Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
1) Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian dapat
merumuskan masalah dengan jelas dan tepat
2) Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk
menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan masalah,
menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan
3) Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap
permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi
praktis
4) Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang
komplek.

Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah
serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur:
1) Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan
masalah tersebut
2) Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah
3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan)
Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai
4) Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam
5) Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat
6) Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi
7) Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan
8) Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah
9) Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas
10) Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari-
hari.

Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions, Evaluate
arguments dan Draw conclusions) mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik
kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence
based) yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka
bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil
adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya
pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat
berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.

2.2 Clinical Judgment (Penilaian Klinis) dalam Asuhan Kebidanan


Kata penilaian sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk membuat keputusan logis/
rasional dan menentukan apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar atau salah. Sedangkan kata
klinis, berkaitan dengan klinik atau tempat perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien
yang sebenarnya, yang dibedakan antara konsep teori dan eksperimental; dan terdiri atas tanda-tanda
klinis dari suatu masalah kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, diuraikan bahwa penilaian klinis merupakan penerapan informasi
berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif
yang mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Dapat diartikan juga sebagai suatu proses
dimana perawat/ bidan menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang akan dikumpulkan,
kemudian membuat interpretasi data, dan diakhiri dengan penetapan diagnosis keperawatan/ kebidanan,
kemudian mengidentifikasi tindakan keperawatan/ kebidanan yang tepat. Hal ini termasuk proses
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan berfikir kritis. Maka, disimpulkan bahwa penilaian
klinis merupakan bagian dari proses berfikir kritis.
Ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan:
1) Pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2) Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematis,
3) Masalah harus diketahui dengan jelas.
4) Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5) Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah
dianalisa secara matang.

Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas akan menimbulkan
berbagai masalah:
1) Tidak tepatnya keputusan.
2) Tidak terlaksananya keputusan.
3) Ketidak mampuan pelaksana untuk bekerja.
4) Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

2.3 Problem Solvingdalam Asuhan Kebidanan


Pengertian problem solving secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem
dan solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand” (suatu
hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan “a question to be answered
or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find
an answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah). Sedangkan secara terminologi problem
solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara
ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah.
Menurut istilah Mulyasa problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan
pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari
materi pembelajaran.
Siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika untuk
menentukan sebab-akibat, menganalisa, menarik kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum-hukum
(kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Dari berbagai pendapat di atas metode problem solving atau
sering juga disebut dengan nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang
merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di
mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri.
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
Langkah- langkah metode ini antara lain:
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai
dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan
kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji
kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas
diskusi, dan lain-lain.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban
dari masalah yang ada.

2.4 Perubahan-Perubahan Fisik dan psikologis yang terjadi di Trimester II :

a) Perut semakin membesar


Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga panggul.
Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian
teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada
kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.
b) Sendawa dan buang angina
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena
akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan
terasa kembung dan tidak nyama
c) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk
atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan
rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak
menetap.
d) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua,

karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga

menyebabkan tekanan darah menurun

e) Perubahan Kulit

Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk

garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang

disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng

kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark

terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan

payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa


gatal, sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah,

tetapi dapat diobati setelah persalinan.

f) Payudara

Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang

kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin

berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting,

dan itu adalah kelenjar kulit.

g) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan.

Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika

terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan

jari-jari kaki ke arah atas.

h) Sedikit Pembengkakan

Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita

hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan

tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan

pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan

pergelangan kaki.

2.5 Pengertian Abortus Immiens

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat

belum mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya


perdarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan

Ultrasonografi (USG), sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat

dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan

perkembangan janin dimana gambaran Ultrasonografi (USG) menunjukkan

kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus

karena kematian janin dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda

kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakkan yang sesuai dengan usia

kehamilan

Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit

memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau

berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan

abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang

mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1%

dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi

kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Abortus adalah

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan

dengan berat badan yang kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang

dari 28 minggu.

Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum

sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus

itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari
28 minggu

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel

telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini

adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan

untuk tubuh. Apabila janin lahir selamat ( hidup ) sebelum 38 minggu namun

setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature

Secara klinis karena ibu tidak menyadari sebenarnya sedang dalam keadaan hamil.

Konsepsi yang terjadi lebih kurang 14 hari dari jadwal haid yang akan datang (ovulasi siklus

28 hari) kemudian terjadi abortus yang ditandai dengan perdarahan, ibu tidak menduga itu

adalah proses abortus tetapi merasa sebagai siklus haid bulanan.

2.6 Penanganan awal terhadap ibu abortus imminem

a) Penderita di minta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan

terhenti.

Pasien diingatkan untuk tidak melakukan senggama selama lebih kurang

2 minggu.

b) Tidak ada pengobatan khusus hanya dapat di beri sadativa, misalnya

dengan codein atau morfin (sesuai protaf dan intruksi dokter)

c) Keluarnya janin masih dapat dicegah dengan memberi obat-obatan


hormonal misalnya progesteron 10 mg setiap hari untuk terapi dan

mengurangi kerentanan otot-otot uterus

d) Pemberian analgetik agar uterus tidak terus berkontraksi hingga

rangsangan mekanik uterus berkurang.

2.7 Etiologi abortus

Penyebab Abortus spontan tidak selalu bisa dihentikan,yang paling umum

ditemukan adalah :

1. Kelaninan Kromosom

Kelainan kromosom yang terjadi saat proses pembuahan yang paling sering

terjadi karena sperma yang masuk memiliki jumlah kromosom yang salah,

sehingga sel telur atau embrio yang dibuahi tidak dapat berkembang secara

normal, dan adapun kelainan kromosom bisa juga di sebabkan oleh faktor

genetik, dimana faktor genetikini sering menimbulkan abortus spontan pada

kromosom janin lebih dari 60%, dan abortus spontan ini terjadi pada masa

kehamilan dimana kehamilan yang kurang dari 22 minggu.

2. Kelainan pada plasenta

Peradangan yang terdapat pada dinding uterus dan menyebabkan oksigenisasi

pada plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin, dan keadaan ini bisa terjadi sejak ibu mengalami kehamilan

muda dan akan mengakibatkan terjadinya abortus sebanyak 40%, misalnya

karena ibu mengalami hipertensi bertahun- tahun.


3. Diabetes

Diabetes pada kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan hormon

insulin dan biasanya diabetes ini terdapat pertama kali pada saat masa

kehamilan pada trimester kedua atau ketiga, adapun diabetes kehamilan di

Indonesia sebesar 1,5-2,3% dengan usia penduduk yang kurang dari > 20

tahun. Adapun diabetes pada kehamilan ini yaitu termasuk diabetes tipe-1

yang dimana terdapat karena faktor genetik dan faktor imuniologi pada saat

ibu sedang hamil.

4. Faktor hormonal

Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan,

dan adapun faktor hormonal yang dapat mengakibatkan terjadinya abortus

berulang sekitar 50-60%, karena faktor hormonal dan juga ibu hamil yang

memiliki kelainan pada sistem hormonal ( bisa hormon prolaktin ibu yang

terlalu tinggi atau progesteron ibu yang terlalu rendah yang dapat

mengakibatkan terjadinya keguguran

5. Infeksi

Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang kemudian

menyebabkan abortus spontan. Contoh infeksi yang telah dikaitkan dengan

abortus spontan sebanyak 20-30% termasuk infeksi oleh Listeria

monocytogenes,dimana infeksi tersebut dapat menyebabkan keguguran pada

perempuan yang hamil dan akan muncul gejala seperti flu ringan

6. Abnormal Stuktural Anatomi


Anatomi abnormal uterus juga dapat menyebabkan abortus spontan. Pada

beberapa wanita terdapat jembatan jaringan (septum rahim), yang bertindak

seperti sebagian dinding rongga rahim membagi menjadi beberapa bagian.

Septum biasanya memiliki suplai darah sangat sedikit, dan tidak cocok untuk

pertumbuhan plasenta. Oleh karena itu, embrio yang berimplantasi pada

septum akan meningkatkan resiko abortus spontan sebanyak 40-50%.

7. Gaya Hidup

a) Merokok lebih dari 10 batang per hari dikaitkan dengan peningkatan

resiko abortus spontan, dan beberapa studi menunjukkan bahwa resiko

abortus spontan meningkatkan dengan ayah perokok, faktor- faktor lain,

seperti penggunaan alkohol dapat keracunan secara langsung pada janin.

b) Obesitas juga dapat memiliki gangguan hormonal yang akan berakibat

gangguan pada kehamilan.

c) Wanita yang minum kopi rata – rata atau lebih dari 8 gelas sehari

mempunyai resiko 75% terjadi abortus dan akan beresiko juga kepada

kematian janin

2.8 Patofisiologi Abortus

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau

seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin

kekurangan nutrisi dan O2 pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya

atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena

itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.

Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya: Sedikit- sedikit dan berlangsung

lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan, akibat perdarahan,

dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung

(akral) dingin

Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan

perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat

perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi

benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan

mengakibatkan pengeluaran janin

2.9 Diagnosis Abortus

Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi

mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,

sering pula terdapat rasa mulas, kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan

ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes

kehamilan secara biologis. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan,

pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina

2.10 Komplikasi Abortus

Komplikasi yang serius kebanyakkan terjadi pada fase abortus yang tidak

aman (unsafe abortion) walaupun kadang- kadang dijumpai juga pada abortus

spontan.

Komplikasi Abortus :
1. Perdarahan

a) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah

b) Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya

2. Perforasi

a) Perforasi uterus pada kerokkan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati

dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau

perlu histerektomi

b) Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam

menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,

mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya

dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk

menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya guna

mengatasi komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu

abortus yang tidak aman (unsafe abortion).

4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik)

2.11 Pemeriksaan Penunjang

a) Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah

abortus

b) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada Missed Abortion


BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Ruang :

Tanggal masuk/Jam : 10 November 2021/Pukul 08.00 Wib

Nama ibu : Ny.W Nama Suami : R


Umur : 30 Tahun Umur : 32 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Cipta Karya Ujung Alamat : Jl.Cipta Karya Ujung
No. Hp : 085264514642 No. Hp : 082170403691

a. Anamnesa (Data Subjektif)

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan kurang lebih 4 jam yang lalu mengeluarkan flek- flek
kecoklatan dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules. Ibu merasa
cemas dengan keadaannya.
2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama kali umur 12 Tahun


b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 28 hari
c. Banyak : Ibu mengatakan banyaknya 2-3 kali ganti
pembalut
d. Lama : Ibu mengatakan lama haid 6-7 hari

3. Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 28 tahun dengan suami
umur 30 tahun.
4. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas Yang lalu

An Nif Kead
Tgl/ Tem Umu Jen ak as aan
No Penolo Anak
Thn pat r is ng Jen BB PB Kead Lakt
Sekar
is aan asi
Part Part Keham Part ang
us us ilan us
1 Keham - - - - - - - - - -
.
ilan
Sekara
ng

5. Riwayat kehamilan sekarang

a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya pada


tanggal 23 Juni 2021
b) HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir bayinya tanggal 30
Maret 2022
c) ANC : Ibu mengatakan periksa 3 kali di bidan pada umur
kehamilan 6,10 dan 16 minggu
d) Umur Kehamilan : Ibu mengatakan usia kehamilannya
sudah 18 minggu
e) Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah imunisasi TT
calon pengnatin pada saat akan menikah 2 tahun yang lalu, sedangkan
pada saat hamil ini ibu juga sudah imunisasi TT 1 kali
f) Obat yang dikonsumsi : Ibu mengatakan minum obat yang diberi
oleh bidan, seperti : Asam folat dan Tablet tambah darah
g) Keluhan
TM I : Ibu mengatakan mual muntah dipagi hari
TM II : : Ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek yang berwarna
kecoklatan dari jalan lahir± 4 jam yang lalu
TM III : Belum ada
h) Penyuluhan : Ibu pernah mendapatkan penyuluhan
tentang cara mengatasi mual muntah dipagi hari dan cara konsumsi
tablet tambah darah
i) Kekhawatiran : Ibu mengatakan cemas pada keadaan
kehamilannya, karena mengeluarkan flek-flek kecoklatan dari jalan lahir

6. Riwayat Keluarga berencana

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun


7. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit


batuk, flu dan demam.
b. Riwayat penyakit Sistemik
1. Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak terasa

berdebar-debar di saat melakukan aktivitas

2. Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri

pada bagian pinggang

3. Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang

disertai sesak nafas dan tidak pernah batuk yang disertai


dengan darah
4. Hepatitis : Ibu mengatakan kuku dan kulitnya tidak

berwarna kuning
5. DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

haus dan lapar di saat malam hari


6. Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing

kepala yang hebat

7. Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai

keluarnya busa dari mulut

8. Lain-lain : Ibu mengatakan tidak terserang penyakit

HIV, AIDS dan penyakit lainnya.


c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit menurun,


seperti hipertensi, jantung, diabetes mellitus maupun yang menular
seperti TBC dan hepatitis.
d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari


pihak suami maupun dari pihak keluarga ibu.
e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.


8. Pola Pemenuhan Sehari hari

a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, lauk pauk 4-5 kali sehari
dengan porsi kecil tapi sering. Ibu minum 8-9 gelas sehari dengan
air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu mengatakan tidak ada
makanan pantangan
b. Pola Eliminasi

Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang lebih 6-7 kali


sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali sehari, tidak ada keluhan
c. Pola Aktivitas

Sebelum dan selama hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga


seperti : memasak,mencuci pakaian,menyapu dan mencuci piring
sendiri.
d. Pola Istirahat

Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam tidur siang
kurang lebih 1-2 jam.
e. Pola Personal Hygine

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak ada perubahan


dalam personal hygiene yaitu: Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 3
kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali
sehari dan tidak ada keluhan.
f. Pola seksual

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 minggu 2 kali.


Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
9. Riwayat psikososial budaya

a) Ibu mengatakan perasaannya senang dengan kehamilan yang


dialaminya saat ini.
b) Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami.
c) Ibu mengatakan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki atau
perempuan itu sama saja.
d) Ibu mengatakan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan
suami.

10. Penggunaan Obat-obat/Rokok

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan terkecuali obat-


obatan dari bidan dan tidak merokok, sedangkan suaminya juga tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan tidak merokok.

b. Data Objektif
1. Status Generalis

Keadaan umum: Baik


Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,4˚c
Tinggi badan : 158 cm
BB sebelum hamil : 47 kg
BB sekarang : 48 kg
LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala dan Muka

Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah rontok, bersih tidak ada
ketombe.
Muka : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedema,
ekspresi wajah tegang dan cemas.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada oedem.

Hidung : Bersih tidak ada polip, bentuk normal,tidak ada kelainan.

Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan.
Mulut/ gigi/ gusi : Bibir pucat, lidah pucat, caries dentis tidak ada, stomatitis
tidak ada, gusi tidak berdarah dan tidak bengkak.
2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe serta tidak ada

benjolan/ tumor pada leher.

3) Dada dan axila

(1) Mammae
Membesar : Ada, normal
Tumor : Tidak teraba benjolan
Simetris : Simetris kanan kiri
Areola : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kolostrum : Belum keluar
(2) Axilla
Tumor : Tidak teraba benjolan
Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
4) Ekstremitas
Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih, tidak ada
kelainan
Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada oedema, tidak
ada varices, tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Obstetri

a) Abdomen

(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Normal, sesuai dengan umur kehamilan
(b) Linea alba/ nigra : Tidak ada linea alba maupun nigra
(c) Striae albican/ livide : Tidak ada striae albican maupun livide
(d) Kelainan : Tidak ada kelainan
(e) Pergerakan janin : Sudah ada pergerakan janin
(2) Palpasi
(a) Kontraksi : Belum ada kontraksi.
(b) Leopold I : Teraba balotement,TFU ½ Pusat Sympisis
(c) Leopold II : Tidak dilakukan pemeriksaan
(d) Leopold III : Tidak dilakukan pemeriksaan
(e) Leopold IV : Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Anogenetalia

(1) Varises : Tidak ada


(2) Oedema : Tidak ada oedem
(3) Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
(5) VT : Tidak dilakukan VT tetapi dilakukan pemeriksaan
inspekulo dengan hasil portio lunak.
(6) PPV : Keluarnya flek-flek kecoklatan dari vagina
c) Anus : Tidak ada haemoroid

4. Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 13.4 gr%
Golongan Darah :A

2. INTERPRETASI DATA

Tanggal 10 November 2021 Pukul : 08.00

a) Diagnosa Kebidanan

Ny.W 30tahun G1P0A0 Umur kehamilan 18 minggu Abortus Immninens


b) Data Dasar

1) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
b) Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c) Ibu mengatakan HPHT 23 Juni 2021
d) Ibu mengatakan ± 4 jam mengeluarkan flek-flek coklat dari jalan lahir, ibu cemas
dan mengatakan perutnya tidak terasa mules.
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis
c) Vital Sign: Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Respirasi : 20 x/ menit
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36.4˚ C

d) PPV : Ada pengeluaran flek-flek kecoklatan dari jalan lahir di pembalut ibu
e) Palpasi : Teraba balotement
f) VT : Portio lunak, belum ada pembukaan

c) Masalah

Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya


d) Kebutuhan

Beri ibu dorongan moril dan informasi tentang keadaan yang dialaminya, bahwa Abortus
Imminens adalah suatu kejadian dalam kehamilan dimana kehamilan dapat
dipertahankan.

3. DIAGNOSA POTENSIAL

Potensial terjadinya Abortus Insipiens.

4. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn untuk pemberian terapi

a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

b. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

c. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

d. Hormon progesteron 1 cc
e. Infus RL 20 tpm

5. PERENCANAAN

a) Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

b) Anjurkan ibu untuk bed rest total

c) Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu

d) Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi

e) Anjurkan ibu untuk personal hygiene

f) Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

g) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

h) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

i) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

j) Hormon progesteron 1 cc

k) Infus RL 20 tpm

6. PELAKSANAAN Tanggal 10 November 2021 Pukul : 09.00Wib

a) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami Abortus Imminens

yaitu suatu kehamilan yang dapat dipertahankan.

b) Menganjurkan ibu untuk bed rest total, yaitu menganjurkan ibu untuk tidak melakukan

aktivitas apapun.

c) Menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu.

d) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makan yang mengandung

vitamin, protein dan mineral, contoh nasi, sayur, lauk-pauk, ikan, daging dan minum air

putih yang banyak.


e) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2 kali per

hari, sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.

f) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
4) Hormon progesteron 1 cc
5) Memasang infus RL 20 tpm
g) Ibu bersedia untuk meminum obat dan bersedia untuk dipasang infus.

7. EVALUASI

Tanggal 10 November 2021 Pukul : 11.00 wib

a) Hasil pemeriksaan sudah disampaikan dan ibu sudah paham tentang Abortus Imminens.

b) Ibu bersedia untuk bed rest total tanpa melakukan aktivitas apapun.

c) Ibu bersedia untuk tidak berhubungan seks dahulu.

d) Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti yang mengandung vitamin,

protein dan mineral.

e) Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene dan keluarga keluarga bersedia untuk

membantu ibu.

f) Sudah berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

4) Hormon progesteron 1 cc

5) Infus RL 20 tpm sudah terpasang dan ibu sudah minum obat


DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 11 November 2021 Pukul : 08.00wib

1. Data Subyektif

1. Ibu mengatakan masih mengeluarkan flek-flek berwarna kecoklatan dari jalan lahir

2. Ibu mengatakan perutnya tidak mules

3. Ibu mengatakan perasaannya masih cemas

4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter SpOG dan
sekarang sudah habis, ibu sudah makan makanan yang bergizi dan sudah menjaga kebersihan
diri.

2. Data Objektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign : Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Respirasi : 20 x/ menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.5˚C

4. Palpasi : Teraba balotement.

5. Inspeksi : Ada pengeluaran flek-flek kecoklatan di pembalut ibu.

3. Assesment

Ny. W G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 18 minggu dengan Abortus Imminens hari ke-I.

4. Planning

Tanggal 11 November 2021 Pukul : 08.10 wib

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu masih mengeluarkan flek-flek
kecoklatan, tapi sudah agak berkurang.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas apapun.

3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah genital, dengan cara mengganti pembalut
2 kali sehari, dan BAB/ BAK di pispot dengan bantuan keluarga.

5. Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi lanjutan berupa:

a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

d. Hormon progesteron 1 cc

e. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.

6. Menganjurkan keluarga untuk memberi motivasi kepada ibu

4. Evaluasi

Tanggal 11 November 2021 Pukul : 09.00 wib

1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilan ibu masih bisa
dipertahankan.

2. Ibu bersedia untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas apapun.

3. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.

4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan daerah genital, mandi 2 kali sehari, mengganti
pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.

5. Sudah berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

d. Hormon progesteron 1 cc

e. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.

6. Keluarga bersedia untuk memberikan motivasi pada ibu.


DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 12 November 2021 Pukul : 08.00 wib

1. Data Subyektif

1. Ibu mengatakan flek-fleknya sudah agak berkurang

2. Ibu mengatakan perasaannya sudah tidak cemas

3. Ibu mengatakan perut bagian bawah tidak terasa nyeri

4. Ibu mengatakan masih istirahat di atas tempat tidur

2. Data Objektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign : Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Respirasi : 20 x/ menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.4˚C

4. Palpasi : Teraba balotement

5. Inspeksi : Flek-flek kecoklatan masih keluar, tapi sedikit

3. Assesment

Ny. W G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 18 minggu dengan Abortus Imminens hari ke-II.

4. Planning

Tanggal 12 November 2021 Pukul : 09.00wib

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat total.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap makan makanan yang bergizi.


4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dengan mandi 2 kali sehari dan
mengganti pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi lanjutan berupa:

a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

d. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.

5. Evaluasi

Tanggal 12 November 2021 Pukul : 11.00wib

1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilannya masih bisa dipertahankan.

2. Ibu bersedia untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas yang berat.

3. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.

4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan daerah genital dengan mandi 2 kali sehari dan
mengganti pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.

5. Sudah berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi berupa:

a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

d. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.


DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal 13 November 2021 Pukul : 08.00wib

1. Data Subyektif

1. Ibu mengatakan flek-fleknya sudah tidak keluar.

2. Ibu mengatakan perasaannya sudah tidak cemas karena flek-fleknya sudah tidak keluar.

3. Ibu mengatakan perut sudah tidak nyeri.

2. Data Objektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign : Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Respirasi : 25 x/ menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.4˚C

4. Palpasi : Teraba balotement

5. Inspeksi : Sudah tidak ada pengeluaran pervaginam yang berupa flek-flek

3. Assesment

Ny. W G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 18 minggu dengan riwayat Abortus Imminens.

4. Planning

Tanggal 13 November 2021

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa flek-fleknya sudah berhenti dan kehamilannya dapat
dipertahankan.
2. Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2 kali per hari, sibin
2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.

3. Beritahu ibu untuk tetap makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.

4. Beritahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat dahulu.

5. Beritahu ibu untuk tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini, karena
bisa menyebabkan perdarahan.

6. Beritahu ibu untuk melanjutkan advis dokter, dengan terapi:

a. Tablet Fe 500 mg 1 x 1 = 12 tablet

b. Asam folat 400 mg 2 x 1 = 12 tablet

7. Infus RL 20 tpm akan dilepas.

8. Ibu direncanakan pulang.

5. Evaluasi

Tanggal 13 November 2021 Pukul : 12.00 wib

1. Ibu sudah tahu bahwa flek-flek kecoklatan yang keluar dari jalan lahir sudah berhenti dan
kehamilannya masih bisa dipertahankan.

2. Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2 kali per hari,
sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.

3. Ibu bersedia untuk tetap makan makanan yang bergizi seperti makanan yang
mengandung vitamin, protein dan mineral.

4. Ibu bersedia untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat dahulu.

5. Ibu bersedia untuk tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan muda,
karena bisa menyebabkan perdarahan.

6. Melaksanakan advis dokter, obat sudah diberikan ke ibu dan ibu bersedia untuk
meminumnya sesuai dosis yang dianjurkan.

7. Infus RL 20 tpm sudah dilepas.


8. Ibu pulang pukul 12.00 WIB.

BAB IV

PEMBAHASAN
Keluhan Ny.W adalah kurang lebih 4 jam yang lalu mengeluarkan flek-flek kecoklatan

dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules, sesuai dengan teori (Chandra, dkk,. 2007) bahwa

gejala yang timbul pada abortus imminens adalah terjadi perdarahan sedikit demi sedikit (berupa

flek).

Ny. W keluar flek kecoklatan dari jalan lahir pada usia kehamilan 18 minggu, sesuai

dengan teori (Sastrawinata, dkk,. 2005) bahwa abortus imminens didiagnosis bila seorang wanita

hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit pervaginam. Perdarahan dapat berhenti beberapa

atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah

seperti saat menstruasi.

Dalam pemeriksaan pada Ny.W terdapat portio lunak dan belum ada pembukaan sesuai

dengan teori (Huliana, 2007) bahwa setelah dilakukan pemeriksaan, kehamilannya masih baik

(utuh). Pada pemeriksaan vagina didapatkan fluksus, ostium uteri eksternum masih menurtup

(Pramana, 2021) sehingga dapat dikategorikan dalam abortus imminens.

Bidan memberikan dorongan moril dan informasi pada Ny. W tentang keadaan yang

dialami bahwa abortus imminens ini adalah kehamilan yang dapat dipertahankan dan bidan

menganjurkan pasien untuk bed rest total sesuai dengan teorinya (Huliana, 2007) bahwa abortus

imminens masih dapat dipertahankan dengan perawatan yang intensif. Wanita hamil harus

beristirahat dengan cara berbaring, baik di rumah atau di Rumah Sakit. Kurangi kegiatan sehari-

hari sampel kehamilan berusia sekitar 20 minggu

Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan penatalaksanaan

pada abortus imminens yaitu dengan terapi preabor 5 mg 2 x 1 tablet, asam folat 400 mg 2 x 1

tablet, asam mefena,at 500 mg 3 x 1 tablet, hormone progesterone 1 cc, infus RL 20 tpm, sesuai

dengan teorinya (Manuaba, 1995) bahwa pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian obat penenang, antispasmodik, antibiotic ringan, hormone plasentagenik, memasang

infus RL. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, yaitu : bed rest selama 3 x 24 jam dan

pemberian preparat progesterone bila ada indikasi (kadar <5-10 nanogram) (Sastrawinata, 2005)

Bidan memberikan asuhan pada Ny. W untuk tidak boleh terlebih dahulu karena sesuai

dengan teori (Haslan, 2020) jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau huungan seksual.

Critical thinking dari kasus ini adalah:

1. Identifikasi masalah

Ny. W usia 30 tahun G1P0A0H0 usia kehamilan 18 minggu mengatakan keluar flek-flek

kecoklatan dari jalan lahir dan ibu merasa cemas dengan keadaannya sekarang, dari hasil

pemeriksaan didapatkan portio lunak, belum ada pembukaan.

2. Mengeksplorasi informasi dan membangun ide

Berdasarkan keluhan yang dirasakan ibu dapat dikategorikan menjadi abortus imminens

sesuai dengan beberapa teori, bahwa ciri-ciri abortus imminens adalah perdarahan

pervaginam sedikit, hasil konsepsi masih di dalam uterus, tidak ada pembukaan ostium uteri

internum, nyeri memilin/kram perut bawah, uterus sesuai dengan kehamilan (Haslan, 2020).

Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau

dipertahankan. Abortus imminens ditandai dengan oerdarahan bercak hingga sedang, serviks

tertutup, uterus sesuai dengan usia gestasi, kram perut bawah (Pulungan, 2020).

Abortus imminens dapat atau tanpa disertai dengan rasa mules ringan seperti menstruasi dan

rasa nyeri pada pinggang. Perdarahan pada abortus imminens sering kali hanya sedikit,

namun hal tersebut bisa berlangsung beberapa hari atau minggu (Ekasari, 2019). abortus

imminens didiagnosis bila seorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit
pervaginam. Perdarahan dapat berhenti beberapa atau dapat berulang, dapat pula disertai

sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi (Sastrawinata,

dkk,. 2005).

3. Memilih ide terbaik

Berdasarkan teori bahwa apabila ada tanda dan gejala klinis yang menunjukkan ibu

mengalami abortus imminens, maka kehamilan ibu masih dapat dipertahankan dan ada

harapan bahwa kehamilan masih berlangsung terus. Adapun penatalaksaan yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Ibu dianjurkan untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan pervaginam berhenti

dan nyeri perut hilang

2) Berikan obat-obatan hormonal yang mengandung progesterone untuk menguatkan

kandungan ibu

3) Berikan obat spasmolitik untuk meredakan kontraksi (nyeri) perut yang dialami ibu

4) Ibu dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama kurang lebih 2 minggu

atau selama trisemester pertama kehamilan

4. Uji Coba Keputusan Klinik

Sesuai dengan penatalaksanaan untuk abortus imminens, maka beri informasi pada ibu,

suami dan keluarga beberapa arahan dan tindakan yang akan dilakukan, karena abortus

imminens ini harus segera diatasi dengan cepat dan tepat.

5. Evaluasi hasil

Dari SOAP perkembangan Ny. W bahwa pada tanggal 13 november 2021 hari ketiga

pemantauan bahwa flek-flek darah sudah mulai berhenti, dan mengevaluasi kembali bahwa

ibu akan patuh terhadap arahan dan obat-obatan yang akan diberikan oleh bidan dan dokter
Clinical judgement dalam kasus ini adalah

1. Penilaian (Pengumpulan Informasi)

Ny. W usia 30 tahun G1P0A0H0 usia kehamilan 18 minggu datang ke PMB dengan keluhan

mengeluarkan flek-flek kecoklatan dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules, ibu merasa

cemas dengan keadaannya. Pada pemeriksaan palpasi masih teraba ballottement.

2. Diagnosis (menafsirkan informasi/menyimpulkan hasil pemeriksaan)

Dari keluhan Ny. W menunjukkan masuk ke dalam kategori abortus imminens, yang mana

sesuai dengan teorinya abortus imminens adalah bila terjadi perdarahan pervaginam pada

trisemester pertama kehamilan, biasanya disertai nyeri perut atau punggung bawah. Gejala

awal adalah perdarahan berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi

nyeri kram perut. Pada pemeriksaan dalam vagina : didapatkan flusksus, ostium uteri

eksternum masih menutup. Pada pemeriksaan USG kondisi janin masih baik, ada gerakan

janin maupun gerakan jantung janin (Pramana, 2021).

Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, terjadi perarahan pervaginam,

sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim

(Widiastuti, dkk,. 2021).

3. Perencanaan (Pengembangan Rencana)

Sesuai dengan teori dari (Pramana, 2021) penanganan yang tepat untuk abortus imminens

adalah sebagai berikut:

1) Tirah baring total

2) Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau berhubungan seksual

3) Jika perdarahan berlanjut konfirmasi dengan pemeriksaan USG, apakah kehamilannya

bisa lanjut atau ada kehamilan mola


4) Dapat diberikan obat-obatan progesterone.

Begitu juga dengan teori (Manuaba, 1995) bahwa abortus imminens sedapat mungkin

dipertahankan dengan ja;an sebagai berikut:

1) Bed rest semaksimakal mungkin

2) Pengobatan yang meliputi obat penenang, obat antispasmodic, obat antibiotika ringan,

obat hormone plasentagenik.

3) Pemeriksaan yang meliputi laboratorium rutin, tes biologis, USG untuk menentukan

gestasion sac.

4. Intervensi (Melakukan Perencanaan)

Intervensi yang akan dilakukan kepada Ny. W sesuai dengan penatalaksanaan abortus

imminens adalah:

1) Melakukan pemeriksaan pada Ny. W dan memberitahu hasil pemeriksaan dari Ny. W

2) Menganjurkan pada ibu agar bed res total dan saat ini untuk tidak berhubungan seks

terlebh dahulu

3) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis dan diberi terapi: preabor 5 mg 2 x 1

tablet, asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, asam folat 400 mg 2 x 1 tablet, hormone

progesterone 1 cc, infus RL 20 tpm.

4) Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang

mengandung vitamin, protein mineral. Contoh : nasi, sayur, lauk pauk, ikan, daging dan

minum air putih yang banyak

5) Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene

6) Melakukan pemantauan pada Ny. W untuk mengetahui perkembangan pada Ny. W


Problem solving yang dapat diambil sesuai dengan penatalaksanaan abortus imminens

dengan dilakukan pemeriksaan USG lalu melakukan pemeriksaan yang lain, berkolaborasi

dengan dokter spesialis untuk menangani kasus Ny. W, pemberian terapi obat dari dokter, infus

RL 20 tpm, lalu melakukan observasi atau pemantauan pada Ny. W untuk melihat perkembangan

pada Ny. W

DAFTAR PUSTAKA

Alfaro-Lefevre, R. (2017). Critical Thinking, Clinical Reasoning, And Clinical Judgment (Vol.
6th). Philadelphia: Elsevier.
Asrinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Aprilia, B, N. 2012. kehamilan & persalinan panduan praktik pemeriksaan Yogyakarta: graha
ilmu

Chandra, Budijanto, dkk,. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Katalog Dalam
Terbitan (KDT)

Dulay, Nirmala. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon Kehilangan Pada
Pasien Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi.

Ekasari, Tuti, dkk,. 2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care. Sulawesi Sekatan :
Yayasan Ahmar Cendikia Indonesia

Elisa. 2017. Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan. Higeia Journal Of Public Health Research
And Development

Hamidah, Siti Masitoh. 2013. Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Imminens.Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, Jilid 1,Nomor 1, September 2013

Handajani, Siti Rini.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Komunikasi Dalam Praktik
Kebidanan. Kementrian Kesehatan Indonesia.

Haslan, Haslinan. 2020. Asuhan Kebidanan Kehamilan Terintegrasi. Sumatera Barat : Insan
Cendikia Mandiri

Huliana, Mellyana. 2017. Pamduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Katalog Dalam
Terbitan (KDT)

Insani, Adinda Ayunda, dkk. 2016. “Berpikir Kritis” Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan
Kebidanan. Padang:FK Unand.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1995. Penuntuk Diskusi Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Pramana, Cipta. 2021. Praktis Klinis Ginekologi. Jawa Barat : Media Sains Indonesia

Pulungan, Pebri Warita. dkk,. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Kita Menulis
Saad, N.S & Ghani,A.S.2008. Teaching Mathematics in Secondary School: Theories and
Practices.Perak:Universiti Sultan Idris

Sastrawinata, Sulaiman, dkk,. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC

Widiatuti, Anita, dkk,. 2021. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Yayasan Kita
Menuliss

Anda mungkin juga menyukai