Disusun Oleh :
AULIA SEPTIANI
RAHMADONA
TENGKU YULIANI R
SELVI SRI
ERNITA HUTABARAT
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih
di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi (Kurniawan, 2016).
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus antara
15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati
50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak diketahui pada 2-4
minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet,
misalnya sperma dan disfungsi oosit (Prawirohardjo, 2014). Di Amerika Serikat, angka kejadian abortus
secara nasional berkisar antara 10–20%. Menurut Depkes RI di Indonesia abortus menempati urutan
kedua penyebab AKI yaitu sebanyak 26%, di Indonesia terdapat 43 kasus abortus per 100 ribu kelahiran
hidup. Kejadian abortus di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar dua juta dari 4,2 juta
kasus (Rahmani, 2014).
Berdasarkan SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
Indonesia yang mencapai 305 per 100.000 pada tahun 2015, Penyebab langsung kematian ibu tahun
2013 adalah pendarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 0%, abortus 0%, lain-lain
40,8%, (Kemenkes RI, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu, diperkirakan 13% atau
67.000 kematian, diakibatkan oleh abortus yang tidak aman. Hampir 95% abortus yang tidak aman
berlangsung di Negara berkembang dan diperkirakan bahwa diseluruh dunia hampir 80.000 wanita
meninggal tiap tahun akibat komplikasi setelah abortus, diperkirakan bahwa diantara 10% dan 50% dari
seluruh wanita yang mengalami abortus yang tidak aman memerlukan pelayanan medis akibat
komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah abortus inkomplit, sepsis, hemoragi, dan
cedera intra abdomen (WHO, 2012). Target global Millenium Development Goals (MDGs) ke-5 adalah
menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu kondisi ini
mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah diperlukan kerja keras dan sungguh
sungguh untuk mencapainya (Kemenkes RI, 2014).
Saat ini keguguran/abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di
Indonesia bahkan di dunia. Estimasi Nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di
Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup pada perempuan usia produktif
sekitar 15% sampai 20% (Prawirohardjo, 2009). Abortus (keguguran) merupakan salah satu dari
penyebab kematian langsung ibu yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan
kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan dapat di pertahankan,
sehingga pada kehamilan ini dianggap sebagai kelainan yang berbahaya karena dapat mengancam
kesehatan ibu dan janinnya (Prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 20 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
Abortus dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu abortus spontan terdiri dari abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, missed abortion, abortus habitualis, abortus
infeksiosus, abortus septik dan abortus provokatus terdiri dari abortus therapiutica dan abortus
kriminalis (Manuaba, 2008).
Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena pada saat
pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin
karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks (Rukiyah, 2010).
Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan menyebabkan beban emosional
serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat
badan lahir rendah (BBLR), kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD)
namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena
terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau
tidak sama sekali, serviks tertutup, dan janin masih hidup (Prawirohardjo, 2014).
Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia
ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka semakin tinggi angka kejadian abortus dan
semakin rendah paritas maka angka kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya
pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik, wanita yang
mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti adanya konflik dalam pengambilan
keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu dalam membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa,
merasa tidak kuasa memutuskan atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010). Sehingga abortus
imminens memerlukan asuhan yang komprehensif, apabila tidak dilakukan secara tepat akan berlanjut
abortus insipiens dan akan menyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) (Cunningham, 2011).
Upaya untuk mengurangi dampak dari kasus abortus imminens dengan melakukan ANC secara teratur,
cakupan antenatal dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil K1 sampai kunjungan K4 dan pelayanan
ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) yaitu pada usia kehamilan trimester pertama,
trimester kedua dan pada kehamilan trimester ke tiga (Kemenkes, 2010).
Sebagai bidan memberikan asuhan khususnya pada ibu hamil pada kasus abortus harus didukung
dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik, dan bidan sebagai tenaga kesehatan mampu
memastikan bahwa kehamilan berlangsung secara normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, karena penatalaksanaan yang benar akan memberikan kontribusi
keberhasilan pemberian asuhan kebidanan dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu (Sofyan, 2006). Evaluasi tanda-tanda vital kemudian dilakukan kolaborasi dengan
dokter, pemeriksaan USG untuk mengetahui pertumbuhan janin dan untuk mengetahui keadaan
plasenta. Pasien dianjurkan untuk tirah baring secara total, sehingga tidak berlanjut abortus insipiens.
Penanganan abortus Imminens tidak hanya sampai disitu bila terjadi perdarahan dilakukan asuhan
antenatal terjadwal hingga perdarahan berhenti secara total.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil dan menyusun makalah
Problem Solving dalam Asuhan Kebidanan pada Kehamilan trimester dua dengan judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. W dengan Abortus Imminens”
B. Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. W dengan Abortus Imminens”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menangani Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.
W dengan Abortus Imminens sesuai dengan teori manajemen kebidanan menggunakan
pendokumentasian secara 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dalam asuhan kebidanan ini adalah penulis dapat memberikan asuhan kebidanan ibu hamil pada
Ny. W dengan abortus imminens dengan langkah-langkah sebagai berikut:
D. Manfaat Penulisan
Bagi Penulis Penulis dapat meningkatkan wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam
memberikan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Abortus imminens.
Bagi profesi dapat menambah wawasan dan meningkatkan kualitas terhadap pelayanan dalam
memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Imminens.
Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai sumber bacaan referensi khususnya tentang
penanganan Abortus Imminens.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah
serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur:
1) Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan
masalah tersebut
2) Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah
3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan)
Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai
4) Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam
5) Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat
6) Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi
7) Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan
8) Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah
9) Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas
10) Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari-
hari.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions, Evaluate
arguments dan Draw conclusions) mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik
kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence
based) yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka
bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil
adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya
pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat
berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas akan menimbulkan
berbagai masalah:
1) Tidak tepatnya keputusan.
2) Tidak terlaksananya keputusan.
3) Ketidak mampuan pelaksana untuk bekerja.
4) Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga
e) Perubahan Kulit
Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk
garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang
disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng
kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark
terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan
f) Payudara
berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting,
Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan.
Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika
terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan
h) Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita
tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan
pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan
pergelangan kaki.
kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus
kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakkan yang sesuai dengan usia
kehamilan
memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Abortus adalah
dengan berat badan yang kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang
dari 28 minggu.
sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus
itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari
28 minggu
telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk tubuh. Apabila janin lahir selamat ( hidup ) sebelum 38 minggu namun
Secara klinis karena ibu tidak menyadari sebenarnya sedang dalam keadaan hamil.
Konsepsi yang terjadi lebih kurang 14 hari dari jadwal haid yang akan datang (ovulasi siklus
28 hari) kemudian terjadi abortus yang ditandai dengan perdarahan, ibu tidak menduga itu
terhenti.
2 minggu.
ditemukan adalah :
1. Kelaninan Kromosom
Kelainan kromosom yang terjadi saat proses pembuahan yang paling sering
terjadi karena sperma yang masuk memiliki jumlah kromosom yang salah,
sehingga sel telur atau embrio yang dibuahi tidak dapat berkembang secara
normal, dan adapun kelainan kromosom bisa juga di sebabkan oleh faktor
kromosom janin lebih dari 60%, dan abortus spontan ini terjadi pada masa
kematian janin, dan keadaan ini bisa terjadi sejak ibu mengalami kehamilan
insulin dan biasanya diabetes ini terdapat pertama kali pada saat masa
Indonesia sebesar 1,5-2,3% dengan usia penduduk yang kurang dari > 20
tahun. Adapun diabetes pada kehamilan ini yaitu termasuk diabetes tipe-1
yang dimana terdapat karena faktor genetik dan faktor imuniologi pada saat
4. Faktor hormonal
berulang sekitar 50-60%, karena faktor hormonal dan juga ibu hamil yang
memiliki kelainan pada sistem hormonal ( bisa hormon prolaktin ibu yang
terlalu tinggi atau progesteron ibu yang terlalu rendah yang dapat
5. Infeksi
perempuan yang hamil dan akan muncul gejala seperti flu ringan
Septum biasanya memiliki suplai darah sangat sedikit, dan tidak cocok untuk
7. Gaya Hidup
c) Wanita yang minum kopi rata – rata atau lebih dari 8 gelas sehari
mempunyai resiko 75% terjadi abortus dan akan beresiko juga kepada
kematian janin
atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena
itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan, akibat perdarahan,
dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung
(akral) dingin
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi
sering pula terdapat rasa mulas, kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan
pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina
Komplikasi yang serius kebanyakkan terjadi pada fase abortus yang tidak
aman (unsafe abortion) walaupun kadang- kadang dijumpai juga pada abortus
spontan.
Komplikasi Abortus :
1. Perdarahan
2. Perforasi
a) Perforasi uterus pada kerokkan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi
mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya
dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
a) Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
b) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
I. PENGKAJIAN
Ruang :
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kurang lebih 4 jam yang lalu mengeluarkan flek- flek
kecoklatan dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules. Ibu merasa
cemas dengan keadaannya.
2. Riwayat Menstruasi
3. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 28 tahun dengan suami
umur 30 tahun.
4. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas Yang lalu
An Nif Kead
Tgl/ Tem Umu Jen ak as aan
No Penolo Anak
Thn pat r is ng Jen BB PB Kead Lakt
Sekar
is aan asi
Part Part Keham Part ang
us us ilan us
1 Keham - - - - - - - - - -
.
ilan
Sekara
ng
berwarna kuning
5. DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, lauk pauk 4-5 kali sehari
dengan porsi kecil tapi sering. Ibu minum 8-9 gelas sehari dengan
air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu mengatakan tidak ada
makanan pantangan
b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam tidur siang
kurang lebih 1-2 jam.
e. Pola Personal Hygine
b. Data Objektif
1. Status Generalis
Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah rontok, bersih tidak ada
ketombe.
Muka : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedema,
ekspresi wajah tegang dan cemas.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada oedem.
Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan.
Mulut/ gigi/ gusi : Bibir pucat, lidah pucat, caries dentis tidak ada, stomatitis
tidak ada, gusi tidak berdarah dan tidak bengkak.
2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe serta tidak ada
(1) Mammae
Membesar : Ada, normal
Tumor : Tidak teraba benjolan
Simetris : Simetris kanan kiri
Areola : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kolostrum : Belum keluar
(2) Axilla
Tumor : Tidak teraba benjolan
Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
4) Ekstremitas
Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih, tidak ada
kelainan
Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada oedema, tidak
ada varices, tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Obstetri
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Normal, sesuai dengan umur kehamilan
(b) Linea alba/ nigra : Tidak ada linea alba maupun nigra
(c) Striae albican/ livide : Tidak ada striae albican maupun livide
(d) Kelainan : Tidak ada kelainan
(e) Pergerakan janin : Sudah ada pergerakan janin
(2) Palpasi
(a) Kontraksi : Belum ada kontraksi.
(b) Leopold I : Teraba balotement,TFU ½ Pusat Sympisis
(c) Leopold II : Tidak dilakukan pemeriksaan
(d) Leopold III : Tidak dilakukan pemeriksaan
(e) Leopold IV : Tidak dilakukan pemeriksaan
b) Anogenetalia
4. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 13.4 gr%
Golongan Darah :A
2. INTERPRETASI DATA
a) Diagnosa Kebidanan
1) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
b) Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c) Ibu mengatakan HPHT 23 Juni 2021
d) Ibu mengatakan ± 4 jam mengeluarkan flek-flek coklat dari jalan lahir, ibu cemas
dan mengatakan perutnya tidak terasa mules.
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Vital Sign: Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Respirasi : 20 x/ menit
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36.4˚ C
d) PPV : Ada pengeluaran flek-flek kecoklatan dari jalan lahir di pembalut ibu
e) Palpasi : Teraba balotement
f) VT : Portio lunak, belum ada pembukaan
c) Masalah
Beri ibu dorongan moril dan informasi tentang keadaan yang dialaminya, bahwa Abortus
Imminens adalah suatu kejadian dalam kehamilan dimana kehamilan dapat
dipertahankan.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
d. Hormon progesteron 1 cc
e. Infus RL 20 tpm
5. PERENCANAAN
g) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
j) Hormon progesteron 1 cc
k) Infus RL 20 tpm
a) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami Abortus Imminens
b) Menganjurkan ibu untuk bed rest total, yaitu menganjurkan ibu untuk tidak melakukan
aktivitas apapun.
d) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral, contoh nasi, sayur, lauk-pauk, ikan, daging dan minum air
hari, sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.
1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
4) Hormon progesteron 1 cc
5) Memasang infus RL 20 tpm
g) Ibu bersedia untuk meminum obat dan bersedia untuk dipasang infus.
7. EVALUASI
a) Hasil pemeriksaan sudah disampaikan dan ibu sudah paham tentang Abortus Imminens.
b) Ibu bersedia untuk bed rest total tanpa melakukan aktivitas apapun.
d) Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti yang mengandung vitamin,
e) Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene dan keluarga keluarga bersedia untuk
membantu ibu.
1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
4) Hormon progesteron 1 cc
1. Data Subyektif
1. Ibu mengatakan masih mengeluarkan flek-flek berwarna kecoklatan dari jalan lahir
4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter SpOG dan
sekarang sudah habis, ibu sudah makan makanan yang bergizi dan sudah menjaga kebersihan
diri.
2. Data Objektif
2. Kesadaran : Composmentis
Respirasi : 20 x/ menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.5˚C
3. Assesment
Ny. W G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 18 minggu dengan Abortus Imminens hari ke-I.
4. Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu masih mengeluarkan flek-flek
kecoklatan, tapi sudah agak berkurang.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas apapun.
3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah genital, dengan cara mengganti pembalut
2 kali sehari, dan BAB/ BAK di pispot dengan bantuan keluarga.
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
d. Hormon progesteron 1 cc
4. Evaluasi
1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilan ibu masih bisa
dipertahankan.
2. Ibu bersedia untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas apapun.
3. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.
4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan daerah genital, mandi 2 kali sehari, mengganti
pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
d. Hormon progesteron 1 cc
1. Data Subyektif
2. Data Objektif
2. Kesadaran : Composmentis
Respirasi : 20 x/ menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.4˚C
3. Assesment
Ny. W G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 18 minggu dengan Abortus Imminens hari ke-II.
4. Planning
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi lanjutan berupa:
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
5. Evaluasi
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilannya masih bisa dipertahankan.
2. Ibu bersedia untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas yang berat.
3. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.
4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan daerah genital dengan mandi 2 kali sehari dan
mengganti pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
1. Data Subyektif
2. Ibu mengatakan perasaannya sudah tidak cemas karena flek-fleknya sudah tidak keluar.
2. Data Objektif
2. Kesadaran : Composmentis
Respirasi : 25 x/ menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.4˚C
3. Assesment
4. Planning
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa flek-fleknya sudah berhenti dan kehamilannya dapat
dipertahankan.
2. Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2 kali per hari, sibin
2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.
3. Beritahu ibu untuk tetap makan makanan yang bergizi seperti makanan yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.
4. Beritahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat dahulu.
5. Beritahu ibu untuk tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini, karena
bisa menyebabkan perdarahan.
5. Evaluasi
1. Ibu sudah tahu bahwa flek-flek kecoklatan yang keluar dari jalan lahir sudah berhenti dan
kehamilannya masih bisa dipertahankan.
2. Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2 kali per hari,
sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.
3. Ibu bersedia untuk tetap makan makanan yang bergizi seperti makanan yang
mengandung vitamin, protein dan mineral.
4. Ibu bersedia untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat dahulu.
5. Ibu bersedia untuk tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan muda,
karena bisa menyebabkan perdarahan.
6. Melaksanakan advis dokter, obat sudah diberikan ke ibu dan ibu bersedia untuk
meminumnya sesuai dosis yang dianjurkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Keluhan Ny.W adalah kurang lebih 4 jam yang lalu mengeluarkan flek-flek kecoklatan
dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules, sesuai dengan teori (Chandra, dkk,. 2007) bahwa
gejala yang timbul pada abortus imminens adalah terjadi perdarahan sedikit demi sedikit (berupa
flek).
Ny. W keluar flek kecoklatan dari jalan lahir pada usia kehamilan 18 minggu, sesuai
dengan teori (Sastrawinata, dkk,. 2005) bahwa abortus imminens didiagnosis bila seorang wanita
hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit pervaginam. Perdarahan dapat berhenti beberapa
atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah
Dalam pemeriksaan pada Ny.W terdapat portio lunak dan belum ada pembukaan sesuai
dengan teori (Huliana, 2007) bahwa setelah dilakukan pemeriksaan, kehamilannya masih baik
(utuh). Pada pemeriksaan vagina didapatkan fluksus, ostium uteri eksternum masih menurtup
Bidan memberikan dorongan moril dan informasi pada Ny. W tentang keadaan yang
dialami bahwa abortus imminens ini adalah kehamilan yang dapat dipertahankan dan bidan
menganjurkan pasien untuk bed rest total sesuai dengan teorinya (Huliana, 2007) bahwa abortus
imminens masih dapat dipertahankan dengan perawatan yang intensif. Wanita hamil harus
beristirahat dengan cara berbaring, baik di rumah atau di Rumah Sakit. Kurangi kegiatan sehari-
pada abortus imminens yaitu dengan terapi preabor 5 mg 2 x 1 tablet, asam folat 400 mg 2 x 1
tablet, asam mefena,at 500 mg 3 x 1 tablet, hormone progesterone 1 cc, infus RL 20 tpm, sesuai
dengan teorinya (Manuaba, 1995) bahwa pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian obat penenang, antispasmodik, antibiotic ringan, hormone plasentagenik, memasang
infus RL. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, yaitu : bed rest selama 3 x 24 jam dan
pemberian preparat progesterone bila ada indikasi (kadar <5-10 nanogram) (Sastrawinata, 2005)
Bidan memberikan asuhan pada Ny. W untuk tidak boleh terlebih dahulu karena sesuai
dengan teori (Haslan, 2020) jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau huungan seksual.
1. Identifikasi masalah
Ny. W usia 30 tahun G1P0A0H0 usia kehamilan 18 minggu mengatakan keluar flek-flek
kecoklatan dari jalan lahir dan ibu merasa cemas dengan keadaannya sekarang, dari hasil
Berdasarkan keluhan yang dirasakan ibu dapat dikategorikan menjadi abortus imminens
sesuai dengan beberapa teori, bahwa ciri-ciri abortus imminens adalah perdarahan
pervaginam sedikit, hasil konsepsi masih di dalam uterus, tidak ada pembukaan ostium uteri
internum, nyeri memilin/kram perut bawah, uterus sesuai dengan kehamilan (Haslan, 2020).
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan. Abortus imminens ditandai dengan oerdarahan bercak hingga sedang, serviks
tertutup, uterus sesuai dengan usia gestasi, kram perut bawah (Pulungan, 2020).
Abortus imminens dapat atau tanpa disertai dengan rasa mules ringan seperti menstruasi dan
rasa nyeri pada pinggang. Perdarahan pada abortus imminens sering kali hanya sedikit,
namun hal tersebut bisa berlangsung beberapa hari atau minggu (Ekasari, 2019). abortus
imminens didiagnosis bila seorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit
pervaginam. Perdarahan dapat berhenti beberapa atau dapat berulang, dapat pula disertai
sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi (Sastrawinata,
dkk,. 2005).
Berdasarkan teori bahwa apabila ada tanda dan gejala klinis yang menunjukkan ibu
mengalami abortus imminens, maka kehamilan ibu masih dapat dipertahankan dan ada
harapan bahwa kehamilan masih berlangsung terus. Adapun penatalaksaan yang dapat
1) Ibu dianjurkan untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan pervaginam berhenti
kandungan ibu
3) Berikan obat spasmolitik untuk meredakan kontraksi (nyeri) perut yang dialami ibu
4) Ibu dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama kurang lebih 2 minggu
Sesuai dengan penatalaksanaan untuk abortus imminens, maka beri informasi pada ibu,
suami dan keluarga beberapa arahan dan tindakan yang akan dilakukan, karena abortus
5. Evaluasi hasil
Dari SOAP perkembangan Ny. W bahwa pada tanggal 13 november 2021 hari ketiga
pemantauan bahwa flek-flek darah sudah mulai berhenti, dan mengevaluasi kembali bahwa
ibu akan patuh terhadap arahan dan obat-obatan yang akan diberikan oleh bidan dan dokter
Clinical judgement dalam kasus ini adalah
Ny. W usia 30 tahun G1P0A0H0 usia kehamilan 18 minggu datang ke PMB dengan keluhan
mengeluarkan flek-flek kecoklatan dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules, ibu merasa
Dari keluhan Ny. W menunjukkan masuk ke dalam kategori abortus imminens, yang mana
sesuai dengan teorinya abortus imminens adalah bila terjadi perdarahan pervaginam pada
trisemester pertama kehamilan, biasanya disertai nyeri perut atau punggung bawah. Gejala
awal adalah perdarahan berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Pada pemeriksaan dalam vagina : didapatkan flusksus, ostium uteri
eksternum masih menutup. Pada pemeriksaan USG kondisi janin masih baik, ada gerakan
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim
Sesuai dengan teori dari (Pramana, 2021) penanganan yang tepat untuk abortus imminens
Begitu juga dengan teori (Manuaba, 1995) bahwa abortus imminens sedapat mungkin
2) Pengobatan yang meliputi obat penenang, obat antispasmodic, obat antibiotika ringan,
3) Pemeriksaan yang meliputi laboratorium rutin, tes biologis, USG untuk menentukan
gestasion sac.
Intervensi yang akan dilakukan kepada Ny. W sesuai dengan penatalaksanaan abortus
imminens adalah:
1) Melakukan pemeriksaan pada Ny. W dan memberitahu hasil pemeriksaan dari Ny. W
2) Menganjurkan pada ibu agar bed res total dan saat ini untuk tidak berhubungan seks
terlebh dahulu
tablet, asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, asam folat 400 mg 2 x 1 tablet, hormone
4) Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang
mengandung vitamin, protein mineral. Contoh : nasi, sayur, lauk pauk, ikan, daging dan
dengan dilakukan pemeriksaan USG lalu melakukan pemeriksaan yang lain, berkolaborasi
dengan dokter spesialis untuk menangani kasus Ny. W, pemberian terapi obat dari dokter, infus
RL 20 tpm, lalu melakukan observasi atau pemantauan pada Ny. W untuk melihat perkembangan
pada Ny. W
DAFTAR PUSTAKA
Alfaro-Lefevre, R. (2017). Critical Thinking, Clinical Reasoning, And Clinical Judgment (Vol.
6th). Philadelphia: Elsevier.
Asrinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Aprilia, B, N. 2012. kehamilan & persalinan panduan praktik pemeriksaan Yogyakarta: graha
ilmu
Chandra, Budijanto, dkk,. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Katalog Dalam
Terbitan (KDT)
Dulay, Nirmala. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon Kehilangan Pada
Pasien Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi.
Ekasari, Tuti, dkk,. 2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care. Sulawesi Sekatan :
Yayasan Ahmar Cendikia Indonesia
Elisa. 2017. Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan. Higeia Journal Of Public Health Research
And Development
Hamidah, Siti Masitoh. 2013. Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Imminens.Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, Jilid 1,Nomor 1, September 2013
Handajani, Siti Rini.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Komunikasi Dalam Praktik
Kebidanan. Kementrian Kesehatan Indonesia.
Haslan, Haslinan. 2020. Asuhan Kebidanan Kehamilan Terintegrasi. Sumatera Barat : Insan
Cendikia Mandiri
Huliana, Mellyana. 2017. Pamduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Katalog Dalam
Terbitan (KDT)
Insani, Adinda Ayunda, dkk. 2016. “Berpikir Kritis” Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan
Kebidanan. Padang:FK Unand.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1995. Penuntuk Diskusi Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Pramana, Cipta. 2021. Praktis Klinis Ginekologi. Jawa Barat : Media Sains Indonesia
Pulungan, Pebri Warita. dkk,. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Kita Menulis
Saad, N.S & Ghani,A.S.2008. Teaching Mathematics in Secondary School: Theories and
Practices.Perak:Universiti Sultan Idris
Sastrawinata, Sulaiman, dkk,. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC
Widiatuti, Anita, dkk,. 2021. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Yayasan Kita
Menuliss