ACUAN TEORITIK
3. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data
keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argument.
4. Pertimbangan Pemikiran
Kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau
data.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
6. Prosedur
Proedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan
diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Menurut Ruggiero (2004: 18-19), ada 10 karakteristik dalam berpikir kritis
diantaranya: (1) berani mengambil keputusan tanpa adanya pengaruh dari luar, (2)
keterampilan dalam bertanya dengan pertanyaan yang relevan, (3) fokus terhadap suatu
tujuan, (4) memeriksa sesuatu dengan cermat atau teliti, (5) mengendalikan pikiran secara
aktif maupun pasif, (6) mengenal batas kemampuannya, (7) menganggap masalah sebagai
tantangan yang harus dihadapinya, (8) memutuskan sesuatu berdasarkan bukti, (9)
berusaha memahami pada proses dalam menemukan jawaban, (10) berpikir sebelum
bertindak.
Sedangkan menurut Ennis dalam Hassoubah (2004: 91), terdapat 13 karakteristik
berpikir kritis diantaranya: (1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, (2)
mencari alasan, (3) berusaha mengetahui informasi dengan baik, (4) memakai sumber yang
memiliki kredibilitas dan menyebutkannya, (5) memperhatikan situasi dan kondisi secara
keseluruhan, (6) berusaha tetap relevan dengan ide utama, (7) mengingat kepentingan yang
asli dan mendasar, (8) mencari alternatif, (9) bersikap dan berpikir terbuka, (10)
mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, (11) mencari
penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, (12) bersikap secara sistematis dan
4
teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah, (13) peka terhadap tingkat
keilmuan dan keahlian orang lain.
Berdasarkan karakteristik berpikir kritis yang dijelaskan diatas, maka orang yang
berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat
kesimpulan berdasarkan fakta kemudian melakukan pengambilan keputusan.
pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya
belajar tertentu.
Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut, diantaranya: (Uno, 2006:
186)
1. Witkin mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.
2. Messich mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan kebiasaan seseorang dalam
memproses informasi.
3. Keefe mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar yang
menggambarkan kebiasaan berprilaku yang relatif tetap dalam diri seseorang dalam
menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi.
4. Ausburn merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang
yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinas, dan
pemecahan masalah.
5. Woolkof mengemukakan bahwa gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan
variasi individu dalam hal perhatian, penerima informasi, mengingat, dan berpikir
yang muncul atau berbeda diantara kognisi dan kepribadian. Gaya kognitif juga
merupakan pola yang terbentuk dengan cara mereka memproses informasi, cenderung
stabil, meskipun belum tentu tidak dapat berubah.
6. Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu
dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan. Informasi yang tersusun baik, rapi, dan sistematis lebih mudah diterima
oleh individu tertentu. Individu lain lebih mudah menerima informasi yang tersusun
tidak terlalu rapi dan tidak terlalu sistematis.
Berdasarkan definisi gaya kognitif yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka
gaya kognitif merupakan kemampuan seseorang dalam menerima dan mengelola informasi
yang diperolehnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antarindividu dalam pendekatannya
terhadap satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau
kemampuan tertentu. Sebagai karkteristik perilaku, karakteristik individu yang memiliki
gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu
yang memiliki gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan perbedaan kemampuan yang
dimilikinya lebih besar (Uno, 2006: 186).
8
Pandangan Reigeluth dalam Uno (2006: 189), bahwa dalam variabel pengajaran,
gaya kognitif merupakan salah satu karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi
pembelajaran, disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat,
kemampuan berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa, kedudukan gaya
kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang
pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan
gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan tercipta
dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu,
pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.
Greeno, Collins dan Resnick (1969: 16) mengemukakan bahwa penumbuhan dan
pengaktifan proses kognitif sangat erat hubungannya dengan karakteristik proses kognitif
siswa. Dengan demikian, untuk meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan
perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran
pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum rancangan
disusun, hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan terhadap
karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang gaya kognitif. Dengan
pengetesan gaya kognitif tersebut, guru atau perancang pembelajaran dapat mengetahui
tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian tentang gaya kognitif tersebut, dapat diartikan bahwa gaya
kognitif merupakan kapabilitas seseorang yang berkembang seiring dengan perkembangan
kecerdasannya. Bagi siswa, gaya kognitif tersebut sifatnya given dan dapat berpengaruh
pada hasil belajar mereka. Dalam hal ini, siswa yang memiliki gaya kognitif tertentu
memerlukan strategi pembelajaran tertentu pula untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Menurut Uno (2006: 186) setiap individu memiliki gaya yang berbeda ketika
memproses informasi. Todd (1982: 238) menyatakan bahwa gaya kognitif adalah langkah
individu dalam memproses informasi melalui strategi responsif atas tugas yang diterima.
Pada bagian lain Woolfolk (2005: 32) menunjukkan bahwa di dalam gaya kognitif terdapat
suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan mengorganisasi informasi. Setiap
individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi inforamsi
sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan
ada pula yang lambat. Cara-cara merespons ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas
personal.
9
dalam menerima informasi. Pengelompokan gaya kognitif ini penting terutama dalam
bidang pendidikan, karena guru dapat dengan mudah mengetahui tipe-tipe gaya kognitif
yang miliki oleh masing-masing siswa dalam belajar.
Berdasarkan uraian tentang gaya kognitif visualizer tersebut, maka gaya kognitif
visualizer merupakan kemampuan (ability) seseorang dalam merespon atau memahami
informasi dalam bentuk gambar atau grafik.
Dalam memecahkan masalah pelajar harus berpikir, mencobakan hipotesis dan bila
berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru (Nasution, 2013: 170).
Langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti
yang dikemukakan oleh John Dewey dalam Nasution (2013: 171) yakni: (1) pelajar
dihadapkan dengan masalah, (2) pelajar merumuskan masalah itu, (3) pelajar merumuskan
hipotesa, (4) pelajar menguji hipotesa itu.
Secara umum untuk memecahkan masalah matematika, siswa bisa menggunakan
beberapa strategi-strategi khusus. Untuk beberapa kasus tertentu memerlukan keterampilan
khusus untuk pelaksanaan rencana dalam pemecahan masalah. Seperti pada permasalahan
geometri, keterampilan geometri siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
rencana dalam pemecahan masalah. Keterampilan geometri yang dimaksud adalah
keterampilan siswa dalam belajar geometri yang menurut Hoffer dalam Muhassanah,
Sujadi dan Riyadi (2014: 55) terdiri dari 5 keterampilan, yaitu: (1) keterampilan visual
(visual skill), (2) keterampilan verbal (descriptive skill), (3) keterampilan menggambar
(drawing skill), (4) keterampilan logika (logical skill), dan (5) keterampilan terapan
(applied skill). Dalam menyelesaikan permasalahan siswa dituntut untuk memiliki
keterampilan-keterampilan geometri tersebut.
artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode
probing prompting dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode
konvensional.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Maola (2016: 81) dengan judul Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Pada Pembelajran Matematika. Dari hasil penelitian diperoleh hasil respon
siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe pair check memberi reaksi yang positif. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan rata-rata presentase sikap siswa secara keseluruhan sebesar 71,8% yang
menunjukkan kriteria kuat. Diperoleh dari hasil tes bahwa nilai rata-rata tes
kemampuan berpikir kritis siswa adalah sebesar 68,14. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika diinterpretasikan
dalam kategori cukup. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan taraf keyakinan 95%
dan α = 5% diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka sesuai dasar
pengambilan keputusan dalam uji independent sample t-test, maka disimpulkan H0
ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa terdapat perbedaan yang lebih besar
antara rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelompok belajar pair check dengan
pembelajaran konvensional.
Dari keempat hasil penelitian diatas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis, yaitu “Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer” dan “Berpikir Kritis
Siswa”. Namun kelima hasil penelitian tersebut tidak ada yang persis sama dengan
masalah yang akan diteliti.
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
No X Y
1 √ √
2 √
3 √
4 √
Hasil penelusuran yang pertama adalah mempunyai kesamaan dengan variabel X dan
variabel Y yaitu “Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer” dan “Berpikir Kritis Siswa”.
Namun perbedaannya, pada penelitian yang sudah dilakukan menggunakan metode
kualitatif dan tempat penelitian di SMP Negri 1 Krian, sedangkan penelitian yang akan
16
dilakukan menggunakan metode kuantitatif dan tempat penelitian di MTs. Daru’ul Hikam
Kota Cirebon. Aspek berpikir kritis yang digunakan pada penelitian yang sudah dilakukan
adalah klarifikasi, asesmen, inferensi, dan strategi akan tetapi berbeda dengan aspek
berpikir kritis yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan
penjelasan lanjut, serta mengatur strategi dan taktik.
Hasil penelusuran yang kedua adalah mempunyai kesamaan terhadap variabel Y
yaitu “Berpikir Kritis Siswa”. Namun perbedaannya, aspek berpikir kritis yang digunakan
pada penelitian yang sudah dilakukan adalah memfokuskan pertanyaan, menganalisis
argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan, klarifikasi dan pertanyaan yang menantang,
mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber, mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi. Sedangkan aspek berpikir kritis yang digunakan pada
penelitian yang akan dilakukan yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, serta mengatur strategi
dan taktik. Adapun berbeda pada variabel X. Penelitian yang sudah dilakukan yaitu dengan
variabel X “Penerapan Tes Formatif” akan tetapi penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis yaitu dengan variabel X “Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer”.
Hasil penelusuran yang ketiga adalah mempunyai kesamaan terhadap variabel Y
yaitu “Berpikir Kritis Siswa”. Namun perbedaannya, aspek berpikir kritis yang digunakan
pada penelitian yang sudah dilakukan adalah menganalisis, inferensi, memecahkan
masalah, dan mengevaluasi. Sedangkan aspek berpikir kritis yang digunakan pada
penelitian yang akan dilakukan yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, serta mengatur strategi
dan taktik. .akan tetapi berbeda di variabel X. Penelitian yang sudah dilakukan yaitu
bervariabel X “efektivitas metode probing prompting” akan tetapi penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis yaitu variabel X “Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer”.
Hasil penelusuran yang keempat adalah mempunyai kesamaan terhadap variabel Y
yaitu “Berpikir Kritis Siswa” akan tetapi berbeda di variabel X. Penelitian yang sudah
dilakukan yaitu bervariabel X “model pembelajaran kooperatif tipe pair check” akan tetapi
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu variabel X “Gaya Kognitif Visualizer
dan Verbalizer”.
17
terakhir, mengatur strategi dan taktik, yaitu mampu menerapkan pengetahuannya dalam
menyelesaikan masalah geometri sehingga ia memiliki strategi dan taktik.
Berdasarkan pokok pemikiran tersebut, diduga bahwa terdapat perbedan berpikir
kritis siswa antara siswa dengan gaya kognitif visualizer dan siswa dengan gaya kognitif
verbalizer dalam menyelesaikan masalah geometri. Berikut adalah bagan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini.
Pembelajaran
Matematika (Geometri)
Memberikan
Gaya Kognitif Gaya Kognitif Penjelasan
Visualizer Verbalizer Sederhana
Menyimpulkan
Memberikan
Penjelasan
Lanjut
Mengatur
Strategi dan
Taktik
Terdapat Perbedaan Berpikir Kritis Siswa ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan
Verbalizer dalam Menyelesaikan Masalah Geometri
Bagan 2. 1
Kerangka Pemikiran Berpikir Kritis ditinjau dari Gaya Kognitif