Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kemampuan seseorang dalam menganalisis ide atau
gagasan secara logis, reflektif, sistematis dan produktif untuk membantu membuat, mengevaluasi
serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau akan dilakukan sehingga berhasil
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Berpikir kritis termasuk proses berpikir tingkat tinggi, karena pada saat mengambil keputusan
atau menarik kesimpulan menggunakan kontrol aktif, yaitu reasonable, reflective, responsible,
dan skillful thinking. Tidak semua orang bisa berpikir kritis karena dibutuhkan keyakinan yang
kuat dan mendasar agar tidak mudah dipengaruhi. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan
untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Berikut ini beberapa pengertian kemampuan berpikir kritis dari beberapa sumber buku:
Menurut Seriven dan Paul (dalam Suwarma, 2009:11), berpikir kritis merupakan sebuah
proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis,
dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi,
pemikiran atau komunikasi sebagai dasar untuk meyakini dan melakukan suatu tindakan.
Menurut Surya (2011:131), berpikir kritis merupakan kegiatan yang aktif, gigih, dan
pertimbangan yang cermat mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun
yang diterima dipandang dari berbagai sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkan.
Menurut Johnson (2010:100), berpikir kritis adalah sebuah proses yang terorganisir dan
jelas yang digunakan dalam aktivitas mental seperti pemecahan masalah, pembuat
keputusan, menganalisis asumsi-asumsi, dan penemuan secara ilmiah.
Menurut Wijaya (2010:72), berpikir kritis yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan
ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi,
mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.
Menurut Kurfiss (1988), berpikir kritis adalah sebuah pengkajian yang tujuannya untuk
mengkaji sebuah situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk mendapatkan sebuah
hipotesis atau kesimpulan yang mengintegrasikan semua informasi yang tersedia
sehingga dapat dijustifikasi dengan yakin.
Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat delapan karakteristik dalam
kemampuan berpikir kritis, yaitu:
Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2013:24), terdapat lima kelompok indikator kemampuan
berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
Sedangkan menurut Fisher (dalam Rahmawati, 2011:8), indikator kemampuan berpikir kritis
antara lain adalah sebagai berikut:
11. Poerwadarminta (Syukur, 2004: 10), mengartikan berpikir sebagai penggunaan akal budi
berpendapat bahwa berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk
maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam berpikir adalah memahami, mengambil
pendapat diatas, tampak bahwa kata berpikir mengacu pada kegiatan akal yang disadari
dan terarah.
12. Terdapat bermacam-macam cara berpikir, diantaranya berpikir vertikal, lateral, kritis,
analitis, kreatif dan strategis. Tetapi pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir
kreatif. Menurut Hariman (Huda, 2011), berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang
berusaha menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan
sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau
pemikiran yang baru. Pendapat lain dari Pehkonen (Huda,2011), beliau memandang
berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang
didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Maksud berpikir divergen sendiri
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu
menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Tetapi semua jawaban
itu harus sesuai dengan masalah dan tepat, selain itu jawabannya harus bervariasi.
13. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai
berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan ide atau gagasan yang baru. Produk
dari berpikir kreatif itu sendiri adalah kreativititas. Sebagaimana dikemukakan oleh
sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-
16. 3. Siswono menjelaskan bahwa kreativitas merupakan produk dari berpikir (dalam hal
ini berpikir kreatif) untuk menghasilkan suatu cara atau sesuatu yang baru dalam
17. 4. Solso menjelaskan bahwa kreativitas merupakan aktivitas kognitif yang menghasilkan
18. Sementara itu, Munandar (Huda, 2004) mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada
diri siswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan
pendidikan formal masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
19. Menurut Pehkonen (Mahmudi, 2010:3), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang
tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang
lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas
dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai berpikir kreatif matematis. Meski
demikian, istilah kreativitas dalam matematika dipandang memiliki pengertian yang sama
dengan berpikir kreatif matematis, sehingga istilah keduanya dapat digunakan secara
bergantian.
sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel.
Menurut Livne (Mahmudi, 2010:3), berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan
untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika
21. Dari pendapat tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematis
adalah aktivitas mental yang disadari secara logis dan divergen untuk menemukan jawaban
23. Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dengan memahami proses
berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta melalui latihan yang
tepat (Huda, 2011: 11). Selain itu, kemampuan berpikir kreatif seseorang juga dapat
ditingkatkan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi yaitu dengan cara memahami
proses berpikir, dan faktor-faktornya serta melalui latihan-latihan. Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat
berubah dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. Menurut Guilford
27. d. Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-
cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan orang.
28. e. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah situasi atau masalah sehingga
menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya dapat berupa tabel, grafik,
29. Sementara Silver (Huda, 2011:11) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir
kreatif anak dan orang dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan “The Torrance Test
31. b. Fleksibilitas (flexibility) adalah jika siswa mampu menyelesaikan masalah matematika
dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban yang tidak
biasa dilakukan oleh siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat
pengetahuannya.