Anda di halaman 1dari 16

Konsep berpikir kritis

Berpikir merupakan kemampuan alami yang dimiliki manusia

Bias: simpangan (menyimpang)

Distorsi: pemutarbalikan suatu fakta,aturan, dan sebagainya

Parsial: berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan

Kualitas berpikir, kualitas hidup, hasil karya manusia

Teaching thinking skills vs teaching information & content, directly & explicitly

Berpikir kritis bukan sekedar berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki
keyakinan dalam nilai- nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan alasan yang
logis dari padanya

Beyer (1995) menjelaskan karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis berikut:

a. Watak (dispositions)
b. Kriteria (criteria)
c. Argumen (argument)
d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
e. Sudut pandang (point of view)
f. Prosedur penerapan kriteria

Definisi berpikir kritis

John Dewey: Reflective thinking

Berpikir aktif, yang dilakukan secara terus menerus dan teliti dengan
mempertimbangkan kepercayaan/dugaan yang melatarbelakangi pengetahuan terhadap suatu
hal, sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan yang sesuai dengan hal yang kita
yakini

Dewey menjelaskan bahwa dalam hal proses yang dilakukan tidak hanya berupa urutan
dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses sehingga masing-masing ide mengacu pada ide
terdahulu untuk menentukan langkah berikutnya. Dengan demikian, semua langkah yang
berurutan saling terhubung dan saling mendukung satu sama lain. John Dewey membedakan
berpikir kritis dengan kegiatan berpikir dimana hanya menerima ide dan informasi dari
seseorang

Menurut John Dewey (1933) proses berpikir reflektif yang dilakukan oleh individu
akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Individu merasakan problem

2) Individu melokalisasi dan membatasi pemahaman terhadap masalahnya.

3) Individu menemukan hubungan-hubungan masalahnya dan merumuskan

4) hipotesis pemecahan atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya.

5) Individu mengevaluasi hipotesis yang ditentukan, apakah akan menerima atau


menolaknya.

6) Individu menerapkan cara pemecahan masalah yang sudah ditentukan dan dipilih,
kemudian hasilnya apakah ia menerima atau menolak hasil kesimpulannya.

Selanjutnya Dewey (1933) mengemukakan bahwa komponen berpikir reflektif adalah


kebingungan (Perplexity) dan penyelidikan (inquiry). Kebingungan adalah ketidakpastian
tentang sesuatu yang sulit untuk dipahami, kemudian menantang pikiran dan sinyal
perubahan dalam pikiran dan keyakinan. Sedangkan penyelidikan adalah mencari informasi
yang mengarah pikiran terarah. Dengan membiarkan kebingungan dan penyelidikan terjadi
pada saat yang sama, perubahan perilaku seseorang dapat terlihat, demikian juga sebaliknya.

Edward Glaser( Watson-Glaser critical thinking appraisal) Dipengauhi John Dewey

• Perilaku seseorang dalam menentukan pola pikirnya terhadap suatu hal/ masalah
tertentu, sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki sebelumnya
• Pengetahuan terhadap cara berpikir membutuhkan pengumpulan data dan alasan yang
mendukung
• Merupakan keterampilan
• Usaha yang dilakukan secara terus-menerus untuk membuktikan kepercayaan/dugaan
dari pengetahuan, yang melatarbelakangi suatu hal untuk kemudian mengambil
keputusan terhadap hal tersebut

Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir secara mendalam tentang


masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman seseorang (Fisher, 2009). Dapat
diartikan berpikir kritis merupakan cara seseorang dalam memecahkan suatu masalah yang
baru, yang belum pernah ditemui sebelumnya. Oleh sebab itu berpikir kritis menuntut
seseorang untuk menggunakan akal atau nalarnya untuk mempertimbangkan solusi yang
tepat.

Kompetensi atau indikator tingkat tinggi dalam berpikir kritis yang dirumuskan oleh
Watson-Glaser (2008) adalah penarikan kesimpulan, asumsi, deduksi, menafsirkan informasi,
dan menganalisis argumen.

Watson dan Glaser (2008) menyusun indikator yang dapat mengukur keterampilan
berpikir kritis. Indikator yang dirumuskan oleh Watson-Glaser tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Penarikan kesimpulan adalah membedakan antara derajat kebenaran atau kesalahan
dari suatu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang diberikan

b. Asumsi yaitu menyadari dugaan atau prasangka tak tertulis dari pernyataan atau
premis yang diberikan

c. Deduksi (Deduction), memutus-kan apakah kesimpulan tertentu harus mengikuti data


dari pernyataan atau premis yang telah diberi

d. Menafsirkan informasi (Interpretation), mengukur bukti-bukti dan menentukan


apakah generalisasi atau kesimpulan berdasar pada data yang telah diberi benar

Robert Ennis : a widely used denitions

Proses berpikir yang rasional (masuk akal) dan dilakukan secara mendalam serta bertujuan
untuk menetukan hal yang dapat dipercaya atau sikap terhadap hal yang dipercaya tersebut.

Pengambilan keputusan merupakan hasil berpikir kritis

• Robert H. Ennis (2011), menyatakan bahwa Critical thinking is reasonable and


reflective thinking focused on deciding what to believe or do (berpikir kritis adalah
suatu proses berpikir reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini
untuk diperbuat). Hal ini berarti di dalam berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-
rumusan yang memenuhi kriteria tertentu untuk diperbuat.

Richard Paul : thinking about your thinkings

Gaya berpikir terhadap ide, materi, atau masalah tertentu yang menuntut pemikir untuk selalu
meningkatkan kualitas berpikirnya, dengan selalu memperlajari keterampilan berpikir dan
menggunakan standar berpikir yang baik

• Richard Paul (1990), menyatakan berpikir kritis adalah suatu kemampuan dan
disposisi untuk mengevaluasi secara kritis suatu kepercayaan atau keyakinan, asumsi
apa yang mendasarinya dan atas dasar pandangan hidup mana asumsi tersebut
terletak. Lipman (1991) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang
memfasilitasi keputusan oleh karena didasarkan kepada kriteria yang nyata, yang self-
corrective dan substantif dalam konteks

Tim Moore : seven definition of critical thinkings

1. Berpikir kristis untuk menilai / membuat keputusan


2. Berpikir kritis sebagai cara pandang keilmuan yang bersifat sementara dan skeptis
3. Berpikir kritis sebagai proses berpikir sederhana
4. Berpikir kritis sebagai kemampuan “membeca” yang teliti dan cermat
5. Berpikir kritis sebagai kemampuan berpikir rasional
6. Berpikir krtitis sebagai kemampuan menentukan sikap secara aktif dan bertika
7. Berpikir kritis sebagai bentuk refleksi diri
• Salah satu cara yang penting untuk mengembangkan sifat-sifat berpikir kritis adalah
mempelajari seni untuk menunda penarikan kesimpulan definitif. Caranya adalah
menerapkan orientasi persepsi ketimbang menarik kesimpulan final terlalu dini.
Sebagai contoh, ketika membaca sebuah novel, menonton film, mengikuti diskusi atau
dialog, hindari kecenderungan untuk menghakimi atau menarik kesimpulan tetap.

Richard Paul & Linda Eldert

Seni analisi dan evaluasi pikiran dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan berpikir
itu sendiri, self dericted, self discplined, slef monitored, self corrective thinking

• Richard Paul dalam Kuswana (Kuswana 2014:205–207) menambahkan bahwa model


keterampilan berpikir kritis meliputi empat aspek, yakni: pertama, unsur-unsur
penalaran adalah aspek berpikir yang pokok atau menjadi landasan dari pemikiran
seseorang. Terdapat delapan elemen yang selalu muncul dalam pemikiran kritis
meliputi:
1. question at issue (mempertanyakan masalah),
2. purpose (tujuan)
3. information (informasi)
4. concepts (konsep)
5. assumptions(asumsi)
6. points of view (sudut pandang)
7. interpretation and inference (interpretasi dan menarik kesimpulan)
8. implication and consequences (implikasi dan akibat-akibat) (Paul and Elder
2001:53)

Richard Paul & Michael seriven

Kemampuan dan keterampilan berpikir aktif untuk membuat konsep dasar, aplikasi, analisi,
dan atau evaluasi informasi yang diperoleh / dibentuk.
Elder, L., & Paul, R. (1994). Critical thinking : Why we must transform our teaching. Journal
of Developmental Education, 18(1), 34.

comprehensive, discipline-neutral terminology, applicable to all disciplines, specific skills

The elements of thought/reasoning : komponen proses pikir

The Universal Intellectual Standards : standar penilaian proses pikir

The Intellectual Traits : ciri-ciri proses pikir yang baik

Fundamental critical thinking skills2

Identify : elements (reason – conclusion)

Identify – evaluate asumptions

Rumuskan masalah dengan jelas dan tepat untuk menemukan masalah utama.

Clarify – interpret ideas

Buat kesimpulan dan solusi yang masuk akal, dan mengujinya untuk memverifikasi atau
memastikan bahwa solusi yang tepat telah tercapai.

Judge credibility

Evaluate arguments

Analyse, evaluate, produce explanations

Analyse, evaluate, make dicisions

Draw inferences

Produce arguments
Untuk mendapatkan hasil belajar secara komprehensif seperti kognitif, afektif, dan
psikomotor maka diperlukan proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan keterampilan
proses, di mana keterampilan proses dikembangkan di Calvert Country Public School di
Amerika terdiri dari 10 aspek, yaitu keterampilan bertanya (questioning), mengamati
(observing), meramal (predicting), menggolongkan (classifying), melakukan percobaan
(experimenting), mengukur (measuring), mengorganisasi data (organizing data),
membandingkan (comparing), menafsirkan fakta (interpreting evidence), dan
mengkomunikasikan (communication). Kesepuluh keterampilan proses ini diberlakukan di
setiap kelas secara gradual, dan Salah satumata pelajaran yang paling esensi dalam
keterampilan proses adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut Robert Ennis dalam Alec Fisher (2008:4) berpikir kritis adalah“Critical
thinking is thinking that makes sense and focused reflection to decidewhat should be believed
or done” artinya pemikiran yang yang masuk akal dan refleksi yang berfokus untuk
memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa pada hakekatnya saat berpikir manusia sedang belajar menggunakan kemampuan
berpikirnya secara intelektual dan pada saat bersama berpikir terlintas alternatif dan solusi
persoalan yang di hadapi sehingga ketika berpikir manusia dapat memutuskan apa yang mesti
dilakukan karena dalam pengambilan keputusan adalah bagian dari berpikir kritis.Sedangkan
Menurut John Dewey dalam Kasdin (2012:3) berpikir kritis adalah adalah pertimbangan yang
aktif, terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang di
terima begitu saja dengan meyertakan alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan-
kesimpulan yang rasional.

Indikator berpikir kritis menurut Ennis (1993) yaitu mampu:

1. merumuskan pokok-pokok permasalahan;


2. mengungkap fakta yang ada;
3. memilih argumen yang logis;
4. mendeteksi bias dengan sudut pandang yang berbeda;
5. menarik kesimpulan; sehingga dihasilkan kriteria sebagai berikut :

1) TBK 0, yaitu tidak ada jawaban yang sesuai dengan indikator berpikir kritis
menurut Ennis.
2) TBK 1, yaitu jawaban siswa sesuai dengan dua atau tiga indikator berpikir kritis
menurut Ennis.
3) TBK 2, yaitu jawaban siswa sesuai dengan empat indikator berpikir kritis menurut
Ennis.
4) TBK 3, yaitu jawaban siswa sesuai dengan lima indikator berpikir kritis menurut
Ennis.
Menurut Ennis (1996), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Indikator berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis menurut Ennis (1996)
ada lima yaitu
1) mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan;
2) mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu
masalah;
3) mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat;
4) mampu mendeteksi bias berdasarkan sudut pandang yang berbeda; dan
5) mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu
keputusan.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk meyikapi permasalahan dalam
kehidupan yang nyata.

Elder & Paul (2008) menyebutkan ada enam tingkatan berpikir kritis yaitu :

1. Berpikir yang tidak direfleksikan (unreflective thinking) Pemikir tidak menyadari


peran berpikir dalam kehidupan, kurang mampu menilai pemikirannya, dan
mengembangkan beragam kemampuan berpikir tanpa menyadarinya. Akibatnya
gagal menghargai berpikir sebagai aktivitas yang melibatkan elemen bernalar.
Mereka tidak menyadari standar yang tepat untuk penilaian berpikir yaitu kejelasan,
ketepatan, ketelitian, relevansi, kelogisan.

2. Berpikir yang menantang (challenged thinking)Pemikir sadar peran berpikir dalam


kehidupan, menyadari berpikir berkualitas membutuhkan berpikir reflektif yang
disengaja, dan menyadari berpikir yang dilakukan sering kekurangan tetapi tidak
dapat mengidentifikasikan dimana kekurangannya. Pemikir pada tingkat ini memiliki
kemampuan berpikir yang terbatas.

3. Berpikir permulaan (beginning thinking) Pemikir mulai memodifikasi beberapa


kemampuan berpikirnya tetapi memiliki wawasan terbatas. Mereka kurang memiliki
perencanaan yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya.

4. Berpikir latihan (practicing thinking) Pemikir menganalisis pemikirannya secara aktif


dalam sejumlah bidang namun mereka masih mempunyai wawasan terbatas dalam
tingkatan berpikir yang mendalam.

5. Berpikir lanjut (advanced thinking) Pemikir aktif menganalisis pikirannya, memiliki


pengetahuan yang penting tentang masalah pada tingkat berpikir yang mendalam.
Namun mereka belum mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi secara
konsisten pada semua dimensi kehidupannya.

6. Berpikir yang unggul (accomplished thinking) Pemikir menginternalisasi


kemampuan dasar berpikir secara mendalam, berpikir kritis dilakukan secara sadar
dan menggunakan intuisi yang tinggi. Mereka menilai pikiran secara kejelasan,
ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan secara intuitif.
Gambar 1. Unsur Pemikiran. Dicetak ulang dengan izin dari The Thinker's Guide to Analytic Thinking: Cara
Memisahkan Pemikiran dan Apa yang Harus Diperhatikan Saat Anda Melakukannya (hal. 5) oleh L. Elder dan
R. Paul, 2012, Tomales, CA: Critical Thinking Foundation Press. Hak Cipta 2012

Elemen pemikiran Paul didasarkan pada delapan komponen yang memungkinkan


seseorang untuk mendefinisikan pemikiran di antara serangkaian proses intelektual yang
saling terkait (Elder & Paul, 2012). Tidaklah penting untuk menalar melalui setiap elemen
dalam urutan tertentu; namun, karena semua pemikiran mengandung semua elemen, penting
untuk mencakup setiap elemen secara individual untuk dijadikan sebagai kerangka berpikir
tentang masalah yang kompleks (Broadbear et al, 2000). Konsep kedua dari pendekatan
Paulus terhadap pemikiran kritis adalah standar intelektual. Standar-standar ini digunakan
sebagai alat penilaian diri untuk membuat pemikiran menjadi jelas, akurat, luas, dan adil
(Elder & Paul, 2012). Dengan kata lain, standar intelektual membantu menjaga pemikiran
tetap pada jalurnya. Standar intelektual ini berlaku untuk pemikiran akademis dan
berimplikasi pada kehidupan sehari-hari. (Broadbear & Keyser, 2000; Penatua & Paul, 2012).

Akhirnya, pendekatan Paulian untuk berpikir kritis berfokus pada ciri-ciri intelektual
yang diperlukan untuk tindakan dan pemikiran yang benar. Menurut Foundation for Critical
Thinking (1996) beberapa sifat intelektual yang berharga (kebajikan) penting bagi pemikir
kritis. Ketika seseorang mempraktikkan pemikiran kritis, sifat-sifat ini menjadi inheren dalam
pemikir kritis (Broadbear & Keyser, 2000). Dengan kerangka acuan sebelumnya maka
diskusi tentang latar belakang program MSL menjadi penting.

Urutan berpikir mahasiswa pada umumnya :


Maksudnya :

1.
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.
Or

Urutan intellectual traits (ciri-ciri intelektual) :

1. Intellectual integrity

2. Intellectual autonomy

3. Intellectual perseverance

4. Intellectual empathy

5. Intellectual humility
6. Intellectual courage

7. Confidence in reason and fair-mindedness

Integritas intelektual – Sifat ini mensyaratkan bahwa standar yang memandu tindakan dan
pikiran harus menjadi standar yang sama yang digunakan orang lain untuk dievaluasi.
Seseorang yang menunjukkan sifat ini memperlakukan orang lain dengan kebaikan sambil
menghindari bahaya dan secara lahiriah memproyeksikan sifat ini. Sifat ini menghilangkan
standar ganda dan kemunafikan.

Otonomi intelektual – Sifat ini mengharuskan seorang individu untuk menggunakan alat
berpikir kritis, seperti model Paul-Elder, dan untuk mempercayai kemampuan mereka sendiri
untuk bernalar secara kritis. Misalnya, seorang profesional gigi yang menunjukkan otonomi
intelektual akan mengajukan pertanyaan tentang produk baru dan akan secara kritis
memikirkan semua aspek produk untuk menentukan implikasi penggunaannya. Orang-orang
ini tidak harus bergantung pada orang lain untuk melakukan pemikiran mereka.

Ketekunan intelektual - Fase tag untuk sifat ini adalah "tidak pernah menyerah" dan
mendorong individu untuk mengatasi kesulitan apa pun. Seorang dokter yang menunjukkan
ketekunan intelektual harus bergantung pada perangkat berpikir kritis mereka untuk terus
bekerja melalui masalah pasien yang menantang atau situasi yang tidak biasa.

Empati intelektual – Seorang individu mencapai empati intelektual ketika mereka secara aktif
menempatkan diri mereka pada posisi orang lain dalam hal bagaimana mereka berpikir dan
merasa. Misalnya, seorang dokter gigi mungkin menghadapi pasien yang memiliki sudut
pandang yang berbeda tentang agen pencegahan gigi tertentu seperti fluoride. Seorang klinisi
yang menunjukkan empati intelektual berusaha untuk memahami sudut pandang pasien untuk
berpikir sepenuhnya tentang situasi sebelum menanggapinya. Sementara dokter tidak harus
setuju dengan sudut pandang pasien Anda, empati intelektual menuntut bahwa mereka secara
akurat mewakili pemikiran dari pandangan yang berbeda terlepas dari apa yang mereka
yakini.

Kerendahan hati intelektual – Individu yang menunjukkan kerendahan hati intelektual


menerima bahwa mereka adalah manusia dan bahwa mereka tidak mengetahui segalanya.
Mereka terus belajar dan tumbuh seiring bertambahnya usia. Mereka mengakui keterbatasan
mereka. Profesional gigi yang menunjukkan kerendahan hati intelektual boleh memberi tahu
pasien bahwa mereka tidak terbiasa dengan produk, teknik, kondisi, atau penelitian tertentu di
balik produk atau teknik tersebut, dan mengakui bahwa mereka adalah pembelajar
berkelanjutan dalam profesi tersebut.

Keberanian intelektual – Individu dengan keberanian intelektual membela keyakinan mereka


dan kesimpulan yang telah mereka pikirkan sepenuhnya, terutama ketika sulit untuk
melakukannya. Kadang- kadang itu tidak akan menjadi pemikiran yang populer atau umum,
tetapi jika mereka membela keyakinan mereka, perubahan dapat terjadi.

Keyakinan dalam akal dan pikiran yang adil - Memanfaatkan unsur-unsur pemikiran dan
standar akan mengarah pada keyakinan pada akal dan pikiran yang adil dan mengharuskan
individu untuk melihat semua bukti dan sudut pandang yang relevan dan sampai pada
kesimpulan yang mewujudkan sifat-sifat intelektual . Hal ini memungkinkan para profesional
gigi dengan keyakinan dalam akal dan pikiran yang adil untuk mempercayai, sebagai pemikir,
untuk sampai pada kesimpulan yang masuk akal untuk perawatan pasien hanya dengan
menerapkan kerangka kerja pada proses berpikir mereka. 2-6

Ciri-Ciri Individu Dapat Berpikir Kritis:

1. Mampu menyusun pernyatan dan rumusan masalah secara jelas dan tepat
2. Mampu memperoleh dan menilai informasi yang relevan sehingga dapat memberi
tafsiran/pendapat yang efektif

note: informasi dapat diperoleh melalui komunikasi verbal/non verbal, tulisan,


observasi, hasil pemikiran, pengalaman

3. Mampu menarik kesimpulan dan merumuskan solusi


4. Berpikian luas dan terbuka
5. Mampu berkomunikasi efektif

Berpikir Kritis & Pendidikan Kedokteran

• Mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk menggali informasi,


analisis data, dan mengambil keputusan klinis agar tercapai pelayanan Kesehatan
berkualitas.

• jika pelayanan Kesehatan tidak mengaplikasikan berpikir kritis:


- No-fault errors : tidak dapat mendiagnosis penyakit
- System errors : mendiagnosis karena kesalahan system pelayanan
- Cognitive errors : salah diagnosa karena kurang pengetahuan, pemikiran yang
salah, atau kesalahan interpretasi (pemnafsiran) data.

• Mengurangi dampak buruk sebagai akibat dari kesalahan diagnosis


Yaitu dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan diagnosis dan berpikir kritis

Peran berpikir kritis bagi mahasiswa kedokteran :

1. Membantu mahasiswa untuk mampu mempelajari ilmu yang sesuai, sehingga dapat
menemukan penyelesaian masalah pasien
2. Membantu mahasiswa untuk mengorganisasi pengetahuan yang dimiliki sebagai
suatu problem solving
3. Membantu mahasiswa mengidentifikasi kata kunci antar setiap cabang ilmu
4. Membantu mahasiswa berpindah level pemikir

Berpikir kritis diajarkan agar mahasiswa :


1. Membangun rasa percaya diri
2. Membangun rasa ingin tahu
3. Membangun motivasi
4. Membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus

Core skills pemikir kritis :


1. Curiosity – keinginan untuk belajar lebih dalam dan mecari bukti serta terbuka
untuk ide-ide baru
2. Creativity – memiliki kreativitas ketika ide-ide digabungkan dan menciptakan
sebuah konsep atau pemikiran baru
3. Skeptisisme – memiliki keraguan yang baik tentang informasi yang baru, tidak
mudah percaya semua informasi baru yang ditemukan.
4. Kerendahan hati – sikap bijak ketika mengetahui pendapat dan ide yang
disampaikan salah dan perlu perbaikan.

Faktor yang diduga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis :


• Deep learning : true understanding/reality
Pendekatan dalam deep learning menekankan pada pemahaman dan mencari
pemaknaan, mempelajari suatu konsep baru dan menghubungkannya dengan
pemahaman dan pengetahuan yang telah dimiliki.
Deep learning terdiri dari 8 keterampilan, yaitu
1. Global citizenship – pengetahuan mengenai negara lain, menghormati budaya
lain.
2. Collaboration – kemampuan bekerja dalam tim
3. Character – kejujuran, tanggung jawab, managemen diri, memiliki etos kerja,
tekun, percaya diri.
4. Communication : mampu berkomunikasi secara verbal, tertulis, maupun digital
dan mau mendengarkan.
5. Creativity & imagination – kreatif, inovatif, mencari ide-ide baru
6. Problem solving – menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah
secara nyata
7. Critical thinking – memecahkan masalah dan mengambil keputusan yg efektif
menggunakan sumber yang bervariatif.
8. Technology – mampu memanfaatkan teknologi dengan baik.
• Surface learning : recall and superficial comprehension
Pendekatan dalam surface learning menekankan pada upaya belajar untuk
melengkapi tugas belajar, dengan mengingat sebanyak mungkin informasi.
Ciri surface learning, yaitu
1. Belajar dengan menghafal materi
2. Fokus dengan rumus
3. Menghafal fakta dan prosedur tanpa memahami logika dan argumennya
4. Tidak mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.
5. Tidak mengulik materi lebih lanjut.
• Mahasiswa harus menerapkan deep and surface learning agar mampu berpikir kritis

Faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

1. Metode pembelajaran:
• teaching general to specific : mengajar secara umum menjadi spesifik (bersifat
khusus)
• teaching specific to general : mengajar secara specifik (Sifat khusus) menjadi umum
2. The presented learning opportunities (peluang belajar yang disajikan)
• PBL (Problem Based Learning): salah satu model pembelajaran yang dapat menolong
siswa meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini.
• Scheme inductive PBL : diajarkan kepada mahasiswa yang memiliki pengetahuan
terstruktur ( kedokteran dasar dan klinik)
3. Suasana lingkungan pembelajaran
• Modelling critical thinking : pembelajaran dalam bentuk berfikir kritis
• Menjadi role model merupakan keharusan yang harus dimiliki pengajar di institurt
pendidikan kedokteran
• Expert problem – solving : menyelesaikan masalah dengan para pakar seperti dosen.

Role model teaching (pengajaran model peran)

Metode pembelajaran yang baik dengan menunjukkan contoh yang baik kepada mahasiswa.
(dosen menunjukkan sikap yang baik kepada mahasiswanya)

Anda mungkin juga menyukai