Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


MATERI POLA BILANGAN

Oleh:

Prapti Utami
(1723021035)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
A. KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS(KBK)

1. Pengertian berpikir dan berpikir kritis

Berpikir adalah serangkaian, gagasan, ide atau konsepsi-konsepsi yang

diarahkan kepada suatu pemecahan masalah, berpikir juga dapat diartikan

suatu proses pencarian gagasan, ide-ide dan konsep yang diarahkan untuk

pemecahan masalah (Seulanga, 2013). Dikatakan sebagai proses karena

sebelum berpikir tidak mempunyai gagasan maupun ide dan pada waktu

berpikir itu melahirkan berbagai pemikir.

Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan

pengetahuan melalui interaksi antara Individu dengan lingkungan. Dalam

pembelajaran berpikir proses pendidikan disekolah tidak hanya

menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang

diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya

(Sanjaya, 2006).

La Costa (Sanjaya, 2006) mengklasifikasikan belajar berfikir menjadi tiga,

yaitu teaching of thingking, teaching for thinking, dan teaching about

thinking. Teaching of thinking adalah pembelajaran yang diarahkan untuk

pembentukan ketrampilan mental tertentu, misalnya ketrampilan berpikir

kritis dan ketrampilan berpikir kreatif. Teaching for thinking adalah proses

pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar

yang mendorong terhadap pengembangan kognitif. Teaching about thinking


adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya membantu siswa lebih

sadar terhadap proses berpikirnya.

Menurut Ennis (1985) menyatakan berpikir kritis merupakan berpikir logis

dan reflektif yang difokuskan pada keputusan tentang apa yang harus

dicapai atau apa yang harus dilakukan seseorang. Perbedaan-perbedaan

itu terletak pada penekanan-penekanan yang disesuaikan dengan bidang

kajian yang diteliti.

Menurut Johnson (2002);

“Critical thinking is the ability to say confidently, my idea is agood one


because it rests on sound reasoning, or your idea is a good one because
solid evidence supports it. Critical thinking make possible for students to
detect truth in the
welter of events and information that engulf them every day. Critikal
thingking is a systematic process that enables students to formulate and
evaluate their own beliefs and claim. It is an organized process that lets
them evaluate the evidence, assumption, logic, and language underlying
statements made by others

Kutipan tersebut dapat diartikan sebagai berikut: Seseorang pemikir

kritis mempunyai kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan percaya

diri. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran

pada suatu kejadian dan informasi disekelilingnya setiap hari. Berpikir

kritis adalah suatu proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk

merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka.


Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasikan yang

memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa

yang mendasari pernyataan orang lain.

Liliasari (Tawil dan Liliasari, 2013) mengemukakan bahwa berpikir kritis

untuk menganalisis argument dan memunculkan wawasan terhadap tiap-

tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang

kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap

posisi. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012) adalah berpikir

secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan

tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Contoh kemampuan

berpikir kritis adalah (1) membanding dan membedakan, (2) membuat

kategori, (3) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (4)

menerangkan sebab, (5) membuat sekuen / urutan, (6) menentukan

sumber yang dipercayai, dan (7) membuat ramalan.

Menurut Liliasari (Tawil dan Liliasari, 2013) berpikir kritis merupakan

dasar dari berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, berpikir kritis merupakan

kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah. Guru

diharapkan mampu merealisasikan pembelajaran yang mengaktifkan dan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Untuk

mengembangkan keterampilan berpikir kritis secara optimal diperlukan

lingkungan kelas yang interaktif.


Berpikir kritis adalah proses disiplin yang secara intelektual aktif dan

terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan

atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari atau

diihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau

komunikasi, sebagai panduan untuk kepercayaan dan tindakan.

2. Ciri-Ciri Berpikir Kritis

Ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut:

a. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan

penuh pertimbangan

b. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan

c. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara

sistematis

d. Berani menyampaikan kebenaran

e. Bersikap cermat, jujur dan ikhas

(Seulanga, 2013)

Ennis (Seulanga, 2013) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita

jadikan standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:

a. Clarity (Kejelasan)

b. Accuracy (keakuratan, ketelitian, keseksamaan).

c. Precision (ketepatan)
d. Relevance(relevansi,keterkaitan)
e. Depth (kedalaman)

f. Breadth (keluasaan)

g. Logic (logika)

3. Manfaat Berfikir Kritis

Adapun manfaat dari berpikir kritis antara lain:

a. Berpikir kritis bermanfaat dalam melihat masalah dan memecahkan

b. Berpikir kritis merupakan keterampilan universal.

Kemampuan berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan

apapun, ketika mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan

masalah apapun, jadi merupakan aset berharga bagi karir seorang

c. Berpikir kritis sangat penting di abad ke 21.

Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi. Seorang harus

merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan

keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis

informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk

memecahkan masalah.

d. Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik.

Berpikir jernih dan sistematis dapat meningkatkan cara

mengekspresikan gagasan, berguna dalam mempelajari cara

menganalisis struktur teks dengan logis, meningkatkan kemampuan

untuk memahami
e. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas.

Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya

perlu gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan

dengan tugas yang harus diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk

mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik.

f. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri.

Untuk memberi struktur kehidupan sehingga hidup menjadi lebih

berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari

kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri.

Berpikir kritis merupakan meta- thinking skill, ketrampilan untuk

melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan

yang diambil.

4. Indikator berpikir kritis

Ennis (Costa, 1985) menjelaskan bahwa keterampilan berpikir

kritis(abilities) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan

berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu:

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan

pertanyaan, menganalisis argumen, dan menjawab pertanyaan tentang

suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas

mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan

mengobservasi/mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan

hasil observasi.
3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau

mempertimbangkan hasilinduksi, dan membuat serta menentukan

nilai pertimbangan.

4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mendefinisikan

istilah- istilah dan mempertimbangkan definisi, serta mengidentifikasi

asumsi.

5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas

memutuskan/menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang

lain,Ennis(Costa,1985).

Indikator keterampilan berpikir kritis dan sub indikator keterampilan

berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

NO Indikator Sub Indikator


Keterampilan Keterampilan
1. Berpikir
Memberikan penjelasan Berpikir
1. Menganalisis argumen
sederhana Kritis 2. BertanyaKritis
dan menjawab
Pertanyaan klarifikasi dan
menantang
3. Menjawab pertanyaan
tentang fakta

2 Membangun keterampilan 4. Mempertimbangkan kredibilitas


dasar suatu sumber
5. Mengobservasi dan
Mempertimbangkanhasil
observasi
3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan
mempertimbangkanhasil
deduksi
7. Mengaplikasikan konsep
8. Menginduksi dan
mempertimbangkanhasil
induksi
4. Membuat penjelasan lebih 9. Membuat generalisasi
lanjut
5. Strategi dan taktik 10. Memutuskan suatu tindakan

B. MODEL PROBLEM BASED LEARNING(PBL)

1. Pengertian model pembelajaran

Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan

oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau

discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis

terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan

memproses informasi. Menurut Tan (2004) bahwa PBL merupakan

penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan

konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi

segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Menurut Padmavathy & Mareesh (2013) bahwa PBL adalah pembelajaran

yang didesain untuk membantu peserta didik dalam membentuk

pengetahuan dasar dan kemampuan memecahkan masalah serta

mengembangkan kemandirian belajar peserta didik. PBL akan


membentuk pengetahuan melalui permasalahan yang diberikan dan

menjadikan masalah sebagai dasar berpikir untuk peserta didik dalam

belajar. PBL dirancang berdasarkkan masalah dari kehidupan yang nyata

dan mampu memberikan dampak pada pola pikir dan sikap peserta didik.

Pembentukan pola pikir peserta didik harus melalui proses yang sistematis

dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat

Hmelo dkk (2004) bahwa PBL melibatkan peserta didik dalam

penyelidikan, nyata, dan relevan dari situasi kehidupan. PBL adalah metode

pembelajaran kompleks dan bermakna dimana masalah dibingkai dalam

konteks nyata. PBL menurut Sudarman (2007) yaitu suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

stimulus bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

ketrampilan pemecahan masalah. Selain itu, Arends (2009) menjelaskan

bahwa model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut

peserta didik untuk mengerjakan permasalahan yang autentik dengan

maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri dan mengembangkan

kemandirian dan percaya diri.

Masalah yang nyata dan kompleks akan memotivasi peserta didik untuk

mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang mereka perlu

ketahui dalam rangka untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Peserta didik bekerja dalam tim kecil, merumuskan masalah, menganalisis

masalah, mengkomunikasikan, serta memadukan informasi untuk menarik

kesimpulan. Menurut Choridah (2013) bahawa PBL adalah model


pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah

autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri,

menumbuh kembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan inkuiri,

memandirikan peserta didik dan meningkatkan kepercayaan sendiri.

Tan dan Seng (2004) menyebutkan PBL telah diakui sebagai suatu

pengembangan pembelajaran aktif dan pendekatan yang berpusat pada

peserta didik, dimana masalah-masalah sebagai titik awal untuk memulai

pembelajaran. Hal ini menegaskan bahwa masalah menjadi dasar

pembelajaran. Menurut Roh (2003) bahwa PBL adalah strategi

pembelajaran yang mengelola pembelajaran matematika dengan

memecahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi, mengajukan ide kreatif

mereka sendiri, dan menkomunikasikan dengan temannya secara

matematis. Dari beberapa uraian PBL di atas dapat disimpulkan bahwa

PBL akan membentuk pengetahuan melalui permasalahan yang ada di

dunia nyata sebagai konteks pembelajaran dengan melibatkan peserta didik

dalam proses pemecahan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga peserta didik belajar berpikir kritis dan belajar melalui

pengalaman pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan

dan konsep yang esensial dari materi pelajaran

2. Karakteristik model PBL

Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk

membedakan model yang satu dengan model yang lain. Seperti yang

diungkapkan Sandia (2008) bahwa beberapa karakteristik PBL, yakni (1)


pembelajaran bersifat Student-Centered, (2) pembelajaran berlasung dalam

kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, (4)

permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran

diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus

pembelajaran, (5) informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri

(Self-directed learning), dan (6) masalah (problems) merupakan wahana

untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah klinik.

Sedangkan karakteristik model PBL menurut Choridah (2013) sebagai


berikut:

1. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan

2. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata

peserta didik

3. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di

seputar disiplin ilmu

4. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan

menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

5. Menggunakan kelompok kecil, dan

6. Menuntut peserta didik utuk mendemonstrasikan apa yang telah

dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja

Sanjaya (2010:214-215) terdapat tiga ciri utama dari PBL. Pertama, PBL

merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi

PBL membuat peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan

mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas


pembelajaran ditujukan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan

masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara

ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan

tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan

pada data dan fakta yang jelas.

Ngalimun (2013:90) mengemukakan karakteristik model PBLsebagai


berikut:

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan

dunia nyata peserta didik/mahapeserta didik

3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan seputar


disiplin ilmu

4. Memberikan tanggungjawab yang besar kepada pebelajar dalam

membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

sendiri

5. Menggunakan kelompok kecil

6. Menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka

pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja


Untuk mengimplementasikan PBL, guru perlu merancang pembelajaran

yang bersifat student center dan memilih bahan pelajaran yang memiliki

permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil

dari dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam

keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan sehingga peserta didik mampu

mengelolah permasalahan tersebut dan menyampaikan hasil diskusi kepada

kelompok lainnya

3. Langkah-langkah model PBL

Kegiatan pembelajaran dalam strategi PBL dimulai dengan pemicu

masalah. Kusumawardhani (2004:18) menyebutkan bahwa pemicu masalah

dalam strategi PBL dapat berupa deskripsi tertulis tentang peristiwa nyata

yang dialami langsung oleh peserta didik. Kemudian peserta didik dapat

melakukan kegiatan penemuan masalah, mengumpulkan informasi secara

mandiri serta menyajikan hasil diagnosa dan hasil rekomendasi.

Permasalahan yang diberikan merupakan suatu upaya peserta didik untuk

menemukan apa yang mereka butuhkan untuk belajar pengetahuan baru

sebelum mereka dapat memecahkan masalah tersebut.

Menurut Suprijono (2007:74) bahwa langkah-langkah PBL sebagai


berikut

1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada


peserta didik
Pada tahap ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang

dibutuhkan, memotivasi perserta didik untuk teribat dalam

pemecahan masalah yang telah dipilih

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (meneliti)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan peserta didik untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungandenganpermasalahannya

3. Membimbing investigasi mandiri dan kelompok

Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan solusi pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini, guru membantu peserta didik dalam merencanakan

dan menyiapkan hasil karya diskusinya kepada kelompok lain dan

berbagi tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap ini, guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang telah

mereka gunakan

Langkah yang lebih praktis dalam PBL dirimuskan oleh Nurhadi, dkk
(2004:60) yang terdiri dari 5 tahapan utama seperti yang disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.1 Tahapan Utama PBL

Tahapan Tindakan Guru


Tahap 1:Orientasi peserta Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
didik pada masalah dibutuhkan, memotivasi peserta didik aktif, dan
memecahkan masalah.
Tahap 2:Mengorganisasi Membantu peserta didik mendefinisikan dan
peserta didik untuk belajar mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Tahap 3:Membimbing Mendorong peserta didik mengumpulkan
penyelidikanindividual informasi dan berekspresi untuk mendapatkan
dan kelompok penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4:Mengembangkan Membantu peserta didik menyiapkan presentasi
dan menyajikan hasil dan hasil karya peserta didik berupa
karya laporan,model atau karya visual yang lainnya
Tahap 5: Menganalisis dan Membantu mengevaluasi terhadap proses dan
mengevaluasi proses hasil penyelidikanserta proses pemecahan masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan pembelajaran PBL


yaitu orientasi masalah, mengorganisasi masalah, investigasi, menyajikan, dan
evaluasi. Tahapan-tahapan akan digunakan dalam proses pembelajaran pada peserta
didik.
C. SEKENARIO PEMBELAJARAN

Mapel/Kelas : Matematika/Kelas VII


Kompetensi Dasar : 2.1. Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan
teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah
menyerah dalam memecahkan masalah
2.2. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan
pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya
dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui
pengalaman belajar
3.5. Memahami pola dan menggunakannya untuk menduga
dan membuat generalisasi(kesimpulan)
4.1. Menggunakan pola dan generalisasi untuk menyelesaikan
masalah
Topik : Pola Bilangan
Sub Topik : -
Tujuan : Siswa dapat :
1. Memahami pola dan menggunakannya untuk menduga
dan membuat generalisasi(kesimpulan) serta untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi
2. Memiliki rasa ingin tahu
3. Menunjukkan sikap tanggung-jawab, kerjasama, dan
tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah
Alikasi Waktu : 3 x TM/Tatap Muka (7 x 40 menit)

FASE-FASE KEGIATAN PEMBELAJARAN


Fase 1 Pada fase ini, pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
Orientasi siswa pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Hal ini
kepada masalah sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat
mengetahui pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan sebagai berikut :
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Siswa mencermati fenomena atau cerita untuk
memunculkan masalah terkait pola yang diajukan guru
 Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan kegunaan
praktis dari pemahaman siswa terhadap penerapan pola yang
dapat dipergunakan untuk menduga atau membuat suatu
generalisasi atau kesimpulan
 Siswa mencermati masalah terkait penerapan pola bilangan
kemudian siswa diminta untuk memperkirakan berapa
banyak kursi yang dibutuhkan dalam suatu gedung
pertunjukkan jika susunan kursi yang dirancang dalam suatu
gedung pertunjukkan tersebut berbentuk trapesium
samakaki seperti gambar berikut.

◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙ ◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙
◙◙◙◙◙◙◙◙ ◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙◙
◙◙◙◙◙◙ ◙◙◙◙◙◙◙◙◙
◙◙◙◙ ◙◙◙◙◙◙◙

(a) (b)
a. Jika pada susunan kursi baris pertama akan diisi 4 kursi,
baris kedua diisi 6 kursi, baris ketiga diisi 8 kursi, dan
seterusnya setiap baris kebelakang bertambah 2 kursi,
berapakah banyaknya kursi yang dibutuhkan jika susunan
kursi yang dibentuk ada 12 baris, 15 baris, dan 20 baris?
Dapatkah kamu membuat rumus untuk memprediksikan
banyak kursi yang dibutuhkan dalam gedung pertunjukkan
tersebut jika terdapat n baris?
b. Jika pada susunan kursi baris pertama akan diisi 7 kursi,
baris kedua diisi 9 kursi, baris ketiga diisi 11 kursi, dan
seterusnya setiap baris kebelakang bertambah 2 kursi,
berapakah banyaknya kursi yang dibutuhkan jika susunan
kursi yang dibentuk ada 10 baris, 12 baris, dan 15 baris?
Dapatkah kamu membuat rumus untuk memprediksikan
banyak kursi yang dibutuhkan dalam gedung pertunjukkan
tersebut jika terdapat n baris?
c. Guru selanjutnya menjelaskan cara pembelajaran yang akan
dilaksanakan seterusnya, yaitu melalui penyelidikan, kerja
kelompok, dan presentasi hasil.
Fase 2 Pada fase ini fokus utama/aktivitas utama guru adalah membantu
Mengorganisasikan siswa untuk belajar (mengorganisasikan siswa untuk belajar yang
siswa berhubungan dengan masalah yang diberikan).
Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan adalah :
a. Guru mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang
terdiri atas 4-5 orang
b. Guru memberi tugas kelompok untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan melalui diskusi kelompok
c. Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membaca buku siswa atau sumber lain atau melakukan
penyelidikan guna memperoleh informasi yang berkaitan
dengan masalah yang diberikan.

Fase 3 Pada fase ini, guru membimbing siswa dalam memecahkan


Membimbing masalah melalui penyelidikan individu maupun kelompok.
Penyelidikan Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan adalah :
Individu dan a. Guru meminta siswa untuk melakukan penyelidikan dengan
Kelompok mengumpulkan informasi terkait banyak kursi yang
dibutuhkan dalam setiap baris dan banyak kursi dalam
beberapa baris
b. Guru membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan kritis dalam mencari jawaban terkait dengan
masalah yang telah diberikan (banyak kursi yang dibutuhkan
dalam menyusun barisan kursi).
Fase 4 Pada fase ini guru dapat membimbing siswa untuk
Mengembangkan mengembangkan hasil penyelidikannya dan meminta siswa
danmenyampaikan mempresentasikan hasil temuannya.
hasil karya Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan adalah :
a. Guru meminta siswa untuk mengembangkan hasil
penyelidikan menjadi bentuk umum (rumus umum) yaitu
berapa banyak kursi yang dibutuhkan jika terdapat n baris
b. Guru meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan
hasil temuannya (jawaban terhadap masalah yang diberikan)
dan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi dan memberi pendapat terhadap presentasi
kelompok.
Fase 5 Pada fase ini guru memandu/memfasilitasi siswa untuk
Menganalisa dan menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang
mengevaluasi diperolehnya.
proses pemecahan Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan adalah :
masalah a. Guru membimbing siswa utuk melakukan analisis terhadap
pemecahan masalah terkait pola bilangan yang telah
ditemukan siswa
b. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan
c. Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi
yang telah dipelajari siswa.
Alternatif cara penilaian :
1. Penilaian Kompetensi Keterampilan :
Indikator instrumen
Siswa dapat Pada sebuah taman akan dibuat suatu hiasan yang terbentuk dari
menyelesaikan tumpukan kayu berbentuk kubus dengan panjang rusuk 10 cm.
masalah dalam Sebagai gambaran, contoh sketsa hiasan (untuk tingkat 4, tinggi
kehidupan 40 cm), desainnya seperti tampak pada gambar berikut :
sehari-hari Tampak dari atas Tampak dari samping
yang terkait
dengan
menggunakan
pola dan
generalisasinya

1. Untuk hiasan dengan tinggi 40 cm (tingkat 4), berapakah


kebutuhan kubus yang diperlukan pada :
a. Tingkat ke-1
b. Tingkat ke-2
c. Tingkat ke-3
d. Tingkat ke-4
Berikan alasan dari jawabanmu.
2. Tentukan kebutuhan kubus yang diperlukan pada tingkat ke-
1, jika hiasan yang akan dibuat tingginya 150 cm (tingkat
ke-15). Berikan alasan dari jawabanmu.

Rubrik Penilaian :
Jawaban Skor
Jawaban salah 0
Jawaban benar, tanpa alasan 1
Jawaban benar, alasan kurang tepat 2
Jawaban benar, alasan tepat 3
2. Penilaian Kompetensi Sikap
Indikator
Siswa menunjukkan sikap rasa ingin tahu, bertanggung jawab, kerjasama, dan
tidak mudah menyerah dalam memecahkan suatu masalah.

Contoh format instumen penilaian sikap melalui observasi :


Beri angka 1 s.d. 4 pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatan.
No Nama Sikap
Rasa ingin Kerjasama Tanggung Tidak
tahu jawab mudah
menyerah
1.
2.
3.
4.
5.
...
30.

Keterangan :
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d. 4
1 = Kurang : jika sikap yang diharapkan belum mulai tampak
2 = Cukup : jika sikap yang diharapkan kadang-kadang tampak
3 = Baik : jika sikap yang diharapkan sering tampak
4 = Sangat Baik : jika sikap yang diharapkan selalu tampak

Anda mungkin juga menyukai