Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

CARA MENGEMBANGKAN BERFIKIR KRITIS

DISUSUSN OLEH :

NURLENAWATI

NIM 2115302177

KELAS 22A PJJ

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN PELAJARAN 2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berpikir ktitis sangat penting untuk melakukan suatu praktik kebidanan yang disiplin,
berkompeten, dan aman. bidan dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki banyak
pengetahuan apabila seorang bidan tidak bisa untuk berpikir kritis maka suatu tugas yang
akan dilakukan akan tidak cepat selesai. Karena berpikir kritis tersebut adalah suatu proses
yang statis, tetapi selalu berubah seiring berjalannya waktu secara konstan dan dinamis setiap
harinya atau setiap waktu. Oleh karena itu tindakan kebidanan sangat membutuhkan yang
namanya proses berpikir kritis. Pemikir kritis dalam tindakan kebidanan merupakan
seseorang yang mempunyai skill pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar,
mencari informasi, menggunakan alasan rasional, dan memprediksi yang akan terjadi
Berpikir kritis merupakan kegiatan seseorang dalam berpikir yang dapat
dikembangkan oleh setiap orang melalui beberapa indikator ketercapaian. Menyadari
pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, maka mutlak diperlukan adanya
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan seseorang secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri (Johnson, 2007: 189)
Menindaklanjuti hasil studi pendahuluan terdahulu berarti kemampuan sesorang
dalam berpikir kritis perlu ditingkatkan karena berpikir kritis sejalan dengan meningkatkan
mutu pendidikan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan atau hasil
belajar. Berpikir kritis juga akan tercapai dengan adanya kebiasaan, adanya pola pikir
seseorang untuk berikir kritis. Maka dari itu, sangat penting bagi seorang pembaca dan
penulis seperti seorang tenaga kesehatan karena berpikir kritis merupakan salah satu cara
untuk mengambil keputusan dalam kehidupan. Dan berpikir kritis juga akan terjadi pada
seseorang, ketika seorang meningkatkan kemampuan berpikir kritis maka akan meningkatkan
kemampuannya dalam memecahkan permasalahan baik itu dalam pembelajaran ataupun
dalam kehidupannya. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas bagaimana
cara mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam kebidanan?

1.2 Tujuan Penulisan

A. Untuk Mengetahui Cara Mengembangkan Kemampuan Berfikir Krtisi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

Slameto (2010) mengemukakan bahwa kemampuan adalah kecakapan


yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
engan cepat. Sedangkan Sudrajat (2000) menghubungkan kemampuan dengan
kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam
melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam
diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan peserta didik
mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Kemampuan juga bisa disebut
sebagai kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa inggris “competence”
yang berarti ability, power, skill, knowledge, dan kemampuan serta wewenang.
Jadi kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan untuk
melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kemampuan adalah


kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang didapatkan dari pengetahuan atau
pengalaman. Kemampuan setiap individu berbeda-beda, seseorang yang mempunyai
kemampuan tinggi akan lebih berhasil dari pada seseorang yang memiliki kemampuan
rendah.

Robbins (2011) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor,


yaitu:
1. Kemampuan Intelektual

Kemamapuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk


melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan
masalah.
2. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menentukan stamina,


keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.

Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus


bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan
berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang
dihadapi. Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Filsaime (2008)
adalah:

a. Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang
untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pertanyaan-pertanyaan, ide-ide,
argumen-argumen, dan penelitian menurut Bayer (Filsaime: 2008).

b. Memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi,


penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang
dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan
aksi. Screnven (Filsaime: 2008).

c. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang ditandai dengan


kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan, kemampuan
merumuskan pokok-pokok permasalahan, kemampuan menentukan akibat dari
suatu ketentuan yang diambil, kemampuan mendeteksi adanya bias
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda, kemampuan yang mengungkap data/
definisi/ teorema dalam menyelesaikan masalah, dan kemampuan
mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah
(Mulyana: 2007).

Berdasarkan uraian tersebut, maka kemampuan berpikir kritis adalah kecakapan atau
potensi menguasai sesuatu keahlian mulai
dengan menganalisis atau mengevaluasi untuk membuat pertimbangan dan
keputusan yang baik.
Jensen dalam bukunya yang berjudul pembelajaran berbasis otak, berpendapat bahwa
pemikiran intelejen tidak hanya dapat diajarkan, melainkan juga merupakan bagian
fundamental dari paket keterampilan esensial yang diperlukan bagi kesuksesan dalam
dunia. Fokus primer pada kreativitas, keterampilan hidup, dan pemecahan masalah
membuat pengajaran tentang pemikiran menjadi sangat berarti dan produktif bagi siswa
(Jensen, 2011)

Berikut ini beberapa keterampilan yang harus ditekankan pada level pengembangan
abstraksi dalam mengajarkan pemecahan masalah dan berpikir kritis menurut Jensen, yaitu:

a. Mengumpulkan informasi dan memanfaatkan sumber daya;

b. Mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk dan gaya;

c. Meramalkan;

d. Mengajukan pertanyaan bermutu tinggi;

e. Mempertimbangkan bukti sebelum menarik kesimpulan;

f. Menggunakan metafor dan model;

g. Menganalisis dan meramalkan informasi;

h. Mengkonseptualisasikan strategi (misalnya pemetaan pikiran, mendaftarkan pro dan


kontra, membuat bagan);

i. Bertransaksi secara produktif dengan ambiguitas, perbedaan, dan kebaruan;

j. Menghasilkan kemungkinan dan probabilitas (misalnya brainstroming, formula, survei,


sebab dan akibat);

k. Mengembangkan keterampilan debat dan diskusi;

l. Mengidentifikasi kesalahan, kesenjangan, dan ketidak-logisan;

m. Memeriksa pendekatan alternatif (misalnya, pergeseran bingkai rujukan, pemikiran luar


kotak);

n. Mengembangkan strategi pengujian-hipotesis;

o. Menganalisis risiko;
p. Mengembangkan objektivitas;

q. Mendeteksi generalisasi dan pola (misalnya, mengidentifikasi dan mengorganisasikan


informasi, menterjemahkan informasi, melintasi aplikasi);

r. Mengurutkan peristiwa

Sedangkan menurut Robert J. Sternber, sebagaimana yang dikutip oleh Desmita, ada
beberapa usulan untuk mengembangkan pemikiran kritis peserta didik, meliputi:

a. Mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir yang benar.

b. Mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah.

c. Meningkatkan gambaran mental mereka.

d. Memperluas landasan pengetahuan mereka.

e. Memotivasi anak untuk menggunakan ketrampilan-ketrampilan berpikir yang baru saja


dipelajari

Dengan adanya pengembangan berpikir kritis diharapkan mampu mencerna dan


memahami setiap kondisi yang dialami dan dilihatnya untuk kemudian dapat dilakukan atau
tidak untuk dilakukan bagi dirinya. Selain itu, dengan berbagai usaha pengembangan berpikir
kritis maka diharap dapat mengajukan pertanyaan klarifikasi, belajar bagaimana
mengkombinasikan proses-proses berpikir sehingga dapat menguasai pengetahuan baru, dan
melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai cara dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dimana dalam mengembangkannya harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia sesuai tahapannya.

B. langkah-langkah berfikir kritis

Tahap nalar berpikir kritis menurut Henri (Filsaime, 2008: 59) antara lain:

1 Klarifikasi elementary. Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
meneliti atau mempelajari sebuah masalah, mengidentifikasi unsur-unsurnya,
meneliti hubungan-hubungannya.
2 Klarifikasi mendalam. Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
menganalisis sebuah masalah untuk memahami nilai-nilai, kepercayaan-
kepercayaan dan asumsi-asumsi utamanya.

3 Inferensi. Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain: mengakui dan
mengemukakan sebuah ide berdasarkan pada proposisi-proposisi yang benar

4 Penilaian. Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain : membuat
keputusan-keputusan, evaluasi-evaluasi, dan kritik-kritik.

5 Strategi-strategi. Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain :


menerapkan solusi setelah pilihan atau keputusan.
BAB III

PENUTUP

Berpikir ktitis sangat penting untuk melakukan suatu praktik kebidanan yang disiplin,
berkompeten, dan aman. bidan dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki banyak
pengetahuan apabila seorang bidan tidak bisa untuk berpikir kritis maka suatu tugas yang
akan dilakukan akan tidak cepat selesai. Karena berpikir kritis tersebut adalah suatu proses
yang statis, tetapi selalu berubah seiring berjalannya waktu secara konstan dan dinamis setiap
harinya atau setiap waktu. Oleh karena itu tindakan kebidanan sangat membutuhkan yang
namanya proses berpikir kritis. Pemikir kritis dalam tindakan kebidanan merupakan
seseorang yang mempunyai skill pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar,
mencari informasi, menggunakan alasan rasional, dan memprediksi yang akan terjadi
Berpikir kritis merupakan kegiatan seseorang dalam berpikir yang dapat
dikembangkan oleh setiap orang melalui beberapa indikator ketercapaian. Menyadari
pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, maka mutlak diperlukan adanya
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan seseorang secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri (Johnson, 2007: 189)
DAFTAR PUSTAKA

Jensen Eric, Pembelajaran Berbasis Otak, (Jakarta: Indeks, 2011), hlm. 199.

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Terjemahan oleh Ibnu Setiawan.
Bandung: Mizan Learning Center.

Sapriya, Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Alfabeta, (2011), hlm.
87.

Anda mungkin juga menyukai