Anda di halaman 1dari 3

UU Ketenagakerjaan terbaru yang akan diulas kali ini adalah membahas tentang

pengujian pasal-pasal UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU


Ketenagakerjaan) yang telah dikabulkan oleh MK.
Pasalnya sejak diterbitkannya UU Ketenagakerjaan banyak pihak yang telah
mengadukan tinjauan yudisial ke Mahkamah Konstitusi terhadap beberapa pasal-pasal
dalam Undang-undang tersebut.
Berikut ini informasi yang dilansir dari berbagai sumber (21/2), mengenai UU
Ketenagakerjaan yang telah dikabulkan oleh MK baik sebagian maupun seluruhnya:

UU Ketenagakerjaan UU Ketenagakerjaan
Sebelumnya Terbaru
Pasal 186 dijelaskan: Dalam putusan 012/PUU-
“Barang siapa yang melanggar XI/2003, ketentuan pidana dalam
ketentuan sebagaimana dalam pasal 186 sudah tidak dikenakan
mogok kerja (Pasal 137) ataupun lagi pada pekerja atau serikat
(Pasal 138 ayat (1)) pekerja atau pekerja yang bermaksud
serikat pekerja yang bermaksud mengajak pekerja lain untuk
mengajak pekerja lain untuk mogok kerja pada saat mogok
mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung.
kerja berlangsung akan
dikenakan sanksi pidana penjara
paling
singkat 1 bulan dan paling lama 4
tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp
10.000.000,00 dan paling banyak
Rp 400.000.000,00.

Dalam Pasal 158 dijelaskan bila Namun pada Putusan Mahkamah


pengusaha boleh mem-PHK Konstitusi Nomor 12/PUU-
pekerja yang melakukan XI/2003 menyangkut pasal 158
kesalahan berat hanya tentang PHK atas pekerja yang
dengan bukti dari perusahaan. melakukan kesalahan berat harus
ditetapkan oleh pengadilan.

Pada Pasal 159 dijelaskan bila Pada putusan Mahkamah


pekerja tidak menerima Konstitusi Nomor 12/PUU-
pemutusan hubungan kerja maka XI/2003, pasal 159
pekerja yang bersangkutan dapat dihapus karena dianggap
mengajukan gugatan ke lembaga memberatkan pekerja.
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.

Pasal 160 ayat (1) yang berbunyi Dalam putusan Mahkamah


“Dalam hal pekerja ditahan pihak Konstitusi Nomor 12/PUU-
yang berwajib karena diduga XI/2003, pengusaha tetap harus
melakukan tindak pidana bukan memberikan bantuan kepada
atas pengaduan pengusaha, keluarga pekerja yang menjadi
maka pengusaha tidak wajib tanggungganya meskipun
membayar upah tetapi wajib melakukan pidana atas
memberikan bantuan kepada pengaduan pengusaha ataupun
keluarga pekerja/buruh yang bukan atas pengaduan
menjadi tanggungannya dengan pengusaha.
ketentuan sebagai berikut…”

Dalam Pasal 170 dijelaskan: Sesuai putusan MK No.12/PUU-


Pemutusan hubungan kerja yang XI/2003, pada bagian “… kecuali
dilakukan tidak memenuhi keten- Pasal 158 ayat (1), …” tidak
tuan Pasal 151 ayat (3) dan Pasal mempunyai kekuatan hukum
168, kecuali Pasal 158 ayat (1), mengikat.
Pasal 160 ayat (3), Pasal 162, dan Jadi, ketentuan ini juga berlaku
Pasal 169 batal demi hukum dan terhadap pekerja yang di-PHK
pengusaha wajib mempekerjakan karena telah melakukan
pekerja/buruh yang bersangkutan kesalahan berat.
serta membayar seluruh upah dan
hak yang seharusnya diterima.

Bila sebelumnya dalam Pasal 171 Maka sesuai putusan MK


yang berbunyi No.12/PUU-XI/2003, pada
“Pekerja yang mengalami kalimat “… pasal 158 ayat (1)..”
pemutusan hubungan kerja tanpa tidak mempunyai ketentuan
penetapan lembaga penyelesaian hukum mengikat,
perselisihan hubungan industrial Maka dari itu, ketentuan ini juga
yang berwenang sebagaimana berlaku terhadap pekerja yang di-
dimaksud dalam Pasal 158 ayat PHK karena telah melakukan
(1),Pasal 160 ayat (3), dan Pasal kesalahan berat.
162, dan pekerja yang
bersangkutan tidak dapat
menerima pemutusan hubungan
kerja tersebut…”

Pada Pasal 120 ayat (3) UU Berdasarkan putusan MK


Ketenagakerjaan yang berbunyi: No.15/PUU-VII/2009, pada pasal
“Dalam hal ketentuan 120 ayat (20 dirubah menghapus
sebagaimana dimaksud frasa “Dalam hal ketentuan
dalam ayat (1) atau ayat (2)tidak sebagaimana dimaksud dalam
terpenuhi, maka para serikat ayat (1) atau ayat (2) tidak
pekerja buruh membentuk tim terpenuhi, maka…”
perunding yang keanggotaannya Sehingga dalam pasal 120 ayat (3)
ditentukan secara proporsional dimaknai; Dalam hal di satu
berdasarkan jumlah anggota perusahaan terdapat lebih dari
masing-masing serikat satu serikat pekerja, maka jumlah
pekerja/serikat buruh”. serikat pekerja yang berhak
mewakili dalam melakukan
perundingan dengan pengusaha
dalam suatu perusahaan adalah
maksimal tiga serikat pekerja atau
gabungan serikat pekerjayang
jumlah anggotanya minimal 10%
dari seluruh pekerja  yang ada
dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai