Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BERPIKIR KRITIS

Oleh :

Kelompok 2 :

1. Dea Geston Medya


2. Nabila Khaira
3. Tika Amelia
4. Ravydah
5. Yunia Zaida Putri

Kelas : 1C

Dosen Pembimbing :
Ns.Suhaimi,S.Kep.M.Kep

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Berpikir Kritis ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Metodologi Keperawatan Dasar Poltekkes
Kemenkes Padang.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami, Ibuk yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 10 Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………
B.Rumusan Masalah……………………………………………………………
C.Tujuan………………………………………………………………………
D.Manfaat……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
1. PengertianBerpikir Kritis………………………………………
2. Alur Berpikir Kritis
3. Hal-hal penting yang diperhatikan dalam berpikir kritis
4. Keterampilan berpikir kritis
5. Konsep Pemikir Kritis
6. Level Pemikiran Kritis
7. Kompetensi berpikir kritis……………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………
B. Saran……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan
dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis,
pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi
lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid,
semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan
dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada
pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri

B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari berfikir kritis?
2. Apakah alur dari berpikir kritis ?
3. Apa saja hal hal penting yang diperhatikan dalam berpikir kritis?
4. Apa keterampilan berpikir kritis ?
5. Apa konsep dari berpikir kritis ?
6. Apa saja level pemikiran kritis ?
7. Apa kompetensi dari pemikir kritis ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis


2. Mengetahui alur berpikir kritis
3. Mengetahui hal-hal penting yang diperhatikan dalam berpikir kritis
4. Mengetahui keterampilan berpikir kritis
5. Mengetahui konsep dari berpikir kritis
6. Mengetahui level pemikiran kritis
7. Mengetahui kompetensi dari pemikir kritis

D. Manfaat

Dapat mengetahui dan memberikan contoh berpikir kritis dalam keperawatan.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan
dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis,
pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Menurut Para Ahli


Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk
membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga
ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi
kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis.
Asosasi ide-ide membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan
hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan
tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan
mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika
seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut
merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite
Innovation Ltd, 2001). Pengertian ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk
memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum
diwujudkan atau masih dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai
adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut.

Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai


suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan
yang baru.
2. Alar Berpikir Kritis
 Menentukan tujuan berpikir kritis (purpose thinking)
 Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequncy of knowledge)
 Mengidentifikasi masalah potensial (potential problem)
 Mengidentifikasi sumber pendukung (helpful resource)
 Membuat keputusan yang kritis ( critique of judgement/decision)

3. Hal-hal penting yang diperhatikan dalam berpikir kritis

1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan


Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam
mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya
terhadap klien, argumentasi perawat, profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat
melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah
kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif.
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language).
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language).
c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan
(directive use of language).
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan
keraguan dan keheranan (interrogative use of language).
e. Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2. Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-
hari).
b. Debat tentang suatu isu.
c. Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam
rangka merubah perilaku sehat.
d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan
serangkaian alasan perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau
tindakan.

3. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi
dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi
teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di
ruangan.
4. Keterampilan Dalam Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis terdiri dari merumuskan, menganalisis, memecahkan
masalah, menyimpulkan dan mengevaluasi. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:

1) Merumuskan: memberikan batasan dari objek yang diamati. Misalnya dalam


mata pelajran sejarah kegiatan merumuskan ini digunakan siswa untuk
mengemukakan fakta dari materi yang dipelajari, karena fakta merupakan
kerangka berpikir dalam sejarah. Menurut Mestika Zed (2003:51) fakta adalah
“tulang punggung” bangunan pengetahuan sejarah. Dapat dicontohkan
dengan; “Adipati Unus menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513 M”.
Pernyataan atau kalimat tersebut memang telah terjadi penyerangan Adipati
Unus ke Malaka yang dikuasai oleh Portugis pada tahun 1513 M atau adanya
usaha Adipati Unus untuk menyerang Portugis pada tahun 1513 M.

2) Menganalisis: proses menelaah, mengupas, ulasan, atau menguraikan ke


dalam bagian-bagian yang lebih terperinci. Oleh sebab itu, pertanyaan
mengapa (why) yang dikemukakan dalam menganalisis suatu peristiwa
sejarah. Dalam hal ini yang dianalisis adalah sebab-akibat suatu peristiwa
yang terjadi setelah merumuskan fakta.

3) Memecahkan Masalah: proses berpikir yang mengaplikasikan konsep kepada


beberapa pengertian baru. Tujuannya adalah agar siswa mampu memahami
dan menerapkan konsep-konsep dalam permasalahan atau ruang lingkup baru.
Dalam hal ini konsep-konsep digunakan dalam menjelaskan hubungan sebab-
akibat dari suatu peristiwa sejarah.

4) Menyimpulkan: proses berpikir yang memperdaya pengetahuan sedemikian


rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan baru. Menurut
Mestika Zed (2003:3) penarikan kesimpulan tujuannya adalah mencari atau
menguji pengeahuan yang bersifat umum yang disebut generalisasi
(pernyataan yang menyatakan hubungan antara konsep-konsep dan berfungsi
sebagai pembantu untuk berpikir dan mengerti) yang tidak harus terikat
dengan waktu dan tempat. Salah satu contohnya adalah: Keruntuhan Kerajaan
Majapahit adalah alasan-alasan yang serupa yang telah menghancurkan
kerajaan-kerajaan lainnya, terutama karena lemahnya kepemimpinan raja dan
perpecahan yang terjadi dalam lingkungan kerajaan.

5) Mengevaluasi: proses penilaian objek yang diamati. Penilaian ini bisa


menjadi netral, positif, dan negatif atau gabungan dari keduanya. Saat sesuatu
dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang
nilai atau manfaatnya. Dalam taksonomi belajar Bloom mengevaluasi
merupakan tahap berpikir kognitif yang tinggi. Pada tahap siswa dituntut agar
mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah
fakta atau konsep.

5. Konsep Pemikir Kritis


- berpikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan
keterampilan untuk menjawab pertanyaan
- secara teliti mengeksplorasi situasi dengan bertanya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan yang relevan
- berpikir untuk diri sendiri dengan secara teliti memeriksa berbagai ide dan
sampai pada suatu kesimpulan yang penuh pertimbangan
- memandang situasi dari perspektif yang berbeda-beda untuk mengembangkan
pemahaman secara lebih mendalam dan komprehensif
- mendiskusikan ide-ide dengan cara yang terorganisir untuk bertukar ide dan
mengeksplorasi ide-ide dengan orang lain

6. Level Pemikiran Kritis

1. BERPIKIR KRITIS BASIC


Seorang pelajar mempercayai ahli dan telah memiliki jawaban yang benar untuk
setiap masalah.Berpikir berdasarkan seperangkat aturan atau prinsip-prinsip.Sebagai
contoh, perawat menggunakan panduan sebuah lembaga prosedur untuk
mengkonfirmasi bagaimana memasukkan kateter. Perawat mahasiswa mengikuti
prosedur langkah demi langkah tanpa menyesuaikan prosedur untuk memenuhi
kebutuhan unik klien.Pemikir Untuk dasar jawaban untuk masalah yang kompleks
yang benar atau salah, dan salah satu jawaban yang benar biasanya ada untuk setiap
masalah.ini merupakan langkah awal dalam pengembangan kemampuan penalaran,
mengungkapkan bahwa individu telah memiliki terbatas pengalaman berpikir kritis.
Meskipun kecenderungan untuk diatur oleh orang lain, seseorang belajar untuk
menerima pendapat yang beragam dan nilai-nilai dari para ahli (mis instruktur, model
staf peran perawat)
Namun, pengalaman, kompetensi yang lemah, dan tidak fleksibel sikap dapat
membatasi kemampuan seseorang untuk bergerak ke tingkat berikutnya berpikir kritis

2. BERPIKIR KRITIS KOMPLEKS


- Mulai melepaskan diri dari otoritas dan menganalisis dan memeriksa alternatif yang
lebih mandiri
- Jawaban untuk masalah pada tingkat ini adalah "tergantung"
- Seorang perawat menyadari bahwa solusi alternatif dan mungkin bertentangan
memang ada
- Dalam berpikir kritis kompleks, setiap solusi memiliki manfaat dan risiko yang
perawat berat sebelum membuat keputusan akhir
- Ada pilihan
- Berpikir dapat menjadi lebih kreatif dan inovatif
- Ada kemauan untuk mempertimbangkan penyimpangan dari protokol atau kebijakan
standar ketika situasi yang kompleks berkembang.
- Perawat mempelajari berbagai pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama

3. KOMITMEN
- Individu mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan tanpa bantuan dari orang
lain dan kemudian mengasumsikan akuntabilitas
- Perawat tidak lebih dari sekadar mempertimbangkan alternatif kompleks masalah
pose
- Perawat memilih suatu tindakan atau keyakinan berdasarkan pada alternatif yang
tersedia dan berdiri dengan itu
- Ini adalah perwujutan dari pengalaman dan pengetahuan.
7. Kompetensi berpikir kritis
-Proses kognitif yang digunakan perawat dalam membuat keputusan
-Mencakup kompetensi berpikir kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, dan berpikir
kritis spesifik dalam keperawatan
-Berpikir kritis umum: metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan
-Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan: proses keperawatan
penggunaan penalaran diagnostik dan pengambilan keputusan klinis
dalam praktek keperawatan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan
disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir kritis untuk
menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap berada dalam jalur
yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu, tugas dan peran perawat
juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain, misalnya dengan tugas dan
wewenang dokter.

Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan kepada


pasien tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat tersebut dapat
dituntut pidana karena melanggar undang-undang. Di zaman yang serba canggih ini,
perintah penanganan atau penginjeksian pasien tidak harus dilakukan dokter ketika
bertatap muka saja. Tetapi, dapat melalui telepon. Hal ini dapat meningkatkan
efisiensi terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan.

B. Saran

Saran penulis, sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus selalu
berpikir kritis dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan pada tugas dan peran
perawat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.utm.my/10356/1/bab9.pdf
Maryam, R.Siti, S.Kep.,Ns. Santun Setiawati, S.Kep,. Ns. Mia Fatma Ekasari,
S.Kep.,2008. Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai