Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ BERPIKIR KRITIS ”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III :
MUHAMMAD ANUGRAH
MUHAMMAD NAHRAWI
MUHAMMAD FADHIL
FEBY RAHMAHTIA
NUR FAUZIAH
NINDI JUS’AN
GITA SAPITRI
HEFI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESI


POLTEKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat danhidayahNya kepada Kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan
tugas makalah ini.
Selawat berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
berilmu pengetahuan seperti yangkita rasakan sekarang.Terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara
langsungmaupun tidak langsung .Kami juga menyadari bahwa
tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segiisi, maupun dari
segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifatmembangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

Definisi berpikir kritis

Manfaat dan fungsi berpikir kritis

Analisis berpikir kritis

Karakteristik berpikir kritis

Pemecahan masalah dengan berpikir kritis

Aplikasi berpikir kritis dalam keperawatan

Konsep model

THINK (TOTAL RECALL, HABITS, INQUIRY, NEW IDEAS AND CREATIVITY,


KNOWING HOW YOU THINK)

The 6 R’s (costa & collagues)

Contoh dalam proses keperawatan (minimal 3/ model)


BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berfikir kritis adalah kemampuan untuk mempertanyakan,
menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis dan rasional.
Berfikir kritis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi,
mempertimbangkan berbagai sudut pandang, mengumpulkan bukti, dan
membuat kesimpulan yang didasarkan pada logika dan bukti yang ada.

Dengan berfikir kritis, seseorang dapat menghindari penilaian yang


tergesa-gesa, mengatasi bias personal, dan membuat keputusan yang
lebih baik. Berfikir kritis juga membantu seseorang untuk memahami
informasi dengan lebih mendalam, mengeksplorasi argumen-argumen
yang berbeda, dan mengembangkan kemampuan analitis yang kuat.

Berfikir kritis tidak hanya penting dalam konteks akademis atau


profesional, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berfikir
kritis, seseorang dapat menjadi lebih terampil dalam menyusun argumen
yang kuat, menghadapi perbedaan pendapat dengan bijaksana, dan
membuat keputusan yang lebih tepat

B. RUMUSAN MASALAH

1. Definisi berpikir kritis

2. Manfaat dan fungsi berpikir kritis

3. Analisis berpikir kritis

4. Karakteristik berpikir kritis

5. Pemecahan masalah dengan berpikir kritis

6. Aplikasi berpikir kritis dalam keperawatan

7. Konsep model
8. THINK (TOTAL RECALL, HABITS, INQUIRY, NEW IDEAS AND
CREATIVITY, KNOWING HOW YOU THINK)

9. The 6 R’s (costa & collagues)


10. Contoh dalam proses keperawatan (minimal 3/ model)

C. TUJUAN
Meningkatkan Kemampuan Analisis: Memungkinkan seseorang
untuk menganalisis informasi secara objektif, mengidentifikasi argumen
yang kuat dan lemah, serta mengevaluasi keakuratan dan keandalan
informasi. Mendorong Kreativitas Berpikir kritis dapat membantu
seseorang untuk memecahkan masalah dengan pendekatan yang inovatif
dan kreatif, memungkinkan pengembangan solusi baru dan pemikiran di
luar kotak.
Memperkuat Kemampuan Argumentasi Dapat membantu
seseorang dalam menyusun argumen yang jelas dan persuasif, serta
merespons dengan tepat terhadap argumen orang lain. Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Berpikir kritis memungkinkan seseorang untuk
menyampaikan ide-ide dengan lebih jelas dan efektif, serta mampu
berinteraksi dengan orang lain secara lebih konstruktif
Membangun Ketahanan Terhadap Manipulasi Informasi
Memungkinkan individu untuk mengenali upaya manipulasi informasi,
termasuk propaganda, retorika yang menyesatkan, dan logika yang
salah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. BERPIKIR KRITIS

a. Definisi berpikir kritis


Facione (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai
pengaturan diri dalam memutuskan (judging) sesuatu yang
menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun
pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria,
atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya
keputusan. Berpikir kritis penting sebagai alat inkuiri. Berpikir kritis
merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam kehidupan
bermasyarakat dan personal seseorang.
Filsaime (2008) mengutip beberapa definisi berpikir kritis dari
beberapa ahli berikut. Scriven dan Paul (1996) dan Angelo (1995)
memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh,
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai
sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi. Selain itu, berpikir
kritis juga telah didefinisikan sebagai “berpikir yang memiliki maksud,
masuk akal, dan berorientasi tujuan” dan “kecakapan untuk
menganalisis sesuatu informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis
dari berbagai macam perspektif” (Silverman dan Smith, 2002).
Costa (1985) menggambarkan bahwa berpikir kritis adalah: "using
basic thinking processes to analyze arguments and generate insight
into particular meanings and interpretation; also known as directed
thinking". Dewey mengartikan berpikir kritis sebagai "...essentially
problem solving "; Ennis (dalam Costa, 1985): "the process of
reasonably deciding what to believe"; atau juga dapat didefinisikan
sebagai: "... a search for meaning, not the acquisition of knowledge"
(Arends,1977). Ennis (dalam Costa,1985) dalam bentuk working
definition menggambarkan bahwa: "critical thinking is reasonable,
reflective thinking that is focused on deciding what to believe".
Gega (1977) menyatakan bahwa orang yang berpikir kritis adalah
".... who base sugesstion and conclusions on evidence..." yang
ditandai dengan: menggunakan bukti untuk mengukur kebenaran
kesimpulan, menunjukkan pendapat yang kadang kontradiktif dan
mau mengubah pendapat jika ternyata ada bukti kuat yang
bertentangan dengan pendapatnya. Senada dengan apa yang
dikemukakan Gega, The Statewide History-social science Assesment
Advisory commitee (USA) mendefinisikan berpikir kritis sebagai " ...
those behaviors associated with deciding what to believe and do".
Definisi berpikir kritis yang lain adalah berikut ini. “Critical thinking
is the intellectually disciplined process of actively and skillfully
conceptualizing, applying, synthesizing, and/or evaluating information
gathered from, or generated by, observation, experience, reflection,
reasoning, or communication as a guide to belief and action. In its
exemplary form, it is based on universal intellectual values that
trancend subject matter divisions: clarity, accuracy, precision,
consistancy, relevance, sound evidence, good reasons, depth,
breadth, and fairness. It entails the examination of those structures or
elements of thought implicit in all reasoning: purpose, problem, or
questionate-issue, assumptions, concepts, empirical grounding;
reasoning leading to conclusions, implication and consequences,
objection from alternative viewpoints, and frame of reference”
(Jenicek, 2006).
Ennis (1985) dalam Goals for a Critical Thinking Curiculum,
berpikir kritis meliputi karakter (disposition) dan keterampilan (ability).
Karakter dan keterampilan merupakan dua hal yang tidak terpisah
dalam diri seseorang. Dari perspektif psikologi perkembangan,
karakter dan keterampilan saling menguatkan, karena itu keduanya
harus secara eksplisit diajarkan bersama-sama. Karakter (disposition)
tampak dalam diri seseorang sebagai pemberani, penakut, pantang
menyerah, mudah putus asa, dan lain sebagainya. John Dewey
menggambarkan aspek karakter dari berpikir sebagai “atribut
personal”. Suatu karakter (disposisi) manusia merupakan motivasi
internal yang konsisten dalam diri seseorang untuk bertindak,
merespon seseorang, peristiwa, atau situasi biasa. Berbagai
pengalaman memperkuat teori karakter (disposisi) manusia yang
ditandai sebagai kecenderungan yang tampak, yang dapat dengan
mudah dideskripsikan, dievaluasi, dan dibandingkan oleh dirinya
sendiri dan orang lain.
Samsudin (2009) mengutip model yang diadaptasi dari Triandis
(1979, dalam Rickets dan Rudd, 2005), keterampilan berpikir kritis
merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh karakter berpikir kritis dan
sejumlah faktor pendukung, yang digambarkan dalam skema pada
Gambar:

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa berpikir


kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir
nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan atau
pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian
dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam
hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif).
Secara umum nampak bahwa berpikir kritis yaitu proses
intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam
membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis,
membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut
berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan,
dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap
dan tindakan.

b. Manfaat dan fungsi berpikir kritis


Fungsi Berpikir Kritis dalam KeperawatanBerikut ini merupakan
fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam melakukan
adalahsebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam
pembunuhan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kemiskinan.
4. Menganalisi pengertian hubungan dari masing-masin indikasi
penyebab dan tujuan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam perdarahan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
pembunuhan.
8. Membuat dan memeriksa dasar analisis dan validasi kesalahan
data
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang kelangsungan
hidup.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan
dan kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
perawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktivitas nilai-
nilai keputusan.
13. Mengevaluasi kinerja kinerja keperawatan dan kesejahteraan.

c. Analisis berpikir kritis

Analisis berpikir kritis adalah proses pemecahan masalah yang


sistematis dan rasional yang melibatkan evaluasi mendalam terhadap
informasi, argumen, atau situasi tertentu. Ini melibatkan kemampuan
untuk menguraikan, memeriksa, dan mengevaluasi berbagai aspek
dari suatu pernyataan atau situasi untuk mencapai pemahaman yang
lebih baik atau membuat keputusan yang lebih tepat.

Berikut adalah beberapa elemen kunci dari analisis berpikir kritis:

1. Penguraian:
Ini melibatkan memecah informasi atau argumen menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil atau lebih mudah dipahami. Penguraian
membantu untuk memahami elemen-elemen yang mendasari suatu
konsep atau pernyataan.

2. Penilaian:
Setelah informasi atau argumen diuraikan, langkah berikutnya adalah
mengevaluasi validitas, kebenaran, atau keandalan dari setiap
bagian. Ini melibatkan mengidentifikasi asumsi yang mendasarinya,
menilai bukti yang digunakan untuk mendukung pernyataan, dan
mengidentifikasi bias atau kesalahan logika yang mungkin ada.

3. Pengumpulan Bukti:
Sebagai bagian dari analisis berpikir kritis, penting untuk
mengumpulkan bukti yang relevan dan dapat dipercaya untuk
mendukung atau menentang suatu pernyataan atau argumen. Ini
dapat melibatkan penelitian, pengamatan, atau pengalaman pribadi.

4. Evaluasi Kesimpulan:
Ketika semua bukti telah dikumpulkan dan asumsi telah dinilai,
langkah terakhir adalah membuat kesimpulan yang didukung oleh
bukti yang ada. Kesimpulan harus logis dan konsisten dengan
informasi yang telah dianalisis.

5. Refleksi:
Sebagian besar analisis berpikir kritis melibatkan refleksi atas proses
analisis itu sendiri. Ini melibatkan mempertanyakan pendekatan yang
digunakan, mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan dalam
proses, dan mengevaluasi cara untuk meningkatkan analisis di masa
depan. Analisis berpikir kritis tidak hanya berkaitan dengan
mengevaluasi informasi secara kritis, tetapi juga dengan
pengembangan keterampilan penalaran dan penyelesaian masalah
yang kuat. Ini merupakan keterampilan yang yang sangat berharga
dalam berbagai konteks, termasuk akademis, profesional, dan
kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan analisis berpikir kritis,
individu dapat membuat keputusan yang lebih baik, memecahkan
masalah yang kompleks, dan mengambil sikap yang lebih
bertanggung jawab dalam masyarakat.

d. Karateristik berpikir kritis

berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, termasuk:

1. Analitis:
Kemampuan untuk menganalisis informasi secara teliti dan
menyeluruh.
2. Logis:
Kemampuan untuk mengikuti alur pemikiran yang masuk akal
dan konsisten.
3. Reflektif:
Kemampuan untuk mempertimbangkan secara mendalam
tentang argumen dan pendapat yang diberikan.
4. Sistematis:
Kemampuan untuk mengorganisir dan menyusun informasi
secara terstruktur.
5. Terbuka:
Kemampuan untuk menerima ide-ide baru dan
mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda.
6. Skeptis:
Kemampuan untuk mempertanyakan dan mengevaluasi
klaim atau pernyataan tanpa mengambilnya begitu saja.
7. Kreatif:
Kemampuan untuk berpikir di luar kotak dan menemukan
solusi alternatif.
8. Komunikatif:
Kemampuan untuk menyampaikan pemikiran dan argumen
dengan jelas dan efektif kepada orang lain.
e. Pemecahan masalah dengan berpikir kritis

Berfikir kritis sangat penting dalam proses pemecahan masalah


karena membantu seseorang untuk menganalisis situasi dengan
cermat, mengevaluasi berbagai opsi secara objektif, dan membuat
keputusan yang baik berdasarkan informasi yang tersedia. Berikut
adalah cara berfikir kritis dapat digunakan dalam pemecahan
masalah:

Pengidentifikasian Masalah: Berfikir kritis memungkinkan


seseorang untuk menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, memahami penyebabnya, dan mengidentifikasi akar
permasalahannya.

Pengumpulan Informasi: Melalui analisis kritis, seseorang dapat


mengumpulkan data dan informasi yang relevan terkait dengan
masalah yang dihadapi, baik melalui riset, observasi, atau konsultasi
dengan ahli.

Analisis Mendalam: Dengan berfikir kritis, seseorang dapat


menganalisis informasi yang telah dikumpulkan dengan seksama,
mengidentifikasi pola-pola atau tren yang muncul, serta memahami
implikasi dari setiap informasi tersebut terhadap masalah yang
dihadapi.

Penilaian Opsi: Berfikir kritis membantu seseorang untuk


menilai berbagai opsi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah,
termasuk menganalisis kelebihan dan kekurangan setiap opsi serta
mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan.

Kreativitas dalam Solusi: Meskipun berfikir kritis mengharuskan


seseorang untuk menggunakan logika dan penalaran yang kuat,
namun juga membuka ruang untuk kreativitas dalam menemukan
solusi yang inovatif atau alternatif.
Pengambilan Keputusan: Berfikir kritis membantu seseorang
untuk membuat keputusan yang terinformasi dan bijaksana
berdasarkan analisis yang cermat terhadap informasi yang ada, serta
mempertimbangkan tujuan dan nilai-nilai yang ingin dicapai.

Pemantauan dan Evaluasi: Setelah mengambil tindakan untuk


menyelesaikan masalah, berfikir kritis memungkinkan seseorang
untuk terus memantau perkembangan situasi, mengevaluasi
efektivitas solusi yang diterapkan, dan melakukan penyesuaian jika
diperlukan. Dengan menerapkan keterampilan berfikir kritis dalam
proses pemecahan masalah, seseorang dapat mengoptimalkan
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan
efisien, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.

f. Aplikasi berpikir kritis dalam keperawatan

Pengaplikasian aplikasi berfikir kritis dalam keperawatan dapat


membantu perawat dalam mengambil keputusan yang tepat,
mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, merencanakan intervensi
yang efektif, dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang dilakukan.
Berikut adalah beberapa cara penggunaan aplikasi berfikir kritis
dalam praktik keperawatan:

1. Identifikasi Masalah: Aplikasi dapat membantu perawat dalam


mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dengan memberikan
informasi yang relevan berdasarkan gejala, tanda, dan riwayat
kesehatan pasien.

2. Evaluasi Informasi: Perawat dapat menggunakan aplikasi untuk


mengevaluasi informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti
jurnal ilmiah, buku referensi, dan panduan klinis, sehingga dapat
membuat keputusan yang didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat.
3. Rencana Perawatan: Aplikasi dapat membantu perawat dalam
merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien, termasuk pemilihan tindakan yang tepat
berdasarkan kondisi pasien dan rekomendasi terkini.

4. Monitoring dan Evaluasi: Perawat dapat menggunakan aplikasi


untuk memantau dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan
yang dilakukan, sehingga dapat melakukan perubahan atau
penyesuaian jika diperlukan.

5. Pendidikan dan Pelatihan: Aplikasi juga dapat digunakan sebagai


sarana pendidikan dan pelatihan bagi perawat untuk
mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam praktik
keperawatan, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam merawat pasien dengan baik.

Dengan memanfaatkan aplikasi berfikir kritis dalam praktik


keperawatan, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan yang
lebih berkualitas dan efektif bagi pasien serta meningkatkan
profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

B. MODEL BERPIKIR KRITIS

a. Model think

Konsep model THINK merupakan pendekatan yang dapat


membantu individu dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan
kreatif. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing
komponen dari model THINK:

1. Total Recall (Pemulihan Total): Total Recall mengacu pada


kemampuan individu untuk mengingat informasi yang relevan dan penting
dalam proses berfikir kritis. Hal ini melibatkan kemampuan untuk
menyimpan, mengingat, dan mengakses informasi yang diperlukan dalam
memecahkan masalah atau membuat keputusan.

2. Habits (Kebiasaan): Habits mencakup kebiasaan-kebiasaan positif


yang dapat membantu individu dalam mengoptimalkan proses berfikir
kritis. Ini termasuk kebiasaan seperti mengumpulkan informasi secara
sistematis, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan melakukan
evaluasi secara objektif.

3. Inquiry (Penyelidikan): Inquiry melibatkan kemampuan individu untuk


mengajukan pertanyaan yang relevan dan mendalam dalam proses
berfikir kritis. Dengan bertanya, individu dapat menggali informasi lebih
lanjut, memahami permasalahan dengan lebih baik, dan mencari solusi
yang tepat.

4. New Ideas and Creativity (Ide Baru dan Kreativitas): Komponen ini
menekankan pentingnya memiliki pikiran yang kreatif dan mampu
menghasilkan ide-ide baru dalam proses berfikir kritis. Kreativitas dapat
membantu individu untuk melihat masalah dari sudut pandang yang
berbeda dan menemukan solusi inovatif.

5. Knowing How You Think (Mengetahui Cara Berpikir Anda):


Mengetahui cara berpikir Anda sendiri adalah langkah penting dalam
pengembangan kemampuan berfikir kritis. Ini melibatkan kesadaran diri
terhadap preferensi berpikir, kecenderungan bias, dan strategi berpikir
yang efektif sehingga individu dapat meningkatkan kemampuan
berfikirnya.

Dengan menerapkan konsep model THINK ini, individu dapat


mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif yang lebih baik,
sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik, menyelesaikan
masalah dengan efektif, dan meningkatkan kualitas kerja serta hasil karya
b. The 6 R’s (costa & collagues)

Berpikir kritis menggunakan model The 6 R's (Costa & Colleagues)


dalam konteks keperawatan mengacu pada kemampuan seorang
perawat untuk melakukan evaluasi yang mendalam dan analitis terhadap
setiap langkah dalam proses perawatan pasien. Dengan
mempertimbangkan setiap aspek dari 6 R's - Right Assessment, Right
Diagnosis, Right Plan, Right Implementation, Right Evaluation, dan Right
Revision - seorang perawat dapat mengembangkan pemikiran kritis yang
sistematis dan terarah dalam memberikan perawatan yang berkualitas.

Dalam berpikir kritis menggunakan model The 6 R's, seorang perawat


perlu mampu:

1. Mengidentifikasi informasi yang relevan dan penting dalam


proses assessment pasien (Right Assessment).
2. Menganalisis data yang terkumpul untuk membuat
diagnosis yang akurat (Right Diagnosis).
3. Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif
dan individualized berdasarkan diagnosis (Right Plan).
4. Melaksanakan rencana perawatan dengan efektif dan
efisien (Right Implementation).
5. Mengevaluasi respons pasien terhadap intervensi dan
perawatan yang diberikan (Right Evaluation).
6. Merevisi rencana perawatan berdasarkan hasil evaluasi
dan perkembangan kondisi pasien (Right Revision).

Dengan menggunakan model The 6 R's secara kritis, seorang perawat


dapat mengoptimalkan kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien,
memastikan keselamatan pasien, serta meningkatkan hasil perawatan
secara keseluruha
CONTOH DALAM PROSES KEPERAWATAN :

THINK :

1.Tunjukkan: Seorang perawat menunjukkan empati dan kepedulian kepada


seorang pasien yang sedang merasa cemas atau stres dengan menghabiskan
waktu untuk mendengarkan keluhannya secara aktif dan memberikan dukungan
emosional.

2.Hubungkan: Seorang perawat menghubungkan informasi yang diberikan oleh


pasien dengan data medis yang ada, serta dengan pengetahuan yang
dimilikinya, untuk memahami lebih baik tentang kondisi pasien dan merumuskan
rencana perawatan yang sesuai.

3.Interpretasikan: Seorang perawat menginterpretasikan hasil tes atau


pemeriksaan untuk membantu mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan
pasien dan mengarahkan langkah-langkah perawatan selanjutnya dengan lebih
tepat.

4.Nikmati: Seorang perawat menikmati momen positif dalam interaksi dengan


pasien, seperti melihat pasien sembuh dari penyakitnya atau melihat perbaikan
dalam kondisi kesehatannya setelah mendapat perawatan yang baik.

5.Kembangkan: Seorang perawat terus-menerus mengembangkan


keterampilan dan pengetahuannya dengan mengikuti pelatihan, seminar, atau
membaca literatur terbaru dalam bidang keperawatan untuk memberikan
perawatan yang lebih baik dan mutakhir kepada pasien.

THE 6 R’s (Costa & Collagues)

berikut adalah contoh penerapan 6 R's dalam proses keperawatan:

Registrasi: Seorang pasien datang ke rumah sakit dan diarahkan ke bagian


pendaftaran untuk mengisi formulir pendaftaran dan memberikan informasi dasar
seperti nama, alamat, dan nomor kontak.

Review: Perawat meninjau riwayat medis pasien yang sudah ada dalam sistem,
termasuk riwayat penyakit sebelumnya, alergi obat, dan kondisi kesehatan
terkini.
Resep: Berdasarkan hasil review dan evaluasi kondisi pasien, dokter
meresepkan obat-obatan dan prosedur medis yang sesuai untuk mengobati atau
merawat pasien.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Definisi Kemampuan Berfikir Kritis
Berdasarkan Facione (2006) berpikir kritis sebagai pengaturan diri dalam
memutuskan (judging) sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis,
evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu bukti,
konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi
dasar dibuatnya keputusan
 Indikator berpikir kritis
a. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
b. Kegiatan merumuskan pertanyaan
c. Membatasi Permasalahan
d. Menguji data – data
e. Mentoleransi ambiguitas
f. Menghindari penyederhann berlebihan
g. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
h. Menganalisis berbagai pendapat
 Langkah berpikir kritis
a. Pengenalan masalah masalah
b. Menilai informasi
c. Memecahkan masalah / menarik kesimpulan
 Akar Masalah Rendahnya Kemempuan Berpikir Kritis
 Cara Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis
a. Instrumen Tes Berpikir Kritis
b. California Critical Thinking Disposition Inventory (CCTDI)
 Pemberdayaan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan oleh guru
dengan pembelajaran menggunakan strategi-strategi pembelajaran
konstruktivistik yang berpotensi memberdayakan kemampuan berpikir
kritis, seperti inquiry based learning, problem based learning, Thinking
Empowerment by Questioning (TEQ), cooperative learning
 Strategi pembelajaran terkait berpikir kritis
a. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD)
b. Strategi think pair share (TPS) : merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa.
c. Snowballing
d. Point Counter Point
e. Debate
B. SARAN

Berpikir kritis dapat dipelajari dan ditingkatkan bahkan pada usia


dewasa. Agar proses berpikir kritis terjadi dalam pembelajaran diperlukan
adanya perencanaan yang spesifik pada materi, konstruk, dan kondisi
DAFTAR PUSTAKA
Zubaidah, S. (2010, January). Berpikir Kritis: kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains. In Makalah Seminar
Nasional Sains dengan Tema Optimalisasi Sains untuk memberdayakan
Manusia. Pascasarjana Unesa (Vol. 16, No. 1, pp. 1-14).

br Sitepu, I. E. MANFAAT DAN FUNGSI BERPIKIR KRITIS DALAM


KEPERAWATAN.

Agnafia, D. N. (2019). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam


pembelajaran biologi. Florea: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 6(1), 45-53.

Hidayat, S., & Nur, L. (2018). Nilai Karakter, Berpikir Kritis dan Psikomotorik Anak
Usia Dini. JIV-Jurnal Ilmiah Visi, 13(1), 29-35.

Redhana, I. W. (2013). Model pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan


keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jurnal pendidikan dan
Pengajaran, 46(1).

Anda mungkin juga menyukai