Anda di halaman 1dari 16

Kata pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta berbagai upaya ,tugas makalah mata kuliah Gizi
Diet yang membahas tentang Kebutuhan Gizi Bayi dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Penyusunan makalah ini saya susun dengan semaksimal mungkin dan didukung bantuan
dari berbagai pihak ,sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya .Namun saya
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan . Untuk itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa yang akan
datang.

Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Kendari, 15 Februari 2024

Hefi
Daftar isi

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………………………..

Daftar isi ………………………………………………………………………………………………………………………….

Pemberian susu formula pada bayi…………………………………………………………………………………..

Faktor yang mempengaruhi tumbang bayi……………………………………………………………………….

Penyapihan dan pengenalan makanan tambahan bayi ( makanan selain ASI )………………….

Pengganti ASI dan mengapa diperlukan……………………………………………………………………………

Masalah masalah gizi yang di perlukan pada bayi,penyebab dan upaya mengatasinya…….

Hasil hasi penelitian tentang bayi dan masalah kesehatan bayi yang berkaitan dengan

nutrisi………………………………………………………………………………………………………………………....

Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………….

Saran……………………………………………………………………………………………………………………………

Daftar pustaka……………………………………………………………………………………………………………..
6. Pemberian susu formula pada bayi

Kematian balita menurut WHO disebabkan oleh multifaktor, salah satunya adalah
kegagalan ASI eksklusif. Salah satu faktor penyebab kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif
adalah pemberian susu formula. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-
6 bulan. Subjek dari penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan berjumlah 101
orang. Adapun faktor yang diteliti adalah pengetahuan, usia, pekerjaan, pendidikan, jumlah
anak, akses informasi, penghasilan keluarga, dukungan keluarga, penolong persalinan, dan
tempat melakukan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan, usia, akses informasi, penghasilan keluarga, dan dukungan keluarga dengan
pemberian susu formula terhadap bayi usia 0-6 bulan.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 proporsi pola pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan
di Indonesia sebanyak 37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI parsial, dan 3,3% ASI predominan.
Pemberian susu formula merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan dalam
pemberian ASI eksklusif. Data dari Puskesmas Pamulang Barat menunjukkan bahwa ibu yang
memberikan ASI eksklusif sebesar 44,9%, sedangkan sisanya mengganti ASI dengan susu
formula atau memberikan MP-ASI dini. Mengganti ASI dengan susu formula atau pemberian
MP-ASI terlalu dini dapat membawa masalah gizi di kemudian hari seperti gizi lebih, gizi kurang
hingga kematian bayi (Ariani, 2008). Suatu perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 kategori
faktor utama yaitu, faktor presdiposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong, begitu pula
dengan perilaku pemberian susu formula. Masih rendahnya angka ASI eksklusif di daerah
Pamulang Barat salah satunya disebabkan oleh pemberian susu formula, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi ibu dalam pemberian susu
formula pada bayi. Variabel yang akan diteliti adalah faktor ibu (pendidikan, pengetahuan, dan
pekerjaan), faktor ekonomi, faktor lingkungan, dukungan keluarga, hingga faktor pertolongan
kelahiran (tenaga penolong persalinan dan tempat persalinan).

informasi 74,3% ibu mudah mendapatkan akses informasi mengenai susu formula.
Untuk variabel penghasilan, 67,3% ibu memiliki penghasilan yang tinggi dan untuk dukungan
keluarga 61,4% ibu mendapatkan dukungan dari keluarga untuk memberikan susu formula
kepada bayinya.

7.Faktor yang mempengaruhi tumbang bayi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram.1 BBLR biasanya memiliki fungsi sistem organ yang belum matur sehingga dapat mengalami
kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya.2 Oleh karena itu, BBLR memiliki risiko untuk
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan di masa depan. Hambatan tersebut akan terjadi
pada tahun-tahun pertama kehidupan anak dengan riwayat BBLR.
Pertumbuhan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, dan ukuran yang dapat diukur dengan ukuran berat dan panjang. Adapun perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia balita. Beberapa penelitian
mengungkapkan anak yang lahir dengan riwayat BBLR mempunyai pola pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak berat lahir normal. Terdapat hambatan pertumbuhan yang serius pada anak
dengan riwayat BBLR yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berumur 2 tahun sehingga anak
tidak pernah mencapai berat badan ideal. 5 Jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, hambatan
terjadi tidak hanya pada pertumbuhan fisik saja, melainkan juga pada perkembangannya.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan 2018


menunjukkan data kunjungan balita (0-59 bulan) dan yang sesuai standar sebesar 54,6 %. Untuk angka
di tingkat Provinsi aceh data kunjungan balita (0-59 bulan) sesuai standar 40%. Kota Banda Aceh pada
tahun 2019 jumlah balita 20.846 sementara cakupan kunjungan balita (0-59 bulan) yang sesuai standar
sebanyak 14.076 atau sekitar 68%. Data tersebut masih terlihat rendah bila di bandingkan dengan angka
standar pelayanan minimal yang harus dicapai sebesar 90% .

Aspek tumbuh kembang merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan
seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang sangat rendah.
Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan
termasuk pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Sering juga para orang tua mempunyai
pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama.Pertumbuhan
dan perkembangan terjadi secara teratur, berurutan, terus menerus dan kompleks. Semua manusia
mengalami pola pertumbuhan dan tingkat perkembangan yang sama, tetapi karena pola dan tingkat ini
bersifat individual, variasi yang luas dalam perubahan biologis dan perilaku dianggap normal. Dalam
setiap tingkat perkembangan, capaian pada tahap tertentu yang akan terjadi dapat diidentifikasi
misalnya, kapan pertama kali bayi dapat berguling, merangkak, berjalan, atau mengucapkan kata-kata
pertamanya. Meskipun pertumbuhan dan pengembangan terjadi secara individual untuk orang yang
berbeda, generalisasi tertentu dapat dibuat tentang sifat pengembangan manusia untuk semua orang.

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan orang tua. Status ekonomi keluarga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang dibesarkan di keluarga yang memiliki
status ekonomi tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih baik dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang berstatus ekonomi sedang atau rendah. Anak dengan
latar belakang status ekonomi rendah biasanya memiliki keterkaitan dengan masalah kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang buruk, serta ketidaktahuan terhadap proses tumbuh kembang. Hal
tersebut akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung.
Status ekonomi sering dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi status
ekonomi seseorang akan semakin tinggi pula tingkat pendidikannya. Keluarga dengan tingkat pendidikan
yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau arahan tentang cara meningkatan tumbuh
kembang anak, penggunaan fasilitas kesehatan, serta pendidikan yang terbaik untuk anaknya
dibandingkan keluarga dengan tingkat pendidikan rendah.Tumbuh kembang anak dapat juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya seperti stimulasi orang tua, nutrisi, serta jenis kelamin. Nutrisi
dan stimulasi orang tua merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan proses
tumbuh kembang anak. Anak yang mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup dan stimulasi yang
terarah dari orang tua akan memiliki tumbuh kembang yang optimal.

Teori mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pada anak perempuan memiliki
kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan dengan anak laki-laki. Kemajuan tersebut ada sejak dari
periode kelahiran hingga periode pubertas berakhir. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dan
diberikan dengan baik sesuai dengan usia anak karena akan berpengaruh besar terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Salah satu periode usia yang sangat membutuhkan perhatian khusus pada anak dengan riwayat
BBLR adalah periode usia toddler. Usia toddler terjadi antara 1 sampai 3 tahun. Usia ini merupakan masa
keemasan pada anak karena pada masa ini anak akan sangat cepat mempelajari hal-hal baru.
Keberhasilan menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia toddler membutuhkan dasar yang kuat
selama masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang lain terutama orang tua.
Berdasarkan hal tersebut, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak usia
toddler harus diberikan secara optimal oleh orang tua maupun anggota keluarga lainnya. Sebuah
penelitian mengatakan apabila pemberian stimulasi yang rendah dan tingkat kesejahteraan yang kurang
di rumah akan menyebabkan tumbuh kembang anak menjadi terganggu dan bagi anak dengan riwayat
BBLR akan semakin berisiko lebih besar.

8.Penyapihan dan pengenalan makanan tambahan bayi (makanan selain ASI)

Periode emas dalam dua tahun pertama kehidupan anak dapat tercapai optimal apabila
ditunjang dengan asupan nutrisi tepat sejak lahir . Menurut Air Susu Ibu (ASI) sebagai satu-satunya
nutrisi bayi sampai usia enam bulan dianggap sangat berperan penting untuk tumbuh kembang,
sehingga rekomendasi dari pemerintah, bahkan kebijakan WHO mengenai hal ini telah ditetapkan dan
dipublikasikan ke seluruh dunia.

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi
pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Sebagian besar kejadian kurang gizi dapat
dihindari apabila mempunyai cukup pengetahuan tentang cara pemeliharaan gizi dan mengatur
makanan anak. Ketidaktahuan tentang carapemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan
yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya
masalah kurang gizi dan infeksi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun [4]. Kenyataannya,
praktek pemberian MP-ASI dini sebelum usia enam bulan masih banyak dilakukan di Negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini akan berdampak terhadap kejadian infeksi yang tinggi seperti
diare, infeksi saluran napas, alergi hingga gangguan pertumbuhan .

Asupan nutrisi yang tidak tepat juga akan menyebabkan anak mengalami malnutrisi yang
akhirnya meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas [6]. Kurang gizi pada balita dapat
berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek dan kurus
dibandingkan teman-teman sebayanya yang lebih sehat, ketika memasuki usia sekolah tidak bisa
berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu. Gizi memegang peranan penting dalam siklus
hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kurang gizi
akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak yang apabila tidak diatasi
secara dini akan berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, sehingga dapat diistilahkan sebagai periode emas sekaligus kritis. Periode
emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai dengan
tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya pada bayi dan anak pada masa usia 0-24 bulan tidak
memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizi, maka periode emas ini akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, saat ini maupun selanjutnya .

MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan
yang semi padat. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak .Pemberian MP-ASI yang tepat
diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan
makan dan merangsangg rasapercaya diri pada bayi. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi
dari bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan
lembekdan akhirnya makanan padat .

Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini. Bertambah umur bayi
bertambah pula kebutuhan gizinya, maka takaran susunya pun harus ditambah, agar bayi mendapat
energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak
60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipebuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan
baik gizinya .Oleh sebab itu pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal
dari MP-ASI, namun MP-ASI yang diberikan juga harus berkualitas.

MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yangmengandung
zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhikebutuhan gizi selain ASI.
MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.
Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas
dalam pemberian MP-ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan
terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama
kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan
produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan makanan
tambahan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut .

Makanan pendamping ASI dapat disiapkan secara khusus untuk bayi ataumakanannya sama
dengan makanan keluarga, namun tekturnya disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam
menerima makanan

Tujuan Pemberian MP-ASI

Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan yang terbaik bagibayi, namun
setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan tambahan selain ASI yang disebut makanan
pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang
cukup bagi kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik
yang optimal, selain itu untuk mendidik bayi Supaya memiliki kebiasaan makan yang baik. Tujuan
tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur, kualitas
dan kuantitas makananbaik serta jenis makanan yang beraneka ragam .

MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan
kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk
menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan
bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan
antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI .

Pemberian MP-ASI pemulihan sangat dianjurkan untuk penderita KEP, terlebih bayiberusia
enam bulan ke atas dengan harapan MP-ASI ini mampu memenuhi kebutuhan gizidan mampu
memperkecil kehilangan zat gizi

Persyaratan MP-ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan. Makanan ini diberikan
karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat
dipenuhi lagi hanya dengan pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat
kasar dan bahan lain yang sukar dicerna seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya
akan mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi. Selain itu juga tidak boleh bersifat
kamba, sebabakan cepat memberi rasa kenyang pada bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis bahan
pangan, tetapi merupakan suatu campuran dari beberapa bahan pangan dengan perbandingan tertentu
agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi. Pencampuran bahan pangan hendaknya
didasarkan atas konsep komplementasi protein,sehingga masing-masing bahan akan saling menutupi
kekurangan asam-asam amino esensial, serta diperlukan suplementasi vitamin, mineral serta energi dari
minyak atau gula untuk menambah kebutuhan gizi energi .

indikator Bayi Siap Menerima Makanan Padat


- Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga

- Menghilangnya refleks menjulur lidah

- Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu
memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapardan menarik tubuh ke
belakang atau membuang muka untuk menunjukkanketertarikan pada makanan.

Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

Pemberian MP-ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
berdasarkan kelompok umur dan tekstur makanan yang sesuai perkembangan usia balita. Terkadang
ada ibu-ibu yang sudah memberikannya pada usia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut
kemampuan pencernaan bayi belum siap menerima makanan tambahan. Akibatnya banyak bayi yang
mengalami diare [18]. Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga
kuat berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi MP-ASI sejak usia satu bulan, bahkan
sebelumnya.

Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan bila terlambat akan
menyebabkan bayi kurang gizi. Sebenarnya pencernaan bayi sudah mulai kuat sejak usia empat bulan.
Bayi yang mengonsumsi ASI, makanan tambahan dapat diberikan setelah usia enam bulan. Selain cukup
jumlah dan mutunya, pemberian MP-ASI juga perlu memperhatikan kebersihan makanan agar anak
terhindar dari infeksi bakteri yang menyebabkan gangguan pecernaan .

Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan MP-ASI adalah enam bulan, pada umumnya
kebutuhan nutrisi bayi yang kurang dari enam bulan masih dapat dipenuhi oleh ASI. Tetapi, stelah
berumur enam bulan bayi umumnya membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih untuk tetap
bertumbuh lebih cepat sampai dua kali atau lebih dari itu, disamping itu pada umur enam bulan saluran
cerna bayi sudah dapat mencerna sebagian makanan keluarga seperti tepung .

Menurut bahwa bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari empat bulan akan mengalami risiko
gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapatkan MPASI pada umur empat-enam
bulan setelah dikontrol oleh asupan energi dan melakukan penelitian kohort selama empat bulan
melaporkan pemberian MP-ASI terlalu dini (<empat bulan) berpegaruh pada gangguan pertambahan
berat badan bayi, meskipun tidak berpengaruh pada gangguan pertambahan panjang bayi. Pemberian
makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering ditemukan dalam masyarakat seperti pemberian
pisang, madu, air tajin, air gula, susu formula dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan.

Adapun resiko pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu:

1. Resiko Jangka Pendek

Resiko jangka pendek yang terjadi seperti mengurangi keinginan bayi untuk menyusui sehingga
frekuensi dan kekuatan bayi menyusui berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang. Selain itu
pengenalan serelia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerpan zat besi dan ASI,
walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh tubuh bayi. Pemberian
makanan dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan penyumbatan
saluran cerna/diare serta meningkatnya resiko terkena infeksi .

2. Resiko Jangka Panjang

Resiko jangka panjang dihubungkan dengan obesitas, kelebihan dalam memberikan makanan
adalah resiko utama dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia
selanjutnya adalah kelebihan berat badanataupun kebiasaan makan yang tidak sehat.

Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml), namun jika masukan dari
diet bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah dikenalkan.Konsekuensi di kemudian hari akan
menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya gangguan hipertensi. Selain itu, belum
matangnya sistemkekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap
makanan.

Pemberian Makanan Anak Umur 0-24 Bulan yang Baik dan BenarSesuai dengan bertambahnya
umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makanan, maka makanan bayi atau anak
umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

1. Makanan bayi umur 0-6 bulan

a.Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama
setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui akan
terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

b.Berikan kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-
kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.

c.Berikan ASI dari kedua payudara

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI
diberikan 8-10 kali setiap hari.

2. Makanan bayi umur 6-9 bulan

a.Pemberian ASI diteruskan

b.Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap,
karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga

c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.
d.Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk pauk dan
sayuran secara berganti-gantian.

3. Makanan bayi umur 12-24 bulan

a.Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi
merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

b.Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kkali sehari dengan porsi
separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan
selingan 2 kali sehari.

c. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan.Misalnya nasi


diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati ayam diganti dengan telur, tahu,
tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti
dengan bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskuit dan lainlain.

d. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi
pemberian ASI sedikit demi sedikit.

Pada prinsipnya makanan tambahan untuk bayi atau yang biasa dikenal sebagaimakanan
pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang kaya zat gizi, mudah dicerna,mudah disajikan, mudah
menyimpannya, higienis dan harganya terjangkau. Makanan tambahan pada bayi dapat berupa
campuran dari beberapa bahan makanan dalam perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk
dengan nilai gizi yang tinggi

9.Penganti ASI dan mengapa diperlukan

Pentingnya masa menyusui dalam agama islam. Dalam Al-Quran disebutkan, masa menyusui
dalam ajaran Islam adalah dua tahun. Firman Allah SWT, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-
anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan," (QS alBaqarah
[2]: 233). Hal ini menegeaskan bahwa menjadi seorang ibu ada kewajiban untuk memberikan asupan
terbaik berupa ASI bagi buah hatinya dalam rentang waktu tertentu. Namun demikian masih banyak ibu
– ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan antara lain karena
kemampuan bayi untuk menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusui
terganggu. Disamping itu, di era saat ini dimana para ibu mulai banyak berkarir dan bekerja, waktu
untuk bisa memberikan asi secara ekslusif merupakan tantangan besar dan resiko yang harus
diperhitungkan mengingat mulai padatnya aktifitas ibu di era sekarang ini dan masa cuti yang singkat
selepas persalinan. Sehingga pemenuhan waktu pemberian ASIselama dua tahun menjadi terhambat.

Air susu ibu (ASI) sebagai makanan alamiah merupakan makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya.Selain komposisinya sesuai untuk
pertumbuhan danperkembangan bayi yang berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat, ASI
juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian
ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan
anak serta perkembangan jiwa si anak. Demikian juga, terdapat hubungan yang bermakna antara
menyusui dengan penjarangan kelahiran.

ASI eksklusif, menurut WHO, merupakan pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI, baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara. Penelitian yang dilakukan di Dhaka,
pada 1667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian
akibat infeksi saluran nafas akut dan diare.

Hal ini tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara baik dan benar, oleh karena ASI saja dapat
mencukupi seluruh kebutuhan bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah enam bulan sampai dengan
usia 12 bulan, ASI saja memenuhi kebutuhan bayi sebanyak 60-70% sehingga walaupun bayi
memerlukan makanan selain ASI, ASI juga lebih mudah dan lebih cepat mengembalikan berat badan ibu
seperti ke sebelum hamil.

Tidak hanya ASI, Makanan Pendamping ASI (MPASI) juga perlu mendapat perhatian dalam
pemenuhan gizi bagi tumbuh berkembangnya anak. Balita dengan masalah gizi kurang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit, beresiko tinggi terhadap kematian dibandingkan dengan balita
sehat.Balita gizi kurang juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan fungsi
kognitif yang rendah. Salah satu penyebab rendahnya gizi rendah pada balita adalah minimnya
pengetahuan gizi seimbang yang dimiliki oleh para ibu. Seorang ibu rumah tangga yang sehari – harinya
terbiasa menyiapkan makanan bagi anggota keluarganya haruslah mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dasar tentang menu sehat serta bergizi seimbang. Sehingga makanan yang disajikan
menarik untuk dikonsumsi serta sehat untuk mempertahankan derajatkesehatan.

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua khususnya ibu merupakan salah satu
penyebab terjadinya kekuarangan gizi pada balita. Di Pedesaan, makanan banyak dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya anak kecil
tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, Kacang – kacangan juga tidak diberikan
karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung. Oleh karena itu upaya perbaikan gizi balita salah
satunya dengan pendidikan kesehatan gizi bagi ibu balita. Hak ini perlu dilakukan untuk membentuk
perilaku postif dalam hal memenuhi kebutuhan gizi sebagai salah satu unsur penting yang mendukung
kesehatan pada balita. Selain itu bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan dan perilaku ibu
dalam pemenuhan gizi balitanya.

10.Masalah masalah yang terjadi pada bayi,penyebab dan upaya pengetahuannya

Berbagai Masalah Kesehatan Bayi yang Sering Terjadi Ada beberapa masalah kesehatan yang
cukup sering terjadi pada bayi dan perlu Bunda waspadai, di antaranya:

1. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)


ISPA merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang biasanya disertai gejala berupa batuk,
pilek, hidung tersumbat, dan demam. Penyakit ini sangat mudah menular, terutama pada bayi dan anak-
anak. Beberapa contoh ISPA adalah influenza, sinusitis, bronkiolitis, dan COVID-19.ISPA yang disebabkan
oleh infeksi virus biasanya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Namun, kondisi
ini tetap perlu diwaspadai, sebab pada kasus tertentu, misalnya COVID-19, ISPA dapat menyebabkan
komplikasi lain yang berbahaya bagi bayi.

2. Demam

Demam bukanlah suatu penyakit, melainkan salah satu tanda bahwa sistem kekebalan tubuh
bayi sedang aktif melawan infeksi bakteri atau virus penyebab penyakit. Demam juga bisa menjadi salah
satu reaksi yang timbul setelah bayi mendapatkan imunisasi. Meski tidak selalu berbahaya, demam pada
Si Kecil tetap perlu Bunda waspadai, ya, terutama bila disertai beberapa gejala lain, seperti sulit
bernapas, muntah, atau bahkan kejang.

3. DiareMasalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi selanjutnya adalah diare. Gangguan

pencernaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari infeksi virus, alergi makanan,
hingga keracunan makanan yang terkontaminasi kuman. Diare pada bayi dapat dikenali dari tekstur tinja
yang cair, berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan berbau sangat menyengat. Selain itu, diare juga
dapat menyebabkan bayi mengalami dehidrasi.

4. Sembelit

Sembelit pada bayi dapat ditandai dengan perut kembung, frekuensi buang air besar kurang dari
2 kali seminggu, kotoran yang kering dan keras, dan bayi yang terlihat kesakitan atau bahkan menangis
saat buang air besar. Pada umumnya, sembelit pada bayi disebabkan oleh konsumsi susu formula secara
berlebihan, kurangnya asupan cairan tubuh, dan kebiasaan mengonsumsi makanan padat rendah serat.

5. Kolik

Kolik merupakan kondisi di mana bayi menangis hingga berjam-jam dan sulit dihentikan. Meski
penyebabnya belum diketahui secara pasti, kolik pada bayi diduga terjadi saat bayi merasa tidak
nyaman, misalnya saat lapar, sulit mencerna makanan, atau berada di lingkungan yang terlalu panas
maupun dingin.

6. Gigitan serangga

Tak hanya menimbulkan bentol kemerahan pada kulit, gigitan nyamuk dan serangga juga
menyebabkan rasa gatal. Meski Si Kecil belum dapat mengatakannya langsung kepada Bunda, rasa gatal
ini tentu dapat membuat ia merasa tidak nyaman.

7. Diaper rash

Ruam popok atau diaper rash juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak
dialami bayi, terutama jika popoknya jarang atau terlalu lama diganti. Saat mengalami ruam popok, bayi
akan tampak lebih rewel karena kulit di sekitar paha, selangkangan atau organ intimnya bisa menjadi
iritasi, gatal, dan bentol-bentol.

Cara Mengatasi Masalah Kesehatan pada Bayi

Berbagai masalah kesehatan pada bayi di atas bisa diatasi dengan perawatan sederhana di
rumah. Salah satunya adalah dengan memberikan Si Kecil lebih banyak ASI guna memperkuat daya
tahan tubuhnya dalam melawan penyakit.

Bila Si Kecil sudah dapat mengonsumsi makanan padat (MPASI), berikanlah ia makanan sehat
yang mengandung beragam nutrisi, seperti sayur dan buah-buahan, telur, ikan, daging, tahu, dan tempe,
agar ia lebih cepat sembuh.

Bunda juga bisa menerapkan beberapa langkah di bawah ini untuk mengatasi masalah
kesehatan bayi yang sering terjadi:

-Mandi air hangat

Bunda disarankan untuk memandikan Si Kecil dengan air hangat saat dia mengalami batuk,
pilek, dan demam, untuk menurunkan suhu tubuhnya dan melegakan pernapasannya. Mandi air hangat
juga dapat membuat Si Kecil lebih relaks, sehingga ia lebih mudah buang air besar saat mengalami
sembelit. Air hangat juga bisa membantu meredakan nyeri pada area anus saat bayi sedang diare.

-Terapi uap

Bunda juga bisa mencoba terapi uap untuk melegakan pernapasan saat Si Kecil mengalami batuk
dan pilek.Terapi uap bisa dilakukan dengan meletakkan satu ember air hangat yang telah dicampur
dengan beberapa tetes minyak telon di ruang tertutup. Setelah itu, temani Si Kecil di dalam ruangan
tersebut selama kurang lebih 15 menit. Biarkan ia menghirup uap hangat sampai ia dapat bernapas
dengan lega. Saat Si Kecil sedang sakit batuk atau pilek, sebisa mungkin jauhkan ia dari debu atau asap
rokok, ya. Ini penting agar Si Kecil bisa lebih cepat sembuh.

-Menggunakan Produk Anti Nyamuk

Pilihlah produk anti nyamuk yang kandungannya tepat dan aman untuk bayi. Bunda bisa
menggunakan minyak telon anti nyamuk yang memiliki kandungan Natural Rhodinol (ekstrak tanaman
sereh) yang dapat melindungi Si Kecil dari gigitan nyamuk dan serangga.

-Memijat tubuh

Bunda juga bisa memijat tubuh Si Kecil secara perlahan setelah dia dimandikan, terutama pada
bagian perut, punggung, telapak tangan, dan kaki, menggunakan minyak telon yang memiliki kandungan
minyak kayu putih, minyak kelapa, serta minyak zaitun. Kandungan minyak kayu putih dapat
menghangatkan tubuh bayi dan mengurangi beberapa keluhan yang ia alami. Sementara itu, kandungan
minyak kelapa dan minyak zaitun yang lembut di dalam minyak telon cocok digunakan dan dapat
melembapkan kulit bayi. Meski bermanfaat sebagai penanganan awal masalah kesehatan pada bayi,
Bunda perlu berhati-hati dalam menggunakan minyak telon. Hindari mengoleskan minyak telon di area
wajah Si Kecil dan jangan sampai minyak telon tertelan olehnya.

Namun, jika kondisi Si Kecil tidak kunjung membaik meski telah melakukan berbagai cara di atas
atau kondisinya semakin memburuk, Bunda perlu segera membawanya ke dokter untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

11.Hasil-hasil penelitian tentang bayi dan masalah kesehatan pada bayi berkaitan dengan nutrisi
Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu, usia ibu, akses informasi,
dan penghasilan keluarga. Diharapkan bagi ibu dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang ASI eksklusif dengan cara mengikuti penyuluhan sehingga ibu dapat mengerti arti
pentingnya ASI eksklusif serta mengetahui usia tepat pemberian susu formula.

Dari 5 faktor yang diduga memiliki hubungan secara signifikan terhadap tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun) dengan riwayat BBLR, hanya 4
faktor yang memiliki hubungan secara signifikan terhadap tingkat pertumbuhan anak yaitu
status gizi (p value=0,000, α=0,05), status ekonomi keluarga (p value=0,000, α=0,05),
pendidikan orang tua (p value=0,003, α=0,05), dan stimulasi orang tua (p value=0,000, α=0,05).
Hanya terdapat 2 faktor yang memiliki hubungan signifikan terhadap tingkat perkembangan
anak yaitu pendidikan orang tua (p value=0,009, α=0,05) dan stimulasi orang tua (p
value=0,000, α=0,05).

Pemberian MP-ASI untuk bayi ketika bayi berusia lebih dari 6 bulan. MP-ASI yang
diberikan harus bertahap sesuai dengan umurnya. MP-ASI harus bervariasi, padat gizi,sanitasi
dan hygienitas harus diperhatikan supaya bayi tidak terinfeksi bakteri.

Masyarakat dampingan lebih sadar akan pentingnya menyusui hingga umur dua tahun
dan mengetahui perbedaan susu formula dengan ASI sehingga jika masyarakat dampingan lebih
mengutamakan memberikan ASI kepada bayinya dibandingkan dengan memberikan susu
formula.
Daftar Pustaka

https://journal.uhamka.ac.id/index.php/argipa/article/download/1012/1756/12120

https://online-journal.unja.ac.id/jkmj/article/download/14358/11780/40423

https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/download/132/98/187

https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/290/300/724

https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/al-khidmat/article/download/3321/pdf

https://www.alodokter.com/7-masalah-kesehatan-bayi-yang-sering-terjadi-dan-cara-
mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai