Anda di halaman 1dari 9

Desi

Florea Volume 6 No. 1, Mei 2019 Nuzul Agnafia


(45-53)
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM


PEMBELAJARAN BIOLOGI

Desi Nuzul Agnafia


Pendidikan IPA, STKIP Modern Ngawi
email: desiagnaf@gmail.com

Diterima 30 Maret 2019 disetujui 7 Mei 2019


ABSTRACT
The purpose of this research are to analyze the critical thinking ability of XA grade student at
SMK BIM Ngawi. This research is include of descriptive qualitative research. The subject of
research is XA grade at SMK BIM Ngawi. The technique sampling is purposive samping. The
technique that use to fix the data is essay written test that developed by critical thinking ability
indicator, based on Facione opinion. Based on data analysis critical thinking ability is gotten
average explanation score 72% high category, interpretation 63% high category, analysis 31%
low category, self regulation 51% category enough, evaluation 46% category enough and
inferation 62% high category. The results or research show that almost the students critical
thinking ability category enough. That result give an information to the teacher to train the criical
thinking ability so can improve the students critical thinking ability more.

Keyword : Analysis, Critical Thinking Ability.

PENDAHULUAN berkualitas. Berpikir ktitis merupakan


Perkebangan era globalisasi dan salah satu bagian dari berpikir tingkat
ilmu pengetahuan teknologi yang smakin tinggi.
mau dan modern akan menimbulkan Siswa harus memiliki kemampuan
dampak terhadap smua sektor kehidupan. berpikir kritis sebagai bekal utama dalam
Dalam menghadapi abad 21 ilmu mempersipkan perubahan jaman yang
pengetahuan dan teknologi merupakan smakin modern dan berkembang.
salah satu bagian dari pendidikan yang Berpikir merupakan proses pikiran dalam
menjadi pedoman yang harus disiapkan mengadakan tanya jawab dalam
agar dapat mencetak manusia yang menghubungkan pengetahuan dengan
bermutu. Kompetensi yang harus dikuasi tepat. Proses mengolah, memanipulasi
untuk menghadapi persaingan global dan tranformasi informasi akan terjadi
dalam dunia kerja abad 21 adalah saat berpikir (Santrock, 2008). Berpikir
individu yang kreatif, berpikir kritis, kritis merupakan kemampuan kognitif
mandiri, bekerja sama dengan tim, dalam menentapkan suatu keputusan atau
kreatifitas, informasi, komunikasi dan kesimpulan berdasarkan alasan logis dan
keamndirian belajar (Kivunja, 2015). disertai bukti yang empiris (Yaumi,
Jaman yang semakin modern menuntut 2012). Kesimpulan yang di lakukan
sumber daya manusia yang bermutu sesuai dengan penilaian berdasarkan
tinggi dan bidang pendidikan harus bukti empiris.
mempersiapkan diri dalam Pembelajaran biologi merupakan
menghadapinya (Liliasari, 2011). bagian dari sains yang mencakupfakta
Ketrampilan tingkat tinggi juga hukum dan prinsip hasil proses ilmiah
merupakan salah satu keahlian yang yang memerlukan pemecahan masalah
harus dipersiapkan oleh siswa dalam melalui kemampuan berpikir kritis.
mencetak sumber daya manusia yang Cheong dan Cheung (2008) menjelaskan

45
Desi Nuzul Agnafia
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

bahwa berpikir kritis memiliki peran nilai ulangan harian, nilai ulangan umum
penting dalam mempersiapkan siswa yang banyak mendapatkan nilai dibawah
dalam memecahkan masalah, KKM. Nilai KKM biologi di SMK BIM
menjelaskan alasan serta membuat Ngawi adalah 75,jadi masih banyak siswa
evaluasi informasi. Keterampilan sains yang nilanya di bawah 75. Jika nilai siswa
dapat diasah melalui kemampuan berpikir 75 atau lebih dari itu siswa sudah tuntas
kritis dan berproses dalam menemukan atau memenuhi kriteria KKM. Siswa
konsep baru dari kegiatan belajar mengatakan bahwa dalam pelajaran
(Liliasari, 2011). biologi kurang optimal dalam
Berpikir kritis merupakan mempelajarinya dikarenakan kurangnya
kemampuan dalam menganalisis situasi pemahan siswa terhadap materi yang
yang yang didasrkan fakta, bukti disampaikan.
sehingga dipeoleh suatu kesimpulan. Hasil belajar dari nilai diatas KKM
Berpikir kritis juga meruapakan tersebut menggambarkan seorang siswa
kemampuan dalam mengembangkan telah berhasil dalam proses belajarnya.
serta menjelaskan argumen dari data yang Dalam mencapai hasil belajar yang
disusun menjadi suatu keputusan atau ide optimal perlu dibekali wawasan dalam
yang kompleks (Shriner, 2006). Pemikir berpikir yang logis dan kritis untuk
kritis mampu menganalisis data atau mencapai tujuan pembelajaran (Hallatu,
informasi dengan cara yang tersusun 2017). Pendidikan memiliki tujuan yaitu
sistematis berdasarkan logika dalam salah satunya untuk mengembangkan
menyelidiki sebuah data atau fakta, kemampuan berpikir kritis (Kazempour,
selama ini pemikir kritis tidak begitu saja 2013).
menerima pernyataan yang benar karena Pengukuran kemampuan berpikir
orang menganggap kebenarnanya kritis dengan menggunakan penjabaran
pernyataan tersebut (Hendra, 2013). indikator yang terdiri dari eksplanasi,
Kemampuan berpikir kritis merupakan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
kecakapam dalam berpikir reflektif serta dan regulasi diri. Eksplanasi merupakan
memiliki alasan pada sesuatu yang kemampuan dalam memberikan argumen
dipercaya. dan menetapkannya secara logis
Kemampuan berpikir kritis di berdasarkan data atau fakta yang
Indonesia berdasarkan Programme for diperoleh. Interpretasi adalah
International Student Assesment (PIZA) kemampuan dalam menafsirkan dan
terlihat masih rendah. Ditunjukkan dari memahami makna dalam suatu masalah.
data tahun 2015 dengan skor 397 masih Analisis adalah kemampuan dalam
menduduki urutan ke- 62 dengan total menyelidiki atau mengidentifikasi
peserta 72 negara, sedangkan data pada keterkaitan antara pernyataan, fakta data,
tahun 2012 dengan skor 396. konsep dan dapat menyimpulkannya.
Kemampuan berpikir kritis juga rendah Evaluasi adalah kemampuan dalam
terlihat dari data yang diteliti oleh menilai kredibilitas suatu pernyataan atau
Handriani (2015) di Mataram, Liberna reprsentasi serta mengakses hubungan
(2014) di Jakarta, dan Hayudiyani di penyataan, data, fakta, konsep atau
Madura.(2017). bentuk lainnya. Inferensi adalah
Berdasarkan hasil wawancara dan kemampuan dalam mengdentifikasi dan
observasi guru biologi dan siswa di SMK mendapatkan konsep atau unsur dalam
BIM Ngawi diperoleh hasil bahwa dalam menarik suatu kesimpulan.
kriteria ketuntasan minimum masih Regulasi diri adalah kemampuan
belum tuntas ditunjukkan dengan adanya memonitor dirinya sendiri dalam

46
Analisis
DesiKemampuan
Nuzul Agnafia
Berpikir
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

mengaplikasikan menganalisis dan METODE


mengevaluasi dari hasil berpikir Jenis penelitian yang dilakukan ini
sebelumnya dalam menyelesaikan suatu adalah penelitian berbentuk deskriptif
masalah. Indikator keterampilan berpikir kualitatif yaitu suatu penelitian untuk
kritis menurut Facione diuraikan menjadi menggali data kondisi yang sebenarnya.
sub indikator yang dijabarkan ke dalam Arikunto (2013) menyatakan bahwa
tabel 1. penelitian deskriptif menjelaskan suatu
kondisi yang terjadi sebenanrnya, tidak
Tabel 1. Indikator dan sub indikator ada penambahan variabel bebas serta
kemampiuan berpikir kritis. tidak ada manipulasi sehingga
Indikator Sub Indikator menggambarkan situasi yang sebenarnya.
Interpretasi Mengkategorikan Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
Mengkodekan dapat diketahui dengan menggunakan
Meklasifikasikan
indikator yang telah ditetapkan.
Analisis Memeriksa ide
Menilai argumen
Kemampuan berpikir kritis siswa
Inferensi Mempertanyakan bukti dapat diketahui hasilnya dengan
Memprediksi Alternatif melakukan penelitian ini. Kelas X SMK
Mengambil BIM Ngawi adalah subjek pnelitian ini.
keputusan/kesimpulan Sampel penelitian terdiri dari kelas X A
Eksplanasi Menyatakan hasil sejumlah 24. Penentuan informan
Membenarkan prosedur menggunakan prosedur purposive yaitu
Memaparkan argumen Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa
Mengokteksi diri purposive menggunakan teknik
Pengaturan Pengkajian dirinya pemilihan dengan suatu maksud tertentu
Diri Mengoreksi dirinya
dan berdasrkan pertimbangan tertentu.
Nur (2013)
Tahapan dalam penelitian ini terdiri
dari tahapan awal, tahapan inti dan
tahapan akhir. Observasi, rancangan
Penelitian yang dilakukan ini
penelitian, dan penyususnan instrumen
menggunakan indikator tersebut sebagai
merupakan bagian dari tahap awal.Tahap
instrumen pengukuran berpikir kritis.
inti kegiatan yang dilakukan yaitu
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan
menguji siswa dengan memberikan tes
untuk menganalisis sebuah kemampuan
tulis essay berupa soal yang mengandung
berpikir kritis siswa. Penelitian ini perlu
kemampuan dalam berpikir kritis pada
dilakukan sebagai masukan bagi guru dan
mata pelajaran biologi materi virus.
pihak lainnya agar dapat
Tahap akhir menganalisis data yang
mengembangkan kemampuan berpikir
diperoleh sesuai dengan metode analisis
kritis dan merancang proses
kemudian membuat kesimpulan dari data
pembelajarannya. Salah satu penentu
tersebut. Berdasarkan data hasil
keberhasilan dalam belajar adalah guru.
penelitian selanjutnya akan disusun
Guru harus memiliki inovasi dalam
laporan.
pendidikan. Sehingga diharapkan dapat
Tes tulis essai yang digunakan
menghasilkan sumber daya yang
sebagai teknik pengumpulan data dalam
berkualitas.
penelitian ini. Tes tulis dilaksanakan oleh
siswa sampel penelitian dengan tujuan
mengetahui kemampuan siswa dalam
berpikir kritis. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah soal essay besertai

47
Desi Nuzul Agnafia
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

rublik penilaian sebagai pedoman kurangnya kemampuan berpikir kritis,


penskoran. Soal terdiri dari aspek siswa terlalu banyak menghapal yang
kemampuan siswa dalam berpikir kritis membuat siswa sedikit berpikir dan
yang dikembangakan dari pendapat sedikit penguasaan konsep. Jika siswa
Facione (2010). Kemampuan siswa sering dilatih dalam aktivitas berpikir
dalam berpikir kritis yang diukur terdiri kritis maka kemampuan berpikir kritis
atas: interpretasi, analisis, inferensi, siswa dapat berkembang optimal.
evaluasi, eksplanasi dan pengaturan diri. Muhfayorin(2009) juga menyatakan
Tes esay tersusun dari 6 buah soal yang bahwa pelatihan kemampuan berpikir
berisi stiap soalnya tentang indikator kritis siswa yang dilakukan dengan baik
indikator berpikir kritis. Hasil dari tes akan meningkatkan minat belajar siswa
kemampuan dalam berpikir kritis yang dan percaya diri dalam memecahkan
dilaksanakan oleh siswa akan diperoleh masalah sehingga hasil belajar juga
berdasarkan rubrik penilaian sebagai maksimal.
penentuan siswa apakah sudah terpenuhi Kemampuan berpikir siswa di
atau belum kriteria indikator berpikir Indonesia masih rendah ditunjukkan dari
kritis. Hasil data akan disajikan dalam fakta di lapangan bahwa pada penelitian
bentuk skor presentase. Liberna (2014) di Jakarta, Rahma (2012)
di Semarang. Berdasarkan hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN dilapangan hasil kemampuan berpikir
Berdasarkan analisis data diperoleh kritis siswa diperoleh dari tes soal uraian
hasil bahwa rata-rata hasil tes kemampuan siswa dalam berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis siwa kelas XA yang mengacu pada indikator menurut
SMK BIM Ngawi dalam tingkat kategori Facione (2010). Analisis data
sedang dan perlu ditingkatkan lagi. Hasil kemampuan dalam berpikir kritis
ini sesuai dengan penelitian yang siswadiketahui dari hasil tes essai. Hasil
dilakukan oleh Shanti (2017) bahwa data yang diperoleh dari penelitian
siswa masih kurang dalam dianalisis berdasarkan persentase kriteria
kemampuannya untuk berpikir kritis dan pencapaian kemampuan berpikir kritis
perlu peningkatan lagi. Sebagian besar menurut Riduwan (2013).
siswa bingung dalam menerapkan konsep Kriteria pengelompokkan berpikir
pengetahuan yang dimilikinya dalam kritis terdiri skor sangat tinggi, tinggi,
menyelesaikan masalah. cukup atau sedang, rendah dan sangat
Kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Kriteria dalam mengkategorikan
kurang optimal dikarenakan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat
pembelajaran yang dilakukan masih pada Tabel 2.
belum memberdayakan kemampuan
berpikir kritis. Siswa lebih sering Tabel 2. Kriteria tingkat Kemampuan
menghapal dalam belajar biologi. Berpikir Kritis siswa
Kurangnya latihan dan aktivitas dalam No Presentase Kategori
berpikir kritis juga menjadi penyebab 1 81 – 100 Sangat Tinggi
bahwa kemampuan berpikir kritis siwa 2 61 – 80 Tinggi
3 41 – 60 Cukup
rendah yaitu ditunjukkan dengan soal
4 21 – 40 Rendah
ujian yang di terapkan pada siswa masih 5 0 – 20 Rendah Sekali
bersifat hafalan dan ingatan. Sejalan yang
(Riduwan, 2013)
diungkapkan oleh Snyder & Snyder
(2008) bahwa siswa tidak dapat
menyelesaikan masalah karena

48
Analisis
DesiKemampuan
Nuzul Agnafia
Berpikir
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

Hasil tes kemampuan berpikir kritis kemampuan berpikir kritis yang


siswa dianalisis per indikatornya yang ditunjukkan pada tabel 4.
terdiri dari 6 soal esay dengan indkator
yang terdiri yaitu eksplanasi, intepretasi, Tabel 4. Rata-rata presentase skor indikator
analisis, regulasi diri, evaluasi dan kemampuan berpikir kritis siswa
inferensi. Setiap siswa dianalisis
kemampuan berpikir kritis dengan materi Indikator Presentase Kategori
virus, dimana setiap nomor memiliki KBK skor
point skor sesuai indikatornya dengan Eksplanasi 72 % Tinggi
jumlah total skor 100. Soal eksplanasi Intepretasi 63 % Tinggi
skor 10, intepretasi skor 15, analisis skor Analisis 31 % Rendah
Regulasi Diri 51 % Cukup
20, regulasi diri skor 25, evaluasi skor 25,
Evaluasi 46 % Cukup
dan inferensi skor 5. Distribusi frekuensi Inferensi 62 % Tinggi
hasil tes kemampuan dalam berpikir kritis
pada siswa ditunjukan pada Tabel . 3. Terdapat perbedaan hasil setiap
presentase indikator kemampuan dalam
Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil tes
kemampuan berpikir kritis siswa
berpikir kritis siswa yang dijabarkan pada
tabel 4. Indikator eskplanasi
Rentang perolehan skor Frekuensi menghasilkan presentase skor yang
20 – 40 6 tertinggi daripada indikator yang lainnya
41 – 60 11 dengan perolehan sebesar 72% dengan
61 – 80 5 kriteria kemampuan berpikir kritis
81 – 100 0 kategori tinggi. Presentase skor tinggi
lainnya adalah indikator intepretasi
Berdasarkan data pada Tabel. 3 sebesar 63% dengan kriteria kemampuan
diperoleh hasil dari tes essay dengan 6 berpikir kritis kategori tinggi. Indikator
soal yang dikembangkan sesuai indikator Inferensi juga memperoleh hasil berpikir
kemampuan siswa dalam berpikir kritis. kritis kategori tinggi yaitu sebsesar 62%.
Setiap siswa memperoleh skor penilaian Kategori kemampuan berpikir kritis
dengan nilai tertinggi 65 dan nilai sedang atau cukup yaitu regulasi diri
terendah 35. Berdasarkan hasil analisis dengan skor 51% dan evaluasi diri 46%.
yang dilakukan dapat ditunjukkan bahwa Kemampuan berpikir kritis dengan nilai
tingkat kemampuan dalam berpikir kritis paling rendah adalah indikator analisis
pada siswa dalam tingkat sedang. Siswa dengan perolehan skor 31% yang
yang dikategorikan ke dalam berpikir dikategorikan kedalam kemampuan
kritis sangat tinggi belum ada. berpikir kritis buruk. Perbandingan
Sedangkan siswa yang memperoleh hasil diagram hasil presentase skor per
tingkat berpikir kritis baik sejumlah 6 indikator kemampuan dalam berpikir
siswa. Siswa yang memperoleh hasil kritis dapat dilihat pada Gambar 1.
tingkat kemampuan dalam berpikir kritis Hasil pada Tabel 3 dan Gambar 1
kategori sedang sejumlah 11 siswa. diperoleh dari hasil analisis indikator
Meskipun demikian masih ada siswa dalam kemampuan berpikir kritis yaitu
yang meiliki skor dibawah 40 yaitu 6 (1) eksplanasi, (2) interpretasi, (3)
anak dimana dikategorikan ke dalam analisis, (4) regulasi diri, (5) evaluasi, dan
tingkatan kemamampuan dalam berpikir (6) inferensi. Tingkat kemampuan
kritis rendah. Hasil rata rata dari berpikir kritis yang menduduki urutan
kemampuan dalam berpikir kritius siswa paling rendah adalah indikator analisis.
dianalisis berdasarkan per indikator Siswa masih kurang bisa menyelesaikan

49
Desi Nuzul Agnafia
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

masalah dengan menganalisis. Siswa berhubungan dengan eksplanasi. Melalui


masih belum bisa menyelesaikan eksplanasi dapat melatih siswa dalam
pemecahan masalah dengan teknik yang mengembangkan penalaran serta berpikir
tepat. Indikator eksplanasi, intepretasi, kritis siswa (Pujiono, 2012).
dan inferensi memperoleh hasil Indikator interpretasi diperoleh
kemampuan berpikir kritis baik. Tiga perentase skor 63% dengan kategori baik.
indikator ini pada dasarnya sudah Intepretasi berkaitan dengan kemampuan
dipenuhi oleh siswa dalam dalam siswa dalam memaknai dan menguraikan
kemampuannya untuk berpikir kritis. obyek yang diamati. Intepretasi
80
melatihkan siswa dalam menjelaskan
72 kembali serta memahami makna dari
70 63 62 suatu peristiwa, data, prosedur atau
60
51
aturan. Siswa memberikan umpan
50 46 balikan dan mengungkapkan kembali
pada pengamatan suatu obyek. Salah satu
40
31 bagian pentng dalam berpikir kritis yang
30 harus dipelajari siswa agar dapat
20 memiliki kemampuan berpikir kritis
10 adalah membuat interpretasi (Orlich,
2010). Pengukuran indikator interpretasi
0
dengan menyajikan gambar struktur
tubuh salah satu virus. Siswa sudah
mampu mendeskripsikan gambar serta
mengkategorikan klasifikasi dari virus.
Indikator KBK Indikator analisis diperoleh skor
Gambar 1. Rata-rata presentase skor indikator 31% sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa kemampuan berpikir kritis pada indikator
ini dalam kategori rendah. Skor yang
Indikator eksplanasi merupakan rendah pada indikator analisis disebabkan
kemampuan siswa dalam menjelaskan karena siswa belum mampu
atau membuat keterangan mengenai mengidentifikasi keterkaitan konsep dan
sebab akibat dari masalah. Indikator aktual dari pernyataan atau pertanyaan.
eksplanasi siswa mampu menjelaskan Siswa masih jarang dilatihkan indikator
pernyataan atau pendapat yang di analisis. Siswa harus mampu menguji ide
sampaikan sehingga tersusun menjadi dan mengungkapkan alasan maupun
sebuah pendapat yang kuat. Eksplanasi pernyataan. Siswa belum bisa
merupakan kemampuan siswa untuk menganalisis suatu masalah dan memilih
mengemukakan hasil dari data, bukti, strategi yang tepat dalam menyelesaikan
pendapat, atau pertanyaan. Indikator ini masalah tersebut. Pengukuran indikator
sudah biasa dilaksanakan oleh siswa analisis dihadapkan dalam
sehingga hasil perolehhan skor dalam menyelesaikan masalah tentang proses
kategori baik Pemecahan masalah dalam reproduksi virus. Siswa masih terlihat
menjawab indikator eksplanasi bingung dalam menganalisis perbedaan
ditingkatkan wawasan atau pengetahuan siklus beserta tahapan reproduksinya.
melalui membaca, pengamatan dan Indikator regulasi diri diperoleh
diskusi. Hal ini selalu dilatihkan oleh presentase skor 51% dengan kategori
guru sehingga siswa sudah terbiasa dalam cukup atau sedang. Masalah yang
memecahkan persoalan yang diselesaikan siswa pada indikator ini

50
Analisis
DesiKemampuan
Nuzul Agnafia
Berpikir
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

berkaitan dengan kemampuannya dalam hanya bersumber pada buku dan guru
mengatur keberadaan dirinya. Siswa (Ritonga, 2013).
dapat mengontrol dirinya dalam Kemampuan dalam berpikir kritis
menghadapi permasalahan dengan siswa yang tergolong kurang perlu
menerapkan keahlian dalam menganalisa ditingkatkan lagi dan di evaluasi kembali
dan mengevaluasi hasil yang telah terhadap proses pembelajaran yang
dikembangkan oleh dirinya. Pengukuran dilakukan, karena dengan proses
indikator ini siswa dihadapkan pada pembelajaran yang sesuai kemampuan
permasalah yang berhubungan dengan berpikir kritis dapat meningkat.
penyakit yang disebabkan virus. Kemampuan berpikir kritis dapat
Penerapan terhadap pencegahan terhadap ditingkatkan dengan menerapkan startegi
virus. yang memiliki ciri meibatkan interkasi
Indikator evaluasi diperoleh hasil aktif dari siswa dan menggunakan
presentase 46% dengan kategori cukup kemampuan kognitifnya kognitifnya
mampu berpikir kritis. Siswa cukup dalam mengaplikasikan konsep dan
mampu membuat sebuah ikhtiar atau memecahkan masalah (Agboze&
menyimpulkan dalam mengatasi sebuah Ugwoke, 2013). Kemampuan berpikir
permasalahan. Siswa cukup mampu kritis juga dapat ditingkatkan dengan
menguji dan memperkirakan penalaran memberikan pertanyaan yang bersifat
logis dari faka, data, deskripsi atau penyelidikan, menumbuhkan siswa untuk
representasi. Siswa yang dapat berpikir memecahkan masalah serta membuat
kritis dapat melakukan evaluasi terhadap kesimpulan berdasarkan penyelidikan
pikirannya serta membandingkan dengan (Iavokos, 2011)..
data fakta pendapat serta pemikiran dari Pengembangan kemampuan
orang lain (Rugerio, 2012). Meskipun berpikir kritis dilakukan oleh guru
demikian masih kurang dari setengah dengan melatihkan kemampuan berpikir
jumlah siswa yang masih belum mampu kritis dan memfasilitasi dalam kegiatan
memecahkan masalah padates indikator pembelajaran dengan indikator indikator
evaluasi. Setengah dari total siswa belum berpikir kritis. Pengembangan tersebut
mampu mengambil keputusan serta tidak hanya dilakukan oleh guru saja
mengemukakan alasannya dalam langkah tetapi pemerintah telah berupaya dalam
pencegahan virus. meningkatkan berpikir kritis melalui
Indikator inferensi diperoleh skor penerapan kurikulum 2013. Upaya
presentase 62% dengan kategori mampu lainnya yang dapat dilakukan adalah
berpikir kritis dengan baik. Siswat secara dengan melakukan pelatihan terhadap
umum mampu dalam menidentifikasi dan guru dalam meningkatkan kemampuan
memecahkan suatu masalah sehingga berpikir kritis dalam dunia pendidikan.
menggambarkan suatu kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk SIMPULAN
menfasirkan apa yang telah terjadi atau Berdasarkan hasil penelitian yang
diamati (Koasih, 2014). dilakukan dapat ditarik kesimpulan
Siswa yang kurang mampu bahwa hasil dari analisis kemampuan
berpikir kritis dikarenakan dalam siswa dalam berpikir kritis pada kelas XA
pembelajaran masih mengutamakan SMK BIM Ngawi didapatkan presentase
proses ingatan, dan ketercapaian setiap indikator kemampaun
memahami. Siswa masih berfokus berpikir kritis yaitu indikator eksplanasi
menghapal suatu konsep dalam sebesar 72%, indikator interpretasi
pembelajaran dan konsep yang diperoleh sebesar 63%, indikator analisis sebesar

51
Desi Nuzul Agnafia
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

31%, indikator regulasi diri sebesar 51%, Hallatu, Y., Prasetyo, K. Haidar. A.
indikator evaluasi sebesar 46%, dan (2017). Pengaruh Model Problem
indikator inferensi sebesar 62%. Hasil Based Learning Terhadap
dari penelitian ini dapat memberikan Kompetensi Pengetahuan dan
pemaparan tentang tingkat berpikir kritis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
kepada siswa, guru, dan pihak sekolah. MA BPD Tentang Konflik. Jurnal
Kemampuan berpikir kritis siwa yang Penelitian Pendidikan, 34 (2): 183-
masih kurang atau rendah disebabkan 190.
karena siswa belum biasa dilatihkan Handriani, Lia., Harjono, A., dan Doyan,
indikator indikator dari kemampuan A. (2015). Pengaruh Model
dalam berpikir kritis, masih kurangnya Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
pembelajaran yang diterapkan dalam dengan Pendekatan Saintifik
memberdayakan kemampuan siswa Terhadap Kemampuan Berpikir
untuk berpikir kritis. Guru lebih inovatif Kritis dan Hasil Belajar Fisika
serta lebih kreatif dalam merancang Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
proses pembelajaran terutama dalam dan Teknologi, 1(3):210-219.
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Hendra, S. (2013). Belajar Orang
Genius. Jakarta: Gramedia
DAFTAR PUSTAKA Hayudiyani, M., Arif, M., dan Risnasari,
Agboeze, Matthias U and Ugwoke, M. (2017). Identifikasi
Ernes. 2013. Enhancement of Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Critical Thinking Skills of Kelas X Tkj Ditinjau Dari
Vocational and Adult Education Kemampuan Awal Dan Jenis
Students for Entrepreneurship Kelamin Siswa di SMKN 1 Kamal.
Development in Nigeria. Journal of Jurnal Ilmiah Edutic, 4(1) :20-31.
Education and Practice. Vol.4 (17). Iavokos, Tsiplakides. (2011). Critical and
ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN Creative Thinking in the English
2222-288X (Online Language Classrom, International
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Journal of Humanities and Social
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Science. 1(8): 82-86.
Rineka cipta. Kazempour, E. (2013). The Effect of
Cheong, C.M dan Cheung, W.S. 2008. Inquiry Based Teaching on Critical
Online Discusion and Critical Thinking of Students, Journal of
Thingking Skills: A case study in a Social Issues and Humanities. 1(3)-
Singapore Secondary School. 23-27.
Australian Journal of Educational Kivunja, Charles. (2015). Teaching
Technology. 24(5): 556-557 Students to Learn and to Work Well
Ennis, Robert H. 2011. The Nature of with 21 Century Skills: Unpacking
Critical Thinking: An Outline of the Career and Life Skills Domain
Critical Thinking Disposition and of the New Learning Paradigm.
Abilities. Diakses pada http://
International Journal of Higher
faculty.ed.uiuc.edu/rhennis.
Education. 4(1): 2-11.
Facione, N.C, & Facione,P.A 2010.
Koasih, E. (2014). Strategi Belajar dan
Externalizing, The Critical
Pembelajaran. Bandung: Yrama
Thinking in Knowledge
Widya.
Development and Clinical
Judgment. Nursing Outlook.

52
Analisis
DesiKemampuan
Nuzul Agnafia
Berpikir
Florea Volume 5 No. 1, Mei 2018 (1-8)

Liberna, Hawa. 2014. Peningkatan Skripsi Tidak Dipublikasikan.


Kemampuan Berpikir Kritis Universitas Jambi
Matematis Siswa Melalui Ruggerio, V. R. (2012). Beyond Feelings:
Penggunaan Metode Improve pada A Guide to Critical Thinking. New
materi Sistem Persamaan Linear Dua York: McGraw-Hill.
Variabel. Jurnal Fomatif. 2(3): 190- Santrock, John W. (2008). Psikologi
197. Pendidikan. Jakarta: Prenada
Liliasari. (2011). Peningkatan Kualitas Media Group.
Guru Sains Melalui Pngembangan Shanti, Widha N. (2017). Meningkatkan
Keterampilan bERPIKIR Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis
Tinggi. Seminar Nasional Pasca melalui Problem Posing,
Sarjana. Bandung: UPI. Literasi.8(1): 49-59.
Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Shriner, Mary. (2006). Critical Thinking
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa in Higher Education: An Annotated
Melalui Pembelajaran Bibliography. Insight : A Collection
Kontruktivis. Jurnal Pendidikan of Faculty Scholarship. 1(206):59-
dan Pembelajaran. 16(1). 66.
Nur, M. (2013). Pendidikan dan Latihan Snyder, L.G dan Snyder, M.J. (2008).
Pembelajaran Inovatif dan Teaching Critical Thinking and
Pengembangan Perangkat Problem Solving Skills. The Delta
Pembelajaran Bermuatan Epsilon Journal. L (2):90-99.
Keterampilan Berpikir dan Perilaku
Karakter. Kerjasama program studi Sugiyono. (2009). Metode Peneltian
Magister Pendidikan Biologi PPs Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Unlam dengan Pusat Sains dan Bandung: Alfabeta.
Matematika UNESA. Orlich, D. C. (2010). Teaching strategis a
Pujiono, Setyawan. (2012). Berpikir guide to effective instruction.
Kritis dalam Literasi membaca dan Boston : Cengage Learning.
menulis untuk memperkuat jati diri Yaumi, Muhammad. (2012).
bangsa, 778-783. UNSOED: Pembelajaran Berbasis Multiple
Prosiding Bahasa dan Sastra Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat.
Indonesia.
Rahma, A.N. 2012. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Model
Inkuiri Berpendekatan SETS Materi
Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan
Untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis dan Empati Siswa
Terhadap Lingkungan.Journal of
Educational Research and
Evaluation. 2(2).
Riduwan. (2011). Dasar-Dasar Statistik.
Bandung: Alfabeta.
Ritonga, G.A. 2013. Pengembangan Modul
Pembelajaran Fisika Berorientasi
Model Learning Cycle Pada Materi
Listrik Dinamis Untuk SMA Kelas X.

53

Anda mungkin juga menyukai