Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN E- MODUL BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DI

SMAN

Disusun Oleh :

Geby Friska Nanda

NIM. 2014080026

Dosen Pengampu :

Dr. Milya Sari, S.Pd.,M.Si

Dosen Pembimbing :

Muharmen Suari, M.Si

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1444 H/2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan alasan secara terorganisir,

serta mampu memberikan evaluasi kualitas alasan yang sistematis. Ennis (Costa,

1985), menyebutkan setidaknya ada lima aspek dalam kemampuan berpikir kritis,

antara lain (Octora, Sutejo, & dkk, 2022) :

(1) Mempertimbangkan penjelasan sederhana (elementary clarification);

(2) Membangun kesimpulan dasar (basic support);

(3) Menyimpulkan (inferrence);

(4) Memberikan penjelasan lanjut (advanced clarification);

5) Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).

Menurut (Rhedana, 2009) keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan

seseorang dalam membuat suatu keputusan yang dapat dipercaya dan dapat

dipertanggung jawabkan. Berpikir kritis bisa di artikan sebagai suatu proses yang

terjadi pada alam fikir seseorang dalam membuat konsep, mengevaluasi,

menerapkan, dan menganalisis suatu data yang didapat dari hasil pengamatan,

observasi, pengalaman dan penalaran yang akan mempengaruhi tindakan yang

akan dilakukan nya (Paskalia Yasinta, 2020).

1
Kemampuan keterampilan berfikir kritis melibatkan proses berpikir yang lebih

dalam dan kritis untuk mengambil keputusan yang tepat, memecahkan masalah,

dan membuat kesimpulan yang logis. Peserta didik membutuhkan keterampilan

berpikir kritis dalam kehidupannya karena hal ini dapat membantu mereka

menghadapi situasi yang kompleks dan mempersiapkan diri untuk karir masa

depan yang sukses.

Pendidikan abad 21 menuntut peserta didik untuk memiliki pengetahuan yang

kompleks maka diperlukan keterampilan yang juga selaras dengan kurikulum

2013 dan dapat membantu peserta didik bertahan dalam persaingan global.

Ditinjau dari indikator keterampilan abad 21 dan tujuan kurikulum 2013 maka

tepat bahwa keterampilan abad 21 dapat mendukung terwujudnya tujuan

kurikulum 2013. Bahkan pada praktiknya keterampilan abad 21 sudah diadaptasi

pada pendidikan di Indonesia melalui pembelajaran kurikulum 2013. keterampilan

abad 21 juga menjadi keterampilan yang diharapkan ada pada peserta didik untuk

bisa menyeimbangi pesatnya perkembangan dunia pendidikan saat ini.

Keterampilan penting yang harus dikuasai oleh peserta didik pada abad 21 salah

satunya yaitu kemampuan berpikir kritis (Prayogi, Yuanita, & Wasis, 2018).

Di era digital dan informasi, siswa harus mahir dalam mengolah,

mengevaluasi, dan memahami informasi dari berbagai sumber. Mereka juga

membutuhkan kemampuan untuk memilih dan mengidentifikasi informasi yang

tepat sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan rasional.

Keterampilan berpikir kritis juga membantu siswa memecahkan masalah yang

2
kompleks, berkomunikasi dengan baik dan menghasilkan ide orisinal (Ramadhan,

2020).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun

2013, kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan karakter siswa yang dipandu

dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses

pembelajarannya. Scientific approach diyakini merupakan jembatan

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi

juga menyatakan bahwa fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah

agar siswa memiliki kemampuan yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model fisika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh. Sehingga esensi tujuan nasional melalui pelaksanaan kurikulum 2013

akan menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas yang baik sebagai bekal untuk

meniti kehidupan selanjutnya di lingkungan masyarakat .

Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika ditingkat SMA/MA sebagaimana

tercantum dalam Depdiknas (2003:7) salah satunya adalah menguasai

pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan keterampilan

dan sikap ilmiah. Dari tujuan yang tercantum di atas terlihat bahwa proses

pembelajaran mata pelajaran fisika di sekolah menengah seharusnya dilaksanakan

dengan metode yang tidak hanya untuk menguasai pengetahuan, konsep, dan

prinsip saja, melainkan juga agar para siswa dapat memiliki keterampilan dan

sikap ilmiah. Salah satu keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan berpikir

kritis.

3
Sebagaimana firman Allah S.W.T dalam Q.S An-Nahl Ayat 125 (Pito, 2018):

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang

baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

tuhanmu dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan

dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.

(Serulah) manusia, hai Muhammad (kepada jalan Rabbmu) yakni agama-

Nya (dengan hikmah) dengan Alquran (dan pelajaran yang baik) pelajaran yang

baik atau nasihat yang lembut (dan bantahlah mereka dengan cara) bantahan (yang

baik) seperti menyeru mereka untuk menyembah Allah dengan menampilkan

kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya atau dengan hujah-hujah yang jelas.

(Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang lebih mengetahui) Maha Mengetahui

(tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas mereka; ayat ini

diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir. Dan

diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang; ketika Nabi saw.

melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau saw. bersumpah melalui

sabdanya"Sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari mereka

sebagai penggantimu."tafsir jalayn” (rifai & fadli, 2019).

Pentingnya berpikir kritis tertera dalam firman Allah dalam surat Ar-Rad Ayat 19

yang berbunyi :

4
Artinya : “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan

kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah

orang-orang yang berakal saja yang bisa mengambil pelajaran”(Q.S Ar-Rad ayat

19).

Ayat diatas menjelaskan bahwasanya orang-orang yang mempunyai akal,

pemahaman, kesadaran, dan pengertian, disebutkan didalam al-qur’an sebanyak

enam belas kali. Tinjauan kritis dan perspektif Islam menyerui semua umat

manusia untuk bisa melihat semua pernyataan yang merekan dengar dengan kritis,

sadar, maupun perspektif, agar bisa menilai segala sesuatu secara logis dan benar,

lalu mengikuti adanya perkataan yang menunjukkan pada kebenaran dan

membimbing pada kebaikan (Aini, 2018).

Pentingnya kemampuan berfikir kritis belum diikuti oleh capaian hasil

yang menggembirakan karena dalam proses pembelajaran, tidak sedikit

sekolah-sekolah yang masih menerapkan pembelajaran yang belum sepenuhnya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Fitria et al., 2023).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Tsaniyah, 2022)

ditemukan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah yang

ditimbulkan oleh perilaku dan aktifitas peserta didikyang kurang aktif saat

proses pembelajaran, sehingga inilah yang menjadi sumber berpikir kritis

peserta didik tergolong kurang sertasiswa kurang terlatih untuk berpikir

kritis. Hasil penelitian lain mengemukakan siswa kurang dilatih oleh guru

untuk memecahkan sebuah persoalan pada aktivitas pembelajaran, hal ini yang

5
mengakibatkanrendahnya kemampuan berpikir kritis siswa (Sari, Marpuah &

Sunaryo, 2021). Lebih lengkap dikemukakan oleh (Dores, Jiran, Wibowo &

Susanti, 2020)kemampuan berpikir kritis peserta didik yang rendah

ditimbulkan oleh peserta didik yang tidak aktif saat kegiatan belajar, gaya belajar

mencatat serta menghafal, siswa harus dipaksa oleh guru untuk mengajukan

pertanyaan, materi, dan siswa dirasa belum mampu memahami isi materi

pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan hasil observasi di SMA kartika 1-5 dengan guru pelajaran

fisika terhadap keterampilan berfikir kritis siswa, dari data tersebut peneliti

melakukan observasi dan mendapatkan informasi bahwa siswa rata rata merasa

bosan dalam mengikuti pelajaran fisika karena merasa materi sulit untuk dipahami

dan kebingungan dalam menyelesaikan suatu soal. Hasil tersebut menjadi

indikator penting yang menunjukkan rendah nya keterampilan berpikir siswa.

Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika saat ini masih berpusat

kepada guru. Adapun siswa hanya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh

guru, sehingga tidak adanya feedback positif dalam proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Dengan demikian, maka akan berdampak pada menurun nya

keaktifan siswa dalam proses belajar yang berujung pada kejenuhan dalam belajar.

Jika berpacuan kepada penerapan kurikulum 2013 ini, kemampuan berpikir kritis

siswa terlihat penting dalam penerapan kurikulum tersebut karena dalam

kompetensi dasar yang dimuat pada standar isi permendikbud No. 64 tahun 2013

berbunyi bahwa siswa diharapkan dapat menunjukkan sikap logis, kritis, analisis,

6
cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif dan tidak mudah menyerah dalam

menyelesaikan (Tanjung et al., 2023).

Faktor yang menyebabkan rendahnya capaian kemampuan berpikir kritis

peserta didik dikarenakan masih belum terbiasa dengan pembelajaran aktif yang

memaksimalkan potensi berpikir siswa. karena itu diperlukan bantuan metode dan

model pembelajaran yang tepat untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa.

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab rendahnya kemampuan

berpikir kritis peserta didik yang rendah ditimbulkan oleh peserta didik yang

tidak aktif saat kegiatan belajar, gaya belajar mencatat serta menghafal, siswa

harus dipaksa oleh guru untuk mengajukan pertanyaan, materi, dan siswa dirasa

belum mampu memahami isi materi pelajaran yang diberikan (Fitria et al.,

2023).

Faktor guru berkaitan dengan media yang dipakai kurang memadai,

kurangnya memanfaatkan sumber belajar lingkungan sekitar juga salah satu

penyebab siswa kurang mampu berpikir kritis. Hal ini dikarenakan siswa masih

banyak berpatokan bahwa sumber belajar itu hanya pada guru, buku cetak.

Sehingga perlu adanya inovasi untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam

memperoleh pengetahuannya sendiri dan hasil belajar yang optimal melalui

pemanfaatan kejadian maupun media yang ada di lingkungan sekitar. Proses

pembelajaran yang dilakukan secara kontekstual dengan menghubungkan materi

yang dipelajari dengan hal-hal yang biasa ditemui sehari-hari akan lebih efektif

(Tanjung et al., 2023).

7
Faktor siswa berkaitan dgn minta belajar seperti fisika berkaitan dengan

segala sesuatu yang kita temui di sekitar, namun beberapa orang masih memiliki

persepsi bahwa pembelajaran ini sangat sulit dipelajari. Hal ini mengakibatkan

sebagian besar siswa memiliki antusiasme yang rendah terhadap pelajaran fisika

dan menjadi kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran (Tanjung et al.,

2023).

Terlihat bahwa memang terjadi ketidak sesuaian antara bahan

ajar/media/model,proses pembelajaran fisika masih berpusat kepada guru. Adapun

siswa hanya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sehingga tidak

adanya feedback positif dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan

demikian, maka akan berdampak pada menurun nya keaktifan siswa dalam proses

belajar yang berujung pada kejenuhan dalam belajar. (Tanjung et al., 2023).

Rendahnya berpikir kritis ini terlihat dalam perilaku siswa yaitu rasa ingin tahu

dalam mencari informasi masih rendah. Hal ini terbukti dari siswa yang hanya

menerima informasi dari guru (Astika et al., 2013).

Sarwanto mengemukakan bahwa keterampilan berfikir kritis yang rendah

akan menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya

terutama kemampuan berpikir kritis. Ini akan mengakibatkan siswa ketika

dihadapkan dalam suatu permasalahan akan mengalami kesulitan dalam

menyelesaikannya (Astika et al., 2013).

Solusi ntuk memecahkan rendahnya capaian terhadap keterampilan befikir

kritis maka perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran untuk

8
membangkitkan semangat peserta didik agar aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah yaitu salah satu solusi untuk mengatasi

pembelajaran yang menjenuhkan dan membosankan, dimana pada pembelajaran

ini sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut

strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas (Astika et al., 2013).

Pemecahan masalah dari rendahnya keterampilan befikir kritis,untuk

mengetahui kelayakan bahasa modul fisika berbasis project based learning pada

materi fluida sebelum di ujicoba lapangan. Hasil analisis uji coba kecil diporoleh

nilai rata-rata berkategori “sangat baik” diperoleh nilai rata rata seluruhnya 83 dari

skor maksimal 92. Apabila skor tersebut dikonversi kedalam interval 4 maka

diperoleh nilai penilaian 3,6 sehingga modul ini termasuk dalam kriteria „sangat

baik‟

Berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya

terlihat bahwa bahan ajar E-Modul fisika berbasis project based learning pada

materi suhu dan kalor dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan

kemampuan berpikir kritis siswa secara efektif. Untuk penilaian aspek kognitif

terbukti dari gain nilai.Penelitian tersebut dilakuan oleh Izzatul Hasanah,

Sarwanto, Mohammad Masykuri .

Berdasarkan aspek-aspek yg dikemukakan sebelumnya maka peneliti akan

melakukan penelitian terhadap aspek kelayakan isi dari modul tersebut, isi dari

modul harus mencakup kesesuaian dengan SK dan KD dari materi peserta didik

9
atau tingkatan dari peserta didik yang akan diberikan modul tersebut. Modul juga

harus memiliki manfaat untuk menambah wawasan dari peserta didik. Aspek

selanjutnya yang harus dimiliki di dalam modul adalah aspek kelayakan bahasa

(Susilo, 2016).

Aspek kelayakan bahasa ini mencakup keterbacaan, kejelasan informasi,

kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aspek

selanjutnya yang harus dimiliki modul adalah aspek penyajian, yang mencakup

keterjelasan tujuan yang dicapai yang tertuang pada indikator, urutan sajian,

pemberian motivasi, memberikan daya tarik berupa gambar atau sesuatu yang bisa

menarik minat belajar peserta didik, kelengkapan materi. Modul juga bias

dijadikan sebagai media pembelajaran pada proses belajar. Aspek selanjutnya

adalah kelayakan grafik yang mencakup penggunaan font atau bentuk huruf pada

penulisan modul (jenis, ukuran), lay out atau tata letak, ilustrasi dan tentunya

desain tampilan (Susilo, 2016)

Kalimat penutup berupa pernyataan harapan dgn diterapkannya solusi

tersebut terhadap pemecahan permasalahan yang dihadapi, dalam penggunaan

modul pembelajaran berbasis project based learning perlu diperhatikan beberapa

hal diantaranya (1) Kepada guru mata pelajaran perlu dikembangkan modul

pembelajaran yang dapat digunakan sebagai panduan siswa dalam belajar mandiri

sebagai salah satu sarana pembelajaran. (2) Perlu adanya persiapan yang baik

dalam pembelajaran menggunakan modul pembelajaran fisika sesuai dengan RPP

yang telah dipersiapkan. (3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

untuk mengembangkan penelitian sejenis (Hasanah et al., 2018).

10
B. Idenfikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Perkembangan zaman didukung oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

dukungan tersebut sangat mempengaruhi dunia pendidikan.

2. Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di era digital adalah dengan

memperbaiki sistem pendidikan.

3. Penting yang harus dikuasai oleh peserta didik pada abad 21 salah satunya yaitu

kemampuan berpikir kritis.

4. Kemampuan berpikir peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara dalam

pembelajaran lebih terpusat pada peserta didik dan tidak hanya menekankan

peserta didik untuk banyak menggunakan hafalan tetapi peserta didik diberikan

permasalahan untuk meningkatkan kemampuan berpikir.

5. Proses pembelajaran fisika di sekolah menurut kurikulum 2013, dimana salah

satu keutamaan penerapannya yaitu pendidik yang berpusat pada peserta didik,

dimana pendidik sebagai fasilator yang didampingi jalannya pembelajaran.

6. Buku terkadang membuat peserta didik bosan dalam mempelajari pelajaran

karena tidak ada bantuan melalui peserta didik pembelajaran yang interaktif

yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, maka difokuskan penelitian ini

sebagai berikut:

11
1. Pengembangan e-modul berbasis Problem Based Learning terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMA/MA .

2. E-Modul yang diterapkan terbatas pada mata pelajaran Fisika Kelas XI

Materi Fluida Statis dan Fluida Dinamis.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana penerapan modul elektronik berbasis problem based learning

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik?

2. Bagaimana tingkat kevalidan, praktikalitas dan efektifitas modul

elektronik berbasis problem based learning yang terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk menerapkan e-modul berbasis problem based learning terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Untuk mendapatkan kevalidan, praktikalitas dan efektifitas dalam

mendapatkan gambaran penerapan e-modul berbasis problem based

learning terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

12
Penelitian tentang penerapan e-modul berbasis problem based learning

(PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik memiliki beberapa

manfaat, diantaranya adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Sekolah

Sebagai sarana penambah pengetahuan tentang pengembangan media

pembelajaran yang bermanfaat dalam proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai referensi dalam

pembuatan media pembelajaran yang lebih aktif, kreatif dan inovatif.

2. Mafaat Praktis

a. Bagi Pendidik

Penelitian ini berguna dalam menunjang kelancaran proses pembelajaran

di dalam kelas dan Memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi kepada

peserta didik.

b. Bagi Peserta Didik

E-Modul yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sumber belajar

alternatif yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah, memudahkan peserta

didik belajar dalam upaya memahami materi pelajaran, membantu peserta didik

memahami konsep dari materi pelajaran dengan cepat dan menggasah

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

c. Bagi Peneliti

13
1) Meningkatkan kreatifitas untuk mendukung profesionalitas sebagai seorang

pendidik yang akan segara bekerja di lapangan.

2) Menjadikan peneliti untuk berpikir lebih kreatif dalam pengembangan bahan

ajar kedepannya.

G. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Penelitian menghasilkan produk yaitu bahan ajar berbasis problem based learning

pada dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. E-Modul berbasis problem based learning terdiri dari cover yang didesaian

gambar dan dilengkapi dengan identitas kata pengantar, daftar isi, petunjuk

penggunaan, peta konsep materi, Kompetensi inti (KI) dan kompetensi

dasar (KD), Indikator dan tujuan pembelajaran dari kompetensi dasar,

kegiatan pembelajaran, kolom penilaian, glosarium dan daftar pustaka.

2. Pada bagian kegiatan pembelajaran terdiri dari uraian materi dengan

langkah langkah problem based learning yaitu :

a. Orientasi siswa terhadap masalah .

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

e. Menganalisis dan mengevaluasikan proses pemecahan masalah.

3. Modul elektronik yang dikembangkan mengacu pada Kurikulum 2013.

4. Modul elektronik memungkinkan tercapainya indikator dan tujuan

pembelajaran.

14
5. Modul elektronik disusun dilengkapi dengan tulisan dan gambar yang

menarik, dan kreatif agar menciptakan kegiatan pembelajaran yang

menyenangkan dan produktif.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi pengembangan

Asumsi dalam menerapkan e-modul berbasis problem based learning materi fluida

statis dan fluida dinamis adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran fisika diharapkan akan lebih efektif, efisien dan lebih mudah

dipahami dengan menggunakan bahan ajar berbasis problem based

learning.

b. Penerapan bahan ajar lebih bervariasi, menarik dan menyenangkan.

c. Meningkatkan semangat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran

fisika sehingga menjadi lebih efektif dan terarah dengan menggunakan

bahan ajar berupa bahan ajar berbasis problem based learning.

2. Keterbatasan pengembangan

a. E-Modul ini terbatas hanya pada ruang lingkup pembelajaran fisika kelas

XI materi fluida statis dan dinamis berdasarkan selabus kurikulum 2013.

15
b. Penerapan E-Modul ini dibatasi dan hanya disesuaikan dengan kondisi

waktu, tenaga, dan keahlian penulis dalam pembuatan pruduk e-modul

materi fisika kelas XI materi fluida statis dan fluida dinamis.

16

Anda mungkin juga menyukai