Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

PADA MATERI KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Outline Skripsi

Outline ini diajukan sebagai syarat pengajuan proposal penelitian tugas akhir mahasiswa
Program Studi Pendidikan Fisika

Diajukan oleh :

Mawar Lanna Oktavia

NIM 18106090005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2022
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya sadar dan teratur yang memiliki tujuan untuk menciptakan
suasana belajar dan proses pembelajaran, sehingga peserta didik mampu mengembangkan
potensi untuk menggunakan kecerdasan, keterampilan, karakter, pengendalian diri,
religious, serta akhlak yang mulia terhadap diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara
secara aktif1. Oleh karena itu, pendidikan sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan
pola pikir seseorang, sehingga mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan mengikuti
perkembangan zaman. Mutu yang dimaksud bukan hanya dapat memenuhi standar
nasional, melainkan untuk memenuhi standar internasional agar dapat menciptakan sumber
daya manusia yang mampu bersaing. Peningkatan mutu pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya
saling terkait antara satu dengan yang lain. Sistem pembelajaran yang baik akan
menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas belajar yang baik ini dapat dilihat dari
hasil penilaiannya2
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan yang
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan
untuk menilai pencapaian kompetensi siswa pada semua mata pelajaran.3
Instrumen penilaian merupakan bagian integral dari suatu proses penilaian dalam
pembelajaran. Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan
hasil belajar siswa4. Instrumen penilaian meliputi tes dan sistem penilaian. Instrumen
penilaian dirancang untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik setelah
mempelajari suatu kompetensi5. Pencapaian tujuan pembelajaran fisika sebenarnya
membutuhkan penggunaan instrumen penilaian yang tidak hanya mencakup hafalan dan
pemahaman, tetapi juga dibutuhkan penilaian yang melatih keterampilan berpikir.6
Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013 yang
memberikan kebebasan bagi siswa untuk berpikir, memahami dan membangun strategi
penyelesaian masalah, serta mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka dalam proses

1
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasional, bab
II Pasal 3 (Jakarta, 2003)
2
Mappalesye, dkk. 2021. Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Fisika.
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 17, No 1, April 2021 Hal 69 - 82
3
Amalia, Nunung Fika. 2014. Pengembangan instrument penilaian keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada
materi pokik Asam Basa. Semarang : Universitas Negeri Semarang
4
Doctor, J. dan Heller, K. 2009. Robust Assesment Instrument for Student Problem Solving, Prosiding the NARST
2009 Annual Meeting, Minnesota University
5
Prasasti, Y. R., Suyono dan Basuki, I. A., 2012, Pengembangan Instrumen Asesmen Berpikir Kritis melalui
Membaca untuk Siswa SD/MI, Jurnal Universitas Negeri Malang, Vol 48, No 2, Hal:1-12.
6
Lissa, 2012, Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Materi Sistem Respirasi
Dan Ekskresi, Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, Vol 41, No 1, Hal: 27-32
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa
dalam menyelesaikan masalah.7
Kenyataan yang terjadi dalam dunia Pendidikan di Indonesia masih jarang
melibarkan peserta didik belajar berpikir tingkat tinggi termasuk berpikir kritis dalam
proses pembelajaran sains di kelas. Peserta didik hanya difokuskan pada kegiatan
menghafal materi pelajaran. Sehingga, ketika peserta didik dihadapkan pada permasalahan
yang terjadi di lingkungan sekitarnya, peserta didik kurang mampu menggabungkan
pengetahuan yang dimilikinya untuk mencari penjelasan dan memberikan pendapat berupa
solusi dari masalah tersebut menggunakan kemampuan berpikir kritis8
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan
sehingga perlu dikembangakan pada siswa. Keterampilan berpikir kritis merupakan
kebutuhan yang esensi untuk semua aspek kehidupan. Kemampuan berpikir kritis akan
menjadikan peserta didik terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit. Peserta didik yang
mampu berpikir kritis akan dapat bersaing di dunia global9. Peneliti menyadari pentingnya
keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu output dari proses penilaian.
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh setiap siswa
diperlukan suatu penilaian disetiap akhir pembelajaran. Penilaian merupakan teknik untuk
memperoleh informasi tentang kemajuan peserta didik di sekolah10. Penilaian juga
merupakan suatu proses pengumpulan data siswa yang dilakukan selama proses
pembelajaran yang kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dapat digunakan
sebagai umpan balik (feedback) terhadap pembelajaran ataupun sebagai bahan
pengambilan keputusan terhadap status siswa. Pada dasarnya, penilaian berperan sebagai
program evaluasi proses, kemajuan belajar dan hasil belajar siswa11
Instrumen penilaian adalah alat bantu yang senantisa dipergunakan oleh peneliti
dalam mengatur dan mengakomodir kegiatannya untuk proses pengumpulkan data secara
sistematis dalam pemberian evaluasi.12 Instrumen penilaian yang dirancang dengan baik
dan sesuai dengan tingkatan kemampuan berpikir dapat meningkatkan daya berpikir siswa,
khususnya berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat penting dilatihkan karena
keterampilan berpikir ini tidak dibawa sejak lahir.13

7
Julfahnur, dkk. 2019. Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SMA. Open Science Framework.
8
Hasan, Sri Wahyuni dkk. 2020. Pengembangan Instrumen Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA.
Chemistry Education Review, Pendidikan Kimia PPs UNM, 2020 Vol. 3, No. 2 (185-
193), ISSN (e): 2597-9361 dan ISSN (p): 2597-4068.
9
Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah Disajikan dalam
Seminar Dies Ke-41 Universitas Negeri Yogyakarta: Hasil Penelitian tentang Evaluasi Hasil Belajar Serta
Pengelolaannya
10
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran (Vol. 8). Bandung: Remaja Rosdakarya.
11
Docktor, J., & Heller, K. (2009). Robust assessment instrument for student problem solving. Proceedings of the
NARST 2009 Annual Meeting, Garden Grove, CA, 1–19.
12
Hayati,Rina. 2021. Pengertian Instrumen Penilaian, Jenis, Tujuan, Manfaat dan cara membuatnya.
13
Redhana, dkk. 2008, Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa
SMA, Jurnal Forum Kependidikan, Vol 27, No 2, Hal:103-112.
Menurut perkembangan kognitif piaget, usia 12 tahun keatas anak telah memasuki
tahap operasional formal dengan ciri pokol perkembangan kognitif yag berarti anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis serta mampu merumuskan penyelesaian masalah.Usia
Siswa SMA umumnya antara 15 sampai 18 tahun, sehingga kemampuan berfikir tingkat
tinggi mereka sudah mapan.14 Oleh karena itu, menciptakan instrument penilaian berbasis
HOTS menjadi tantangan yang besar bagi guru.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak dijumpai
ketidakmampuan guru fisika dalam menyusun soal yang mencakup level kognitif HOTS.15
Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa factor diantaranya yaitu tidak adanya daya dukung
peserta didik, pembuatan soal membutuhkan waktu yang lama, kurangnya pemahaman
guru tentang HOTS, tidak ada ide untuk menyusun soal HOTS, serta tidak adanya
instrument penilaian berorientasi HOTS yang tersedia.16
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman
mengenai definisi maupun konsep, eksperimen, keterampilan pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik. Salah satu materi fisika yang
dianggap sulit oleh siswa adalah Kesetimbagan Benda Tegar. Materi ini secara
substainsional memang sulit dan membutuhkan kemampuan berpikir kritis untuk
menyelesaikannya.17
Oleh karena itu, untuk memfasilitasi peserta didik berfikir secara kritis, maka akan
dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen penilaian Kemampuan
berpikir Kritis pada Materi Kesetimbangan Benda Tegar”

B. Tujuan Penelitian
1. Mengembangkan dan menghasilkan produk berupa instrumen penilaian kemampuan
berpikir kritis sebagai alternatif bentuk penilaian pada materi Elastisitas dan Hukum
Hooke.
2. Mengetahui kualitas instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis pada materi
Elastisitas dan Hukum Hooke yang dikembangkan.
3. Mengidentifikasi tingkat kemampuan berpikir kritis siswa SMAN 5 Yogyakarta.

C. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Sugiyono yaitu Research and
development atau penelitian dan pengembangan yang hasilnya berupa produk dan
mengetahui keefektifan produk tersebut. Research and development adalah rangkaian

14
Haryanto, dkk.2018. Analisis Aspek Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Instrumen Penilaian Materi
Fungsi Untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas X. E-journal Unp
15
Siswanto dan Sunaryo. 2017. High Order Thingking Skills : Analisis Soal dan Implementasinya dalam
pembelajaran fisika di sekolah menengah atas. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika 3
16
Desilva, dkk. Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Fisika Berorientasi HOTS pada Materi Elastisitas
dan Hukum Hooke.
17
Suparjono, 2016. Kesetimbangan Benda Tegar. Fisika Mudah Ala Suparjono
proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Arifin, 2012:
51). Produk yang direncanakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian
kemampuan berpikir kritis sebagai alternatif bentuk penilaian materi Elastisitas dan
Hukum Hooke siswa SMA
Adapun tahapan penelitian dan pengembangan e-modul ini dengan menggunakan
jenis penelitian pengembangan 4-D. Menurut Thiagarajan (1945:5) terdapat empat
tahapan yang meliputi pendefinisian (define), desain (design), pengembangan (develop)
dan penyebaran (disseminate).

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara oleh guru SMA/MA, lembar saran/kritik
yang diisi oleh ahli materi, ahli media, dan siswa pada uji coba terbatas. Sedangkan data
kuantitatif diperoleh dari penilaian siswa pada uji keterbacaan diubah menjadi data
kuantitafif untuk mengetahui tingkat keterbacaan butir soal, skor pada lembar validasi dan
penilaian, serta skor siswa baik dari uji coba terbatas maupun uji coba luas.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa Lembar soal, lembar uji
keterbacaan, lembar validasi dan lembar penilaian. Lembar soal digunakan untuk
mengetahui kualitas instrumen penilaian yang dikembangkan serta dapat mengetahui profil
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. Lembar uji keterbacaan digunakan untuk
mendapatkan penilaian awal terhadap instrumen pengembangan yang diujikan, Lembar
validasi untuk mengetahui pendapat ahli mengenai kevalidan butir soal dan lembar
penilaian untuk menilai apakah instrument yang dikembangkan sudah sesuai dengan
kriteria dan indicator berpikir kritis.

D. Jadwal Rencana Penelitian

No Bulan Kegiatan Keterlaksanaan

1. Februari 2021 Observasi dan wawancara di sekolah Belum

2. Februari 2022 Pencarian referensi, bahan dan Proses


pembuatan outline penelitian
3. Februari 2022 1. Fixasi Proposal Belum
2. Pembuatan Produk
4. Maret 2022 Seminar Proposal Belum

5. Maret 2022 1. Validasi instrumen produk Belum


2. Penilaian produk
6. April 2022 1. Fixasi produk Belum
2. BAB 4 sampai selesai
7. Juni 2021 Munaqosyah Belum

8. Agustus 2021 Wisuda Amiin

E. Daftar Pustaka

Amalia, Nunung Fika. 2014. Pengembangan instrument penilaian keterampilan


berpikir kritis siswa SMA pada materi pokik Asam Basa. Semarang : Universitas Negeri
Semarang
Arifin, Z. 2009. Evaluasi pembelajaran (Vol. 8). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran
Biologi. Makalah Disajikan dalam Seminar Dies Ke-41 Universitas Negeri Yogyakarta:
Hasil Penelitian tentang Evaluasi Hasil Belajar Serta Pengelolaannya
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang
sistem Pendidikan Nasional, bab II Pasal 3 (Jakarta, 2003)
Desilva, dkk. Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Fisika
Berorientasi HOTS pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke.
Docktor, J., & Heller, K. 2009. Robust assessment instrument for student problem
solving. Proceedings of the NARST 2009 Annual Meeting, Garden Grove, CA, 1–19.
Haryanto, dkk.2018. Analisis Aspek Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada
Instrumen Penilaian Materi Fungsi Untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas X. E-journal Unp
Hasan, Sri Wahyuni dkk. 2020. Pengembangan Instrumen Penilaian Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA. Chemistry Education Review, Pendidikan Kimia PPs UNM,
2020 Vol. 3, No. 2 (185-193), ISSN (e): 2597-9361 dan ISSN (p): 2597-4068.
Hayati,Rina. 2021. Pengertian Instrumen Penilaian, Jenis, Tujuan, Manfaat dan
cara membuatnya.
Julfahnur, dkk. 2019. Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SMA.
Open Science Framework.
Lissa, 2012, Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Materi Sistem Respirasi Dan Ekskresi, Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, Vol
41, No 1, Hal: 27-32
Mappalesye, dkk. 2021. Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 17, No 1,
April 2021 Hal 69 - 82
Prasasti, Y. R., Suyono dan Basuki, I. A., 2012, Pengembangan Instrumen Asesmen
Berpikir Kritis melalui Membaca untuk Siswa SD/MI, Jurnal Universitas Negeri Malang,
Vol 48, No 2, Hal:1-12.
Redhana, dkk. 2008, Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada
Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA, Jurnal Forum Kependidikan, Vol 27, No 2, Hal:103-
112.

Suparjono, 2016. Kesetimbangan Benda Tegar. Fisika Mudah Ala Suparjono

Siswanto dan Sunaryo. 2017. High Order Thingking Skills : Analisis Soal dan
Implementasinya dalam pembelajaran fisika di sekolah menengah atas. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan Fisika 3

Anda mungkin juga menyukai