Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA

Mengembangkan Pemikiran Kritis, Sikap Ilmiah, dan Efikasi Diri pada Siswa
melalui Project Based Learning dan Penilaian Autentik dalam Pengajaran IPA di
SMP
Mengutip artikel ini: I Wayan Suastra dan Ni Putu Ristiati 2019 J. Phys.: Conf. 1233 012087

Lihat artikel online untuk pembaruan dan peningkatan.

Konten ini diunduh dari alamat IP 193.93.194.165 pada 17/07/2019 pukul 13:22
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

Mengembangkan Berpikir Kritis, Sikap Ilmiah, dan Efikasi Diri


pada Siswa melalui Project Based Learning dan Penilaian
Autentik dalam Pengajaran IPA di SMP

I Wayan Suastra*, dan Ni Putu Ristiati


Universitas Pendidikan Ganesha

*Email: iwsuastra@undiksha.ac.id

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh model Project Based
Learning (PjBL) terhadap pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri pada siswa. Penelitian
ini menggunakan quasi-experiment dari desain kelompok kontrol pos-ttest only. Subjeknya
adalah 60 siswa kelas sembilan sekolah menengah umum di Singaraja pada tahun akademik
2017/2018 yang dipilih secara acak dari kelas yang ada, di mana 30 siswa ditugaskan ke kelas
eksperimen dan 30 lainnya ke kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes berpikir
kritis, kuesioner sikap ilmiah, dan kuesioner efikasi diri. Instrumen ini memiliki keandalan
yang tinggi. Data dianalisis secara deskriptif dan untuk menguji hipotesis, MANOV dengan
tingkat signifikansi 5% digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersamaan
berpikir kritis, berpikir ilmiah, sikap ilmiah, dan efikasi diri siswa yang belajar dengan PjBL
dan penilaian otentik sangat berbeda dengan mereka yang belajar with PjBl dan konvensional
penilaian (F=10,79; hal<0,05). Kelompok siswa yang belajar dengan PjBL dan penilaian
otentik memiliki rata-rata yang tinggi daripada mereka yang belajar dengan PjBL dan
penilaian konvensional. Dengan kata lain, penilaian autentik bersifat effective dalam
meningkatkan pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri siswa dalam pengajaran IPA.

Kata kunci: Pembelajaran berbasis proyek; Penilaian otentik; Berpikir kritis; Sikap ilmiah;
Efikasi diri.

1. Perkenalan
Di era revolusi industri 4.0 ini, tantangan dalam kualitas dalam berbagai aspek kehidupan tidak
bisa lagi ditawar-tawar. Untuk memenuhi tantangan masa depan yang semakin kompleks, diperlukan
lima pikiran masa depan yang terdiri dari cita yang disiplin, cita yang disintesis, menciptakan cita,
menghargai cita, dan cita etis [1]. Selanjutnya, tantangan masa depan harus dipenuhi dengan
mengembangkan kreativitas dan kewirausahaan melalui pedagogi kritis transformatif pendidikan
nasional [2]. Oleh karena itu, apa yang harus dikupasuntuk sumber daya manusia untuk masa depan
adalah kemampuan berpikir mereka. Oleh karena itu, pendidikan saat ini harus berorientasi pada
peningkatan keunggulan kompetitif bangsa agar mampu bersaing dalam persaingan global. Ini
dapat dicapai jika pendidikan di sekolah berorientasi tidak hanya pada perolehan dan pemahaman
konsep ilmiah, tetapi juga terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam berpikir
kritis, terutama dalam berpikir tingkat tinggi

Konten dari karya ini dapat digunakan berdasarkan ketentuan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Setiap distribusi lebih
lanjut dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

keterampilan atau keterampilan berpikir kritis. Artinya guru perlu memfasilitasi siswa untuk belajar
bagaimana berpikir, terutama pemikiran tingkat tinggi.
Pendidikan IPA memiliki potensi besar dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Selain belajar dalam produk IPA, berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori, pendidikan
IPA juga mengembangkan sikap ilmiah dan kemampuan berpikir siswa [3,4]. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah dalam kaitannya denganpengembangan SUMBER DAYA MANUSIA q uality,
misalnya, meningkatkan kualitas guru, menyediakan fasilitas pembelajaran, mengembangkan
kurikulum berbasis kompetensi, dan menerapkan manajemen mutu yang terintegrasi. Namun, upaya
tersebut tampaknya belum menunjukkan hasil optimal. Hasil penelitian dan evaluasi menunjukkan
bahwa, pertama, dari Trend International Mathematics Science (TIMSS) pada tahun 2011 melaporkan
skor rata-rata dalam sains dalam domain kognitif, yang merupakan aspek penting dalam kemampuan
pemecahan masalah. Indonesia berada di peringkat 45 dari48 negara di dunia dengan skor dalam sains
397 [5]. Hasil lain yang berkaitan dengan pola berpikir masyarakat kontemporer adalah permasalahan
sosial yang telah terjadi di Indonesia, seperti yang ditunjukkan di media cetak, televisi, dan media
sosial lainnya yang berhubungan dengan provokasi dan fitnah serta fitnah melalui hoaks yang dapat
menghancurkan tatanan sosial bangsa yang memecah belah di antara masyarakat Indonesia. Hal ini
diduga karena rendahnya kemampuan berpikir para masyarakat dalam bereaksi terhadap hoaks
tersebut sehingga persatuan NKRI terancam punah. Kemampuan berpikir kritis siswa SMA negeri di
Provinsi Bali masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dominasie para guru dalam proses instruksional
yang belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikir mereka [6]. Atas dasar penjelasan tersebut, maka dalam pengajaran IPA
diharapkan para siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Prestasi keilmuan siswa yang masih rendah dalam pengajaran IPA, khususnya dalam fisika
disebabkan oleh kepadatan materi dan standar keberhasilan pendidikan di sekolah yang masih
berfokus pada produk (konsep), sehingga pelaksanaan pengajaran fisika khususnya kinerja keilmuan
sangat minim. Atas dasar penjelasan di atas, tampaknya rendahnya kemampuan thinkikritis dan
kinerja keilmuan mahasiswa dalam pengajaran IPA cenderung disebabkan oleh kurangnya
pelaksanaan pengajaran yang optimal.
Atas dasar kesenjangan yang telah dijelaskan di atas, maka perlu adanya peningkatan proses
pengajaran, baik dalamr elation terhadap proses penilaian, maupun model pengajaran yang seharusnya
lebih inovatif dan mampu mengembangkan kinerja ilmiah dan keterampilan berpikir kritis dari
Siswa. Salah satu model pengajaran yang tidak hanya memberdayakan sains sebagaiproduk tetapi juga
proses keledai sains, terutama untuk meningkatkan kinerja ilmiah dan keterampilan kritis siswa adalah
model Project Based Learning (PjBL). Model ini direkomendasikan untuk digunakan dengan
Kurikulum 2013. Model Project Based Learning (PjBL) adalah model pengajaran yang didasarkan
pada filosofi konstruktivis, yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah produk dari construction
kognitif melalui suatu kegiatan yang merupakan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sehingga
mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri secara bermakna melalui pengalaman nyata.
Model pengajaran ini lebih fokus pada konsep dan melibatkan siswa dalamkegiatan penyelesaian p
roblem, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri, untuk membangun
pembelajaran mereka sendiri, dan, idealnya, untuk memungkinkan siswa menghasilkan produk yang
berharga dan realistis [7]. PjBl lebih efektif dalam meningkatkan pembelajaran dalam pengajaran sains
daripada pengajaran konvensional di sekolah [8]. Hal ini sesuai dengan temuan sebelumnya yang
menunjukkan bahwa PjBL dapat membantu siswa dalam melakukan tugas-tugas mereka, mewakili
ide-ide mereka, dan mengembangkan hubungan antar-konseptuals [9]. Selama pekerjaan proyek, guru
harus memainkan peran sebagai pemandu dan fasilitator untuk memberikan umpan balik kepada
tujuan kegiatan [10]. Model Project Based Learning (PjBL) dengan bantuan penilaian ilmiah dipilih
dalam pengajaran science karena memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan kinerja
keilmuan siswa, untuk melatih proses berpikir mereka yang berorientasi pada keterampilan berpikir
kritis mereka, dan untuk mengembangkan sikap ilmiah mereka. Model Project Based Learning (PjBL)
dapat mengembangkan upaya siswa untuk mengembangkan representasi memori pengalaman yang
kompleks dan kaya, yang menunjukkan interkoneksi yang kuat antara pengalaman dan tindakan
semantik dan episodik. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek, para siswa termotivasi untuk
2
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087
menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar sehingga mereka dapat meningkatkan keilmuannya

3
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

pertunjukan, sedangkan guru memiliki peran sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk
siswa yang merupakan hasil yang dapat disajikan dari proyek yang dilakukan [11]. Model Project
Based Learning (PjBL) merupakan salah satu cara untuk memaksimalkan kegiatan siswa dalam
pembelajaran dan dapat meningkatkan kegiatan dan kinerja ilmiahnya serta membantu mereka untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiahnya. PjBl memiliki karakteristik
pembelajaran kooperatif, meningkatkan motivasi belajar, kreativitas, aktivitas, dan menumbuhkan
unsur-unsur pendidikan pembelajaran kehidupan [12]. PjBL memiliki 5 langkah yaitu: (1)
menetapkan tema proyek, (2) menetapkan konteks pembelajaran, (3) merencanakan kegiatan, (4)
memprosesact ivity, dan (5) melaksanakan kegiatan pelaksanaan proyek. Pada langkah penetapan
tema proyek, mahasiswa diberikan kesempatan untuk menentukan tema proyek sesuai dengan
permasalahan yang ada. Konteks pembelajaran mengarah pada siswa yang bekerja secara mandiri dan
melakukan penyelidikan berdasarkan tema proyek mereka. Perencanaan kegiatan akan mengarahkan
siswa untuk mencari sumber daya yang terkait dengan proyek yang akan dirancang. Proses kegiatan
tersebut berkaitan dengan aktivitas siswa dalam menentukan langkah-langkah dalam mengerjakan
proyek. Implementasi proyek mengarahkan mereka untuk memulai dengan proyek berdasarkan
langkah-langkah yang telah ditentukan dan mewakilinya. Implementasi lima langkah mod el
pembelajaran ini sepenuhnya dalam pembelajaran fisika akan mengoptimalkan konsep pemahaman,
keterampilan berpikir, keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa . [11].
Penerapan Kurikulum 2013 memiliki konsekuensi dalam perubahan sistem evaluasi. Dalam
Kurikulum 2013, evaluasi capaian pembelajaran terdiri dari evaluasi kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang dilakukan secara seimbang. Salah satu evaluasi yang mendapat penekanan
dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik, yaitu bentuk penilaian komprehensif yang dilakukan
oleh guru secara berkelanjutan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 104 tahun 2014).
Namun, faktanya menunjukkan bahwa guru merasa sulit untuk melakukan penilaian otentik [13].
Essment pantat otentikadalah bagian integral dari pengajaran sains. Prestasi pembelajaran IPA
kelompok siswa yang diberi penilaian otentik lebih tinggi daripada mereka yang diberi penilaian
konvensional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pengaruh penerapan model PjBL dan penilaian
otentik di kelas terhadap prestasi belajar siswa diteliti [14].
Sisa makalah ini disusun sebagai berikut: Bagian 2 menjelaskan metode penelitian yang diusulkan.
Bagian 3 menyajikan hasil obtained dan diikuti dengan diskusi. Akhirnya Bagian 4 menyimpulkan
pekerjaan ini.

2. Metode yang Diusulkan


Ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini disebut quasi-experiment karena tidak semua variabel
yang berpengaruh terhadap hasilnya dapat dikontrol dengan baik dan proses pengambilan sampel tidak
dapat dilakukan dalam proses pengacakan penuh. Desain studi yang digunakan adalah post-test only
control group design. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen dan dependen.
Variabel independen adalah model pengajaran dan variabel dependen adalah kinerja ilmiah dan
keterampilan berpikir kritis. Penggunaan model pengajaran dalam kelompok perlakuan dibedakan
menjadi dua, yaitu, penggunaan model Project Based Learning (PjBL) pada kelompok eksperimen dan
penggunaan pengajaran konvensional pada kelompok kontrol. Lebih khusus lagi, desainnya dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Posttest Hanya Desain Penelitian Kelompok Kontrol


Kelompok Pengobatan Posttest (O)
(X)
Eksperimen (E) X Itu1,2,3
Kontrol (K) _ Itu1,2,3

Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas sembilan SMP negeri di Singaraja pada
semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 dengan total 69 siswa.

4
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

SMP Negeri 1 Singaraja dipilih sebagai populasi penelitian berdasarkan pertimbangan keterjangkauan
dan kelangsungan hidup. Keterjangkauan tersebut berarti kemudahan akses, sehingga kinerja yang
cepat dalam pelaksanaan penelitian dapat terjamin. Viability berarti peluang realisasi pengajaran
yang sedang diujicobakan sangat besar karena guru-guru sekolah berpengalaman dalam menerapkan
Kurikulum 2013. Prasarana dan sarana tersebut memadai untuk melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek. Karena berdasarkan karakteristik populasi, semua kelas dalam populasi setara, pengambilan
sampel dilakukan dengan memilih sampel secara acak dari kelas yang ada. Setelah menggambar
undian, diperoleh dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian
otentik yang terdiri dari 30 siswa dan kelas kontrol yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian
konvensional yang juga terdiri dari 30 siswa.
Data dikumpulkan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis, kuesioner sikap ilmiah, dan
kuesioner efikasi diri. Tes berpikir kritis memenuhi indikator interpretasi, analisis, evaluasi, inference
dan penjelasan. Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dalam format pilihan ganda yang
terdiri dari 30 item. Kuesioner sikap ilmiah memenuhi indikator keingintahuan, rasa hormat terhadap
fakta, refleksi kritis, ketekunan, pemikiran terbuka, kerja samadengan orang lain, kesediaan untuk
menerima ketidakpastian, dan kepekaan terhadap lingkungan. Ada 25 item dalam kuesioner sikap
ilmiah, kuesioner efikasi diri dikembangkan berdasarkan aspek tingkat kesulitan, tingkat kekuatan, dan
generalisasi. Kuesioner efikasi diri terdiri dari 25 item. Semua instrumen telah memenuhi persyaratan
validitas dan memiliki keandalan yang tinggi.

3. Hasil dan Diskusi


Atas dasar analisis data, ditemukan bahwa nilai rata-rata untuk pemikiran kritis siswa terhadap
siswa yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik (kinerja) adalah 71,00 (kualifikasi yang
baik) lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan PjBL dan konvensional penilaian, yaitu,
64,83 (kualifikasi rata-rata). Demikian pula, rata-rata sinti untuk sikap ilmiah siswa dari siswa yang
belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik adalah 80,76 (kualifikasi yang baik) lebih baik
daripada mereka yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian konvensional, yaitu
76. 66 (kualifikasi bagus). Nilai rata-rata untuk efikasi diri siswa yang belajar menggunakan PjBL dan
penilaian otentik adalah 87,50 (kualifikasi yang sangat baik) lebih tinggi daripada mereka yang belajar
menggunakan PjBL dan penilaian konvensional dengan skor rata-rata of 80,37 (kualifikasi yang baik).
Kemudian, sebelum uji statistik MANOVA dilakukan, dilakukan pengujian prasyarat statistik
normalitas distribusi data, homogenitas kelompok eksperimen dan kontrol, dan interkorelasi antara
variabel dependen dand variabel independen pemikiran kritis, sikap ilmiah dan efikasi diri siswa. Hasil
normalitas distribusi data diuji menggunakan Kolmogorov- Smirnov dan berada di kisaran antara
0,125 dan 0,150 (p> 0,05). Jadi semuadistribusi data t he normal (Lihat Tabel 2).

Tabel 2. Uji Normalitas Distribusi Data


Kolmogorov-Smirnovseorang Shapiro-Wilk
Penilaian
Statistik Df Sig.Statistik df Sig.
Berpikir kritis 30 .088 .959 30 .289

Konvensional.149
Otentik.125 30 .200* .980 30 .834
Konvensional Konvensional Ilmiah 30 .085 .919 30 .025
Konvensional.150
Sikap 30 .200* .967 30 .452
batas bawah dari signifikansi sebenarnya .
*. Ini adalah Autentik.128
a. Koreksi Signifikansi Lilliefors
Autentik Efikasi
30 .182 .942 30 .102

5
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

Berdasarkan hasil pengujian normalitas distribusi data baik menggunakan tes Kolmogorov-
Smirnov dan Shapiro-Wilk ditemukan bahwa semua data memiliki distribusi normal pada tingkat
signifikansi 5%. Oleh karena itu, prosedur ini dapat dilanjutkan dengan pengujian homogenitas dari
kelompok perawatan dan kontrol. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas


Levene
Statistik df1 df2 Sendiri.
Kritis Berdasarkan Mean .001 1 58 .978
Pikiran Berdasarkan Median .049 1 58 .826
Berdasarkan Median
.049 1 57.969.826
dan dengan df yang
disesuaikan
.002 1 58.968
Berdasarkan rata-rata
yang dipangkas
Sikap Berdasarkan Rata-rata 1.972 1 58.166
Ilmiah Berdasarkan Median 2.006 1 58.162
Berdasarkan Median
2.006 1 56.196.162
dan dengan df yang
disesuaikan
berarti 2.015 1 58 .161
Berdasarkan
Efikasi diri dipangkas
Berdasarkan Berarti 2.694 1 58 .106
Berdasarkan Median 2.642 1 58 .109
Berdasarkan Median dan
2.642 1 57.986 .109

dengan
Berdasarkanrata-
dipangkas 1 58 .100
2.797
rata df yang

disesuaikan

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 3, maka dapat disimpulkan bahwa semua kelompok
(perlakuan dan kelompok kontrol) bersifat homogen. Dengan demikian, persyaratan homogenitas
untuk MANOVA telah terpenuhi. Hasil uji hubungan Interco antarapemikiran ritical c, sikap ilmiah
dan efikasi diri ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Interkorelasi


Kritis Ilmiah
Pikiran Sikap Efikasi diri
Kritis Korelasi Pearson 1 .045 .250
Pikiran Sig. (2-ekor) .731 .054
N 60 60 60
Ilmiah Korelasi Pearson .045 1 .041
Sikap Sig. (2-ekor) .731 .758
N 60 60 60
Efikasi diri Korelasi Pearson .250 .041 1
Sig. (2-ekor) .054 .758
N 60 60 60

Berdasarkan hasil analisis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4, jelas bahwa interkorelasi antara
variabel dependen semuanya di bawah 0,8. Ini berarti bahwa tidak ada korelasi yang kuat antara
variabel dependen dari pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri. Artinya variabel pemikiran
kritis, sikap ilmiah dan efikasi diri merupakan variabel yang terpisah sehingga analisis dapat

6
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087
dilanjutkan dengan MANOVA. Oleh karena itu, persyaratan untuk menggunakan MANOVA telah
terpenuhi. Hasil MANOVA, baik analisis simultan maupun analisis antar subjek secara berurutan
disajikan pada Tabel 5 dan 6.

7
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

Tabel 5. Hasil Uji Multivariat (Manova), Analisis Simultan Secara Bersamaan


Efek Nilai F Hipotesis df Kesalahan Sen
df diri.
Adang Jejak Pillai .998 7481.155b 3.000 56.000 .001
Lambda Wilks .002 7481.155b 3.000 56.000 .001
Jejak Hotelling 400.776 7481.155b 3.000 56.000 .001
Akar Terbesar 400.776 7481.155b 3.000 56.000 .001
Roy
Penilaian Jejak Pillai .365 10.739b 3.000 56.000 .001
Lambda Wilks .635 10.739b 3.000 56.000 .001
Jejak Hotelling .575 10.739b 3.000 56.000 .001
Akar Terbesar .575 10.739b 3.000 56.000 .001
Roy

a. Desain: Intercept + Penilaian


b. Statistik yang tepat

Tabel 6. Hasil Multivariate Test t (MANOVA) Inter-subject


Jumlah Tipe
Sumbe Variabel Df Rata-rata F Sen
III
r Dependen Jumlah Persegi diri.
Kotak
Model yang Berpikir Kritis 589.067sebuah 1 589.067 10.221 .002
Dikoreksi Sikap Ilmiah 252.150b 1 252.150 4.931 .030
Efikasi diri 763.267c 1 763.267 16.868 .001
Adang Berpikir Kritis 277168.067 1 277168.067 4808.971 .001
Sikap Ilmiah 371778.817 1 371778.817 7270.037 .001
Efikasi diri 422688.267 1 422688.267 9341.296 .001
Penilaian Berpikir Kritis 589.067 1 589.067 10.221 .002
Sikap Ilmiah 252.150 1 252.150 4.931 .030
Efikasi diri 763.267 1 763.267 16.87 .001
Kesala Berpikir Kritis 3342.867 58 57.636
han Sikap Ilmiah 2966.033 58 51.139
Efikasi diri 2624.467 58 45.249
Seluruh Berpikir Kritis 281100.000 60
Sikap Ilmiah 374997.000 60
Efikasi diri 426076.000 60
Total yang Berpikir Kritis 3931.933 59
Dikoreksi Sikap Ilmiah 3218.183 59
Efikasi diri 3387.733 59

a. R Kuadrat = .150 (Disesuaikan R Kuadrat = .135)


b. R Kuadrat = .078 (Disesuaikan R Kuadrat = .062)
c. R Kuadrat = .225 (Disesuaikan R Kuadrat = .212)

Atas dasar hasil analisis menggunakan MANOVA seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan 6,
temuan berikut ditetapkan. Hasil pengujian Hipotesis 1. Hipotesis yang menyatakan bahwa secara
bersamaan tidak ada perbedaan antara berpikir kritis, sikap scientific dan efikasi diri antara siswa
yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik dengan mereka yang belajar menggunakan
PjBL dan penilaian konvensional ditolak (F=10,74; p<0,05). Dengan kata lain, secara bersamaan
terdapat perbedaan antaracri tical thinking, sikap ilmiah dan efikasi diri antara siswa yang belajar
menggunakan PjBL dan penilaian otentik dengan mereka yang belajar menggunakan PjBL dan
penilaian konvensional.
Hasil pengujian Hipotesis 2. Hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pemikiran
kritis antara siswa yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik dan mereka yang belajar
menggunakan PjBL dan penilaian konvensional ditolak (F= 10,22; hlm<0,05). Dengan kata lain,
ada perbedaan pemikiran kritis antara siswa yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik
dan mereka yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian konvensional.
Hasil pengujian Hipotesis 3. Hypothesis yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap ilmiah
8
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087
antara siswa yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik dan mereka yang belajar
menggunakan PjBL dan penilaian konvensional ditolak, (F = 4,93; hlm< 0,05). Dengan kata lain,
ada

9
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik dan
mereka yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian konvensional. Hasil Hipotesis 4. Hipotesis 4
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan efikasi diri antara siswa yang belajar menggunakan
PjBL dan penilaian otentik dan mereka yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian konvensional
ditolak (F=
16. 87; hlm< 0,05). Dengan kata lain, terdapat perbedaan self-efficacy antara siswa yang belajar
menggunakan PjBL dan authentic assessment dengan mereka yang belajar menggunakan PjBL dan
penilaian konvensional .
Hasil analisis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa siswa dari
kelompok eksperimen yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian otentik dapat mengembangkan
pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri mereka dalam pengajaran sains lebih efektif
daripadamereka yang belajar menggunakan PjBL dan penilaian konvensional. Hal ini ditunjukkan
pada hasil MNOVA yang menunjukkan bahwa F = 10,74 dengan tingkat signifikansi yang lebih
rendah dari 5%. Hal ini juga didukung oleh nilai rata-rata untuk berpikir kritis, attitud ilmiahe, dan
efikasi diri siswa yang lebih tinggi dalam kelompok siswa yang belajar menggunakan PjBL dan
penilaian otentik daripada mereka yang berada dalam kelompok siswa yang belajar menggunakan
PjBL dan konvensional penilaian. Dilihat dari sudut pandang skor rata-rata untuk berpikir kritis, sikap
ilmiah, dan efikasi diri dalam pengajaran sains, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol jelas bahwa hanya pemikiran kritis dari kelompok kontrol yang jatuh ke rata-rata
kualifikasi, sedangkan pemikiran kritis dari kelompok eksperimen jatuh ke dalam kualifikasi yang
baik. Sikap ilmiah baik siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol jatuh ke dalam
kualifikasi yang baik. Efikasi diri students sangat baik untuk kelompok eksperimen dan baik untuk
kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa PjBL memberikan kontribusi positif terhadap
peningkatan sikap ilmiah dan efikasi diri mahasiswa. Model Project Based Learning adalah model
pembelajaran yang memperhatikan pemahaman siswa dalam melakukan eksplorasi, evaluasi,
interpretasi dan sintesis informasi melalui cara yang bermakna. Ini dapat meningkatkan pemikiran
kritis siswa dalam pengajaran sains di sekolah menengah pertama [15]. Ini adalah able untuk
mengembangkan pemikiran kreatif siswa dan kemampuan pemecahan masalah dalam fisika [16]. PjBl
dan PBL mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis siswa [17]. Hal
ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa defikasi diri dalam pengajaran IPA [18]. Kemampuan
berpikir kritis siswa yang tinggi, kemampuan pemecahan masalah dan sikap ilmiah akan berpengaruh
pada efikasi diri mereka.
Peningkatan berpikir kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri siswa tidak hanya disebabkan oleh model
pembelajaran, tetapi juga disebabkan oleh penilaian otentik dalam proses pengajaran. Penilaian otentik
adalah bentuk penilaian dalam halsiswa diminta untuk mempresentasikan tugas mereka dalam situasi
nyata dan untuk menunjukkan penerapan keterampilan dan pengetahuan penting yang bermakna [19].
Ini adalah sistem penilaian yang menilai kualitas kinerja tugas siswa. Teknikssessment ini sangat
cocok untuk menilai keterampilan siswa dalam menunjukkan bagaimana mereka melakukannya [20].
Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka dan untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan berpikir mereka dalam berbagai contexts dan
membuat belajar lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, penilaian otentik
dapat menghasilkan produk yang nyata dan kinerja proses pembuatan produk [21].
Dalam mengajarkan sains menggunakan PjBL, tugas-tugas kinerja yang diberikan dapat
menghasilkan pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri siswa yang lebih tinggi daripada yang
menggunakan penilaian konvensional. Penilaian autentik cukup efektif dalam meningkatkan
kompetensi siswa (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam fisika [22]. Terkait dengan penilaian
otentik, Hardianti, dkk. pada [23] menemukan bahwa mahasiswa memberikan respon positif terhadap
penilaian alternatif berbasis web yang dilakukan oleh dosen dengan persentase 84,43%. Demikian
pula dengan penggunaan assessment otentik dalam praktikum IPA, mampu meningkatkan
keterampilan proses SMP [24]. Oleh karena itu, PjBL yang dikombinasikan dengan penilaian autentik
dapat meningkatkan pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri siswa.

4. Kesimpulan dan Pekerjaan Masa Depan


1
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087
Secara bersamaan, pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri mahasiswa dapat dikembangkan
secara lebih efektif dengan menerapkan PjBL dengan bantuan penilaian otentik daripada itu dengan
menerapkan PjBL dengan penilaian konvensional (hanya dengan menggunakan tes ) Dengan kata
lain, otentik

1
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

asesmen memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi
diri siswa. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat disarankan kepada guru IPA bahwa mereka
mengintegrasikan PjBL dan penilaian otentik dalam pengajaran IPA karena efektif dalam
mengembangkan pemikiran kritis, sikap ilmiah, dan efikasi diri siswa. Para guru minimal sekali
dalam satu semester dapat menerapkan PjBL dengan bantuan penilaian otentik untuk topik-topik
tertentu yang relevan. Kepada kepala sekolah disarankan agar ia menyediakan fasilitas laboratorium
sains yang lengkap untuk mendukung efektivitas pengajaran sains menggunakan model PjBL. Studi
lebih lanjut perlu dilakukan dengan cakupan yang lebih luas dan lebih banyak sekolah untuk melihat
hasilnya pada skala yang lebih besar.

Pengakuan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada DPRM KEMRISTEKDIKTI atas hibah yang diberikan
kepada Tim Pascasarjana tahun 2016-2018.

Referensi
[1] Gardner, H. (2007) Five Minds for The Future (Alih Bahasa Tome Beka), Gramedia Pustaka Utama..
[2] Tilaar, H.A.R. Pengembangan Kreativitas dan Enterpreneurship dalam Pendidikan Nasional. Jakarta:
Penerbit Kompas, (2012).
[3] Suastra, I W. (2013). Pembelajaran Sains Terkini: Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan
Sosial Budayanya, Singaraja: Undiksha Press.
[4] Collette, A.T & Chiappetta, E.L. (1994). Instruksi Sains di Sekolah Menengah &Menengah Tengah.
New York: Maxwell Macmillan Internasional.
[5] Tim Pisa Indonesia. (2015). Hasil TIMSS 2015. https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/ Hasil
%20Seminar%20Puspendik%202016/Rahmawati-Seminar%20Hasil%20TIMSS%202015.pdf
[6] Sadia, I W. (2008). Model Pembelajaran yang Efektif untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Undiksha, 41(2), 219-237.
[7] Liu, W. C. (2007). Project-Based Learning and Students’ Motivation. Tersedia pada:
Http://Www.Google.Co.Id/ Project-Based-Learning Journalfiletype:Pdf. (diakses pada tanggal 20
Desember 2016).
[8] Cakiki, Y & Turkmenistan, N. (2013). Investigasi PengaruhPendekatan Pembelajaran Berbasis Pro ject
terhadap Prestasi dan Sikap Anak dalam Sains. Jurnal Online Sains dan Teknologi, 2013, 3 2.
[9] Tal, T., Krajcik, J. S., & Blumenfeld, P. C. (2006). Guru Sekolah Perkotaan memberlakukan Sains
Berbasis Proyek. Jurnal Penelitian dalam Pengajaran Sains, 43(7): 722-745.
[10] Kurzel, F., & Rath, M. (2007). Lingkungan Belajar dan Pembelajaran Berbasis Proyek. Isu dalam
Menginformasikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi, 4.503-510.
[11] Santyasa, I W. (2006). Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS.
Makalah. Disajikan dalam seminar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura.
[12] Sumarni, W. (2015). Kekuatan dan kelemahan Implementasi Lerning Berbasis Proyek: Tinjauan. Jurnal
Internasional Sains dan Penelitian, 4, 3, 2015.
[13] Suastra, I.W &Ristiati, N.P. 2017. Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam Merancang dan
Melaksanakan Penilaian Autentik dalam Pengajaran IPA. Jurnal Penelitian Internasional Teknik, IT &
Penelitian Ilmiah, 3(4), 24-32.
[14] Al-Sadaawi. (2008). Investigasi Penilaian Performance-Basef dalam Sains di Sekolah Dasar Saudi.
Makalah dipresentasikan pada Konferensi Tahunan IAEA ke-34, Cambridge UK, September 2008.
[15] Marlinda,N. L.P, I.W.Sadia. I.W Suastra. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kinerja Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
IPA Indonesia. Vol.2 (2).
[16] Mihardi, S., Mara, B. H., &Ridwan A. S. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Lembar
Kerja KWL terhadap Pemikiran Kreatif Mahasiswa Process dalam Soal Fisika. Jurnal Pendidikan
&Praktik, 5, 25, 2013.
[17] Anazifa,R. D &Djukri. (2017). Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Berbasis Masalah:
Apakah Mereka Efektif untuk Membuktikan Kemampuan Berpikir Siswa. Jurnal Pendidikan Indonesia,
6(2), 346-355.
[18] Bilgin, I., Yunus, K., & Yusuf, A. (2014). Eurasia Jurnal Matematika, Sains, & Pendidikan Teknologi,
3-11.

1
Seminar Internasional tentang Pendidikan Sains IOP Penerbitan
Seri IOP Conf. : Jurnal Fisika: Conf. 1233 (2019) 012087 doi:10.1088/1742-6596/1233/1/012087

[19] Stiggins, RJ (1994). Penilaian Kelas yang Berpusat pada Siswa. New York: Aula Prentice.
[20] Hibbard,K.M. 1999.Penilaian Kinerja di Kelas IPA . New
York: Glencoe/McGraw-Hill.
[21] Marzano, Robert J, Debra J. Pickering, dan Jay McTighe. 1993. Menilai Hasil Siswa:
Penilaian Kinerja Menggunakan Dimensi Model Pembelajaran. Alexandria: ASCD.
[22] Suastra, I W., Mardana, I. B., & Suwindra, N. P. (2007) Pengembangan Sistem Asesmen Kinerja dalam
Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha, 40, 1, 2007.
[23] Hardianti, R. D., M. Taufiq, dan S. D. Pamelasari. "Pengembangan Instrumen Penilaian Alternatif
dalam Mata Kuliah Seminar Keterampilan Komunikasi Ilmiah Berbasis Web dalam Pendidikan IPA."
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 6.1 (2017).
[24] Riantini, N.L.R, I.W Suastra, P.B. Adnyana. (2018). Develo pment Penilaian Perfroemance Praktikum
IPA di SMP. SHS Web Konferensi 42. 00090.

Anda mungkin juga menyukai